Anda di halaman 1dari 8

Jeckzen N.T., Angkit K., Maria D.K. / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.

1 (2019) 256-263 | 256

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN OBESITAS DI


PUSKESMAS TEGALREJO, KOTA SALATIGA
Jeckzen Norisan Turegea,*, Angkit Kinasihb, Maria Dyah Ka
a
Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana, Jl.
Diponegoro 52 – 60, Salatiga
b
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52 – 60, Salatiga
*462014048@student.uksw.edu

Abstrak
Obesitas dapat dialami oleh semua golongan usia, maupun jenis kelamin. Kemajuan teknologi
memberikan dampat positif dan negatif. Dampak positifnya banyak kegiatan menjadi lebih praktis dan
cepat, sedangkan dampak negatifnya manusia menjadi semakin malas untuk bergerak. Berkurangnya
aktivitas fisik mangakibatkan penyimpanan energi yang tersimpan dalam jaringan lemak, yang
menyebabkan kegemukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas di Puskesmas Tegalrejo Kota Salatiga Jawa Tengah. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Responden adalah pasien aktif di
Posyandu Puskesmas Tegalrejo. Jumlah responden sebanyak 59 orang. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Berdasarkan uji korelasi Indeks Massa Tubuh (IMT)
terhadap nilai aktivitas fisik dengan analisis uji Pearson diperoleh p-value 0,000 < 0,05 dan nilai
koefisien korelasi r pearson -0,505 yang ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan aktivitas fisik pada pasien aktif di Posyandu Puskesmas Tegalrejo,
Kota Salatiga. Sedangkan nilai koefisien korelasi r pearson berkorelasi sedang, dan ditunjukkan dengan
tanda negatif (-) yang berarti hubungan yang terjadi bersifat berlawanan arah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh, dimana semakin
rendah aktivitas fisik maka semakin tinggi nilai IMT atau sebaliknya.
Kata Kunci:aktivitas fisik, obesitas.

Abstract
Obesity can be suffered by all age groups, as well as gender. Technological advances provide
positive and negative effects. The positive impact of many activities becomes more practical and fast,
while the negative impact of humans becomes increasingly lazy to move. Reduced physical activity results
in the storage of energy stored in fat tissue, which causes obesity. The purpose of this study was to
determine and analyze the correlation between physical activity and obesity at the Tegalrejo Health
Center in Salatiga City, Central Java. This type of research is quantitative descriptive research.
Respondents were active patients at the Tegalrejo Health Center Posyandu. The number of respondents
was 59 people. The data obtained in this study are primary data and secondary data. Based on the
correlation test of Body Mass Index (BMI) to the value of physical activity with Pearson test analysis
obtained p-value of 0.000 <0.05 and Pearson correlation coefficient value of -0.505 which indicates that
there is a significant correlation between Body Mass Index (BMI) and Physical activity in active patients
at the Tegalrejo Health Center Posyandu, Salatiga City. While the value of the Pearson correlation
coefficient is moderately correlated, and is indicated by a negative sign (-) which means that the
correlation is in the opposite direction. So that it can be concluded that there is a correlation between
physical activity and body mass index, where the lower the physical activity the higher the BMI value or
vice versa.
Keywords : obesity, physical activity.

nilai 27 dari Indeks Massa Tubuh (IMT)


