“Penanganan Bau Tidak Sedap (Bau Amonia) Dengan Aroma Terapi Kopi”
Di Ruang Gardenia Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pucang Gading Semarang
Disusun oleh:
A. Latar Belakang
Penuaan adalah keadaan normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang terjadi pada seseorang pada saat mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley and Beare, 2012). Populasi
lansia berusia ≥ 60 tahun sebanyak 10% dan diperkirakan akan meningkat
pada tahun 2050 di dunia. Sedangkan lansia berusia ≥ 85 tahun meningkat
0,25 % (Holdsworth, 2014).
Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia
individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak,
jantung, hati dan ginjal serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh
berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat
dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan
jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara normal menghilang,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Fatmah, 2010). Pada lanjut usia terjadi kemunduran fisik
pada semua sistem termasuk sistem renal dan sistem urinaria. Proses
penuaan mempengaruhi sistem renal dan sistem urinaria dalam berbagai
cara. Proses penuaan secara tidak langsung menyebabkan masalah
inkontinensia (Stanley and Beare, 2012).
Setiati, (2014) dan Smeltzer and Bare, (2015) juga menyatakan
bahwa inkontinensia lebih sering dijumpai pada lanjut usia, khususnya
perempuan. faktor resiko yang menyebabkan kejadian inkontinensia lebih
sering dialami wanita adalah usia, jenis kelamin dan persalinan pervaginam.
Perubahan anatomi sistem berkemih pada lanjut usia berhubungan dengan
inkontinensia urine pada lanjut usia dapat berkaitan dengan perubahan
struktur anatomi pada sistem urinaria yaitu ginjal (Ren) dan kandung kemih
(Vesika Urinaria) (Stanley and Beare, 2012). Otot – otot kandung kemih
melemah, sehingga kapasitasnya menurun hingga 200 ml yang
menyebabkan frekuensi berkemih meningkat (Maryan, 2011).
Minyak sereh wangi merupakan minyak atsiri yang diperoleh
dengan cara distilasi uap daun tanaman sereh wangi. Dalam perdagangan
dikenal dua tipe minyak sereh wangi, yaitu tipe Ceylon dan tipe Jawa.
Minyak sereh wangi tipe Ceylon diperoleh dari distilasi daun Cymbopogon
nardus Rendle atau Lenabatu, sedangkan minyak sereh tipe Jawa diperoleh
dari Cymbopogon winterianus Jowitt atau Mahapengiri. Minyak sereh
wangi dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan untuk menolak
serangga, seperti nyamuk dan semut. Bahan yang mudah didapat, minyak
sereh diketahui mengandung zat absorban yaitu dapat mengikat bau tidak
sedap seperti amonia.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2016, jumlah Lansia di Indonesia
mencapai 22,4 juta jiwa atau 8,69% dari jumlah penduduk. Sementara
menurut proyeksi BPS tahun 2015, pada tahun 2018 jumlah Lansia
diperkirakan mencapai 9,3% atau 24,7 juta jiwa. Dengan jumlah Lansia
yang semakin besar, menjadi tantangan bagi kita semua agar dapat
mempersiapkan Lansia yang sehat dan mandiri sehingga nantinya tidak
menjadi beban bagi masyarakat maupun negara, dan justru menjadi asset
sumber daya manusia yang potensial (Kemenkes RI, 2018).
Penduduk lansia di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 34.490.8 ribu
jiwa (Profil Lansia Provinsi jawa Tengah, 2018).Penduduk lansia di
Kabupaten Semarang sebanyak 1.040.6 ribu jiwa (Profil Lansia Provinsi
Jawa Tengah, 2018).
Total populasi lansia di Bangsal Edelwis sebanyak 4 lansia.
Sebanyak 12 (80%) lansia dari 15 lansia mengalami inkontinensia urin.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa lansia BAK ditempat
tidurnya, sehingga menimbulkan bau tidak sedap (bau amonia).
Berdasarkan permasalahan diatas, kami tertarik melakukan desain
inovatif tentang Penanganan bau tak sedap (bau amonia) dengan aroma
terapi kopi.
B. Rumusan Masalah
Apakah masalah bau dapat teratasi dengan penanganan menggunakan
aroma terapi ?
C. Tujuan
Untuk menangani masalah bau tidak sedap (bau amonia) di ruang Gardenia
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai pengalaman yang berharga dan menambah wawasan
dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan, khususnya mengenai penanganan dalam mengatasi
bau tidak sedap (bau amonia) di Ruang Gardenia Rumah Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Pucang Gading.
b. Sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Semarang khususnya penanganan dalam
mengatasi bau tidak sedap (bau amonia) di Ruang Gardenia Rumah
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading.
E. Manfaat aplikatif
Hasil penerapan ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai
pertimbangan untuk tindakan dalam mengatasi permasalahan bau tidak
sedap (bau amonia) di Ruang Gardenia Rumah Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Pucang Gading.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Menurut
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
pada bab I pasal 1 ayat 2 yang dimaksud lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas.
2. Batasan Lansia
Menurut WHO menggolongkan lansiaberdasarkan usia
kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan
(Middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (Elderly)
berusia antara 60 dan 74 tahun. Lanjut usia tua 75-90 tahun dan usia
sangat tua (Very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Nugroho
(2008) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa
ahli bahwa yang disebut lansia adalah orang yang telah berumur 65
tahun ke atas (Azizah, 2011).
3. Perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia masyarakat, terjadi
proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada
perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik
tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah, 2011).
1) Perubahan fisik
a) Sistem penglihatan: perubahan sistem penglihatan pada lansia
erat kaitannya dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas
dan kaku, otot penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan
dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang,
penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat
digunakan.
b) Sistem pendengaran: presbiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan daya
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti terjadi diatas usia 60 tahun.
c) Sistem integumen: pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur,
tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan bercak kekeringan kulit disebabkan
atrofigrandulasebasea dan grandulasudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot. Perubahan
kulit lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara
lain angin dan matahari terutama sinar ultraviolet.
d) Sistem muskuloskeletal: kurangnya kepadatan tulang akan
mengakibatkan osteoporosis, sendi mengalami peradangan,
kekakuan nyeri, penurunan kekuatan otot.
e) Sistem kardiovaskuler: kemampuan mempompa darah
menurun, elastisitas pembuluh darah perifer sehingga tekanan
meningkat.
f) Sistem respirasi
Elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga
menarik nafas dalam lebih berat dan terjadi penyempitan
bronkus.
g) Gangguan pencernaan dan metabolisme: rasa lapar menurun,
asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul
konstipasi.
h) Sistem perkemihan: pola berkemih tidak normal, otot-otot
melemah, inkontinensia urin meningkat.
i) Sistem saraf: sistem susunan saraf mengalami perubahan
anatomi dan atrofi yang progresif pada serabut saraf lansia.
Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan
penurunan persepsi sensori dan respon motorik pada susunan
saraf pusat dan penurunan reseptorproprioseptif, hal ini terjadi
karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan
morfologis dan biokimia, perubahan tersebut mengakibatkan
penurunan fungsi kognitif.
j) Sistem reproduksi : menciutnya ovarium dan uterus, terjadi
atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara beransur-
ansur. Selaput lendir vaginan menurun, permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang dan reaksi sifatnya menjadi
alkali.
2) Perubahan kognitif
a) Memori (daya ingatan): daya ingat adalah kemampuan untuk
menerima, menyimpan dan menghadirkan kembali rangsangan
atau peristiwa yang pernah dialami seseorang. Pada lansia daya
ingat (memory) merupakan salah satu fungsi kognitif yang
seringkali paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka
panjang (long term memory) kurang mengalami perubahan,
sedangkan ingatan jangka pendek (short term memory) atau
seketika 0-10 menit memburuk.
b) IQ (Intellegent quocient): persepsi dan daya membayangkan
(fantasi) menurun, Fungsi intelektual mengalami kemunduran
adalah fluid intellegent seperti mengingat daftar, memeori
bentuk geometri, kecepatan menentukan kata, menyelesaikan
masalah, kecepatan berespon, dan perhatian yang cepat teralih.
c) Kemampuan pemahaman (comprehension): kemampuan
pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia yang
mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lansia agar
tidak timbul salah paham sebaiknya dalam berkomunikasi
dilakukan kontak mata (saling memandang). Dengan kontak
mata, mereka akan dapat membaca bibir lawan bicaranya,
sehingga penurunan pendengarannya dapat diatasi dan dapat
lebih mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat
dalam berkomunikasi akan menimbulkan rasa aman dan
diterima, sehingga mereka akan lebih tenang, lebih senang dan
merasa dihormati.
d) Pemecahan masalah (problem solving)
Pada lansia masalah-masalah yang dihadapi tentu semakin
banyak.Banyak hal yang didahulunya dengan mudah dapat
dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi penurunan fungsi
indera pada lansia. Hambatan yang lain dapat berasal dari
penurunan daya ingat, pemahaman dan lain-lain yang berakibat
bahwa pemecahan masalah menjadi lebih lama. Dalam
menyikapi hal ini maka dalam pendekatan pelayanan jiwa lansia
perlu diperhatikan ratio petugas kesehatan dan pasien lansia.
e) Kinerja (performance)
Pada lansia memang akan terlihat penurunan kinerja baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan performance yang
membutuhkan kecepatan dan waktu mengalami
penurunan.Penurunan itu bersifat wajar sesuai perubahan organ-
organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis.
Dalam pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia, mereka perlu
diberikan latihan-latihan keterampilan untuk tetap
mempertahankan kinerjanya.
3) Perubahan spiritual
Menurut Sundeen, agama atau kepercayaan lanjut usia
makin berintegrasi dalam kehidupannya. Lansia makin teratur dalam
kehidupan keagamannya.Hal ini dapat dilihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari (Nugroho, 2008). Spiritualitas pada lansia
bersifat universal intrinsik dan merupakan proses individual yang
berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus
kehilangan terdapat pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup
tersebut dipertahankan sebagai oleh efek positif dari kehilangan
tersebut. Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan
hidup melalui mekanisme keimananan akhirnya dihadapkan pada
tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memungkinkan individu
dengan keimanan spiritual atau religius untuk bersiap mengahadapi
krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.
4) Perubahan psikososial
Perubahan psikososial yang dialami oleh lansia antara lain:
pensiun, perubahan aspek kepribadian dan perubahan dalam peran
sosial dimasyarakat dan perubahan minat.
5) Penurunan fungsi dan potensi seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik.Seperti gangguan
jantung, gangguan metabolisme (misal diabetes melitus), vaginitis,
dan baru selesai operasi prostatektomi.Pada wanita mungkin ada
kaitannya dengan masa menopause yang berarti fungsi seksual
mengalami penurunan karena sudah tidak produktif walaupun
sebenarnya tidak harus begitu, karena kebutuhan biologis selama
orang masih sehat dan masih memerlukan tidak salahnya bila
dijalanakan terus secara wajar dan teratur tanpa mengganggu
kesehatannya (Azizah, 2011).
2) Lalu yang kedua celupkan alat pel lantai pada ember yang berisi
air bersih untuk membilas.
3) Langkah ketiga celupkan alat pel lantai pada ember yang berisi
pewangi lantai
4) Mulai mopping dari sudut ujung tempat tidur sampai pintu
masuk
5) Gerakkan mop maju mundur, atau kiri dan kekanan, dengan
mundur, sehingga lantai yang sudah dibersihkan tidak terinjak
lagi
6) Bila mop sudah kotor, celupkan ke dalam ember yang berisi air
saja, sehingga kotoran pada mop akan larut kedalam air
B. Kopi
1. Definisi
Kopi merupakan salah satu komoditas didunia yang dibudayakan
lebih dari 50 negara. Dua varietas pohon kopi yang dikenal secara umum
yaitu kopi robusta dan kopi arabika.Aroma kopi merupakan aroma yang
dapat dijadikan sebagai terapi sebagai terapi bagi penikmatnya.
Membauinya secara terus-menerus akan menimbulkan manfaat secara
signifikan kepada tubuh dengan meningkatnya energi secara alami.
Apalagi bila aroma kopi menjadi pengharum ruangan, baik ruang kerja,
maupun dijadikan pengharum rumah atau kamar.
2. Manfaat
Berikut beberapa manfaat kopi :
a. Mengikat bau tak sedap (amonia)
Menurut penelitian Hasfi (2019) aroma sampel amonia bercampur
kopi menuju aroma kopi. Hal ini membuktikan bahwa kopi bisa
mengikat bau amonia.
b. Meningkat fungsi otak dan memperbaiki mood
c. Aroma kopi dapat memberikan efek ketenangan dan rasa nyaman
penikmatnya. Dapat dikatakan bahwa aroma kopi memiliki efek
relaksasi sehingga dapat membantu mengurangi stress.
3. Mekanisme Aroma Kopi untuk Desain Inovatif
a. Siapkan alat dan bahan
1) Kopi cair dua botol dalam 10 ml
2) Kipas angin
3) Dua botol gantung berukuran 10 ml
4) Satu botol spray
b. Gantungkan kopi cair dikipas angin
c. Semprotkan kopi cair yang ada di botol spray pada gorden & bantal.
BAB III
PENGKAJIAN BAU DI BANGSAL GARDENIA
A.Gambaran Penelitian
1. Gambaran umum tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Penelitian dilakukan di Rumah
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang di ruang
dilakukan pada responden lansia sebanyak 15 responden. Metode yang
dilakukan dalam penelitian ini ialah observasi dan kuesioner. Observasi
dilakukan pada kondisi lingkungan disekitar ruangan Gardenia dan
kuesioner diberikan kepada 15 PM yang masih kooperatif kemudian
didistribusikan secara deskriptif.
2. Gambaran umum respoden
Penelitian menggunakan metode deskriptif dan observasi yang
membahas mengenai bau di ruangan Gardenia. Deskriptif dilakukan pada
15 PM yang masih kooperatif mengenai lingkungan.
B. Hasil Penelitian
1. Keadaan Lingkungan Di Dalam Bangsal
a. Ventilasi/Penerangan
Berdasarkan observasi didapat bahwa kondisi penerangan di dalam
ruangan masih kurang maksimal, kondisi ruangan hanya mempunyai
ventiasi dari sisi depan akibatnya cahaya yang masuk menjadi terbatas.
Pintu dan jendela jarang dibuka ketika siang hari sehingga pertukaran
udara/ventilasi kurang baik akibatnya bau di dalam ruangan menjadi
meningkat.
Gambar 1. Kondisi Ventilasi
c. Kamar mandi
Berdasarkan observasi, Kondisi kamar mandi tidak terdapat pintu,
dan tidak ada ventilasi, hal ini menurut observer apabila terjadi
kecelakaan di dalam kamar mandi, lansia bisa cepat di tolong. Kamar
mandi yang tanpa penutup akan mencemarkan bau karena tidak adanya
penghambat, sehingga bau akan keluar dan menimbulkan bau tidak
sedap, sebaiknya kamar mandi diberi tirai untuk meminimalisir bau.
Gambar 3. Kondisi Kamar Mandi di Gardenia
d. Keamanan
Berdasarkan observasi lantai di kamar tidur dan ruang utama
adalah ubin dan licin apabila kondisi basah terutama bila PM BAK di
sekitar tempat tidur. Lantai kamar mandi adalah ubin kasar yang timbul
kerak sehingga membuat lantai licin. Terdapat pegangan dikamar mandi
untuk pengaman.
e. Pembersihan ruang
Berdasarkan observasi didapatkan data bahwa pembersihan ruangan
kurang, karena ketidaktepatan teknik mengepel sehingga
memperparah bau.
Ketika akan membersihkan lantai seharusnya lantai yang terkena
BAB dan BAK dibersihkan terlebih dahulu dengan pel lain sehingga
tidak menyebabkan kontaminasi
Setelah mengepel dengan desinfektan (Wipol) seharusnya lantai
dipel lagi menggunakan pewangi lantai
Kain pel yang digunakan seharusnya lebih sering dicuci supaya air
kencing yang menempel di pel tidak mencemari bagian lantai yang
lain
Air desinfektan yang sudah digunakan di bangsal lain sebaiknya
dibuang, dan di ganti dengan air yang baru untuk bangsal Gardenia,
sehingga tidak memperparah bau.
Setelah mengepel, sebaiknya air bekas pel di buang di kamar mandi,
karena jika di buang di selokan akan menguap jika terkena panas dan
menimbulkan bau, karena selokan didepan ruangan jarang teraliri
air, kadang kondisi selokan kering.
Sebaiknya lebih sering dilakukan pengontrolan kebersihan terutama
bangsal Gardenia saat PM BAK/BAB di lantai
Penerapan
pengepelan lantai
sesuai SOP
Mengikat bau
Air rebusan
tak sedap
sereh
bau tidak sedap
berkurang
C. ANALISA DATA
DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
Data Subjektif Gangguan Stimuli lingkungan
- PM dan karyawan mengeluh tidak rasa nyaman yang menganggu
nyaman dengan bau tidak sedap ( pesing) 00214 (bau tidak sedap)
pada ruangan edelwis.
- PM dan karyawan mengatakan kurang
puas dengan keadaan lingkungan.
Data Obyekif
- Terdapat 1 PM yang aktivitas eliminasi
BAK dan BAB di tempat tidur
- Ruangan dekat dengan kamar mandi
sehingga menimbulkan bau pesing
- Terlihat 1 PM yang BAK di tempat tidur
- Petugas kebersihan tidak melakukan
pembersihan ruangan sesuai SOP
- Petugas kebersihan hanya menggunakan
1 kain pel untuk membersihkan seluruh
ruangan dan hanya menggunakan 1 ember
air sehingga air tersebut terkontaminasi
dengan kotoran sebelum nya.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
PARAF
Diagnosis
No. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC) &
Keperawatan
NAMA
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 7 jam pasien NIC: Manajemen lingkungan:
nyaman menunjukkan hasil: Kenyamanan (6482)
(00214) a. Tentukan tujuan pasien dan keluarga
Status Kenyamanan: Lingkungan (2009) dalam mengelola lingkungan dan
Tujuan kenyamanan yang optimal
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 b. Memberikan aplikasi tanaman lidah
Suplai dan peralatan mertua pada sudut-sudut ruangan
yang dibutuhkan sebagai biofilter
1. √ c. Memberikan aplikasi aroma kopi
berada dalam
jangkauan d. Memberikan edukasi kepada petugas
2. Suhu ruangan √ kebersihan tentang SOP sweeping (
Lingkungan yang menyapu lantai) dan SOP metode
3. √ mopping (pengepelan lantai) yang
kondusif untuk tidur
Kepuasan dengan benar.
4. √ e. Pertimbangkan penempatan pasien di
lingkungan fisik
Ketertiban kamar dengan beberapa tempat tidur
5. √ (teman sekamar dan masalah
lingkungan
Kebersihan lingkungan yang sama bila
6. √ memungkinkan
lingkungan
Tidak ada yang f. Hindari gangguan yang tidak perlu
7. √ dan berikan untuk waktu istirahat
berserakan di lantai
Perangkat g. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
keselamatan mendukung
8. √ h. Sediakan lingkungan yang aman dan
digunakan dengan
tepat bersih
9. Pencahayaan ruangan √ i. Pertimbangkan sumber-sumber
ketidaknyamanan, seperti pampers
10. Privasi √
yang sudah penuh
Ketersediaan ruang j. Bersihkan segera selimut, seprei , baju
11. √
untuk pengunjung yang terkena urine dan feses
Tempat tidur yang k. Fasilitasi tindakan-tindakan
12. √ kebersihan untuk menjaga
nyaman
Perabotan rumah kenyamanan individu (personal
13. √ hygiene)
yang nyaman
Adaptasi lingkungan
14. √
yang dibutuhkan
Lingkungan yang
15. √
damai
Kontrol terhadap
16. √
suara ribut
Mengontrol bau-
17. √
bauan
Keterangan:
1. Keluhan ekstrime
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
E. IMPLEMENTASI
d. Memberikan aplikasi
aroma kopi
DS : Petugas mengatakan mau membantu mengaplikasikan aroma kopi
e. Ciptakan lingkungan yang DO : Petugas membantu memberikan aroma kopi
tenang dan mendukung
f. Sediakan lingkungan yang DS : PM mengatakan ruangan sudah lebih bersih, baunya berkurang
aman dan bersih DO : PM terlihat lebih nyaman
Tujuan
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5
Suplai dan peralatan yang
1. dibutuhkan berada dalam √
jangkauan
2. Suhu ruangan √
Lingkungan yang
3. √
kondusif untuk tidur
Kepuasan dengan
4. √
lingkungan fisik
5. Ketertiban lingkungan √
6. Kebersihan lingkungan √
Tidak ada yang
7. √
berserakan di lantai
Perangkat keselamatan
8. √
digunakan dengan tepat
9. Pencahayaan ruangan √
10. Privasi √
Ketersediaan ruang untuk √
11.
pengunjung
Tempat tidur yang √
12.
nyaman
Perabotan rumah yang √
13.
nyaman
Adaptasi lingkungan yang √
14.
dibutuhkan
15. Lingkungan yang damai √
Kontrol terhadap suara √
16.
ribut
17. Mengontrol bau-bauan √
c. Memberikan edukasi DS : Petugas kebersihan mengatakan bersedia diajarkan cara mopping yang benar sesuai
kepada petugas kebersihan SOP
tentang SOP metode DO : Petugas membantu membersihkan ruangan
mopping (pengepelan
lantai) yang benar.
g. Pertimbangkan sumber- DS : PM mengatakan jika pampersnya sudah penuh akan meminta tolong untuk diganti
sumber ketidaknyamanan, DO : PM terlihat memakai pampers
seperti pampers yang
sudah penuh
DS : PM melaporkan kepada mahasiswa ketika baju kotor / terkena urine dan feses
h. Bersihkan segera selimut, DO : Baju PM yang terkena urine dan feses diganti oleh mahasiswa
seprei , baju yang terkena
urine dan feses.
DS : PM mengatkan mau menjaga kebersihan diri
DO : PM terkadang lupa menjaga kebersihan diri (ex : mengompol)
i. Fasilitasi tindakan-
tindakan kebersihan untuk
menjaga kenyamanan
individu (personal
hygiene)
DS : Petugas kebersihan mengatakan bersedia diajarkan cara mopping yang benar sesuai
SOP
DO : Petugas membantu membersihkan ruangan
d. Memantau aplikasi aroma DS : PM mengatakan jika pampersnya sudah penuh akan meminta tolong untuk diganti
kopi DO : PM terlihat memakai pampers
i. Fasilitasi tindakan-
tindakan kebersihan untuk
menjaga kenyamanan
individu (personal
hygiene)
BAB IV
PEMBAHASAN
Penerima Manfaat di Ruang Gardenia Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang
Gading Semarang berjumlah 15 orang lansia. Menurut Nugroho (2010) lanjut usia adalah
periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun
sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis
yang semakin menurun. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba
menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal
ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada
semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Di masa
ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).
Kemunduran fisik tersebut yang membuat lansia mempunyai keterbatasan dalam
beraktivitas dan terjadi gangguan pada sistem perkemihannya, sehingga kebutuhan sehari-hari
dilakukan sesuai kemampuan termasuk dalam toileting, walaupun penerima manfaat sudah
memakai pampers, tidak sedikit dari mereka yang buang air kecil di tempat tidur ataupun lantai,
dengan begitu ruangan akan menjadi kotor dan bau, terlebih cara pembersihan yang kurang
tepat.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, PM mengatakan bahwa ruangan bau pesing
sehingga mengganggu kenyamanan. Sehingga mahasiswa tertarik untuk mengambil desain
inovativ penanganan bau tidak sedap (bau amonia) dengan pemberian aroma bibit kopi. Desain
inovativ tersebut dilakukan ditunjang dengan adanya kegiatan membersihkan ruangan terlebih
dahulu meliputi sweeping dan mopping dengan menggunakan sabun pel sereh, super pel dan
juga menggunakan cairan harpic. Setelah dilakukan kegiatan pembersihan, ruang gardenia
menjadi bersih dan bau berkurang. Kemudian menggantungkan bibit kopi ke kipas angin yang
ada di dalam ruangan, serta menyemprotkan bibit kopi ke gorden dan sarung bantal, sehingga
membuat wangi kopi semakin bertahan lama.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil pengkajian di dapatkan lansia di ruang Gardenia dengan hasil sebagai
berikut :
1. Dari 15 PM di ruang gardenia rata-rata berumur 65 tahun
2. Dari 15 PM yang berada diruang Gardenia, PM mengatakan untuk BAK dan BAB
ditempat tidur karena tidak bias ke toilet
3. Dari 15 PM mengatakan ruangan bau pesing
4. Dari 15 PM yang berada diruang Gardenia harus di beri pendidikan kesehatan
tentang cara bertoileting yang benar, jika PM sudah memakai pampers diharapkan
untuk BAK dan BAB juga di pamers saja
B. Saran
1. Bagi praktikan yang mengelola
Praktikan yang memberikan asuhan keperawatan pada penerima manfaat yang ada
di Unit Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang harus lebih memperhatikan lagi
kebutuhan dasar penerima manfaat sehingga kebutuhan dasar penerima manfaat
bisa terpenuhi secara maksimal.
2. Bagi Unit Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang
Petugas di rumah pelayanan social lanjut usia sebaiknya memberikan perawatan
pada lansia bisa lebih optimal lagi seperti halnya petugas melakukan pengecekan
pampers per 4 jam. Selain itu petugas diharapkan lebih memperhatikan personal
hygiene PM, karena bau tidak sedap yang berada diruangan tidak semata-mata dari
ruangan saja melainkan juga dipengaruhi dari faktor personal hygiene penerima
manfaat.
3. Bagi mahasiswa praktik lain
Mahasiswa yang sedang melakukan praktek lapangan di rumah pelayanan social
lanjut usia Pucang gading, hendaknya menggunakan waktu atau kesempatan
sebaik-baiknya sehingga dapat memperoleh pengalaman dan juga ilmu baru dan
dapat menciptakan perbaikan bagi pelayanan pada lanjut usia.
Untuk mahasiswa praktik lain bisa mengembangkan lagi desain inovatif yang
sudah ada , sehingga akan didapatkan desain inovatif yang lebih baik lagi dan apa
yang sudah kami terapkan sebagai desain inovativ tidak berhenti sampai disini.
C. Rekomendasi Untuk Kelompok Berikutnya
1. Evaluasi waktu yang efektif terhadap efektifitasnya aroma bibit kopi
2. Lakukan penyemprotan bibit kopi pada gorden ruangan dan pengisian ulang pada
botol yang digantung di kipas angin.
3. Mengembangkan desain inovatif yang sudah ada sehingga didapatkan hasil yang
lebih optimal
DAFTAR PUSTAKA