OLEH:
Sulastri 1840312268
PRESEPTOR:
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Agenesis vagina merupakan suatu kelainan kongenitalyang terjadi pada wanita, dimana
tidakterbentuknyavagina sedangkan tanda-tanda seks sekundernya berkembang normal.
Agenesis vagina umumnya terdapat pada sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH
syndrome). Insidennya kurang lebih satu diantara empat ribu sampai dengan sepuluh ribu
kelahiran namun kejadiannya seringkali baru diketahui ketika penderita memasuki usia remaja,
datang kebagian kandungan dengan keluhan amenore primer.1,2
Faktor resiko terjadinya agenesis vagina secara pasti belum diketahui, beberapa peneliti
menganggap oleh karena adanya kelainangenetik seperti pada autosomal resesif, gangguan
pada transmitted sex-linked autosomal dominant, adanya hormon antimullerian, teratogens
sepertidiethylstilbestrol (DES), thalidomide.1,2
Vagina merupakan organ reproduksi yang sangat penting bagi seorang wanita berkaitan
dengan fungsi reproduksinya seperti untuk melakukan hubungan seks, menyalurkan darah haid
dan juga untuk melahirkan. Tidak terdapatnya vagina tentu menimbulkan masalah fisik dan
psikis, tidak hanya bagi wanita tersebut tetapi juga bagi pasangan dan keluarganya. 3,4 Oleh
sebab itu perlu penanganan yang baik apabila terdapat kasus wanitadengan agenesis vagina.
Penanganan agenesis vagina dapat dilakukan dengan dua metode yaitu non operatif dan
operatif.1,2
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui epidemiologi distosia, etiologi, diagnosis,
tatalaksana serta komplikasi Agenesis vagina sekaligus sebagai syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUP Dr. M Djamil Padang.
beberapa literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pembentukan alat genital dimulai pada minggu ke-5 dan 6, yaitu di lateral urogenital
ridge, di daerah kranial, timbul saluran paramesonefrik (muller duct) kanan kiri yang tembus
terus ke arah bawah lateral dari saluran wolf (saluran mesonefrik) dan pada suatu tempat di
daerah distal, saluran muller ini masuk ke dalam dan menyilang saluran mesonefrik di
anteriornya. Kemudian pada bagian distal bersatu atau berfusi, dan akhirnya menyentuh sinus
urogenitalis. Bagian bawah saluran muller yang telah berfusi kemudian mengalami
rekanalisasi sehingga terbentuklah vagina, serviks dan uterus. Sedangkan dua saluran yang
tidak berfusi pada bagian proksimal akan berkembang menjadi tuba falopii. Fusi kedua saluran
muller tersebut terjadi pada minggu ke-7 akan tetapi belum sempurna sampai minggu ke-12.
Pada titik pertemuan saluran muller bagian bawah dengan sinus urogenitalis disebut tuberkel
muller, hal ini akan menyebabkan terjadinya proliferasi dari sinus urogenitalis ke arah atas dan
kemudian terjadi rekanalisasi bersamaan dengan rekanalisasi saluran muller sehingga
terbentuk vagina bagian distal. Sebagian sinus urogenitalis yang terletak pada anterior tuberkel
muller akan menyempit dan membentuk uretra, sedangkan bagian bawah terbuka lebar akan
menjadi vestibulum vulva dengan uretra dan vagina terbuka di dalamnya.5,6
Gambar 2.1. Perkembangan awal organ reproduksi wanita2
Pembentukan Gonad
Pada hari ke-31 dari perkembangan embrio, sel-sel mesoderm yang telah berdiferensiasi
membentuk mesenkim. Jaringan ini lebih lanjut akan berdiferensiasi, pada permukaan medial
urogenital ridge di daerah servikal dan torakal embrio, membentuk genital ridge. Genital ridge
ini akan dipertahankan dan ditutupi oleh sel mesoderm yang tak berdiferensiasi, dan ini adalah
coelimic epithelium.5
Premordial germ cell pada permulaan perkembangannya berasal dari endodermal di
daerah dorsal hind gut pada hari ke 20–30, germ cell ini akan mengadakan migrasi ke arah
genital ridge, sehingga terbentuk gonad, yang akhirnya akan menjadi testis atau ovarium. Bila
migrasi germ cell gagal mencapai genital ridge maka terjadi disgenesis gonad. Jadi
pembentukan dari ovarium tidaklah sama dengan pertumbuhan dan perkembangan organ-
organ sistem saluran urogenital, gonad bila mendapat migrasi germ cell yang mengandung
kromosom XX akan membentuk ovarium sedangkan bila gonad mendapat migrasi germ cell
mengandung kromosom XY akan membentuk testis. 5
Gambar 2.2. Perkembangan lanjutan duktus mullerian dan sinus urogenital2
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny TDSP
Umur : 36 th
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Padang Sarai Koto Tangah, Padang
MR : 01062510
Keluhan Utama :
Tidak ada menderita penyakit jantung, paru, ginjal, hati, DM dan hipertensi.
dankejiwaan.
Pemeriksaan Fisik :
Suhu : 38,2C BB : 68 Kg
Kepala : normocephal
Thoraks :
Perkusi : sonor
Status Obstetrikus:
Abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defens muskular (-)
Perkusi : timpani
Genitalia :
Darah :
Hb : 11,3 g%
Ht : 32%
Leukosit : 8.480/mm3
Trombosit : 462.000/mm3
V. DIAGNOSIS
VII. PERENCANAAN
neovagina
VIII. PROGNOSIS