PENDAHULUAN (Nurcahyo, 2011). Overweight adalah
Obesitas adalah suatu kondisi dimana kondisi dimana seseorang memiliki berat
berat badan seseorang berada diatas normal badan 10 – 20% dari berat badan normal,
dari Berat Badan Relatif (BBR) atau diatas sedangkan obesitas adalah kondisi dimana
257 |. Jeckzen N.T., Angkit K., Maria D.K../ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 256-263
seseorang memiliki kelebihan berat badan > dari berat badan normalnya (Chandra dkk.,
20% dari berat normal (Hendra dkk., 2016). 2014).
Obesitas terbagi dalam beberapa tipe bentuk Obesitas dipengaruhi oleh faktor genetik,
tubuh yaitu, tipe buah apel (apple shape) pola makan, psikologis, sosial dan
biasanya dialami oleh pria dengan lemak lingkungan serta aktivitas fisik, berbagai
terpusat di area sekitar perut. Tipe yang aktivitas yang dilakukan dengan melibatkan
kedua adalah obesitas tipe buah pear (gynoid), otot tubuh dan penggunaan energi dalam
yang biasanya dialami para wanita dengan tubuh untuk bergerak (Julianti dkk., 2015).
lemak yang terpusat di area sekitar pinggul Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan
dan bokong. Tipe yang ketiga adalah obesitas energi; ketika asupan kalori melebihi
tipe kotak (ovid) dengan lemak terpusat pengeluaran kalori, energi surplus disimpan
diseluruh bagian tubuh, yang biasanya terjadi sebagai berat badan. Ada banyak faktor
pada obesitas secara genetika (Chandra dkk., lingkungan obesogenic yang berkontribusi
2014). Oleh sebab itu obesitas dapat terhadap peningkatan konsumsi energi dan
dikatakan sebagai kejadian kelebihan berat penurunan pengeluaran energi yang
badan atau kegemukan yang melampaui berat bertanggung jawab terhadap kejadian
badan normal, dan menjadi salah satu obesitas seperti penurunan tingkat kerja fisik
masalah kesehatan masyarakat yang (Kosnayani dan Aisyah, 2015). Aktivitas
mempunyai dampak cukup besar bagi orang- fisik merupakan gerakan yang dilakukan oleh
orang tertentu yang mengalaminya. otot tubuh dan sistem penunjang. Aktivitas
Obesitas merupakan salah satu faktor fisik yang dilakukan secara ideal akan
penyebab kematian ke-5 di dunia (WHO). meningkatkan kebugaran tubuh orang yang
Sehingga obesitas saat ini menjadi salah satu melakukannya (Julianti dkk., 2015).
permasalahan kesehatan di dunia. Kelebihan Dampak positif dan negatif dari kemajuan
berat badan dikategorikan menjadi 2 jenis teknologi modern berpengaruh terhadap
yaitu, kelebihan berat badan (overweight) kehidupan manusia saat ini. Jika dilihat dari
dan kegemukan (obesity)(Hendra dkk., 2016). sisi positifnya, manusia sangat dimudahkan
Terdapat 2,8 juta orang di dunia mengalami dalam berbagai aktivitas. Sehingga terkadang
komplikasi obesitas sehingga menyebabkan menjadi hal ini berdampak negatif dimana
kematian (WHO) (Nugroho dkk., 2016). manusia semakin malas dalam beraktivitas
Kondisi obesitas dapat dialami oleh setiap karena telah dimudahkan dengan fasilitas
golongan umur, baik laki-laki maupun yang ada. Misalnya, orang cenderung
perempuan, akan tetapi usia dewasa menggunakan lift dibandingkan menaiki
merupakan kelompok yang paling sering tangga, atau menonton televisi berjam-jam
terjadi. Dari seluruh penduduk dewasa di dan mengganti saluran tv menggunakan
Indonesia 15,4% obesitas, sedangkan untuk remote. Kedua contoh ini hanyalah beberapa
anak-anak 8,8% obesitas. Obesitas juga contoh dari sekian banyak contoh lain atas
dianggap sebagai pencetus awal sindroma kemajuan teknologi yang menyebabkan
metabolik yang merupakan faktor risiko orang menjadi malas dan kurang melakukan
utama penyakit kardiovaskular dan diabetes aktivitas fisik(Candrawati, 2011).
melitus, penyakit yang jumlah penderitanya Penyimpanan lemak didalam tubuh
telah mencapai proporsi epidemik. Kelebihan disebabkan oleh energi yang tersimpan
asam lemak bebas pada obesitas dapat karena kurangnya aktivitas fisik sehingga
menyebabkan tingginya peroksidasi lipid terjadi penimbunan lemak yang
yang memicu terjadinya inflamasi menyebabkan kegemukan. Kurangnya
(Kosnayani dan Aisyah, 2016). Berbagai aktivitas fisik secara tidak langsung
macam resiko penyakit degeneratif yang mempengaruhi kondisi berat badan yang
muncul diakibatkan oleh penumpukan lemak berlebih, contohnya dari kebiasaan yang
dalam tubuh. Berat badan seseorang dilakukan secara terus menerus seperti duduk
dikategorikan mengalami obesitas apabila dalam waktu yang lama, menonton televisi
memiliki bobot berat badan 20% lebih besar atau menggunakan komputer berjam-jam (Tri
dan Muwakhidah, 2008).
Jeckzen N.T., Angkit K., Maria D.K. / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 256-263 | 258

