Anda di halaman 1dari 14

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Bendungan Sungai Paku

Bendungan Sungai Paku merupakan salah satu destinasi wisata baru yang

potensial dikembangkan layaknya PLTA Koto Panjang. Bendungan ini terletak di

Desa Sungai Paku, Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau, sekitar 3km dari Lipat

Kain sebagai ibukota Kecamatan Kampar Kiri. Bendungan ini bukan sekedar

bendungan, di tempat ini ada banyak hal menarik yang bisa dinikmati para

pengunjung yang datang. Sebuah bendungan yang tinggi berdiri dengan debit air

yang cukup deras. Di bagian daratan bendungan, berjejer pohon-pohon sawit yang

hijau dan rumpun. Sementara itu, bendungan juga terhubung dengan sebuah danau

kecil tempat para pengunjung berlayar menggunakan perahu dan speed boat

menikmati suasana alam yang indah

Bendungan Sungai Paku atau sebagian menyebutnya Bendungan Lipat Kain

merupakan sebuah bendungan irigasi untuk mengairi sawah. Namun masyarakat

sekitar bendungan ini tidak lagi menanam padi sehingga bendungan yang telah

membuat sebuah danau buatan dialihfungsikan menjadi objek wisata.

Bendungan sungai paku ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-sehari seperti untuk mandi, pengairan

kolam, kerambah, tempat wisata dan lain sebagainya. Dibendungan ini juga

terdapat organisme air seperti plankton, ikan dan juga buaya.

Ekosistem adalah satuan fungsional dasar ekologi karena terdiri dari

organisme biotik maupun abiotik. Dari segi fungsional, ekosistem dapat dianalisir

dari segi sirkuit-sirkuit energi, rantai makanan, pola keanekaragaman dalam ruang

4
dan waktu, daur makanan (biogeokimia), perkembangan dan evolusi serta

pengendalian (Odum, 1983).

Suatu ekosistem tersusun dari organisme hidup di dalam suatu area

ditambah dengan keadaan fisik yang mana saling berinteraksi. Karena tidak ada

perbedaan yang tegas antara ekosistem maka objek pengkajian harus dibatasi atas

daerah dan unsur penyusunnya. Kegunaan dari pemikiran dalam ekosistem

adalah saling keterkaitan antara satu dengan hal yang lain, saling ketergantungan,

dan hubungan sebab akibat yang kesemuanya itu membentuk suatu rantai

kehidupan yang berkesinambungan (Clapham et al., 1973 ).

Dalam suatu ekosistem, terdapat beberapa unsur penyusun ekosistem

yang berupa unsur biotik, dan abiotik. Lingkungan biotik disusun organisme

sejenis disebut populasi, yang saling berinteraksi dengan populasi lain sebagai

komunitas dan berinteraksi dengan lingkungan abiotik membentuk ekosistem.

Sedangkan tempat hidup organisme disebut habitat (Odum , 1959). Unsur biotik

masih terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu organisme autotrof, dan heterotrof.

Yang dimaksud dengan organisme autotrof adalah organisme yang mampu

membuat/mensintesis makanannya sendiri, contohnya adalah tanaman.

Sedangkan organisme heterotrof adalah organisme yang tidak mampu

membuat/mensintesis makanannya, contohnya adalah hewan. Pengurai

merupakan organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal

dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai tersebut

akan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan lagi oleh

produsen. Yang termasuk adalah bakteri jamur dan lain-lain (Warsito dan

Setyawan , 2000 ). Unsur abiotik adalah faktor utama dalam ekosistem setelah

5
Unsur biotik, karena unsure ini bertugas untuk menciptakan keadaan yang

diperlukan oleh mahluk hidup seperti cahaya, suhu, topografi, dan lain

sebagainya (Wagnet et. al.,, 2003).

Tujuan dibangunnya waduk/bendungan, yaitu sebagai tempat penampungan

air untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti pengairan/irigasi pertanian,

pembangkit tenaga listrik, tempat rekreasi, dan sarana olahraga. Selain itu, waduk

merupakan ekosistem baru dengan substrat dasar biasanya berasal dari kebun atau

sawah maupun hutan dengan sifat geologi yang berbedabeda. Pada umumnya,

komunitas biotik dari ekosistem ini terbentuk masih dalam fase suksesi dengan

umur yang berbeda-beda seperti pada mulanya berbagai macam ikan ditebarkan

kemudian banyak tumbuhan pendatang tumbuh, misalnya kiambang dan enceng

gondok yang menutupi permukaan dan menjadi dominan di waduk itu.

2.2. Parameter Kualitas Air

2.2.1. Fisika

1) Kecerahan

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses

fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan

daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula sebaliknya

(Erikarianto,2008).

Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang

diteruskan kedalam air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari

untuk tembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air.

Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai

6
dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan

manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak

terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan

udang budidaya.

2) Suhu

Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak

mendapat perhatian dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat

dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi

juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat juga

dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air dipermukaan dipengaruhi

oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan disini adalah

curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan

radiasi matahari

Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu

penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu

perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan

biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu,

dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila

peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi dan Andi,2009).

3) Kekeruhan

Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam

meloloskan cahaya yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut kemudian

disebarkan atau diserap oleh air. Semakin kecil tingkat kekeruhan suatu perairan,

semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam badan air, dan demikian semakin

7
besar kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan proses fotosintesis

(Asdak, 2007).

4) Kepadatan (density/berat jenis)

Pada suhu 4 oC-(3,95oC ) air murni mempunyai kepadatan yang maksimum

yaitu 1 (satu), sehingga kalau suhu air naik, lebih tinggi dari 4oC kepadatan/berat

jenisnya akan turun, demikian juga kalau suhunyanlebih rendah dari 4oC. Sifat air

yang demikian itu, maka akan terjadi pelapisan-pelapisan suhu air padandanau atau

perairan dalam, yaitu pada lapisan dalam suatu perairan suhu air makin rendah

disbanding pada permukaan air. Akan tetapi bila air membeku jadi es, es tersebut

akan terapung. Akibat dari sifat tersebut akan menimbulkan

pergolakan/perpindahan massa air dalam perairan tersebut, baik secara vertikal

maupun horizontal. Sifat air ini mengakibatkan pada perairan didaerah yang

beriklim dingin yang membeku perairannya hanya pada bagian atasnya saja

sedangkan pada bagian bawahnya masih berupa cairan sehingga kehidupan

organisme akuatik masih tetap berlangsung. Selain itu keuntungan adanya gerakan

air ini dapat mendistribusikan/ menyebarkan berbagai zat ke seluruh perairan,

sebagai sumber mineral bagi fitoplankton dan fitoplankton sebagai makanan ikan

maupun hewan air lainnya.

Dasar perairan adalah merupakan akumulasi pengendapan mineral-mineral

yang merupakan persediaan “nutrient” yang akan dimanfaatkan oleh mahluk hidup

(yang pada umumnya tinggal didaerah permukaan air karena mendapatkan sinar

matahari yang cukup). Pada perairan yang oligotrof (cukup banyak mengandung

mineral), aliran vertikal tidak banyak membawa keberuntungan, justru sebaliknya

dapat mengendapkan mineral-mineral yang datang dari tempat lain kedasar

8
perairan, mineral-mineral tersebut akan di absorbsi oleh dasar perairan .Sedangkan

kerugian adanya aliran air ini adalah terutama aliran air yang vertikal sering

menimbulkan “upwalling” pada danau-danau, sehingga menyebabkan keracunan

dan kematian ikan secara masal. Hal ini disebabkan kondisi air yang anaerob

(oksigen rendah) dan zat-zat beracun dari dasar perairan akan naik kepermukaan

air.

5) Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan.

Pengertian salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang

terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran

tentang padatan total didalam air setelah menjadi oksida, semua bromida dan

iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi.

Pengertian salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat

dalam 1000 gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada

umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut,

KNO3 dan lainlain. Salinitas dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan

alat yang disebut dengan Refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran

salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai salinitas

untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau biasanya

berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt.

2.2.2. Kimia

1) pH

Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang

diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni

9
terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7.

Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin

tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak

H+makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat

memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air

dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.

pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi

kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat

membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan

oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun,

aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada

suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik

dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan

Andi,2009).

2) Oksigan Terlarut / DO

Menurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh

suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut,

oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari

atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut.

Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung

dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses

respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan

organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.

10
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam

air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya

didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota

akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua

aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif

yang terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).

3) CO2

Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-

tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis.

Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air,

namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu

secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak(Kordi dan

Andi,2009).

Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi

keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida

memiliki kelarutan yang relatif banyak.

4) Amonia

Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat,

sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul

(NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk

molekul dapat bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan

Andi,2009).

11
5) Nitrat nitrogen

Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae

memanfaatkan senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen

yang berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen

(organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan konsentrasinya lambat laun

akan berubah bila didalamnya ada faktor yang mempengaruhinya sehingga antara

lain akn menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut.

Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang

tidak terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen tinggi

pada kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan. Nitrogen juga

mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan umumnya

dibawah 1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan pada perairan yang

planktonya blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.

6) Orthophospat

Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia

bagi tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan

pasti. Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang

biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat

ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya tinggi orthophospat yang

terlarut dalam air dan konsentrasi akan turun dalam beberapa hari setelah perlakuan.

Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter

biolagi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya

kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan

zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan

12
nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai dengan kebutuhan organisme

yang hidup diperairan tersebut.

2.2.3. Biologi

Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan

pengukuran untuk kegiatan budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton,

benthos dan perifiton sebagai organisme air yang hidup di perairan dan dapat

digunakan sebagai pakan alami bagi ikan budidaya.

a) Plankton

Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah yang melayang-layang

di air dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton pada

umumnya sangat peka terhadap perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH,

salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll) baik untuk mempercepat perkembangan

atau yang mematikan. Berdasarkan ukurannya, plankton dapatdibedakan sebagai

berikut :

1. Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa

pertolongan mikroskop).

2. Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net

yang mata netnya 0,03 – 0,04 mm).

3. Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).

Berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya, plankton dapat

merupakan :

1. Limnoplankton (plankton air tawar/danau)

2. Haliplankton (hidup dalam airmasin)

3. Hypalmyroplankton (khusus hidup di air payau)

13
4. Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam)

5. Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai)

b) Bakteri

Sudjarwo, (2007) Pada ekosistem perairan alami bakteri memiliki peran

sebagai reduktor/dekomposer yang mengontrol proses komponen organik misalnya

polimer protein atau karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana, secara

umum bakteri berdasarakan cara mendapatkan oksigen dibagi menjadi dua yaitu

bakteri aerob dan anaerob. Kelompok aerob memerlukan oksigen bebas dalam

mengoksidasi nutrien (misalnya glukosa) untuk memperoleh energi contohnya :

Azotobacter, Nitrosomonas, Nitrococcus dan Nitrobacter. Silalahi (2001),

menyatakan dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang

menguntungkan dan merugikan pada dunia akuakultur bakteri yang

menguntungkan contohnya :Basillus spp, Nitrosomonas, Nitrobacter bakteri

tersebut berperan dalam proses dekomposisi bahan organik dasar tambak dan

berperan dalam proses nitrifikasi.

2.3. Plankton

Plankton merupakan kelompok-kelompok organisme yang hanyut bebas

dalam laut dan sangat lemah daya renangnya, sehingga mereka sama sekali

dikuasai oleh gerakan-gerakan air. Membicarakan tentang plankton, merupakan

cara yang tepat untuk mengawali suatu bahasan tentang ekologi laut, karena

anggota-anggota plankton yang bersifat nabati merupakan penyumbang fotosintesis

terbesar di laut. Di dalam plankton terperangkap bagian terbesar energi matahari

yang kemudian berturut-turut dipindahkan ke komunitas-komunitas lainnya. Sangat

14
pentingnya peranan plankton sebagai pengikat awal energi matahari menjadikan

plankton sangat penting pula bagi ekonomi laut. Tanpa adanya tumbuhan

planktonik di dalam laut yang berukuran kecil atau renik dan mampu mengikat

energi matahari, tidak mungkin ada kehidupan di dalam laut. Sub grup ini terdiri

dari golongan binatang (zooplankton) dan golongan tumbuh-tumbuhan

(phytoplankton).

Nekton terdiri dari hewan-hewan yang berukuran lebih besar yang

mempunyai kemampuan untuk bergerak sendiri yang membuat gerakan mereka

tidak tergantung kepada kekuatan arus. Ikan adalah golongan yang paling banyak

dijumpai dalam grup ini, termasuk cumi-cumi, ular laut, dugong dan ikan paus.

Dalam grup ini tidak terdapat sub grup tumbuh-tumbuhan (Nybakken, 1988).

Dalam dunia perikanan, plankton dimaksudkan sebagai suatu organisme

yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas. Mereka terdiri dari

makhluk-makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai

tumbuh-tumbuhan (phytoplankton). Zooplankton sebenarnya termasuk golongan

hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada

beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika

dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri (Sahala, 1986)

Istilah “plankton” pertama kali digunakan oleh Hensen pada tahun 1887,

dan plankton ini sudah tentu dapat di selidiki dengan sempurna, jika menggunakan

mikroskop. Satu specimen atau individu dari plankton disebut plankter (Sachlan,

1982)

Jenis-jenis plankton

15
Menurut Nybakken (1988) plankton secara umum dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Berdasarkan ukuran :

a. Megaplankton, berukuran lebih dari 2,0 mm

b. Makroplankton, berukuran 0,2-2,0 mm

c. Mikroplankton, berukuran 20 m-0,2 mm

d. Nanoplankton, berukuran 2 m-20 m

e. Ultraplankton, berukuran kurang dari 2 m

Berdasar sifat :

a. Holoplankton, seluruh daur hidupnya bersifat planktonik.

b. Meroplankton, hanya sebagian daur hidupnya bersifat planktonik.

Kecilnya ukuran plankton tidaklah mengandung arti bahwa mereka itu

adalah organisme yang kurang penting. Anggapan yang demikian ini adalah kurang

benar, karena mereka merupakan sumber makanan bagi jenis ikan komersial

penting yang hidup di lautan. Dengan kata lain kelangsungan hidup ikan tergantung

pada banyak sedikitnya jumlah plankton yang ada. Sejak ikan merupakan salah satu

sumber makanan yang penting bagi manusia, maka dengan tidak membesarkan arti

sebenarnya, secara tidak langsung makanan kita pun tergantung kepada mereka.

Phytoplankton disebut juga primary producers yang merupakan sumber makanan

bagi zooplankton (yang bersifat herbivora). Kemudian zooplankton (herbivora) ini

akan di mangsa oleh zooplankton (carnivora) dan hewan-hewan yang berukuran

lebih besar, termasuk ikan haring pada tingkat kedewasaan yang berbeda-beda dan

selanjutnya sampai pada akhirnya kepada manusia sebagai puncak dari rantai

makanan. Dari sini dapat ditarik kesimpulan, bahwa sesungguhnya plankton dapat

16
dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber makanan oleh manusia. Bahan

makanan yang berasal dari plankton akan banyak mengandung asam-asam amino

essensial, mineral-mineral, vitamin-vitamin dan juga lemak serta karbohidrat. Di

dalam teori dapat dikatakan bahwa plankton merupakan sumber makanan penting

bagi kita. (Sahala, 1986).

17

Anda mungkin juga menyukai