PENDAHULUAN
2.2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan demensia ada berbagai cara antara lain
sebagai berikut (Turana, 2013) :
1. Farmakoterapi
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat-obatan
antikoliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine,
Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti
Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah
ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat
anti-depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,
yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat
anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone)
2. Dukungan atau Peran Keluarga (Harrisons,2014).
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita
tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam
dinding dengan angka-angka yang besar.
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi yang bersifat
simtomatik, terapi tersebut meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas.
d. Penanganan terhadap masalah-masalah
3. Pencegahan dan perawatan demensia Hal yang dapat kita lakukan
untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah
menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi
otak,seperti (Harrisons,2014):
a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
5. Hygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal
yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi
kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak
dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau
lupa pada waktu makan: tergantung pada orang lain untuk
memasak makanan dan menyiapkannya dimeja, makan,
menggunakan alat makan.
6. Neurosensori
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan
kognitif,dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria
tentang kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala.
adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil
keputusan, mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku
(diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi
propriosepsi (posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang
tertentu). dan adanya riwayat penyakit serebral
vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara
periodik (sebagai factor predisposisi) serta aktifitas kejang
(merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam
menemukan kata- kata yang benar (terutama kata benda);
bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata
yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya
tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk membaca dan
menulis bertahap (kehilangan keterampilan motorik halus).
7. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi
factor predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan
( jatuh, luka bakar dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain.
8. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. faktor psikososial sebelumnya;
pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola
tingkah laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan control sosial,perilaku tidak tepat.
9. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas
tidur di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan
sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur,
dengan siapa klien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan
stimulan, perasaan klien mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur,
dan apakah ada perubahan pola tidur.
Gejala klinis : Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi,
apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak
mata bengkak, konjungtiva merah, dan mata perih,
perhatian tidak fokus, serta sakit kepala.
Penyimpangan tidur : Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah
laku dan auditorik, meningkatnya kegelisahan,
gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik,
bingung, dan disorientasi tempat dan waktu,
ganguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak
sesuai, dan intonasinya tidak teratur.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Jatuh
2. Kerusakan memori
3. Defisit perawatan diri
4. Ketidakefektifan koping
5. Gangguan pola tidur