Pada akhirnya kurangnya aktivitas fisik fisik dan obesitas dikomunitas masyarakat.
sangat mempengaruhi kesehatan. Rendahnya Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
aktivitas fisik, dan jenis kelamin merupakan mengetahui dan menganalisis hubungan
faktor-faktor yang berkontribusi pada antara aktivitas fisik dengan obesitas di
perubahan keseimbangan energi dan Puskesmas Tegalrejo Kota Salatiga Jawa
berujung pada kejadian obesitas (Kurdanti Tengah.
dkk., 2015). Asupan makanan yang berlebih
jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, METODE PENELITIAN
maka akan meningkatkan resiko terjadinya Jenis penelitian yang digunakan yaitu
penimbunan lemak yang menyebabkan menggunakan metode penelitian kuantitatif
obesitas (Novitasary dkk., 2013). deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada
Penduduk Indonesia yang berusia ≥ 10 April 2018 – Mei 2018 di Puskesmas
tahun sebanyak 48,2% diketahui kurang Tegalrejo Kota Salatiga. Responden adalah
melakukan aktivitas fisik.Pada kelompok pasien aktif di Posyandu Puskesmas
perempuan diketahui lebih banyak yang Tegalrejo. Data yang di ambil dalam
kurang melakukan aktivitas fisik yaitu penelitian ini yaitu data primer dan data
sebesar 54,5%, sedangkan pada kelompok sekunder.
laki-laki sebesar 41,4% kurang melakukan Data primer meliputi umur, Indeks Massa
aktivitas fisik. Selain itu, kurangnya aktivitas Tubuh (IMT), lingkar pinggang, lingkar
fisik juga dapat dialami dan terjadi pada pinggul, dan aktivitas fisik. Responden yang
semua kalangan penduduk dengan tingkat digunakan tergolong dalam kriteria pra lansia
pendapatan atau ekonomi rendah maupun ataupun lansia yang berusia ≥ 50 tahun.
tinggi (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Adapun kerakteristik batasan umur lansia
Asupan energi dan total pengeluaran menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
energi berpengaruh terhadap kejadian lanjut usia meliputi: usia pertengahan 45 - 59
obesitas dikarenakan kurangnya aktivitas tahun, lanjut usia 60 – 74 tahun, lanjut usia
fisik. Aktivitas fisik berfungsi untuk tua 75 – 90 tahun. Indeks Massa Tubuh
menyalurkan energi berlebih yang disimpan (IMT) dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai timbunan lemak dalam tubuh. (Berat badan (kg))/(Tinggi Badan (m))2
Jumlah energi yang dikeluarkan dengan dengan satuan kg/m2. IMT bisa dikategorikan
melakukan aktivitas fisik berkisar 20 – 50% kelebihan berat badan tingkat ringan atau
yang dapat membantu mengurangi kelebihan overweight (25,1 – 27 kg/m2), dan kelebihan
energi dalam jaringan lemak(Setoyadi dkk., berat badan tingkat berat atau obesitas (> 27
2015). kg/m2) (DepKes RI, 2003). Parameter lingkar
Pada beberapa penelitian sebelumnya panggul pria < 94 cm dan wanita < 80 cm
yang membahas tentang aktivitas fisik dan dan lingkar pinggang pria < 102 cm dan
obesitas, kebanyakan diantaranya meneliti wanita < 88 cm (WHO, 2008).Total Aktivitas
tentang hubungan antara aktivitas fisik dan Fisik (Total Physical Activity) dihitung
obesitas pada wanita usia subur, dewasa, dan dengan rumus GPAQ dalamMET-
anak. Penelitian yang dilakukan oleh menit/minggu. Hasil kuisioner GPAQ
Novitasary dkk., (2013), pada wanita usia dikategorikan menjadi aktivitas fisik ringan
subur dengan hasil penelitian tidak ada (<600), aktivitas fisik sedang (601 – 2999)
hubungan yang bermakna antara aktivitas dan aktivitas fisik berat (≤3000) dengan
fisik dengan obesitas pada wanita usia subur satuan Metabolic Equivalent Task/MET
(WUS). Kemudian pada penelitian lainnya (WHO, 2012). Data sekunder diperoleh dari
yang dilakukan oleh Julianti dkk., (2015), data di Puskesmas Tegalrejo meliputi
pada usia dewasa dengan hasil penelitian identitas, alamat tempat tinggal, nomor
tidak terdapat hubungan yang signifikan kontak responden yang bisa dihubungi dan
antara aktivitas fisik dengan tekanan darah alamat posyandu responden.
pasien hipertensi. Dari paparan data Data disajikan dalam bentuk analisa
penelitian terdahulu maka peneliti tertarik univariat dan bivariat. Data univariat
untuk meneliti tentang hubungan aktivitas digunakan untuk menyajikan deskripsi atau
sebaran data dari masing-masing variabel.
259 |. Jeckzen N.T., Angkit K., Maria D.K../ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 256-263
Data bivariat digunakan untuk menyajikan 048/PE/KEPK.UKSW/2018. Sebelum
analisa hubungan antara aktivitas fisik dan dilakukan pengambilan data, peneliti
indeks massa tubuh. menjelaskan terlebih dahulu tujuan penelitian,
Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov meminta persetujuan disertai memberikan
dilakukan untuk melihat distribusi data dari informed concent kepada setiap responden
variable-variabel yang digunakan dalam untuk dibaca terlebih dahulu, dan bila
penelitian ini apakah berdistribusi secara menyetujuinya responden dapat
normal ataupun tidak normal dengan mendatangani informed concent.
menggunakan level of significant 5% atau
0,05 (α). Dari hasil uji normalitas tersebut, HASIL DAN PEMBAHASAN
data dikatakan berdistribusi secara normal Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
apabila nilai p-value > 0,05 (α), sedangkan April 2018 – Mei 2018 di Puskesmas
data dikatakan berdistribusi secara tidak Tegalrejo Kota Salatiga. Sebanyak 59
normal apabila nilai p-value < 0,05 (α) responden (5 pria dan 54 wanita) adalah
(Nugroho, 2005). Setelah itu dilakukan pasien aktif di Posyandu Puskesmas
penentuan uji korelasi. Uji korelasi Pearson Tegalrejo yang memiliki kesesuaian pada
dipilih untuk melihat hubungan aktivitas fisik penelitian. Karakteristik responden berikut
dengan IMT responden (Dahlan, Sopiyudin, adalah data hasil penelitian meliputi
2015). meliputi : umur, Indeks Massa Tubuh (IMT),
Penelitian ini mendapat izin dari Komite lingkar pinggang, linggkar pinggul dan
Etika Penelitian Fakultas Kedokteran dan aktivitas fisik.
Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya
Wacana dan disertai surat izin No.

Tabel 1.
Deskripsi Karakteristik Responden

Variabel Minimal Maksimal Rerata Standar Devisiasi


Umur (tahun) 50 81 61,15 6,76
Indeks Massa Tubuh (kg/m2) 26 38,6 29,61 2,73
Lingkar Pinggang (cm) 87 125 103,9 9,05
Lingkar Pinggul (cm) 82 114 101,58 6,64
Aktivitas Fisik (METs) 660 2880 1498,31 475,19
Sumber : Data pribadi, 2018.
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui Tabel 2.
bahwa karakteristik responden yang Frekuensi Kelompok Umur Berdasarkan Jenis
Kelamin
digunakan adalah responden dengan kriteria
umur ≥ 50 tahun. kriteria Indeks Massa Jenis Kelamin
Tubuh (IMT) responden adalah responden Pria Wanita
dengan kriteria IMT overweight (IMT 25,1 – 45 – 59 tahun 1 (1,70%) 22 (37,30%)
27 kg/m2), dan obesitas (IMT > 27 kg/m2) Umur 60 – 74 tahun 3 (5,10%) 31 (52,50%)
serta untuk kriteria lingkar panggul (pria < 75 – 90 tahun 1 (1,70%) 1 (1,70%)
Total 5 (8,50%) 54 (91,50%)
94 cm, wanita < 80 cm), dan lingkar
Sumber : Data pribadi, 2018.
pinggang (pria < 102 cm, wanita < 88 cm).
Sedangkan untuk kriteria aktivitas fisik Tabel 2 menunjukan keseluruhan data
dikategorikan dalam aktivitas ringan (<600), responden dari 59 orang, 54 diantaranya
aktivitas sedang (601 – 2999), dan aktivitas berjenis kelamin wanita dan 5 responden
berat (≤3000). berjenis kelamin pria. responden dengan
kriteria pra lansia/usia pertengahan dan lanjut
usia didominasi oleh responden berjenis
kelamin wanita. Sedangkan untuk responden
berjenis kelamin pria dari 5 orang, 3
Jeckzen N.T., Angkit K., Maria D.K. / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 256-263 | 260

diantaranya tergolong dalam kriteria lanjut Tabel 3 memberikan gambaran


usia. karakteristik kategori indeks massa tubuh
Tabel 3. berdasarkan jenis kelamin responden. Dari
Frekuensi Kelompok Indeks Massa Tubuh bedasarkan 59 responden yang terdiri dari 54 orang
Jenis Kelamin Responden wanita dan 5 orang pria didapati bahwa
Jenis Kelamin mayoritas responden wanita mengalami
IMT Pria Wanita Total obesitas. Sedangkan untuk responden pria
Overweight 3 (5,10%) 8 (13,60%) 11 (18,6%) dari 5 orang, 2 diantaranya mengalami
Obesitas 2 (3,40%) 46 (78%) 48 (81,4%) obesitas.
Sumber : Data pribadi, 2018.

Tabel 4.
Karakteristik Indeks Massa Tubuh terhadap Kategori GPAQ
Kategori
GPAQ Total p-value r
Sedang

Indeks Overweight 11 (18,60%) 11 (18,60%)


Massa 0,000 (-0,505)
Tubuh
Obesitas 48 (81,40%) 48 (81,40%)
Sumber : Data pribadi, 2018.
Responden pria, beberapa bekerja sebagai
petani dan pensiunan. Sehari-hari untuk
Tabel 4 memberikan gambaran
responden pria yang masih bekerja sebagai
karakteristik kategori indeks massa tubuh
petani biasanya melakukan aktivitas
terhadap GPAQ responden. Seluruh
bercocok tanam selain itu juga membantu
responden termasuk dalam kategori aktivitas
pekerjaan di rumah seperti menyapu,
fisik sedang.
memotong rumput dan sebagainya.
Seluruh responden wanita dalam Sedangkan aktivitas sehari-hari responden
penelitian ini bekerja sebagai ibu rumah pria yang pensiunan yaitu hanya membantu
tangga. Sehari-hari responden melakukan pekerjaan di rumah seperti membereskan
pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, rumah, membersihkan halaman, dan
mencuci pakaian, menyetrika, berjalan kaki sebagainya.
dari rumah ke suatu tempat dengan jarak ± 1
Tabel 5
km. Saat ingin menjangkau tempat yang Hubungan Antara Aktivitas Fisik dan Indeks Massa
lebih jauh, biasanya responden menggunakan Tubuh
sepeda motor atau angkot. Sebanyak 29
Variabel N p-value
responden wanita mengikuti senam yang
diadakan posyandu 2-3 kali/bulan. Senam Indeks Massa Tubuh
59 0,000
biasanya dilakukan selama ± 1 jam. Selain Aktivitas Fisik
itu aktivitas fisik yang biasa dilakukan adalah
jalan pagi kurang lebih 15 menit. Pearson Correlation, Correlation is significant at the
Berdasarkan observasi yang dilakukan, 0,01 level (2-tailed).
responden lebih banyak menghabiskan Sumber : Data Pribadi, 2018.
waktunya untuk duduk dan berbaring
(menonton televisi, berbincang di sore hari).
Tabel 5 menunjukan hasil dari uji bivariat
Seluruh responden jarang berolahraga
menggunakan uji Pearson Correlation dan
meskipun mereka menyadari pentingnya
diperoleh nilai signifikansi (p-value) sebesar
olahraga.
0,000 yang artinya berkorelasi sedang dan
261 |. Jeckzen N.T., Angkit K., Maria D.K../ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 256-263
adanya signifikansi antara aktivitas fisik yang kemudian dapat terus terakumulasi dan
dengan indeks massa tubuh. tertimbun hingga usia tua. Pada saat usia tua,
a. Karakteristik Responden metabolisme tubuh akan semakin menurun
Karakteristik responden berdasarkan umur dan bila tidak diimbangi dengan peningkatan
adalah responden dengan kriteria umur ≥ 50 aktivitas fisik atau penyesuaian asupan
tahun yang terbagi dalam 3 kategori yaitu, makanan, maka energi atau kalori yang
usia pertengahan (pra lansia) 45 – 59 tahun, berlebihan tersebut akan diubah menjadi
lanjut usia (lansia) 60 – 74 tahun, dan lanjut timbunan lemak yang mengakibatkan
usia tua (lansia tua) 75 – 90 tahun. Pada kegemukan atau obesitas (Maryam dkk.,
Tabel 1 menunjukan bahwa rerata umur 2008).
responden berkisar 61,15 tahun± 6,76. Pada
Tabel 2 menunjukan data dari 59 orang b. Hubungan Aktivitas Fisik dengan
responden yang terdiri dari 54 orang berjenis Kejadian Kelebihan Berat Badan
kelamin wanita, dan 5 orang berjenis kelamin (Obesitas)
