Anda di halaman 1dari 16

COVER

1
KATA PENGANTAR

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan salah satu sediaan farmasi, dimana ketentuan mengenai keadaan,
penyimpanan, pengedaran sediaan farmasi harus memnuhi stadar mutu pelayanan farmasi
yang ditetapkan dengan peraturan pemerntah. Pemerintah berkewajiban membina,
mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pengadaan, penyimpanan, dan pengedaran
obat.
Pemerintah telah menetapkan cara distribusi obat yang baik disingkat CDOB
yaitu standar distribusi obat yang baik untuk memastikan kualitas produk yang
dipertahankan sepanjang jalur distribusi. Yang dimaksud dengan distribusi obat adalah
setiap kegiatan atau rangkaian kegiatan meliputi pengadaan, pembelian, penyimpanan,
penyaluran kepada pihak yang berwenang atau apotek, rumah sakit.

Untuk itu obat harus mendapatkan penanganan khusus mulai dari pengadaan,
penerimaan dan penyimpanan, pengambilan, pengemasan dan pengiriman bahkan jika
ada pengembalian/retur dan adanya penarikan obat dari industri farmasi atau yang diduga
palsu. Fasilitas distribusi bisa memperoleh pasokan obat dari fasilitas distribusi lain atau
dari industri farmasi.
Pedagang besar farmasi yang disingkat PBF adalah perusahaan berbentuk badan
hukum yang memilii ijin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan atau
bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan perundang-undangan. Dalam perizinan
sebuah PBF harus memenuhi syarat wajib mempunyai penanggung jawab sebagai
fasilitas distribusi yaitu seorang apoteker.
B. Rumusan Masalah.
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berkut :
1. Apa itu PBF?
2. Bagaimana Sistem informasi manajemen di PBF?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu PBF.

4
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem informasi manajemen di PBF.

BAB II

PEMBAHASAN

A. APA ITU PBF?


1. Definisi PBF
Penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian di Pedagang Besar Farmasi ( PBF)
adalah dalam bidang pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran
sediaan farmasi. Menurut PerMenKes RI No. 1148/Menkes/Per/VI/2011, Pedagang
Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dimana pedagang besar farmasi
berfungsi untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat/bahan obat dalam jumlah
besar sesuai peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan undang-undang No. 34 tahun 2014 tentang perubahan atas peraturan
Menteri Kesehatan No. 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi,
menyatakan bahwa setiap PBF dan PBF cabang harus memiliki apoteker penanggung
jawab yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan,
penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat dan apoteker penanggung
jawab harus memiliki izin sesuai ketentuan peratutan perundang-undangan. Untuk itu,
seorang apoteker dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kecakapannya dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian dilingkungan pedagang besar farmasi yang
meliputi bidang pengadaan, penyimpanan, distribusi, atau penyaluran sediaan farmasi.
2. Fungsi PBF
 Tempat menyediakan dan menyimpan sediaan farmasi yang meliputi obat,
bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
 Sebagai sarana yang mendistribusikan sediaan farmasi ke fasilitas pelayanan
kefarmasian meliputi apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik
dan toko obat berizin.

5
 Sebagai sarana untuk mendistribusikan sediaan farmasi di wilayah sesuai surat
pengakuannya/surat izin edar.
 Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.
3. Kewajiban PBF
 PBF dan PBF cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan menyalurkan
obat/bahan obat yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh
Menteri.
 PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi dan
sesama PBF.
 PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan bahan obat dari industri farmasi,
sesama PBF dan atau melalui importasi.
 PBF cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan atau bahan obat
dari PBF pusat.
 Setiap PBF dan PBF cabang harus memiliki apoteker penanggung jawab yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan
dan penyaluran obat, bahan obat.
 PBF cabang hanya dapat menyalurkan obat/bahan obat di wilayah Provinsi
sesuai surat pengakuannya.
 PBF dan PBF cabang harus melaksanakan pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran obat atau bahan obat sesuai dengan CDOB.
 Setiap PBF dan PBF cabang wajib melaksanakan dokumentasi pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran di tempat usahanya dengan mengikuti pedoman
CDOB yang dapat dilakukan secara elektronik dan akan diperiksa sewaktu-
waktu.
 Setiap PBF dan PBF cabang yang melakukan pengadaan, penyimpanan dan
penyaluran narkotika wajib memiliki izin khusus sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 PBF dan PBF cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berupa obat keras
berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau
apoteker penanggung jawab.

