Anda di halaman 1dari 6

KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN BANYUMAS

MATA KULIAH : AGROEKOSISTEM BERKELANJUTAN

Oleh
RESTU NURUL HIDAYAH
NIRM. 05.1.4.16.0728 / VII C

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN BANYUMAS

A. Begalan

Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam


rangkaian upacara perkawinan yaitu saat calon pengantin pria beserta
rombongannya memasuki pelataran rumah pengantin wanita. Disebut
begalan karena atraksi ini mirip perampokan yang dalam bahasa Jawa
disebut begal. Yang menarik adalah dialog-dialog antara yang dibegal
dengan sipembegal biasanya berisi kritikan dan petuah bagi calon
pengantin dan disampaikan dengan gaya yang jenaka penuh humor.
Upacara ini diadakan apabila mempelai laki-laki merupakan putra
sulung. Begalan merupakan kombinasi antara seni tari dan seni tutur atau
seni lawak dengan iringan gending. Sebagai layaknya tari klasik, gerak
tarinya tak begitu terikat pada patokan tertentu yang penting gerak tarinya
selaras dengan irama gending. Jumlah penari 2 orang, seorang bertindak
sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur), seorang lagi bertindak
sebagai pembegal/perampok. Barang-barang yang dibawa antara lain ilir,
ian, cething, kukusan, saringan ampas, tampah, sorokan, centhong, siwur,
irus, kendhil dan wangkring. Barang bawaan ini biasa disebut brenong
kepang. Pembegal biasanya membawa pedang kayu. Kostum pemain
cukup sederhana, umumnya mereka mengenakan busana Jawa. Dialog
yang disampaikan kedua pemain berupa bahasa lambang yang
diterjemahkan dari nama-nama jenis barang yang dibawa, contohnya ilir
yaitu kipas anyaman bambu diartikan sebagai peringatan bagi suami-isteri
untuk membedakan baik buruk. Centhing, tempat nasi artinya bahwa
hidup itu memerlukan wadah yang memiliki tatanan tertentu jadi tidak
boleh berbuat semau-maunya sendiri. Kukusan adalah alat memasak atau
menanak nasi, ini melambangkan bahwa setelah berumah tangga cara
berpikirnya harus masak/matang.
Selain menikmati kebolehan atraksi tari begalan dan irama
gending, penonton juga disuguhi dialog-dialog menarik yang penuh
humor. Biasanya usai pertunjukan, barang-barang yang dipikul
diperebutkan para penonton. Sayangnya pertunjukan begalan ini tidak
boleh dipentaskan terlalu lama karena masih termasuk dalam rangkaian
panjang upacara pengantin.

B. Festival Gunung Slamet


Festival Gunung Slamet merupakan agenda rutin yang mempunyai
makna yang amat dalam, selain untuk nguri-nguri budaya Jawa yang
adiluhung, juga untuk menunjang sekaligus mempromosikan potensi
wisata Desa Serang Kecamatan Kerangreja. Ada beberapa rangkaian
dalam festival gunung slamet ini, pertama prosesi pengambilan air di kaki
gunung Slamet, mata air tersebut bernama Tuk Sikopyah.
Kegiatan hari pertama adalah pengambilan air Tuk Sikopyah
diawali dengan pembawaan lodong oleh 40 orang laki-laki, dan
pembawaan nampan sesaji oleh 40 orang perempuan. Pakaian serba hitam
dengan ikat kepala dikenakan oleh laki-laki sedangkan perempuan
mengenakan kain berwarna hijau. Lodong merupakan gelondongan bambu
sepanjang dua meter dengan ujung dibuat agak runcing dan digunakan
sebagai tempat air.
Setelah diadakan upacara permintaan ijin kepada sesepuh
masyarakat, rombongan pengambil Tuk Sikopyah menuju lokasi, sekitar 2
kilo meter jauhnya. Dengan menyusuri lereng gunung rombongan berjalan
diiringi dengan tetabuhan selawat berlanggam jawa. Setibanya di Tuk
Sikopyah, sesepuh desa memimpin doa dan dilanjutkan dengan
pengambilan air untuk dimasukan kedalam lodong.

Usai pengambilan air, sesepuh masyarakat kembali membacakan


doa sebelum rombongan berjalan menuju Balai Desa Serang untuk
menyemayamkan lodong dan kokok berisi air yang nantinya akan
dibagikan pada hari terakhir festival.
Hari kedua festival menampilkan pentas budaya lokal dan pasar
rakyat di depan balai desa Serang, kemudian dilanjut dengan penanaman
turus di sekitar lereng gunung Slamet. Sekaligus pembagian sedekah
kepada fakir miskin.
Pada sore harinya dilakukan event perang strobery di lapangan desa
Serang. Perang ini sangat meriah karena dilakukan oleh pria-wanita,
muda-tua bercampur menjadi satu. Buah yang digunakan adalah buah
yang telah afkir dan tidak layak jual. Saling lempar satu sama lain dan
keriuhan anak-anak menjadi tontonan yang tidak boleh dilewatkan.

Hari ketiga festival menampilkan kirab budaya dan hasil bumi,


kirab dimulai dengan rombongan pembawa Air Tuk Sikopyah, kemudian
di belakangnya gunungan hasil bumi, kesenian. Start dimulai Lapangan
SMP Negeri 2 Karangreja di Desa Kutabawa dan Finish di depan Balai
Desa Serang

Setelah sampai di balai desa serang air Tuk Sikopyah langsung


dibawa ke rest area Desa Wisata Serang. Di Rest Area tersebut dilakukan
prosesi wayang ruwat. Setelah air tuk Sikopyah sampai kemudian diterima
Bupati Purbalinga, yang selanjutnya air itu dibagikan kepada seluruh
masyarakat yang datang. Setelah itu dilakukan pemotongan tumpeng.
Kemudian siang harinya sampai sore dilakukan pentas pentas seni
budaya lokal dan malam harinya dilakukan pertunjukan seni kontemporen
serta pertunjukan lihgting spektakuler. Seni kontemporer ini menampilkan
perpaduan music modern dengan music tradisional. Singel gitar, single
drum juga menjadi tontonan yang wajib bagi pencinta music. Dengan
alunan yang menggebu serta kadang romantic dan sakali-kali memadukan
nada-nada jaz, hingga membuat jiwa melayang ditengah dinginya udara
pengunungan.
Kalau anda ingin mengikuti kegiatan itu maka siap-siap saja dari
sekarang. Kegiatan biasanya dilaksanakan pada bulan Asyuro penanggalan
hijriyah. Untuk mengikuti event tersebut anda bisa memesan home stay
jauh-jauh hari, dengan harga menginap yang terjangkau serta hidangan
makanan ala desa, menambah pengalaman yang sangat menarik yang tak
akan terlupakan.

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional_Banyumasan
https://www.purbalinggakab.go.id/v1/festival-gunung-slamet/

Anda mungkin juga menyukai