Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
DIFTERI

OLEH
ERNI
R15.01.016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDRAMAYU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2018
a. Pokok Bahasan : Penyakit Difteri

b. Sasaran : Ibu – ibu posyandu

c. Metode : Ceramah

d. Media : Leaflat

e. Waktu dan tempat : Waktu : 30 menit

f. Tempat : Posyandu

f. Hari dan tanggal : Selasa, 04 september 2018

g. Tujuan Intruksional

1. TIU ( Tujuan Intruksional Umum )

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan ibu – ibu pengunjung posyandu mendapat

pengetahuan tambahan mengenai penyakit difteri lebih dalam dan mengetahui cara menangani

dan mencegah penyakit difteri.

2. TIK ( Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan ibu – ibu pengunjung posyandu mampu

1) Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.

2) Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .

3) Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.

4) Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.

5) Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.

6) Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.


7) Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.

h. Langkah – langkah penyuluhan

Alokasi waktu Kegiatan pengajar / Kegiatan peserta Media / Metode

penyaji didik / masyarakat

Pembukaan 1. salam pembuka Menjawab salam Ceramah

( 5 menit ) 2. memperkenalkan Mendengarkan

diri penyaji

3. menjelaskan maksud

dan tujuan

4. Apresepsi

5. Kontak Waktu

Pelaksanaan 6. Menjelaskan Memperhatikan Ceramah

( 15 menit ) pengertian difteri Leaflet

7. Menjelaskan tanda Mendengarkan

dan gejala difteri

8. Menjelaskan cara Memperhatikan

penularan difteri

9. Menjelaskan Mendengarkan

faktor resiko difteri.


10. Menjelaskan Memperhatikan

komplikasi penyakit

difteri.

11. Menjelaskan

penanganan dan

pencegahan difteri.

Evaluasi 12. Reinforcement Mendengarkan Ceramah

( 5 menit ) (Penguatan) Bertanya Diskusi

13. Memberi

kesempatan pada ibu

– ibu untuk bertanya.

Penutup 1. Menyimpulkan Mendengarkan Ceramah

( 5 menit ) materi yang sudah

disampaikan. Menjawab salam

2. Menutup

pertemuan.

A. Materi penyuluhan

· Pengertian Difteri
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae, yang
biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya menyebabkan sakit
tenggorokan, demam, kelenjar tonsil (amandel) bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri
bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada
akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian. karena bakteri mengeluarkan
racun yang mengganggu fungsi organ-organ yang mengalami kerusakan tersebut. manusia yang
kurang memilki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan suntikan imunisasi
lengkap saat masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri ini.

· Tanda dan gejala

Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri saat menelan,
pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher, dan terbentuknya sebuah
membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel, sulit bernapas atau napas cepat,
demam, dan menggigil.

Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi terinfeksi. Orang yang
terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan sesuatu atau tidak ada tanda-tanda dan gejala
sama sekali.

Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier (pembawa) difteri.
Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai penderita maupun sebagai
carier.

Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri kemerahan, dan bengkak
yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit lainnya. Sementara itu pada kasus yang jarang,
infeksi difteri juga mempengaruhi mata.

· Cara Penularan

Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:

* Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan melepaskan uap air yang
terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya terpapar bakteri tersebut.

* Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang pribadi seperti
gelas yang belum dicuci.

* Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui barang-barang rumah
tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti handuk atau mainan.

Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila menyentuh luka
orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri difteri dan belum diobati dapat
menginfeksi orang nonimmunized selama enam minggu - bahkan jika mereka tidak menunjukkan
gejala apapun.

· Faktor risiko

Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:

· Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru

· Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak sehat

· Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.

· Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri

Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, karena telah
mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa dekade. Namun, difteri masih sering
ditemukan pada negara-negara berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah seperti
halnya yang saat ini terjadi di Jawa timur.

· Komplikasi

Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:

* Gangguan pernapasan

C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah hidung dan
tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-abuan (psedomembrane)
terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat lainnya. Membran ini dapat menghambat
pernapasan.

* Kerusakan jantung

Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain dalam tubuh
Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan komplikasi seperti radang pada otot jantung
(miokarditis). Kerusakan jantung akibat miokarditis muncul sebagai kelainan ringan pada
elektrokardiogram yang menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.

* Kerusakan saraf

Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di mana konduksi
saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan saraf pada lengan dan kaki juga
bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi lemah. Jika racun ini merusak otot-otot kontrol
yang digunakan untuk bernapas, maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu,
maka diperlukan alat bantu napas.

Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari komplikasi ini, namun
pemulihannya akan berjalan lama.

· Penanganan

Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan, ada beberapa
upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:

* Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri, anak yang terinfeksi
atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu disuntikkan ke pembuluh darah
atau otot untuk menetralkan toksin difteri yang sudah terkontaminasi dalam tubuh.

Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit untuk memastikan
bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan
memberikan dosis kecil dari antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.

* Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin.
Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan membersihkan infeksi. Anak-anak
dan orang dewasa yang telah terinfeksi difteri dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah
sakit untuk perawatan.

Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat menyebar dengan
mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan imunisasi penyakit ini.

· Pencegahan

Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan memberi Anda resep antibiotik
untuk mencegah infeksi penyakit itu.

Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak. Pemberian antibiotik
juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) difteri.

Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya dapat diobati tetapi
juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya dikombinasikan dengan vaksin untuk
tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis (DTP).Versi terbaru
dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTP untuk anak-anak dan vaksin Tdap untuk remaja dan
dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi dengan lima tahapan yakni,
2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.

Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak mungkin akan
mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri pasca pemberian vaksin.
Pemberian vaksin DTP pada anak jarang menyebabkan komplikasi serius, seperti reaksi alergi
(gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam beberapa menit pasca injeksi), kejang atau shock.
Untuk beberapa anak dengan gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin DTP.

Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi,
Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah dilemahkan
dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti
digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut.

· Manfaat Imunisasi DPT Dasar


Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan jalan
memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam jumlah banyak,
sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak
kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
a. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis
(batuk rejan), tetanus.
b. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami.

b. Evaluasi :
· Evaluasi Struktur : Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai dengan struktur yang telah dibuat.
· Evaluasi proses : Diharapkan peserta sasaran mengikuti sampai kegiatan selesai dilaksanakan.
· Evaluasi Hasil : Diharapkan sasaran mengerti tentang penanganan dan pencegahan difteri

c. Referensi
Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui “Penyakit”. Jakarta: Gramedia
Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius.
Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.
Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai