Anda di halaman 1dari 6

ACARA I

PENGENALAN ALAT UKUR TANAH


I. Tujuan
Tujuan praktium ini untuk mengenali dan memahami bagian dari peralatan
ukur tanah (handasah) serta fungsi, keunggulan, kelemahan dan cara pemakaiannya
II. Alat dan Bahan
Peralatan yang dipergunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut

Abney level

Theodolith T0

Yallon
Bak Ukur
Statif

Theodolith T100
Theodolith TDS
Kompas Survey

Payung

Water pass

III. Tinjauan Pustaka


Ilmu Ukur Tanah adalah suatu tindakan untuk mendapatkan gambaran
umum dengan observasi dan pengukuran untuk menentukan batas-batas ukuran
posisi, jumlah, kondisi, nilai dan sebagainya dari suatu obyek (Frick, 1979). Ilmu
Ukur Tanah merupakan metode untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
dari bentuk-bentuk keruangan di permukaan bumi dengan jalan pengamatan dan
pengukuran serta menggambarkan hasil pengamatan dan pengukuran tersebut ke
atas kertas gambar (bidang datar). Sedangkan unsur yang diukur dalam ilmu ukur
tanah ada tiga; yaitu arah (sudut), jarak, dan beda tinggi. Metode dalam Ilmu Ukur
Tanah ada tiga; yaitu :
1. Pengukuran langsung (by direct measurement), dengan menggunakan
alat ukur langsung seperti pita ukur, dan yallon. Metode ini sangat
tergantung pada ketelitian yang diperlukan. Pita ukur dari plastik
mempunyai kelemahan mudah memuai dalam panas dan angkanya dapat
pudar.
2. Pengukuran

Tacheometri

(by

optical

meantacheometry),

yaitu

pengukuran dengan menggunakan alat-alat optik seperti theodolit dan


waterpass. Tacheometer adalah suatu alat pengukuran cepat yang
dilengkapi dengan alat-alat optis seperti lensa sehingga dapat dilakukan
pengukuran optis dengan dibantu baak.

3. Pengukuran dengan menggunakan prinsip-prinsip sinar atau gelombang


radio (by electro-distance mensurements / EDM).
(Wongsotjitro, 1980)
Sumber lain juga menyebutkan bahwa dalam melakukan pengukuran
terdapat dua macam cara, yaitu Terestris dan Ekstraterestris. Terestris merupakan
pengukuran yang objek dan pelakunya berada di permukaan bumi, (pengukuran
langsung), sedangkan Ekstraterestris merupakan pengukuran tidak langsung, di
mana pengukuran ini dilakukan menggunakan citra satelit. Dalam Ilmu Ukur Tanah
ada tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu : jarak antara dua titik, beda
tinggi dan sudut arah (Sukoco, 1996). Pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur sederhana sering disebut dengan pengukuran secara
langsung karena hasilnya dapat diketahui sesaat setelah selesai pengukuran.
Sebagai contoh alat tersebut adalah pita ukur dan abney level. Selain alat ukur
sederhana terdapat alat lain yang digunakan untuk pengukuran di lapangan yang
dikenal dengan tachnometer. Tachnometer merupakan suatu alat pengukuran cepat
yang dilengkapi oleh paralatan optis, misalnya lensa sehingga dapat melakukan
pengukuran secara optis, dengan dibantu oleh baak (staff) dengan berbagai bentuk
sesuai dengan jenis alat. Sebagai contoh adalah compas survey, waterpass, dan
theodolit.
Compas survey merupakan alat ukur tanah yang berfungsi untuk mengukur
sudut (horizontal maupun vertikal) dan beda tinggi. Alat ini sebenarnya merupakan
gabungan antara kompas dan abney level. Untuk mengukur jarak dan beda tinggi
antara dua titik atau lebih dengan ketelitian yang tinggi, digunakan alat ukur optis
yang disebut dengan alat penyipat datar (waterpass). Alat penyipat datar yang
sederhana terdiri dari sebuah teropong dengan garis bidik yang dapat dibuat
horisontal dengan bantuan sebuah niveau tabung.
Pada prinsipnya Theodollit mempunyai fungsi yang sama dengan alat
penyipat datar yaitu untuk mengukur jarak, sudut dan beda tinggi. Bedanya
theodolit mempunyai dua sumbu, yaitu sumbu I (vertikal) dan sumbu II
(horizontal). Dengan adanya sumbu horizontal, garis bidik/ teropong dapat
digerakkan pada bidang vertikal. Dengan kata lain, theodolit mempunyai jangkauan
yang lebih luas dari pada penyipat datar. Pada dasarnya alat theodolit dibagi
menjadi tiga bagian: bagian bawah, bagian tengah, dan bagian atas. Bagian bawah
merupakan bagian yang statis yang terdiri dari tiga sekrup pendatar dan plat dasar.

Plat dasar ini dalam penggunaannya dihubungkan dengan statis (kaki tiga). Sebuah
niveau kotak melengkapi bagian ini untuk mengatur posisi alat supaya datar.
Bagian tengah terdiri atas sumbu vertikal. Pada bagian ini terdapat plat atau
lingkaran horizontal berskala dan sepasang kaki yang berfungsi untuk menyangga
sumbu kedua (sumbu mendatar). Sebuah niveau tabung terdapat pula pada bagian
ini untuk mengoreksi posisi sumbu I. Bagian atas terdiri atas sumbu kedua atau
sumbu horizontal, plat berbentuk lingkaran vertikal. Lingkaran vertikal berbentuk
statis, tidak turut bergerak sesuai dengan gerakan teropong pada sumbu kedua.
Mengenali Alat ukur tanah
IV. Langkah Kerja

Identifikasi bagian alat ukur tanah

Praktek penggunaan alat ukur tanah

Pembuatan sketsa alat ukur tanah


Analisis keunggulan dan kelemahan alat

Pembuatan laporan

V. Hasil Praktikum
1. Sketsa alat pengukuran beserta bagian dan fungsi
2. Tabel kelebihan dan kekurangan alat ukur tanah
VI. Pembahasan
Ilmu ukur tanah merupakan suatu cabang ilmu kebumian yang sangat
penting. Dalam ukur tanah dipelajari dasar-dasar pengukuran serta penggambaran
muka bumi secara sederhana. Ilmu ukur tanah merupakan ilmu yang sudah cukup
tua, perkembangannya dimulai sejak awal ilmu kebumian berkembang dan
mengalami perkembangan pesat setelah teknologi satelit dan GPS berkembang.
Kegunaan dari ilmu ukur tanah adalah mampu menggambarkan kondisi permukaan
bumi dengan berbagai kondisi dan ketelitian. Untuk dapat menguasai ilmu ukur

tanah perlu pemahaman dasar ilmu yang baik serta pemahaman dan praktek pada
alat yang umum digunakan.
Pemahaman mengenai alat dalam ukur tanah sangat penting, mengingat inti
dari ilmu ini adalah pengukuran yang butuh instrumen. Terdapat dua macam
instrumen yaitu sederhana seperti penggaris, meteran dan mistar dan juga
instrumen tacheometer yaitu instrumen yang memanfaatkan optis dalam
pengukuran seperti waterpas, kompas survey dan theodolith. Pada dasarnya hampir
setiap alat ukur memiliki prinsip kerja yang sama, namun terdapat beberapa
perbedaan yang dapat dipelajari. Pada pengenalan alat yang dilakukan dihadapkan
tiga buah alat yaitu kompas survey, waterpas dan juga theodolith. Setiap alat
tersebut memiliki bagian tersendiri dan manfaat yang berbeda pula.
Alat pertama yaitu kompas survey. Kompas survei ini merupakan gabungan
dari kompas dan abney level sehingga dalam satu alat dapat melakukan lebih dari
satu fungsi.

Cara penggunaannya sama dengan pembacaan pada abney level,

hanya informasinya lebih kompleks/rumit, karena terdapat kompas sebagai


penunjuk arah pada bagian bawahnya. Kompas digunakan dengan cara
ditembakkan ke arah utara magnetis untuk menentukan titik acuan pada proses
pengukuran. Mencari arah utara magnetis dengan cara membidik titik dari lubang
kompas yang diluruskan sesuai dengan arah jarum kompas, kemudian akan
diketahui titik yang merupakan titik acuan arah utara magnetis dengan
menancapkan yallon atau bak ukur sebagai penanda. Hasil yang diperoleh pun
lebih valid daripada menggunakan kompas biasa.
Alat kedua yang diperkenalkan dan digunakan adalah waterpas. Alat ini
serupa dengan theodolith, namun lebih sederhana. Waterpas ini tidak dapat
digunakan untuk wilayah dengan topografi berbukit dan hanya mampu digunakan
pada wilayah yang relatif datar. Kondisi ini dikarenakan waterpas hanya mampu
membidik bagian kanan dan kiri, namun tidak mampu untuk membidik keatas dan
kebawah (statik. Waterpas ini cocok untuk pengukuran sederhana pada wilayah
yang datar seperti contohnya jalan di kota, lapangan olahraga, sawah dan kantorkantor. Selain karena tidak bisa dibidik naik turun juga karena waterpas ini lebih
sederhana penggunaan dan perlakuannya serta harganya lebih murah dibanding
theodolith.

Alat terakhir yang diujikan adalah theodolith. Prinsip kerja alat ini sama
dengan alat lainnya, namun akurasi dengan theodolith yang paling besar
dibandingkan instrumen lain. Berbeda dengan waterpass, theodolith mampu
membidik keatas dan kebawah sehingga dapat digunakan pada wilayah dengan
topografi yang berbukit dan berlembah terjal. Kelemahan yang dimiliki dari
theodolith adalah harga yang sangat mahal (per unit mencapai lebih dari 100 juta
rupiah) dan relatif rumit digunakan sehingga butuh operator khusus.
Selain spesifikasi alat dan harganya, dalam ukur tanah terdapat alat-aat
tambahan yang bersifat vital dan menunjang kegiatan seperti bak ukur dengan
fungsi sebagai titik bidik objek dan pengukuran beda tinggi (dipasangkan dengan
yallon), statif untuk meletakan theodoloth atau kompas pada dudukan yang tetap,
bandul (unting-untung) digunakan untuk menilai kedataran tempat pijakan (pada
theodolith T100 menggunakan laser) serta yang tidak kalah pentingnya adaah
payung. Benda ini digunakan untuk melindungi alat dari sengatan matahari
langsung, karena alat ukur tanah sensitif terhadap suhu dan sinar matahari.
Berbagai alat dalam ukur tanah memiliki fungsi spesifik meskipun prinsip
kerjanya serupa. Perkembangan teknologi kebumian juga mendorong semakin
canggihnya instrumen dalam ukur tanah. Penggunaan alat harus dipersiapkan
dengan baik, selain pemilihan metode, pemilihan alat sangat penting agar hgasil
yang dibuat sesuai dengan target pengukuran. Pemahaman tentang alat dan etika
pemakaian sangat penting untuk dikenali agar tidak terjadi kerusakan pada alat
yang dapat mengganggu kerja ukur tanah dan menimbulkan kerugain yang besar.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan praktikum ini adalah
1. Pengenalan alat sangat penting sebelum mempelajari dan mempraktekan
ilmu ukur tanah.
2. Peralatan yang umum untuk digunakan dalam ukur tanah diantaranya
theodolit, kompas survey, water pass, abney level, yalon, bak ukur, dan
payung.
3. Pemahaman akan fungsi, keunggulan dan kelemahan alat penting untuk
menghindari dari kesalahan pemanfaatan dan kerusakan alat.

DAFTAR PUSTAKA
Frick , Heinz. 1979. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Jakarta: Kanisius.
Wongsotjitro, Soetomo. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Yayasan Kanisius
Sukoco, Mas, Sukwardjono. 1996. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta ;
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai