Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL NEUROPSIKIATRI

MODUL 3
“GANGGUAN TIDUR”

KELOMPOK 2
Misfallah Harun 17 777 003

Indrian Saputri 17 777 006

Ni Made Ayu Sri Lestary 17 777 007

Suganda Maulana B. 17 777 009

Andi Siti Matahari Adela 17 777 014

Andinan Swastika S.Barham 17 777 019

Ahmad Khoerul Ikhsanudin 18 777 060

Sayyid Moh. Faiz 18 777 061

Dosen Pembimbing :
dr. Dewi Suryani, Sp.KJ

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAT
PALU
2019
SKENARIO
Seorang wanita 31 tahun, ibu rumah tangga datang ke poliklinik dengan
keluhan susah tidur. Selain itu ia juga mengeluh sesak nafas, jantung berdebar
debar, serta leher tegang. Ia juga mengeluhkan pada banyak hal walaupun sudah
berusaha mengontrolnya ini dialami sejak beberapa tahun terakhir.

KATA KUNCI
1. Wanita 31 tahun.
2. Keluhan susah tidur.
3. Keluhan sesak nafas.
4. Jantung berdebar debar.
5. Dialami sejak beberapa tahun terakhir.

PERTANYAAN
1. Definisi dan fisiologi tidur.
2. Definisi, penyebab dan klasifikasi gangguan tidur.
3. Langkah langkah diagnosis.
4. Differential diagnosis.

1
JAWABAN

1. DEFINISI DAN FISIOLOGI TIDUR

A. Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang menyebabkan reaksi individu
terhadap lingkungan sekitar menurun bahkan hilang, akan tetapi dapat bangun dan
dikembalikan seperti sebelumnya dengan suatu rangsangan.

B. Perubahan Proses Fisiologis Selama Tidur


1. Penurunan Tekanan Darah
2. Dilatasi pembuluh darah perifer
3. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastroinstestinal
4. Relaksasi otot-otot rangka
5. Basal metabolisme menurun

C. Pembagian Tidur
1. Tidur dibagi 2 tipe
- Tipe rapid eye Movement (REM)
- Tipe Non rapid eye movement (NREM)
2. Fase awal tidur didahului fase NREM yang terdiri 4 Stadium, lau diikuti fase
REM
3. Fase NREM 75%, fase REM 25%

2. DEFINISI, PENYEBAB DAN KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR.


A. Gangguan tidur adalah masalah yang berhubungan dengan tidur yang terjadi
berulang kali dan terus menerus yang menyebabkan distress atau hendaya untuk
berfungsi dengan baik dalam bidang pekerjaan, sosial, maupun penggunaan waktu
senggang.

B. Penyebab Gangguan Tidur


a) faktor hormonal : menstruasi, kehamilan, dan stress
b) faktor psikis : gangguan tidur akibat gangguan jiwa

2
c) gangguan tidur akibat keadaan medis umum
d) Akibat penggunaan zat : cthnya alkohol dan kafein
e) kebiasaan tidur : gangguan tidur irama sirkadian

C. Klasifikasi Gangguan Tidur


 Gangguan Tidur Primer
1) Disomnia
Disomnia adalah keadaan seseorang sulit memulai tidur,mengalami gangguan
selama tidur , bangun terlalu dini atau kombinasi diantaranya.
Disomnia terdiri dari : Insomnia, Hipersomnia, Narkolepsi, Gangguan tidur
terkait pernapasan, gangguan tidur irama sirkadian, Disomnia YTT.
 Insomnia merupakan suatu kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan
tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan selama 1 bulan atau lebih di mana
keadaan sulit tidur ini harus menyebabkan gangguan klinis yang signifikan
 Hipersomnia merupakan Rasa mengantuk berlebihan untuk waktu sedikitnya 1
bulan (atau kurang jika berulang) yang tampak baik dengan episode tidur lama
atau episode tidur siang hari yang terjadi hampir setiap hari.
 Narkolepsi merupakan rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari disertai
manifestasi abnormal tidur rapid eye movement (REM) yang terjadi setiap hari
sedikitnya 3 bulan.
 Gangguan tidur terkait pernapasan merupakan penghentian tidur yang
menyebabkan rasa mengantuk berlebihan atau insomnia yang disebabkan
gangguan pernapasan terkait tidur. Cth :Sindrom apnea tidur sentralobstruktif
sindrom hipoventilasi alveolar sentral.
 Gangguan tidur irama sirkadian merupakan ketidaksesuaian antara jadwal
tidur-bangun yang dibutuhkan oleh lingkungan seseorang dan pola tidur-
bangun sirkadiannya yang dapat menyebabkan seseorang hipersomnia atau
insomnia.
 Disomnia YTT merupakan untuk insomnia, hipersomnia, atau gangguan irama
sirkadia yang tidak memenuhi kriteria disomnia spesifik apapun.

3
2) Parasomnia
Parasomnia merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-
kejadian episode yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada
waktu antara bangun dan tidur. 3 faktor pendukung terjadinya parasomnia :
peminum alkohol, kurang tidur, stress psikososial.
Parasomnia terdiri dari : mimpi buruk, teror tidur, somnabulisme, parasomnia
YTT.
 Mimpi buruk merupakan mimpi yang lama dan menakutkan yang membuat
orang terbangun dengan rasa ketakutan, seperti mimpi, terjadi selama tidur
REM.
 Teror tidur di awali dengan jeritan atau tangisan pilu dan disertai perilaku
ansietas hebat yang hampir mendekati panik, dan terbangun pada sepertiga
awal malam selama tidur NREM.
 Somnabulisme merupakan tidur dengan manifestasi bangkit dari tempat tidur
saat sedang tidur dan berjalan berkeliling. Terjadi pada fase NREM. Tahap 3
dan 4.
 Parasomnia YTT adalah gangguan tidur yang tidak memenuhi kriteria
parasomnia.

A. Gangguan tidur akibat gangguan jiwa lain


Gangguan tidur yang di akibatkan oleh gangguan jiwa seperti gangguan
psikotik dan gangguan afektif.

B. Gangguan tidur lainnya


 Gangguan tidur akibat gangguan medis umum yaitu penyakit paru atau
nyeri di badan dan penyakit penyakit lain yang membuat orang sulit tidur.
 Gangguan tidur akibat penggunaan zat. Seperti kafein, amfetamin, kokain,
dan zat zat yang terkait., dexamethason membuat halusinasi

4
3. LANGKAH LANGKAH DIAGNOSIS
 Anamnesis
Fase perkenalan
1. Persilahkan pasien masuk ke ruangan
2. Sapa pasien dengan mengucapkan salam dan senyum yang ramah
3. Perkenalkan diri sambil menjabat tangan pasien
4. Persilahkan pasien untuk duduk dan tanyakan identitas pasien
5. Tunjukkan sikap empati

Fase pembukaan
6. Tawarkan bantuan yang dapat diberikan
7. Tanyakan alasannya dating kepoliklinik atau keluhan utama
8. Gunakan keluhan utama untuk mengembangkan diagnosis banding dan
diagnosis sementara

Fase inti
9. Tanyakan bagaimana gejala awal penyakit ,sifat gejala, lokasi dan penjalaran,
lamanya, keparahan, dan tanyakan gejala-gejala lain yang menyertainya.
10. Tanyakan pengaruh penyakit tersebut terhadap aktivitas social dan pekerjaan
serta penggunaan waktu senggang .
11. Singkirkan atau masukkan berbagai kemungkinan diagnosis dengan
menggunakan pertanyaan terpusat .
12. Tanyakan riwayat penyakit terdahulu
13. Tanyakan riwayat perkembangan pribadi
14. Tanyakan riwayat penyakit keluarga
15. Tanyakan keadaan diri dan lingkungan pasien saat ini

FASE PENUTUP
17. Buat kesimpulan hasil wawancara
18. Tegakkan diagnosa multiaksial
19. Susun rencana alternative terapi

5
20. jabat tangan pasien sambil memberikan harapan kepada pasien agar segalanya
berjalan lancar dan baik

 Pemeriksaan status mental


1. DeskripsiUmum
a. Penampilan: Jelaskan mengenai kesehatan penyakitsecara umum, postur tubuh,
apakah hygiene pribadinya baik, dan berpakaian denganrap i dan bersih,cara
berpakaian yg aneh atau cirri fisik yg menonjol,kesopanan, kontak mata,
tingkat keinginan untuk bekerja sama, ekspresi wajah, postur,apakah merespon
halusinasi. Juga catat jika ada tato,tindik, bekas tusukan atau
sayatan(khususnya pada bagian lengan bawah yg tidak biasa).
b. Kesadaran : Kesadaran terhadap lingkungan, jangka waktu perhatian,
kesadaran berkabut, fluktuasi tingkat kesadaran,somnolen, stupor
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor : gelisah/tenang/streotipik, perlu dicari
adanya gejala ekstra piramidal
d. Pembicaraan : Spontan, intonasi menjawab sesuai pertanyaan/tidak ,
banyakbicara,cadel, terpatah patah
e. Sikap terhadap pemeriksa : tidak kooperatif/kooperatif,bersahabat, penuh
perhatian, jujur, merayu, apatis,hostile,mengelak,berhati-hati

2. Keadaan Afektif
a) Mood
 Suasana perasaan yang bersifat pervasive danbertahan lama,yang mewarnai
persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
 Pemeriksa dapat menilai suasana perasaan pasien dari pernyataan yang
disampaikan oleh pasien, dari ekspresi wajah, perilaku motoric. Bila perlu
dapat ditanyakan kepada pasien tentang suasana perasaan yang dialaminya
 Mood dapat digambarkan dengan mood antara lain depresi,iritabel,cemas,labil
b) Afek
 Merupakan respon emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi
wajah,sikap dan gerak gerik tubuh

6
 Afek mencerminkan situasi emosi sesaat
 Contoh afek :afek luas, menyempit,tumpul,serasi, tidak serasi
c) Keserasian afek
 Pemeriksa mempertimbangkan keserasian respon pasien terhadap topic yang
didiskusikan dalam wawancara
3. Fungsi Intelektual (Kognitif)
 Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Tingkat pendidikan
formal, perkiraan kemampuan intelektual pasien dan apakah mampu berfungsi
pada tingkat dasar pengetahuan
 Konsentrasi/perhatian : usaha untuk mengarahkan aktivitas mental pada
pengalaman tertentu,Contoh jenis gangguan perhatian
 Distraktibilitas : ketidakmampuan memusatkan dan mempertahankan perhatian
 Inatensiselektif : tidak mampu memustakan perhatian pada objek atau situasi
tertentu
 Kewaspadaan berlebihan/hyper vigilance: pemusatan perhatian yang berlebih
pada stimulus eksternaldan internal.
 Orientasi :
 Waktu : Apakah pasien mengenal hari secara benar,tanggal, waktu tempat
 Tempat : Apakah pasien mengenal tempat
 Orang: apakah pasien mengenal orang sekitarnya

4. Dayaingat
a) Daya ingat : proses pengelolaan informasi meliputi merekam, penyimpanan,
pemanggilan kembali.
 Daya ingat jangka panjang (remote memory) : data masa kanak
kanak,peristiwa penting yang terjadi ketika masih muda
 Daya ingat jangka pendek (Recent past memory, recent memory) :beberapa
bulan ataubeberapa hari yang lalu, apa yang dilakukan pasien kemarin, sehari
sebelumnya, sudah sarapan, makan siang, makan malam.

7
 Daya ingat segera (immediate retention and recall) : kemampuan untuk
mengulangi enam angka setelah pemeriksa mendiktekannya – pertama maju,
kemudian mundur, sesudah beberapa menitinterupsi, tes pertanyaan yang lain,
pertanyaan yang sama, jika diulang
b) Pikiran abstrak :Gangguan dalam formulasi konsep; cara pasien
mengkonsepsualisasikan atau menggunakan ide-idenya, (misalnya
membedakan antara apel dan pear, abnormalitas dalam mengartikan peribahasa
yang sederhana.
c) Bakat kreatif
d) Kemampuan menolong diri sendiri

5. Gangguan persepsi
 Halusinasi: persepsi atatu tanggapan palsu tidak berhubungan stimulus
eksternal
 Ilusi: persepsi yang keliru dari stimulus eksternal
 Depersonalisasi: satu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari
perasaan subjektif dengan gambaran seseorang mengalami dan merasakan diri
sendiri(tubuhnya) sebagai tidak nyata atau asing
 Derealisasi: perasaan subyektif bahwa lingkungannya menjadi asing atau tidak
nyata.

6. Proses berpikir
a) Arus pikiran :
 Produktivitas : banyak ide,miskin ide,cukup
 Kontinuitas: irelevan, asosiasi longgar, flight ofidea, koheren, inkoheren
 Hendaya berbahasa: tidak ada/ada
b) Isi Pikiran
 Preokupasi:Mengenai sakit, masalah lingkungan,obsesi, kompulsi, fobia,
rencana bunuh diri, membunuh,gejala-gejala hipokondrik.
 Gangguan isi pikiran: waham suatu keyakinan atau kepercayaan yang keliru

8
 Contoh waham : bizzare, kebesaran, curiga, kejar
c) Pengendalian impuls: baik/terganggu
 Daya nilai : kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang
sesuai dengan situasi tersebut
 Norma sosial: kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara benar dan
bertindak dgn memperhatikan kaidah norma social yg berlaku
 Uji daya nilai: kemampuan untuk menilai secara benar dan bertindak yang
sesuai dalam situasi imajiner
 Penilaian Realitas: kemampuan seseorang untuk menilai realitas

4. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
A. GANGGUAN CEMAS
Definisi
Ganguaan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder) merupakan
kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan da kekhawatiran yang
berlrbihan dn tidak rasional bahkan terkadang tidak relistik terhadap berbagai
peristiwa kehidupan sehari-hari
Epidemiologi
Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% dan rasio antara
perempuan dan laki-laki sekitar 2:1.
Etiologi
 Teori Biologi
Area otak yang diduga trlibat pda timbulnya GAD adalah lobus oksipitalis
yang mempunya reseptor benzodiazepin tertinggi di otak. Basal ganglia, sistim
limbik dan korteks frontal juga di hipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya
GAD. Pada pasien GAD juga di temukan sistim serotonergik yang abnormal.
Neuro transmiter yang berkaitan dengan GAD adalah GABA, serotonin,
norepinefrin, glutamat, dan kolesistokinin.
 Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien GAD
dan gangguan depresi mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga

9
tingkat pertama penferita GAD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan
penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50% paada kembar
monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.
 Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala dari
konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.pada tingkat yang paling primitif
anxietas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta.
 Teori kogtinif-perilaku
Penderita GAD berespon secara salah dan tidak dapat terhadap ancaman,
disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal hal negatif pada lingkungan,
adanya distorsi pada pemrosesan informasi dn pandangan yang sangat negatif
terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.

Kriteria diagnosis gangguan Cemas menyeluruh berdasarkan DSM IV :


Ansietas dan kekhawtiran berlebihan terjadi hampir setiap hari selama
setidaknya 6 bulan, mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas
Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan 3 (atau lebih) dari keenam gejala
berikut (dengan beberapa gejala setidaknya muncul hampir setiap hari selama 6
bulan
• gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok.
• mudah merasa lelah
• sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
• mudah marah
• otot tegang
• gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak
dan tidak puas)
• ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan distres yang secara
klinis bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya
• gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat

10
Penatalaksanaan
a.Farmakoterapi
- benzodiazepin
- buspiron
- SSRI
b.Psikoterapi
- terapi kognitif-prilaku
- terapi suportif
- psikoterapi berorentasi tilikan
Prognosis
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin
berlangsung seumur hidup.sebanyak 25% penderita ahirnya mengalami gangguan
panik,juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.

B. Gangguan Somatoform
Gangguan somatoform adalah adalah sekelompok gangguan kejiwaan yang
menyebabkan gejala fisik yang tidak terdapat kelainan organik/medic. Gangguan
Somatofrom terbagi atas
 Gangguan Somatisasi
 Hipokondriasis
 Gangguan Konversi
 Gangguan nyeri somatoform
 Gangguan tubuh dismorfik
 Gangguan somatofrom YTT

1. Gangguan Somatisasi
a. Definisi
Gangguan yang dicirikan dengan gejala somatik yang banyak yang tidak dapat
dijelaskan berdasarkan pemeriksaan fisik maupun laboratorium

11
b. Epidemiologi
Prevalensi gangguan somatisasi sepanjang hdp, 0.2 -2% pada perempuan dan
0.2% pada laki-laki. Lebih banyak perempuan dp laki-laki (5:1). Onset somatisasi
sebelum usia 30 dan berawal pada masa remaja
c. Etiologi
 Faktor Psikososial
Secara psikososial adalah bentuk komunikasi yang bertujuan menghindarkan
diri dari kewajiban. Dapat berhubungan dgn kepribadian antisosial, yaitu
berhubungan dengan kelemahan perilaku /inhibisi dan kekuatan pada perilaku
aktivasi, serta keuntungan jangka pdk
 Faktor biologis
Data genetik prevalensi 10-20 % pd perempuan turunan pertama, sedangkan
saudara laki-laki cenderung penyalahgunaan zat dan ggn kepribadian
antisosial.Prevalensi kembar monozygot 29 % , kembar dizigot 10 %
d. Kriteria diagnositik
Kriteria diagnosis gangguan somatisasi berdasarkan DSMIV :
1) Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode lebih dari
beberapa tahun dan menyebabkan hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan dan
fungsi penting lainnya.
2) Kombinasi dari gejala-gejala yang tidak terjelaskan, yang terjadi kapanpun
selama perjalanan dari gangguan, yang semuanya harus dipenuhi.
 4 gejala nyeri : sekurangnnya empat tempat atau fungsi yang berlainan
(misalnya kepala, perut, punggung, sendi,anggota gerak, dada, rektum, selama
menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)
 2 gejala gastrointestinal : sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual,
kembung, muntah selain dari selama masa kehamilan diare, atau intoleransi
terhadap beberapa jenis makanan
 1 gejala seksual : sekurangnya satu gejala seksual atau reproduksi selain nyeri
(misalnya indiferensi seksual,disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak
teratur,perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).

12
 1 gejala pseudoneurologis : sekurangnya satu gejala atau defisit
pseudoneurologi yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak
terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit
menelan,retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri,pandangan ganda,
kebutaan, ketulian, kejang : gejala disosiatif seperti amnesia ; atau hilangnya
kesadaran selain pingsan)
3) Salah satu dua penjelasan dibawah
 Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejaladalam kriteria, B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnyaoleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek
langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera,medikasi, obat, atau alkohol)
 Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan social atau
pekerjaan yang ditimbulkan adalah melebihi apa yang diperkirakan dari
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atautemuan laboratorium.
4) Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (sepertiga gangguan
buatan atau pura-pura)
e. Terapi
 Psikoterapi : mengatasi gejala, ekspresikan emosi yang mendasari,
mengembangkan strategi alternatif untuk mengungkapkan perasaan.
 Psikofarmakologi bila terdapat cemas dan depresi dgn pengawasan ketat
karena pasien cenderung menggunakan obat berganti-ganti
f. Prognosis
Gangguan somatisasi cenderung bersifat kronis berfluktuasi.
Remisitotal jarang tercapai. Dengan tatalaksana yang tepat distress dapat
dikurangi namun tidak dapat sama sekalidihilangkan

C. INSOMNIA
Suatu kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan tidur, atau tidur yang
tidak menyegarkan selama 1 bulan atau lebih di mana keadaan suli ttidur ini harus
menyebabkan gangguan klinis yang signifikan.

13
• Insomnia Primer :
Merupakan gangguan tidur yang tidak ada hubungannya dengan medis, psikis,
dan lingkungan.
• Insomnia Sekunder :
Merupakan gangguan tidur yang disebabkan oleh beberapa penyakit dan
gangguan medis yang lain.

Insomnia

Transient Short-term Chronic


insomnia insomnia insomnia
< 1 week 1 - 4 weeks > 4 weeks
Cause of
Acute stressor Chronic stressor Brain Chemicals
Ongoing
Change in circadian Insomnia & hormones
Acute illness
Jet lag Psychiatric
Medications
Shift work Disorders
Brain
Chemicals Immune Psychiatric Medical
Medication
& System Disorders Condition
hormones

Interleukin-6 Anxiety, Asthma,


Stress hormone Theophylline
TNF ( during Depression, Rheumatologic
Growth hormone Beta-blocker,
the day but BD,Substance Cond, Menopause,
Melatonin Antidepressant
at night) Use Incontinence.

Gambaran klinis:
• Sulitnya masuk tidur
• Seringnya terbangun setelaha witan tidur dan sulit tidur kembali
• Bangun terlalu pagi (dini hari)
• Tidak adanya rasa segar setelah bangun tidur
• Gangguan tidur sudah berlangsung paling sedikit satu bulan
• Pasien mengalami penderitaan yang bermakna secara klinis
• Adanyahendayasosial, okupasional, danfungsipentinglainnya di sianghari

14
Diagnosis
Lakukan penilaian terhadap :
• Pola tidur
• pemakaian obatmedisdannapza
• Tingkatan stres psikis,
• Riwayat medis,
• aktivitas fisik
Terapi :
Sleep Hygiene
• Bangun dan pergi ke tempat tidur pada waktu yang sama setiap hari, walaupun
pada akhir pekan.
• Batasi waktu ditempat tidur setiap harinya.
• Tidak menggunakan tempat tidur sebagai tempat untuk membaca, nonton TV
atau bekerja.
• Meninggalkan tempat tidur dan tidak kembali selama belum mengantuk
• Menghindaritidursiang.
• Latihan minimal tiga atau empat kali tiap minggu (tetapi bukan pada sore hari,
kalau hal ini akan mengganggu tidur).
• Pemutusan atau pengurangan konsumsi alkohol, minuman yang mengandung
kafein, rokok dan obat-obat hipnotik-sedatif.

Penggolongan obat anti insomnia


• Benzodiazepine : Nitrazepam, Flurazepam,
Eztazolam
• Non benzodiazepine : zolpidem

15
Komplikasi insomnia

D. GANGGUAN PANIK
Definisi
Gangguan panik adalah jenis gangguan kecemasan yang ditandai,oleh
'serangan panik' berulang-ulang, yaitu periode terpisah dariperasaanketakutan
yang intens dan berhubungan dengan gejala fisik seperti jantung berdebar-debar,
sesak napas, berkeringat, gemetar, ketidaknyamanan di dada, pusing dan
sebagainya. Penderita gangguan panik sering merasa cemas bahwa gejala ini
adalah indikasi adanya penyakit parah seperti sakit jantung atau kehilangan
kontrol, dan dengan demikian ia akan mencegah terjadinya serangan panik dengan
menghindari tempat atau situasi tertentu. Penghindaran seperti itu bisa
meningkatkan perasaan ketakutan dan kecemasan yang mengakibatkan lingkaran
setan kepanikan dan kecemasan.
Epidemiologi
Dari penelitian diketahui bahwa di Negara-negara barat gangguan panic
dialami oleh lebih kurang 1,7% dari populasi orang dewasa. Di Indonesia belum
dilakukan studi epidemiologi yang dapat menggambarkan berapa jumlah individu

16
yang mengalami gangguan panic, namun para professional merasakan adanya
peningkatan jumlah kasus yang datang minta pertolongan.
Prevelensi sepanjang hiduo gangguan panic dilaporkan 1,5% - 5% sedangkan
serangan panik sebanyak 3% - 5,6%. Suatu penelitian di texas terhadap lebih dari
1600 sampel yang diseleksi secara acak, didapatkan angka prevelensi sepanjang
hidup 3,8% untuk gangguan panic, 5,6% untuk serangan panic, serta 2,2%
mengalami serangan panic dengan gejala yang terbatas dan tidak memenuhi
kriteria diagnostic. Gangguan panic pada perempuan 2/3 dari laki-laki. Pada
umumnya terjadi pada usia dewasa muda sekitar 25 tahun, tetapi bisa terjadi pada
usia berapapun, termasuk anak-anak dan remaja.
Sembilan puluh satu persen pasien dengan gangguan panic dan 84% yang
denggan agoraphobia mengalami setidaknya satu gangguan psikiatrik lainnya.
Sepuluh hingga 15% pasien dengan gangguan panic juga mengalami gangguan
depresi berat. Sepertiga diantaranya mengalami gangguan depresi sebelum awitan
gangguan panic, serta sisanya mengalami serangan panic selama atau sesudah
awitan gangguan depresi berat.
Ansietas juga sering terdapat pada gangguan panic dengan agoraphobia. 15 –
30% mengalami fobia social, 2-20% terdapat fobia spesifik dan 15-30%
mengalami gangguan kecemasan hingga 30% mengalami gangguan obsesif-
kompulsif.
Kondisi komorbiditas lainnya antara lain hipokondriasi, gangguan kepribadian,
gangguan penggunaan zat.

Etiologi
Sebagaimana gangguan jiwa lainnya, etiologinya belum pasti dan terdiri dari
faktor organobiologik, psikoedukatif (termasuk psikodinamik) serta sosiokultural:
1.) Faktor biologik
Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan panic berhubungan dengan
abnormalitas struktur dan fungsi otak. Dari penelitian juga diperoleh data bahwa
pada otak pasien dengan gangguan panic beberapa neurotransmitter mengalami
gangguan fungsi, yaitu serotonin, GABA (Gama Amino Butiric Acid). Dan

17
norepinefrin.Hal ini didukung oleh fakta bahwa, Serotonin Reuptake Inhibitors
(SSRIs) efektif pada terapi pasien-pasien dengan gangguan cemas, termasuk
gangguan panik.
Beberapa hipotesis patofisiologi, terjadi disregulasi baik pada system perifer
maupun system saraf pusat.Pada beberapa kasus ditemukan peningkatan tonus
simpatetik dalam system otonomik.Penelitian pada status neuroendokrin juga
menemukan beberapa abnormal namun hasilnya belum konsisten.
Serangan panic merupakan respons terhadap rasa takut yang terkondisi yang
ditampilkan oleh fear network yang terlalu sensitive, yaitu amigdala, kortex
prefrontal dan hipokampus, yang berperan terhadap timbulnya panic, dalam
model ini, seseorang dengan gangguan panic menjadi takut akan terjadinya panik.
Faktor biologic lain yang berhubungan dengan terjadinya serangan panic adalah
adanyan zat panikogen yang digunakan terbatas pada penelitian, serta perubahan
pada tampilan pencitraan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
2.) Faktor Genetik
Pada keturunan pertama pasien dengan gangguan panic dengan agoraphobia
mempunyai risiko 4-8 kali mengalami serangan yang sama.
3.) Faktor psikososial
Bila kita meninjau dari teori psikodinamik :
Analisis penelitian mendapatkan bahwa terdapat pola ansietas akan sosialisasi
saat masa kanak, hubungan dengan orang tua yang tidak mendukung serta
perasaan terperangkap atau terjebak. Pada kebanyakan pasien, rasa marah dan
agresivitas sulit dikendalikan.Pada pasien-pasien dengan gangguan panik, terdapat
kesulitan dalam mengendalikan rasa marah dan fatasi-fantasi nirsadar yang
terkait.Misalnya pasien mempunyai harapan dapat melakukan balas dendam
terhadap orang tertentu. Harapan ini merupakan suatu ancaman terhadap figure
yang melekat.
Menurut teori kelekatan (attachment), pasien-pasien dengan gangguan panik
memiliki gaya kelekatan yang bermasalah, a.l dalam bentuk preokupasi terhadaap
kelekatannya itu. Mereka sering berpandangan bahwa perpisahan dan kelekatan
sebagai suatu yang mutuallyexclusive; hal ini karena sensitivitas yang tinggi baik

18
akan kehilangan kebebasan maupun kehilangan akan rasa aman dan perlindungan.
Kesulitan ini tampak dalam keseharian pasien yang cenderung menghindari
perpisahan – yang terlalu menakutkan – dan pada saat yang sama secara simultan
juga menghindari kelekatan yang terlalu intens; sering hal ini tampak dalam gaya
interaksi pasien yang terlalu mengontrol orang lain.
Tanda dan gejala
Gangguan panik terutama ditandai dengan serangan panik yang
berulang.Serangan panik terjadi secara spontan dan tidak terduga, disertai gejala
otonomik yang kuat, terutama system kardiovaskular dan system
pernafasan.Serangan sering dimulai selama 10 menit, gejala meningkat secara
cepat. Kondisi cemas pada gangguan panik biasanya terjadi secara tiba-tiba, dapat
meningkat hingga sangat tinggi disertai gejal-gejala yang mirip gangguan jantung,
yaitu rasa nyeri dada, berdebar-debar, keringat dingin, hingga merasa seperti
tercekik. Hal ini dialami tidak terbatas pada situasi atau rangkaian kejadian
tertentu dan biasanya tidak terduga sebelumnya.
Kondisi ini dapat berulang hingga membuat individu yang mengalaminya
menjadi sangat khawatir bahwa ia akan mengalami lagi keadaan tersebut (disebut
anticipatory anxiety). Hal itu membuatnya berulangkali berusaha mencari
pertolongan dengan pergi ke rumah sakit terdekat.
Sistem pernafasan merupakan topik yang penting dalam invvestigasi pasien
dengan gangguan panic, karena pernafasan yang cepat dan pendek merupakan
gejala yang sangat jelas dirasakan pasien.Disamping itu, menurut Donald D.Klein,
gejala tersebut merupakan suffocation false alarm.Berbeda dengan abnormalitas
kardiovaskuler, pernafasan yang tidak stabil adalah spesifik pada gangguan panik,
termasuk sindrom hiperventilasi dan peningkatan variasi pernafasan yang tidak
stabil bisa timbul tanpa terjadi serangan panik.Sebaliknya, serangan panik tidak
selalu disertai pengukuran obyektif dari hiperventilasi atau disfungsi
kardiovaskular.
Gejala mental yang dirasakan adalah rasa takut yang hebat dan ancaman
kematian atau bencana.Pasien bisa merasa bingung dan sulit berkonsentrasi.Tanda
fisik yang menyertai adalah takikardia, palpitasi, dispne dan berkeringat.

19
Penderita akan segera berusaha “keluar” dari situasi tersebut dan mencari
pertolongan. Serangan dapat berlangsung selama 20-30 menit, jarang sampai lebih
dari satu jam.
Pada permeriksaan status mental saat serangan dijumpai ruminasi, kesulitan
bicara seperti gagap dan gangguan memori. Depresi, derealisasi dan
depersonalisasi bisa dialami saat serangan panic. Fokus perhatian somatic pasien
adalah perasaan takut mati karena masalah jantung atau pernafasan. Sering pasien
akan merasa seperti akan menjadi gila.
Agoraphobia yang dialami oleh pasien dengan gangguan panik menyebabkan
penderita menolak untuk meninggalkan rumah ke tempat-tempat yang sulit
mendapatkan pertolongan.Gejala penyerta lainnya adalah depresif, obsesif
kompulsif dan pemeriksaan harus waspada terhadap tendensi bunuh diri.
Problem dalam rumah tangga, kehilangan pekerjaan, kesulitan finansial, bisa
merupakan konsekuensi dari gangguan panic, demikian juga penggunaan alcohol
dan zat lainnya.

Penatalaksanaan
Tatalaksana gangguan panic terdiri atas pemberian farmakoterapi dan
psikoterapi. Dan penelitian didapatkan bahwa bila hanya farmakoterapi saja atau
psikoterapi saja, maka angka kekambuhan lebih tinggi dibandingkan dengan bila
mendapat gabungan antara farmakoterapi dan psikoterapi.
a. Farmakoterapi
Terdiri atas :
1. SSRI – serotonin selective reuptake inhibitors. Ada beberapa macam dapat
dipilih salah satu, yaitu sertraline, fluoksetin, fluvoksamin, escitalopram, dll.
Obat diberikan selama 3-6 bulan atau lebih, tergantung kondisi individu, agar
kadarnya stabil dalam darah sehingga dapat mencegah kekambuhan,
2. Alprazolam : awitan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 4-6 minggu,
setelah itu secara perlahan-lahan diturunkan dosisnya sampai akhirnya di
hentiken. Jadi setelah itu dan seterusnya, individu hanya minum golongan
SSRI.

20
b. Psikoterapi, berupa :
1. Terapi relaksasi
Diberikan pada hamper semua individu yang mengalami gangguan panic,
kecuali ybs menolak. Terapi ini bermanfaat meredakan secara relative cepat
serangan panik dan menenangkan individu, namun itu dapat dicapai bagi yang
telah berlatih setiap hari. Prinsipnya adalah melatih pernafasan (menarik nafas
dalam dan lambat, lalu mengeluarkannya dengan lambat pula), mengendurkan
seluruh otot tubuh dan melakukan sugesti pikiran kearah konstruktif atau yang
diinginkan akan tercapai. Dalam proses terapi, dokter akan membimbing individu
melakukan ini secara perlahan-lahan, biasanyan berlangsung selama 20-30 menit
atau lebih lama lagi. Setelah itu, individu diminta untuk melakukannya sendiri
dirumaah setiap hari, sehingga bila serangan panic muncul kembali, tubuh sudah
siap untuk relaksasi.
Selain itu, diberikan pula salah satu dari terapi kognitif perilaku atau
psikoterapi dinamik. Pemilihan jenis ini berdasarkan kondisi pasien saat itu,
motivasi individu, kepribadiannya, serta tentunya pertimbangan dokter yang akan
melakukannya. Kedua jenis terapi ini akan berhasil bila motivasi pasien tinggi
serta bersedia bekerja sama dengan terapis atau dokternya.
2. Terapi kognitif perilaku
Individu diajak untuk bersama-sama melakukan restrukturisasi kognitif, yaitu
membentuk kembali pola perilaku dan pikiran yang irasional dan menggantinya
dengan yang lebih rasional.Terapi biasanya berlangsung 30-45 menit.Individu
kemudian diberi pekerjaan rumah yang harus dibuat setiap hari, a.l. membuat
daftar pengalaman harian dalam menyikapi berbagai peristiwa yang dialami
misalnya yang mengecewakan, menyedihkan, dll. Pekerjaan rumah ini akan
dibahas pada kunjungan konsultasi berikutnya. Biasanya terapi ini memerlukan
10-15 kali pertemuan, bisa kurang namun dapat pula lebih, tergantung pada
kondisi individu yang mengalaminya.
3. Psikoterapi dinamik
Individu diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan sekedar
menghilangkan gejalanya semata.Pada psikoterapi ini, biasanya individu lebih

21
banyak berbicara, sedangkan dokter lebih banyak mendengar, kecuali pada
individu yang benar-benar pendiam, maka dokter yang lebih efektif.Terapi ini
memerlukan waktu panjang, dapat berbulan-bulan bahkan bertahun.Hal ini tentu
memerlukan kerjasama yang baik antara individu dengan dokternya, serta
kesabaran kedua belah pihak.

Prognosis
Walaupun gangguan panik merupakan penyakit kronis, namun penderita
dengan fungsi premorbid yang baik serta durasi serangan yang singkat bertendensi
untuk prognosis yang lebih baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahan Ajar dr. Dewi Suriany, Sp.KJ


2. Buku Kaplan Edisi 2
3. Buku Ajar Psikiatri edisi 3
4. Bahan Ajar dr. Patmawati, M.Kes, Sp.KJ
5. Bahan Ajar dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M.Kes, Sp.KJ

23

Anda mungkin juga menyukai