6
 Setiap PBF dan PBF cabang wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap 3
bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat/bahan obat
kepada Dirjen dengan tembusan Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kepala Balai POM. Dan untuk PBF penyalur narkotika dan
psikotropika wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika dan
psikotropika.
4. Kewajiban Apoteker di PBF
Menurut petunjuk pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) tahun 2015,
kewajiban apoteker hendaklah :
 Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan menejemen mutu.
 Fokus pada pengelolaan kegiatan yang menjadi kewenangannya serta menjaga
akurasi dan mutu dokumentasi.
 Menyusun dan/atau menyetujui program pelatihan dasar dan pelatihan
lanjutan mengenai CDOB untuk semua personil yang terkait dalam kegiatan
distribusi.
 Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap kegiatan penarikan
obat dan/atau bahan obat.
 Memastikan bahwa keluhan pelanggan dapat ditangani dengan efektif.
 Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan pelanggan.
 Meluluskan obat dan/atau bahan obat kembalian untuk dikembalikan ke dalam
stok obat dan/atau bahan obat yang memenuhi syarat jual.
 Turut serta dalam pembuatan perjanjian antara pemberi kontrak dan penerima
kontrak yang menjelaskan mengenai tanggung jawab masing-masing pihak
yang berkaitan dengan distribusi dan/atau transportasi obat dan/atau bahan
obat.
 Memastikan inspeksi diri dilakuakn secara berkala sesuai program dan
tersedia tindakan perbaikan yang diperlukan.
 Mendelegasikan tugasnya kepada apoteker atau tenaga teknis kefarmasian
yang telah mendapatkan persetujuan dari instansi yang berwenang ketika
sedang tidak berada ditempat dalam jangka waktu tertentu dan menyimpan
dokumen yang terkait dengan pendelegasian yang dilakukan.

7
 Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk mengkarantina atau
memusnahkan obat dan/atau bahan obat kembalian, rusak, hasil penarikan
kembali atau diduga palsu.
 Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan untuk obat dan/atau
bahan obat tertentu sesuai peraturan perundang-undangan.

5. Larangan bagi PBF


Berdasarkan PerMenKes RI No. 1148/Menkes/Per/VI/2011, larangan bagi BPF
terdiri dari :
 PBF dan PBF Cabang dilarang menjual obat atau bahan obat secara eceran.
 Setiap PBF dan PBF cabang dilarang menerima dan/atau melayani resep
dokter.
 PBF dan PBF Cabang dilarang menyalurkan obat keras ke toko obat.
 PBF atau PBF cabangs dilarang melakukan pengubahan kemasan bahan obat
atau pengemasan kembali bahan obat dari kemasan aslinya.
 PBF dan PBF cabang dilarang menyimpan dan mengeluarkan obat golongan
narkotoka/psikotropika tanpa izin apoteker penanggung jawab.
B. SISTEM INFOMASI MANAJEMEN DI PBF.
1. Manajemen Operasional
Manajemen operasional diartikan sebagai suatu rangkaian aktivitas yang
menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi
output. Keberhasilan suatu manajemen operasional dapat didukung oleh beberapa
faktor yaitu mampu bersaing dalam diferensiasi (keunikan), bersaing dalam biaya,
serta bersaing dalam memberikan respon kepada konsumen (Heizer, 2011).
Keberhasilan suatu sistem manajemen operasional memerlukan satu atau lebih
input, mengubah dan menambah nilai input tersebut, sehingga dapat memberikan satu
atau lebih output bagi konsumen. Input terdiri atas sumber daya manusia (tenaga
kerja), modal (peralatan dan fasilitas), pembelian bahan baku dan jasa, tanah, energi.
Sedangkan outputnya adalah barang dan jasa (Hatani, 2008).

8
Manajemen operasional mencakup pengelolaan atau pelaksanaan semua faktor
produksi yang meliputi SDM atau tenaga kerja, sarana dan prasarana, serta
strategi pelaksanaan.
2. Manajemen Persediaan dan pembelian.
Pembelian merupakan rangkaian proses pengadaan barang dalam suatu
perusahaan. Pengadaan meliputi kegiatan untuk menyediakan perbekalan sesuai
dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu
maupun tempat dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Persediaan meliputi segala macam barang yang menjadi objek pokok aktivitas
perusahaan yang tersedia untuk di olah dalam proses produksi atau di jual. Persediaan
adalah bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan perkiraan yang nilainya
cukup besar yang melibatkan modal kerja yang besar. Tanpa adanya persediaan
barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak
dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya.
Sistem dalam PT. Tria Jaya Abadi terkait proses pembelian dan persediaan obat
di PBF harus memperhitungkan faktor-faktor sebagai berikut :
 Waktu pembelian yang tepat
Pembelian dilakukan sebelum barang habis total. Pembelian dapat
dilakukan apabila jumlah persediaan diawal tersisa 20%. Tanggal
kadaluarsa obat harus diperhatikan agar tidak menimbulkan kerugian
apabila stok obat tersebut masih banyak dalam tempat penyimpanan.
 Produsen yang tepat
Sebagai produsen hendaknya mampu menghasilkan sediaan
farmasi yang paling sering dicari oleh para konsumen. Maka dari itu,
untuk mempertahankan eksistensi dari perusahaan, dipilih suatu produsen
yang produktif dan menghasilkan produk unggulan yang banyak menarik
minat konsumen sehingga akan menguntungkan bagi perusahaan.
 Barang yang tepat
Perencanangan yang matang perlu di lakukan agar nanatinya
pembelian barang sesuai dengan kebutuhan pelayanan di perusahaan,
pembelian produk obat dari suatu industry farmasiperlu di utamakan pada

9
pemebelian obat yang lebih dinikmati konsumen. Pemebelian dengan
jumlah yang tidak tetap, di sesuaikan dengan kebutuhan tergantung situasi
dan kondis.pengawasan stok obat atau barang melalui kartu stok samgat
penting, demgan demikian dapat di ketahui persediaan yang telah habis
dan yang kurang laku.
3. Manajemen teknologi Informasi.
Pengelolaan informasi baik untuk kebutuhan internal maupun eksternal di PT.
Tria Jaya Abadi diterapkan melalui sistem pelayanan dengan memanfaatkan
teknologi informasi berbasis komputer. Pemanfaatan teknologi informasi
menggunakan sistem yang baik merupakan solusi paling tepat dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan, koordinasi, efisiensi, responsibilitas,
pengawasan serta penyediaan informasi secara cepat, tepat dan akurat.
Tersedianya fasilitas berupa komputer akan memudahkan PT. Tria Jaya Abadi dalam
proses administrasi yang meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan sediaan farmasi, baik yang diterima,
disimpan, maupun didistribusikan. Adanya pencatatan dapat menjadi bukti bahwa
pengelolaan sediaan farmasi telah dilakukan, sebagai sumber data untuk melakukan
pengaturan dan pengendalian, serta sebagi sumber data untuk pembuatan laporan.
Namun setiap sistem memiliki suatu kelemahan, data dalam komputer bisa saja
mengalami masalah (error) baik disebabkan oleh operator atau pengguna maupun
sistem itu sendiri. Untuk mencegah kemungkinan buruk tersebut dibutuhkan
adanya network yang menghubungkan setiap perangkat komputer di PT. Tria Jaya
Abadi sehingga back up data tersedia di setiap komputer.Penerapan teknologi
informasi di PT. Tria Jaya Abadi dalam pemasokan barang dari produsen dan
fasilitas kefarmasian dapat dilakukan dengan menerapkan sistem pemesanan
produk secara online baik ke produsen (industri) atau kefasilitas kefarmasian.hal ini
dapat memepersingkat rantai pemasokan memungkinkan pihak PBF mengetahui
jimlah produk yang di perlukan untuk di pasok dan didistribusikan tanpa harus
langsung ke pihak produsen atau konsumen.melalui teknologi informasi pemantauan
terhadap peredaran obat-obat palsu dapat dilakukan. Sistem akan membantu dalam
memperjelas migrasi obat-obatkarena keluar masuknya produk akan terpantau dengan

10
baik.pemantauan migrasui obat ini akan membantu dapat mengurangi peredaran obat-
obatan palsu.selain itu, dengan adanya sistem informasi yang terintergritas maka akan
lebih memudahkan untuk promosi PBF secara online sehingga customer akan lebih
mengenal PT. Tria Jaya Abadi melalui promosi-promosi menarik seperti gratis
produk tertentu atau diskon sekian persen untuk pembelian barang dalam jumlah
besar.
4. Manajemen Pemasaran.
Manajemen Pemasaran merupakan suatu analisis, perencanaan, penerapan, dan
pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan
mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan
maksud untuk mencapai tujuan – tujuan dari perusahaan. Tipe pemasaran ada dua
yaitu pemasaran eksternal dan pemasaran internal. Pemasaran eksternal adalah
pemasaran yang dilakukan untuk orang-orang luar dapat dilakukan melalui
promosi yang dilakukan melalui media sosial atau dengan media cetak seperti baliho,
spanduk atau berupa poster yang dapat di pasang dipinggir jalan. Sedangkan untuk
pemasaran internal adalah pemasaran yang dilakukan untuk ruang lingkup yang kecil
atau intern. Permasalahan yang terjadi dalam manajemen pemasaran dalam suatu
perusahaan PBF adalah banyaknya saingan atau kompetitor sehingga dibutuhkan
suatu strategi untuk menarik konsumen. PT. Tria Jaya Abadi akan memberikan
kelonggaran atau tenggang waktu pembayaran sejak barang didistribusikan,
namun tetap dalam jangka waktu yang wajar. Kepada konsumen yang telah menjadi
pelanggan tetap atau telah menjalin kerja sama yang baik dengan pihak PBF selaku
distributor, maka akan diberikan bonus produk secara gratis dengan syarat dan
ketentuan berlaku. Strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan dilakukan
melalui berbagai promosi seperti dengan cara memasangiklan,menjalin
kejasama dengan pihak terkait, dan menerapkan berbagai promo menarik .
pengiklanan sendiri tidak hanya di lakukan pada media cetak ataupun media
elektronik, namun bisa dilakukan dengan bantuan internet untuk mempermuriadah
dalam prose publikasi. Selain itu di butuhkan pulas sistem berbasis online dalam
bentuk e-catalog untuk pemesanan barak ke pihak PBF,sehinggaproses pembelian
samapai distribusi dapat berjalan dengan dngan cepat dan efisien. Terakhir adalah

11
penerapan sistem konsinyasi atau menitipkan barang atau produkke retailer yang
menjalin kerjasama dengan PT. Tria Jaya Abadi. Retailer hanya perlu membayar
sesuai dengan jumlah produk yang laku, sedamgkan produk sisa dat di retur atau
penukaran dengan produk lain melalui bebrapa strategi pemasaran tersebut di
harapkan dapat menjadikan PBF ini sebagai distributor pihak customer.
5. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan suatu kegiatan perencanaan, penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang
dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Fungsi utama dari manajemen
keuangan adalah merencanakan, mencari dan memanfaatkan dana dengan berbagai
cara untuk memaksimalkan daya guna (efficiency) dari operasi-operasi perusahaan.
Perencanaan keuangan dibutuhkan untuk memenuhi berbagai tujuan perusahaan
seperti meningkatkan investasi dalam usaha, perubahan imbalan untuk para
wirausaha, meningkatkan kemampuan laba dalam usaha, dapat memberikan harapan
terhadap pertumbuhan usaha, dan meningkatkan efisiensi usaha.Setiap manajemen
membutuhkan perencanaan yang matang serta perlu dipersiapkan tindakan antisipasi
jika dalam pelaksanaannya tidak berjalan sesuai rencana. Manajemen keuangan
dimaksudkan untuk menyegarkan kondisi keuangan perusahaan dengan
mengontrol pemasukkan dan pengeluaran perusahaan melalui penekanan
perputaran biaya yang tidak perlu dan tetap berorientasi pada keuntungan atau laba
perusahaan sehingga harus benar-benar dikontrol pengeluaran yang tidak perlu.
Salah satu pengeluaran PBF meliputi pengadaan produk PBF seperti
pengadaan obat-obatan, alat-alat kesehatan, fasilitas berupa sarana dan prasarana,
biaya pendistribusian, serta kontribusi untuk tenaga kerja (SDM).Penerapan
manajemen keuangan di PBF PT. Tria Jaya Abadi ini meliputi, beberapa aspek
diantaranya planning, budgeting, controlling, auditing, dan reporting. Aspek
perencanaan (planning) meliputi Perencanaan Arus Kas dan Rugi Laba.
Perencanaan keuangan meliputi pemasukan baik dari dana sendiri maupun dari
investor, rencana pengeluaran, perhitungan rugi-laba selama proses operasional
sehingga dapat disusun strategi yang tepat kedepannya dalam
mengoperasikanperusahaan. Berkaitan dengan ketersediaan dana (budgeting) maka

12
perlu dilakukan penyususnan anggaran, sehingga akan membantu dalam menyusun
perencanaan penerimaan dan pengalokasian anggaran biaya sehingga alokasi dana
dapat dilakukan secara efisien (tepat sasaran) dan mampu memaksimalkan dana yang
dimiliki. Pengendalian (controlling) keuangan dimaksudkan untuk menjamin bahwa
alokasi dana telah sesuai atau tepat sasaran. Kontrol dilakukan melalui evaluasi
serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan perusahaan. Pemeriksaan
(auditing) keuangan dilakukan sesuai dengan kaidah standar akuntansi dan tidak
terjadi penyimpangan. Audit dilakukan untuk mengevaluasi keuangan perusahaan
terutama tentang pemasukkan, pengeluaran, dan laba-rugi, sehingga apabila terjadi
penyimpangan pada keuangan dapat ditemukan dan segera ditindak lanjuti. Aspek
terakhir yaitu pelaporan (reporting) keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
baik terhadap pelaksanaan operasional dan pengalokasian dana selama proses
operasional berlangsung. Laporan keungan menyediakan informasi secara
rinci tentang kondisi keuangan perusahaan dan analisa rasio laporan keuangan
yang dapat dijadikan sebagai evaluasi apakah harus ada penekanan pada keuangan
akibat kerugian atau perluasan usaha atau penambahan pemasokan akibat
diterimanya suatu laba usaha. Beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam
pebuatan suatu laporan keuangan adalah aktiva (jumlah sumber daya yang
dimiliki perusahaan), kewajiban (meliputi transaksi dan peristiwa ekonomi yang
mempengaruhi kinerja perusahaan dalam satu periode waktu tertentu), dan ekuitas
(jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan). Melalui sistem manajemen keuangan
tersebut, diharapkan akan mampu memberi kontribusi positif dalam regulasi dana
perusahaan sehingga PBF dapat terus memperoleh laba.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian di Pedagang Besar Farmasi ( PBF) adalah
dalam bidang pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran sediaan
farmasi. Menurut PerMenKes RI No. 1148/Menkes/Per/VI/2011, Pedagang Besar
Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah
besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dimana pedagang besar
farmasi berfungsi untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat/bahan obat
dalam jumlah besar sesuai peraturan perundang-undangan. Dan ada juga hal-hal
yang mengatur PBF itu sendiri.
 Manajemen operasional PBF di PT Tria Jaya Abadi meliputi pemilihan
lokasi PBF, denah bangunan, perizinan PBF, sarana dan prasarana
penunjang, serta dan pembuatan struktur organisasi, dimana peran apoteker di
PBF sebagai penangggung jawab yang bertugas untuk mengawal sediaan farmasi
dimana jaminan kemanan, khasiat, dan mutu sediaan farmasi dituntut dari
proses awal sampai akhir. 3.1.2 Manajemen pembelian dan persediaan PBF di PT
Tria Jaya Abadi dilakukan dengan menerapkan sistem manajemen dengan
mempertimbangan secara matang waktu pembelian, pemilihan produsen yang
tepat, dan pemilihan barang yang tepat.
 Manajemen teknologi informasi PBF di PT Tria Jaya Abadi dilakukan
dengan menerapkan sistem komputerisasi untuk pemcatatan seluruh rangkaian
kegiatan dalam pengelolaan sediaan farmasi, baik yang diterima, disimpan,
maupun didistribusikan. Teknologi informasi dengan komputerisasi juga
dimanfaatkan untuk membangun sistem pemesanan seacara online, pemantauan
peredaran obat palsu, dan promosi perusahaan secara online.
 Manajemen pemasaran PBF di PT Tria Jaya Abadi dilakukan dengan
memberikan tenggang waktu secara wajar kepada konsumen terhadap
pembayaran, bonus produk dengan syarat dan ketentuan berlaku, promosi melalui

14
pemasangan iklan mengenai perusahaan, sistem berbasis online dalam bentuk e-
catalog untuk pemesanan barang ke pihak PBF, serta penerapan sistem konsinyasi.
 Manajemen keuangan PBF di PT. Tria Jaya Abadi ini meliputi beberapa aspek
diantaranya planning, budgeting, controlling, auditing, dan reporting diharapkan
akan mampu memberi kontribusi positif dalam regulasi dana perusahaan sehingga
PBF dapat terus memperoleh laba.
B. Saran
 Manajemen keuangan PBF di PT. Tria Jaya Abadi ini meliputi beberapa aspek
diantaranya planning, budgeting, controlling, auditing, dan reporting diharapkan
akan mampu memberi kontribusi positif dalam regulasi dana perusahaan sehingga
PBF dapat terus memperoleh laba.
 Perlu dibentuk prosedur tertulis mengenai kwalifikasi pemasuk, pelanggan,
pemisah obat, dan pemusnahan obat.
 Hal-hal yang sudah berjalan agar disesuaikan dengan yang tercantum pada CDOB.
 Sangat disarankan untuk melaksanakan hal-hal yang terdapat di CDOB namun
belum ada di PBF Tramedifa. Hal ini bertujuan agar dapat diperolehnya sertifikat
CDOB sebagai pembuktian terhadap kualitas dari PBF.

DAFTAR PUSTAKA

15
 Hatani, L.A., 2008. Buku Ajar Manajemen Operasional. Kendari: Bagian
Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo.
 PerMenKes RI No. 1148/ MENKES/PER/VI/2011
 http://www.apotekers.com/2016/11/apa-itu-pbf-dan-apa-fungsi-dari-pbf.html.
 Internal/Download/095314069_full.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai