Anda di halaman 1dari 10

3.1.

Kriteria Penetapan Kawasan Strategis


Rencana tata ruang wilayah provinsi menjadi pedoman bagi
pemerintah daerah untuk menetapkan lokasi kegiatan pembangunan dalam
memanfaatkan ruang serta dalam menyusun program pembangunan yang
berkaitan dengan pemanfaatan ruang di daerah tersebut dan sekaligus
menjadi dasar dalam pemberian rekomendasi pengarahan pemanfaatan
ruang, sehingga pemanfaatan ruang dalam pelaksanaan pembangunan selalu
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah provinsi.
Rencana tata ruang wilayah Provinsi dan rencana pembangunan jangka
panjang daerah merupakan kebijakan daerah yang saling mengacu.
Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi mengacu pada rencana
pembangunan jangka panjang provinsi begitu juga sebaliknya.
Dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang pada pasal 22dan
pasal 3, disebutkan bahwa:
a. Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi mengacu pada:
1. Rencana tata ruang wilayah nasional
2. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang;
3. Rencana pembangunan jangka panjang daerah.
b. Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi harus memperhatikan:
1. Perkembangan permasalahan nasional dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang provinsi;
2. Upaya pemerataan pembangunandanpertumbuhan ekonomi provinsi dan
pembangunan kabupaten/kota;
3. Keselarasan aspirasi pembangunan provins dan pembangunan
kabiupaten/kotai;
4. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
5. rencana pembangunan jangka panjang daerah;
6. rencana tata ruang wilayah provinsi yang berbatasan; dan
7. rencana tata ruang kawasan strategis provinsi.
8. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
c. Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat:
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
2. Rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem
perkotaan dalam wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan
dalam wilayahnya dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi.
3. Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung
provinsi dan kawasan budi daya provinsi
4. Penetapan kawasan strategis provinsi;
5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan; dan
6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi
ketentuan indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan
perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
d. Rencana tata ruang wilayah provinsi menjadi pedoman untuk:
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
provinsi;
4. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar
wilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor;
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
6. Penataan ruang kawasan strategis provinsi; dann
7. Penataan ruang wilayah kabupaten/kota
e. Jangka waktu rencana tata ruang wilayah provinsi adalah 20 (duapulu)
tahun.
f. Rencana tata ruang wilayah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
g. Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan
perundangundangan dan/atau perubahan batas teritorial negara, wilayah
provinsi, dan/atau wilayah provinsi yang ditetapkan dengan
UndangUndang, rencana tata ruang wilayah provinsi ditinjau kembali
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
h. Rencana tata ruang wilayah provinsi ditetapkan dengan peraturan daerah
provinsi.
Berdasarkan UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap pertahanan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial
budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi
dan daya dukung lingkungan. Prioritas penataan ruang dapat mencakup
perencanaan tata ruang yang lebih rinci (Rencana Detail Tata Ruang dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan), pemanfaatan ruang yang berisi
indikasi program, tahapan dan pengendalian pemanfaatan ruang terutama
arahan insentif, disinsentif dan sanksi. Kawasan strategis terbagi menjadi
kawasan strategis secara nasional, provinsi, dan kota.
Penetapan kawasan strategis di Provinsi Sulawesi Selatan berfungsi
untuk:
1. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan
dalam mendukung penataan ruang wilayah kota;
2. Lokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah
kota yang dinilai mempunyaipengaruh sangat penting terhadap wilayah
provinsi;
3. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW
provinsi; dan
4. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah provinsi.
Dasar penetapan kawasan strategis dalam RTRW provinsi adalah:
1. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
2. Nilai strategis dari aspekaspek eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi
penanganan kawasan;
3. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan
terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;
4. Daya dukung dan daya tampung wilayah provinsi; dan
5. Ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Kawasan strategis di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi
perhatian dalam RTRW Provinsi Sulawesi Selatan adalah penetapan kawasan
strategis Provinsi Sulawesi Selatan yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi
Sulawesi Selatan ini, Dengan kewenangan Pemerintahan Provisnsi Sulawesi
Selatan selanjutnya ditetapkan Kawasan strategis provinsi (KSP) Taman
Wisata Alam Lejja.
Penetapan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Sulawesi Selatan juga
merujuk dari UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 yang ditinjau dari
berbagai aspek kepentingan:
1. Kawasan Strategis Provinsi dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
ditetapkan atas dasar pertimbangan sebagai berikut:
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi wilayah kabupaten; dan
c. memiliki potensi “ekspor”;
2. Kawasan Strategis Provinsi dari sudut kepentingan sosial dan budaya
ditetapkan atas dasar pertimbangan sebagai berikut:
a. merupakan tempat yang akan dikembangkan untuk pelestarian atau
pengembangan adat istiadat atau budaya daerah; dan
b. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya
kabupaten/provinsi.
3. Kawasan Strategis Provinsi dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. merupakan aset berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap
tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara;
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f. rawan bencana alam; atau
g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai
dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

3.1.1. Kawasan Strategis Provinsi


Kawasan Strategis Provinsi yang berada di wilayah Kabupaten
Soppeng adalah Kawasan wisata yang merupakan kawasan strategis dari
sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Penetapan
Kawasan wisata Lejja sebagai kawasan strategis provinsi (KSP) sangat sejalan
dengan arah dan kebijakan daerah Kabupaten Soppeng yang menetapkan
sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan dalam pembangunan
ekonomi kabupaten.

3.1.2. Penetapan Kawasan Strategis Provinsi


Berdasarkan UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap pertahanan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial
budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi
dan daya dukung lingkungan. Prioritas penataan ruang dapat mencakup
perencanaan tata ruang yang lebih rinci (Rencana Detail Tata Ruang dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan), pemanfaatan ruang yang berisi
indikasi program, tahapan dan pengendalian pemanfaatan ruang terutama
arahan insentif, disinsentif dan sanksi. Kawasan strategis terbagi menjadi
kawasan strategis secara nasional, provinsi, dan kota.
Penetapan kawasan Taman Wisata Alamn Lejja sebagai kawasan
strategis provinsi tertuang dalam Peraturanm Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provisnsi
Sulawesi Selatan tahun 2009 – 2029. Taman Wisata Alam Lejja ditetapkan
sebagai salah satu Kawasan Strategis Provinsi Sulawesi Selatan sebagaimana
tercantum dalam Lanpiran III.25 bagian B Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan tersebut. Kawasan ini merupakan kawasan lindung sebagaimana
disebutkan dalam pasal 49 dan rencana pengembangan pariwisata
sebagaimana disebutkan pada pasal 60 Perda Provinsi Sulawesi Selatan
Nomor 9 tahun 2009.
Penetapan kawasan strategis provinsi di Taman Wisata Alam Lejja
berfungsi untuk:
a. mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan
dalam mendukung penataan ruang wilayah provinsi;
b. lokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota
yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah
provinsi;
c. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW
provinsi; dan
d. sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah provinsi.

Dasar penetapan kawasan strategis dalam RTRW provinsi adalah:


a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
b. nilai strategis dari aspekaspek eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi
penanganan kawasan;
c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan
terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya dan lingkungan
pada kawasan yang akan ditetapkan;
d. daya dukung dan daya tampung wilayah provinsi; dan
e. ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

3.2. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009
2029

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang diatur


dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 tahun 2009
merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang
dijabarkan dalam bentuk pola pemanfaatan ruang yang dapat dijadikan acuan
dalam pengembangan struktur tata ruang wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Pola ruang meliputi; rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya Secara
umum materi yang terkandung dalam rencana pola ruang wilayah adalah
sebagai berikut; (i) arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan
budidaya, (ii) pengembangan kawasan permukiman, kehutanan, pertanian,
perkebunan, perikanan, perindustrian, pariwisata dan kawasan lainnya, dan
(iii) rencana pengembangan permukiman perdesaan dan perkotaan.
Pada dasarnya ketentuan teknis dalam pola ruang wilayah secara
makro didasarkan pada kondisi fisik dasar wilayah perencanaan. Dengan
kondisi karakteristik fisik wilayah, maka dapat diketahui deliniasi antara
kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam serta sumberdaya buatan guna pembangunan
berkelanjutan, yang juga dapat diartikan bahwa kawasan lindung apabila
dijamah akan berakibat terhadap daerah bawahannya atau daerah sekitarnya.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung, maka perlu dilakukan penetapan kawasan
lindung. Pada dasarnya, penetapan kawasan lindung merupakan perwujudan
dan pengembangan struktur tata ruang yang berdasarkan pada prinsip
pembangunan berkelanjutan. KawasanKawasan Lindung seperti yang
dimaksud di atas disesuaikan dengan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung meliputi :
1. Kawasan hutan lindung
2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya terdiri dari:
a) Kawasan bergambut; dan
b) Kawasan konservasi dan resapan air.
3. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari:
a) Sempadan pantai;
b) Sempadan sungai;
c) Kawasan sekitar danau/waduk; dan
d) Kawasan sekitar mata air.
4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, terdiri dari:
a) Kawasan suaka alam;
b) Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya;
c) Kawasan pantai berhutan bakau;
d) Taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam; dan
e) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
5. Kawasan rawan bencana alam, terdiri dari:
a) Kawasan rawan letusan gunung api;
b) Kawasan rawan gempa bumi;
c) Kawasan rawan tanah longsor;
d) Kawasan rawan gelombang pasang; dan
e) Kawasan rawan banjir.
6. Kawasan lindung geologi, terdiri dari;
a) Kawasan cagar alam geologi;
b) Kawasan rawan bencana geologi;
c) Kawasan keunikan bentang alam (karst); dan
d) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah;
7. Kawasan lindung lainnya, terdiri dari:
a) Cagar biosfer;
b) Ramsar;
c) Taman buru;
d) Kawasan perlindungan plasma nutfah;
e) Kawasan pengungsian satwa;
8. Terumbu karang; dan
9. Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.
Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
dan UndangUndang tentang Penataan Ruang menjelaskan bahwa penentuan
kawasan lindung didasarkan atas beberapa kriteria fisik tanah meliputi
ketinggian, kelerengan, daerah resapan air, dan sifat khusus lainnya sehingga
dapat digolongkan ke dalam kawasan yang harus dilindungi.
Pada prinsipnya pengendalian atau pengelolaan kawasan lindung,
adalah di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya,
kecuali yang tidak mengganggu fungsi lindung. Pada kawasan suaka alam dan
cagar budaya dilarang melakukan kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan
yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi
penggunaan lahan, serta ekosistem yang ada. Flora dan fauna yang ada di
dalam kawasan lindung, perlu dilindungi dan dipertahankan kelestariannya.
Taman Wisata Alam Lejja yang berlokasi di Kabupaten Soppeng
merupakan kawasan hutan yang di dalamnya terdapat permandian air panas.
Kawasan Taman Wisata Alam Lejja merupakan salah satu kawasan lindung
nasional yang di dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No. 9
Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
disebutkan sebagai salaha satu kawasan hutan lindung. Penetapan kawasan
hutan lindung tersebut ditetapkan dan merupakan bagian dari kawasan
lindung provinsi yang terdiri dari:
a. Hutan Lindung Gowa seluas 23.349,72 ha
b. Hutan Lindung Takalar seluas 692,17 ha
c. Hutan Lindung Jeneponto seluas 6.715,88 ha
d. Hutan Lindung Bantaeng seluas 2.721,98 ha
e. Hutan Lindung Bulukumba seluas 7.849,89 ha
f. Hutan Lindung Selayar seluas 10.094,06 ha
g. Hutan Lindung Sinjai seluas 10.996,20 ha
h. Hutan Lindung Bone seluas 40.067,23 ha
i. Hutan Lindung Soppeng seluas 34.286,94 ha
j. Hutan Lindung Wajo seluas 7.679,93 ha
k. Hutan Lindung Barru seluas 51.266,03 ha
l. Hutan Lindung Sidrap seluas 45.322,15 ha
m. Hutan Lindung Pinrang seluas 45.168,70 ha
n. Hutan Lindung Enrekang seluas 72.224,64 ha
o. Hutan Lindung Tana Toraja seluas 92.825,72 ha
p. Hutan Lindung Luwu seluas 85.371,63 ha
q. Hutan Lindung Luwu Timur seluas 240.775,89 ha
r. Hutan Lindung Parepare seluas 2.003,65 ha
s. Hutan Lindung Palopo seluas 8.297,58 ha

Anda mungkin juga menyukai