pria. Pada rentang usia pra lansia (45 – 59 Aktivitas fisik adalah setiap aktivitas yang
tahun) didominasi oleh responden berjenis dilakukan oleh tubuh yaitu tindakan, gerakan,
kelamin wanita yaitu sebesar 37,30 %, atau kegiatan yang memacu dan
sedangkan responden berjenis kelamin pria menyebabkan peningkatan pengeluaran atau
sebesar 1,70 %. Pada rentang kategori lansia pembakaran energi. Seseorang dapat
(60 – 74 tahun) masih didominasi oleh melakukan aktivitas fisik pada kategori
responden wanita sebesar 52,50 %, cukup dengan latihan fisik atau olahraga
sedangkan responden pria 5,10%. Pada selama 30 menit/hari atau setidaknya
rentang usia lansia tua (75 – 90 tahun), baik minimal 3 – 5 hari/minggu(Kemenkes RI,
responden wanita maupun pria hanya sebesar 2011).
1,70 %. Kegemukan dan obesitas disebabkan
Selain itu, pada Tabel 1 dapat diketahui karena asupan energi yang masuk ke dalam
bahwa masing-masing rerata dari lingkar tubuh lebih tinggi daripada energi yang
pinggang dan lingkar pinggul adalah 103,9 dikeluarkan. Asupan energi tinggi dapat
cm ± 9,05dan 101,58 cm± 6,64 yang diperolehdari konsumsi makanan bersumber
melebihi parameter lingkar pinggang pria < energi dan lemak tinggi, sedangkan
102 cm, dan wanita < 88 cm, serta parameter pengeluaran energi yang rendah diakibatkan
lingkar panggul pria < 94 cm dan wanita < oleh kurangnya aktivitas fisik(Kemenkes RI,
80 cm. Pada bagian Indeks Massa Tubuh 2011).
(IMT), rerata responden berkisar 29,61
kg/m2± 2,73 yang artinya bahwa rata-rata Pada hasil yang diperoleh pada Tabel 3
responden mengalami kelebihan berat badan sebanyak 59 responden yang terdiri dari 5
tingkat berat (obesitas) karena memiliki nilai pria dan 54 wanita. Sebanyak 78% reponden
IMT > 27 kg/m2. Serta memiliki rerata wanita mengalami obesitas, dan 13,6%
aktivitas fisik berkisar 1498,31 MET mengalami overweight. Sedangkan 3,40%
menit/minggu ± 475,19yang tergolong dalam responden pria mengalami obesitas, dan
kategori aktivitas fisik sedang karena 5,10% mengalami overweight. Seluruh
memiliki rentang nilai di antara 601 – 2999 responden wanita dalam penelitian ini
METmenit/minggu. bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan
Permasalah angka kejadian kegemukan responden pria masih ada yang bekerja
dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua sebagai petani maupun pensiunan. Jika
kelompok umur maupun pada semua diamati dari hasil yang diperoleh terlepas
kalangan strata sosial ekonomi (Kemenkes dari jumlah responden pria maupun wanita,
RI, 2012).Konsumsi makanan yang rata-rata responden wanita lebih banyak yang
mengandung lemak, protein, dan karbohidrat mengalami obesitas maupun overweight. Hal
yang berlebih dapat menyebabkan tersebut sejalan dengan penelitian dari
kegemukan atau obesitas. Kegemukan dapat Candrawati (2011) yang menyatakan bahwa
terjadi dari usia dini atau sejak kanak-kanak pada responden berjenis kelamin laki-laki
memilikinilai aktivitas fisik yang lebih tinggi
Jeckzen N.T., Angkit K., Maria D.K. / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 256-263 | 262

