TINJAUAN PUSTAKA
Survei atau pengukuran tanah adalah ilmu teknik dan akurat menentukan
atau tiga-dimensi posisi terrestrial poin dan jarak dan sudut antara mereka. Titik-
titik ini biasanya di permukaan bumi , dan mereka sering digunakan untuk
menetapkan lahan peta dan batas-batas untuk kepemilikan atau tujuan pemerintah
(Anonim, 2008).
bentuk geometris, luas, situasi bidang tanah untuk lampiran sertifikat, pembuatan
peta pendaftaran dan selain itu untuk mendapatkan data ukuran bidang tanah
sebagai unsur rekontruksi batas apabila karena sesuatu hal batas-batas bidang tanah
tersebut hilang, dapat direkontruksi kembali pada posisi semula sesuai batas yang
alat ukur theodolite berikut perlengkapannya seperti: pita ukur, baak ukur,
electronic distance measurement (EDM), GPS receiver, dan lain sebagainya (Ban
Botak, 2010).
batas satu atau beberapa bidang tanah berdasarkan permohonan pemegang haknya
atau calon pemegang hak baru yang letaknya saling berbatasan atau terpencar-
3
Gambar Ukur di dalam surat ukur harus sesuai dengan keadaan fisik di
lapangan. Dan bila tidak sesuai dengan keadaan di lapangan itu berarti Sertifikat
tidak sah. Di dalam pengukuran sebidang tanah atau beberapa bidang tanah, petugas
ukur akan mengajak pemohon yang akan mensertifikatkan tanah dan juga akan
tanahnya agar tidak terjadi kesalahan dalam penetapan batas dan tidak salah dalam
(periksa foto simulasi di atas). Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta
foto tidak dapat langsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan Sertifikat Hak
atas Tanah. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi
pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan ground controls (titik dasar
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang
dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Theodolite merupakan alat
yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada
dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar
4
vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut
juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu
tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).
dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut
memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat
ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan
efisien (Farrington 1997) Instrumen pertama lebih seperti alat survey theodolit
benar adalah kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus
Habermehl) di Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod. Awal
altazimuth instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh lingkaran di sayap
vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang paling sering setengah lingkaran.
Alidade pada sebuah dasar yang digunakan untuk melihat obyek untuk pengukuran
sudut horisontal, dan yang kedua alidade telah terpasang pada vertikal setengah
lingkaran. Nanti satu instrumen telah alidade pada vertikal setengah lingkaran dan
mata alidade diganti dengan pengamatan teleskop. Ini pertama kali dilakukan oleh
Jonathan Sisson pada 1725. Alat survey theodolite yang menjadi modern, akurat
theodolite besar yang terkenal, yang dia buat menggunakan mesin pemisah sangat
5
dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon,
permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara
titik-titik itu, baik hubungan tegak lurua, mendatar diperlukan sudut-sudut yang
Pada pengukuran terdapat dua jenis unsur pengukuran, yaitu jarak dan
sudut. Selanjutnya unsur jarak dapat dibagi dua pula, yaitu unsur jarak mendatar (d)
dan beda tinggi (∆h). Sedangkan unsur sudut dibagi menjadi sudut sudut horizontal,
vertical dan sudut jurusan. Sudut ini berperan penting dalam kerangka dasar
pemetaan yang datanya diperoleh dari lapangan dengan alat yang dirancang
sedemikian rupa konstruksinya sesuai dengan ketelitian. Alat ini dikenal sebagai
alat ukur ruang (Theodolit). Sedangkan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik
atau lebih dipermukaan bumi digunakan alat ukur penyipat datar (waterpass). Untuk
pengukuran jarak dari suatu titik ke titik lain dapat digunakan pita ukur, waterpass
dengan bantuan rambu ukur, atau dengan metoda Tachymetri (Darfis, Irwan. 1995).
Pengukuran sudut Azimuth dapat diukur dengan bantuan kompas yang ada
pada pesawat theodolit (lihat gambar 8b.), metoda ini dapat dilakukan dengan cara
memposisikan kompas pada arah utara magnetis, kemudian set 0 pada keadaan
tersebut. Yang dibaca pada skala lingkaran mendatar adalah suatu sudut yang
dinamakan pula azimuth magnetis. Azimuth adalah suatu sudut yang dimulai dari
arah utara, searah putaran jarum jam, dan diakhiri pada ujung obyektif garis bidik
6
atau garis yang dimaksud, dan yang besarnya sama dengan angka pembacaan
Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya teropong pada theodolit,
5. Lensa obyektif
7
8. Klem alhidade horisontal
(Theodolite) titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk
rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta
sudut miring m. Tempatkan alat ukur theodolite di atas titik kerangka dasar atau
titik kerangka penolong dan atur sehingga alat siap untuk pengukuran, ukur dan
catat tinggi alat di atas titik ini. Dirikan rambu di atas titik bidik dan tegakkan rambu
dengan bantuan nivo kotak. Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga bayangan
tegak garis diafragma berimpit dengan garis tengah rambu. Kemudian kencangkan
kunci gerakan mendatar teropong. Kendorkan kunci jarum magnet sehingga jarum
bergerak bebas. Setelah jarum setimbang tidak bergerak, baca dan catat azimuth
magnetis dari tempat alat ke titik bidik. Kencangkan kunci gerakan tegak teropong,
kemudian baca bacaan benag tengah, atas dan bawah serta catat dalam buku ukur.
Bila memungkinkan, atur bacaan benang tengah pada rambu di titik bidik setinggi
alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh sudah merupakan beda tinggi antara titik
8
Kesalahan alat, misalnya:
a. Deklinasi magnet.
b. atraksi lokal.