dibandingkanresponden berjenis kelamin disebabkan oleh faktor-faktor lainnya yang


perempuan, meskipun tidak terdapat mempengaruhi, seperti pola makan, pola
perbedaan yang bermakna secara signifikan. hidup, maupun genetik. Oleh sebab itu perlu
adanya perhatian khusus dan berkala dalam
Berdasarkan uji korelasi Indeks Massa
menangani prevalensi obesitas di masyarakat.
Tubuh (IMT) terhadap nilai aktifitas fisik
dengan analisis uji Pearson yang dapat KESIMPULAN
dilihat pada Tabel 4, diperoleh hasil p-value Pada penelitian ini dapat disimpulkan
sebesar 0,000(p-value < 0,05 (α)) dengan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p-
nilai koefisien korelasi rpearson -0,505. Dari value 0,000)antara aktivitas fisik dengan
hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat obesitas, yang dilihat dari nilai aktivitas fisik
hubungan yang signifikan antara Indeks (METS) dengan nilai Indeks Massa Tubuh
Massa Tubuh (IMT) dengan aktivitas fisik (IMT) pasien aktif di Puskesmas Tegalrejo
pada pasien aktif Posyandu Puskesmas Kota Salatiga Jawa Tengah. Selain itu,hasil
Tegalrejo, Kota Salatiga. Sedangkan nilai koefisien korelasi berkorelasi sedang (-0,505),
koefisien korelasi r pearson berkorelasi dengan tanda negatif(-) yang berarti
sedang, dan ditunjukkan dengan tanda hubungan yang terjadi bersifat berlawanan
negatif (-) yang berarti hubungan yang terjadi arah. Sehingga semakin rendah aktivitas fisik
bersifat berlawanan arah. Sehingga semakin maka semakin tinggi Indeks Massa Tubuh
rendah aktifitas fisik maka semakin tinggi (IMT) maupun sebaliknya.
nilai IMT atau sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian ini juga sejalan dengan Candrawati S. (2011) Hubungan Tingkat
beberapa penelitan di negara maju yang Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara Tubuh (IMT) Dan Lingkar Pinggang
aktivitas fisik yang rendah dengan kejadian Mahasiswa. Juli;2(6):112-118.
obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang
rendah mempunyai resiko peningkatan berat Chandra DA, Manampiring AE, FAtimawali.
badan lebih besar dari pada orang yang aktif ( 2014) Prevelensi Obesitas Pada Remaja
berolahraga secara teratur. Kurangnya SMA YKPM Di Kota Manado.
aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah juli;2(2):1-4.
satu penyebab utama dari meningkatnya Dahlan, sopiyudin, (2015). Statistik untuk
angka kejadian obesitas di tengah-tengah kedokteran metode MSD Epidemiologi
masyarakat yang makmur. Orang-orang yang Indonesia: Jakarta.
mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang, Depertemen Kesehatan RI. 2003. Indikator
akan mengalami obesitas (Nurcahyo, 2011). Indonesia Sehat 2003, Jakarta.
Aktivitas fisik berperan dalam Hendra C, Manapiring AE, Budiarso F.
keseimbangan energi pada penderita obesitas. (2016) Faktor-Faktor Terhadapat
Gaya hidup tidak aktif atau tingkat aktivitas Obesitas pada Remaja Di kota Bitung.
yang rendah merupakan salah satu faktor juni;1(4):1-5.
utama terjadinya obesitas, selain faktor
Julianti A, Pangastuti R, UlVie SNY. (2015)
asupan kalori yang berlebihan (Levine &
Hubungan Antara Obesitas Dan
Miller, 2007 dalam Candrawti, 2011).
Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah
Dari penelitian ini dapat menunjukan
Pasien Hipertensi. Juli;1(5):2088-6802.
bahwa kasus-kasus obesitas masih terjadi di
masyarakat. Seperti yang di alami para Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
pasien aktif di Posyandu Puskesmas (Kemenkes RI). 2011. Pedoman
Tegalrejo, Kota Salatiga. Meskipun para Pencegahan dan Penanggulangan
responden pra lansia maupun lansia masuk Kegemukan dan Obesitas pada Anak
dalam kategori aktivitas fisik sedang Sekolah. Direktorat Jenderal Bina Gizi
sekalipun, masih belum tentu dapat terhindar dan Kesehatan Ibu dan Anak. ISBN:
dari obesistas. Hal tersebut juga bisa 978-602-235-038-5.
263 |. Jeckzen N.T., Angkit K., Maria D.K../ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 256-263
Kementrian Kesehatan RI. (2011) Strategi Program Studi Ilmu keperawatan
nasional penerapan pola konsumsi Fakultas Kedokteran. Juli;2(4):1-5.
makanan dan aktivitas fisik untuk Nugroho, A. B. 2005. Strategi Jitu Memilih
mencegah penyakit tidak Metode Statistik Penelitian dengan SPSS.
menular.Jakarta. Direktorat Jenderal Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Nurcahyo F. (2011) Kaitan Antara Obesitas
Kosnayani AS, Aisyah IS. (2016) Faktor dan Aktivitas Fisik. April;1(8):87-96.
Resiko Yang Berhubungan Dengan
Obesitas Remaja. November;2(2):127-4. Setoyadi, Rini IS, Novitasari T. (2015)
Hubungan Penggunaan Waktu Perilaku
Kurdanti W, Suryani I, Syamsiatun N, Siwi Gerak Dengan Obesitas pada anak usia
PL, Adityanti MM, Mustikaningsih D, 9-11 Tahun Di SD Negeri Beji
Sholihah IK. (2015) Faktor-Faktor Yang Kabupaten Tulungagung. 2015
Mempengaruhi Kejadian Obesitas Pada November;2(3):115-13.
Remaja. April;4(11):179-190.
Tri D, Muwakhidah. (2008) Faktor Resiko
Maryam, S. T., Ekasari, M. F., Rosidawati, Yang Berhubungan Dengan Obesitas
Jubaedi, A., dan Batubara, I. 2008. Pada Remaja. Desember;2(1):133-140.
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Penerbit Salemba Medika. Jakarta. World Health Organization (WHO) . (2008).
Waist Circumference and Waist-
Novitasary DM, Mayulu N, Kawegian SES. HipRatio, Report of a (WHO
(2013) Hubungan Antara Aktivitas Fisik ExpertCunsultation. Geneva (CH):
Dengan Obesitas Pada Wanita Usia WHO).
subur Peserta Jamkesmas Di Puskesmas
Wawonasa Kecamatan Singkil Manado. World Healt Organization Global PHYsical
Juli;2(1):1040-1046. Activity Questionare (GPAQ) Analysis
Guide. 2012, 1-23 tersedia dari
Nugroho K, Mulyadi, Masi GMN. (2016) www.who.int/chp/steps.
Hubungan Aktivitas Fisik Dan Pola
Makan Dengan Perubahan Indek Masa
Tubuh Pada Mahasiswa Semester 2

Anda mungkin juga menyukai