1. ANALISA ANGIN
Analisa angin merupakan hal yang mendasar dari perencanaan landasan pacu utama.
Bandar udara sedapat mungkin searah dengan angin dominan.
1,677
NW NE
315 0 45 0
2,024
1,966 0,521
3,008
4,511
3,181
2,082
2,603 4,685
3,817 s
`
3,759 0,463 4,396
W 0,347 E
270 0 0,463 2,603 4,569 2,603 2,660 90 0
2,024 4,743 1,966 3,297 1,041
1,909 2,371
1,099
1,388
2,140
3,875 5,263
2,603
1,330 3,239
1,966
0,521 2,429
2,603
SW SE
225 0 135 0
2,256
180 0
S
20 Knots 20 Knots
40 Knots
Persentase Wind Rose Arah N – S = S – N
Jumlah = 99,785 %
N
00
1,677
NW NE
315 0 45 0
2,024
1,966
0,521
3,008
4,511
3,181
2,082
2,603 4,685
` 3,817 s
4,396
3,759 0,463
W 0,347 E
270 0 0,463 2,603 4,569 2,603 2,660 90 0
2,024 4,743 1,966 3,297 1,041
1,909
1,099 2,371
1,388
2,140
3,875 5,263
2,603
1,330 3,239
1,966
0,521
2,603 2,429
SW SE
225 0 135 0
2,256
180 0
S
Persentase Wind Rose Arah NE – SW = SW – NE
Jumlah = 99,372 %
ARAH E – W = W – E N
00
1,677
NW NE
315 0 45 0
2,024
1,966
0,521
3,008
4,511
3,181
2,082
` 2,603 4,685
3,817 s
3,759 0,463 4,396
W 0,347 E
270 0 0,463 2,603 4,569 2,603 2,660 90 0
2,024 4,743 1,966 3,297 1,041
1,909
1,099 2,371
1,388
2,140
3,875 5,263
2,603
1,330 3,239
1,966
0,521 2,429
2,603
SW SE
225 0 135 0
2,256
180 0
S
Persentase Wind Rose Arah E – W = W – E
0,463 + 0,347 + 2,024 + 2,371 + 1,099 + 1,909 + 2,660 + 3,759 = 14,633
Jumlah = 99,438 %
ARAH SE – NW = NW – SE
N
00
1,677
NW NE
315 0 45 0
2,024
1,966
0,521
3,008
4,511
3,181
2,082
2,603 4,685
` 3,817 s
3,759 0,463 4,396
W 0,347
E
270 0 2,603 4,569 2,603 2,660 90 0
1,041
0,463 2,024 4,743 1,966 3,297
1,909
1,099 2,371
1,388
2,140
3,875 5,263
2,603
1,330 3,239
1,966
0,521
2,603 2,429
SW SE
225 0 135 0
2,256
180 0
S
Persentase Wind Rose Arah SE – NW = NW – SE
Jumlah = 99,851 %
Syarat arah angin dominan dan menjadi arah perencanaan runway adalah ≥ 95 %. Dari hasil
peninjauan diperoleh persentase angin > 95 % (memenuhi syarat), sehingga diambil nilai
persentase arah yang terbesar yaitu = 99,851 %.
Sehingga:
Ft = 1 + 0,01 (25 – (15 – 0,0065 .75))
= 1,105
Fs = 1 + 0,1 . S
Dimana : S = kemiringan atau slope = 1,5 %
Fs = 1 + 0,1 . (1,5)
= 1,150
d. Faktor koreksi terhadap angin permukaan (Fsw)
+5 -3
+10 -5
-5 +7
Sumber : Heru Basuki .1986
Panjang runway minimum dengan metoda ARFL dihitung dengan persamaan berikut:
Lro =Lo x ( Ft x Fe x Fs x (1+ Persentase pengaruh angin permukaan) ( Pers.1.1)
ARFL = Lro /( Ft x Fe x Fs) ( Pers.1.2)
Dengan: Lro : Panjang runway rencana, m
Ft : Faktor koreksi temperatur
Fe : Faktor koreksi elevasi
Fs : Faktor koreksi kemiringan
Nilai kekuatan angin permukaan sebesar +10 diperoleh persentase pengurangan panjang
runway sebesar -5, Sehingga;
Fsw = 1 + (persentase pengaruh angin permukaan)
= 1 + (- 0,05)
= 0,950
Dari tabel 2.6, untuk kode angka 4 dan kode huruf C diperoleh lebar Runway = 45 m
2. Kemiringan Memanjang Longitudinal Runway
Tabel 2.7. Kemiringan Memanjang (longitudinal) Landasan
Kode Angka Landasan
Perihal
4 3 2 1
Max. Effective Slope 1.0 1.0 1.0 1.0
Max. Longitudinal Slope 1.25 1.5 2.0 2.0
Max. Longitudinal Slope Change 1.5 1.5 2.0 2.0
Slope Change per 30 m 0.1 0.2 0.4 0.4
Sumber : Basuki .1990
Untuk kode angka 4 (Lihat tabel 2.7)
- Max.Effective Slope = 1.0 %
- Max.Longitudinal Slope = 1.25 %
- Max.Longitudinal Slope Change = 1.5 %
- Slope Change per 30 m = 0.1 %
Keterangan : Untuk landasan dengan kode angka 4 kemiringan memanjang pada
seperempat pertama dan seperempat terakhir dari panjang landasan tidak
boleh lebih dari 0.8 %.
3. Kemiringan Melintang
Untuk landasan dengan kode huruf C, D atau E.kemiringan melintangnya = 1.5 %
4. Panjang, Lebar, Kemiringan Dan Perataan strip Landasan
Tabel 2.8. Panjang, Lebar, Kemiringan dan Perataan Strip Landasan
Catatan :
a. 60 m bila landasan berinstrumen
30 m bila landasan tidak berinstrumen
b. Kemiringan transversal pada tiap bagian dari strip diluar diratakan kemiringannya
tidak boleh lebih dari 5%.
c. Untuk membuat saluran air kemiringan 3 m pertama kearah luar landasan, bahu
landasan, stopway harus sebesar 5%.
Sumber : Basuki .1990
Dari tabel 2.8, dengan kode angka 4 diperoleh nilai sebagai berikut:
a. Jarak min. dari ujung landasan atau stopway = 60 m
b. Lebar strip landasan untuk landasan instrumen = 300 m
c. Lebar strip landasan untuk landasan non instrumen = 150 m
d. Lebar area yang diratakan untuk landasan instrumen = 150 m
e. Kemiringan memanjang maks. untuk area yang diratakan = 1,5 %
f. Kemiringan transversal maks. dari areal yang diratakan = 2,5 %
(lihat catatan b dan c)
Dalam 1 tahun (365 hari) dengan jam operasi lapangan terbang = 22 jam/hari
pesawat akan Take Off di lapangan terbang sebanyak:
𝑝𝑒𝑠𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑗𝑎𝑚
a. A 300 - B2 = 1 x 22 x 365 hari = 8030 pesawat/tahun
𝑗𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑝𝑒𝑠𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑗𝑎𝑚
b. B 727 - 200 =2 x 22 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun
𝑗𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑝𝑒𝑠𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑗𝑎𝑚
c. B 757 - 200 = 2 𝑗𝑎𝑚 x 22 ℎ𝑎𝑟𝑖 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun
𝑝𝑒𝑠𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑗𝑎𝑚
d. CV 880 M = 2 𝑗𝑎𝑚 x 22 ℎ𝑎𝑟𝑖 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun +
Total = 56210 pesawat/tahun
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh persentase tebal perkerasan dengan cara
interpolasi linier, sehingga untuk tingkat keberangkatan 56210 pesawat/tahun, maka
persentasenya adalah 104,4968 %.
3.2 Menghitung Equivalent Annual Departure (EAD) R2
Dalam menghitung R2 jumlah take off dikalikan dengan faktor konversi dari tiap roda
pesawat rencana yaitu yang mengakibatkan perkerasan paling tebal adalah “A 300-B2”
dengan konfigurasi roda pendaratan utamanya “Dual Tandem Wheel Gear”.
= 16969,68 kg
= 19876,185 kg
1
W2 (B 757 - 200) = 0,95 x 99790,30 x 8
= 11850,10 kg
1
W2 (CV 880 M) = 0,95 x 83705 x 8
= 9939,97 kg
1/ 2
W
Log R1 = Log R2 2
W1
Dimana :
R1 = Equivalent Annual Departure pesawat rencana.
R2 = Annual Departure pesawat-pesawat campuran (dinyatakan dalam roda pendaratan).
W1 = Beban roda pesawat rencana.
W2 = Beban roda dari pesawat yang dinyatakan.
a. R1 (A 300 - B2)
1/ 2
16969,680
Log R1 = Log 8030
16969,680
R1 = 8030
b. R1 (B 727 - 200)
1/ 2
19876,185
Log R1 = Log 9636
16969,680
R1 = 10428,610
c. R1 (B 757-200)
1/ 2
11850,100
Log R1 = Log 16060
16969,680
R1 = 13420,529
d. R1 (CV 880 M)
1/ 2
9939,970
Log R1 = Log 16060
16969,680
R1 = 12291,395
Data – data di atas lalu diplotkan pada gambar kurva rencana perkerasan flexible untuk
daerah kritis. (Untuk pesawat rencana A 300-B2)
Diketahui: CBR subgrade= 25%
Weight On Main Gear = MSTOW x 95% = 315041 x 0,95 = 299288,950 lb
15,5
Kurva perencanaan perkersan fleksibel untuk daerah kritis (Dual Tandem Gear)
Sumber : Grafik 6.17. Heru Basuki.1986
Dari hasil plot diperoleh:
Tebal perkerasan total = 15,5 inchi = 39,37 cm = 40 cm
Diketahui: CBR subbase= 40% (asumsi)
Weight On Main Gear = MSTOW x 95% = 315041 x 0,95 = 299288,950 lb
9,6
Kurva perencanaan perkersan fleksibel untuk daerah kritis (Dual Tandem Gear)
Dari hasil plot diperoleh:
Tebal Sub Base = 9,6 inchi = 24.384 cm = 25 cm
Sehingga, tebal sub base = 40 – 25 = 15 cm
Tebal Base Course digunakan adalah angka pada daerah kritis, sehingga tebal Base Course
rencana = 25 – 13 = 12 cm
Cek terhadap tebal minimum Base Course dengan
Tabel Minimum Base Course Thickness
Design Load Range Minimum Base Course Thickness
Design Aircraft
lbs. (Kg) In. (mm)
Single Wheel 30.000 – 50.000 (13.600 – 22.700) 4 (100)
50.000 – 75.000 (22.700 – 34.000) 6 (150)
Dual Wheel 50.000 – 100.000 (22.700 – 45.000) 6 (150)
100.000 – 200.000 (45.000 – 90.700) 8 (200)
Dual Tandem 100.000 – 250.000 (45.000 – 113.400) 6 (150)
250.000 – 400.000 (113.400 – 181.000) 8 (200)
757
200.000 – 400.000 (90.700 – 181.000) 6 (150)
767
DC-10
400.000 – 600.000 (181.000 – 272.000) 8 (200)
L1011
B-747 400.000 – 600.000 (181.000 – 272.000) 6 (150)
600.000 – 850.000 (272.000 – 385.700) 8 (200)
C-130 75.000 – 125.000 (34.000 – 56.700) 4 (100)
125.000 – 175.000 (56.700 – 79.400) 6 (150)
{Base Course}
33
Surface
Base
Sub Base
Lebar Landasan
93 m 85 m 57 m 39 m 27 m
Taxiway Strip
(306 ft) (278 ft) (188 ft) (128 ft) (74 ft)
Width
2. Kemiringan dan Jarak Pandang Minimum bisa dilihat pada tabel 3.3 (kode huruf yang
digunakan adalah C).
Tabel Kemiringan dan jarak pandang
Kode huruf Taxiway
E D C B A
Kemiringan 1.50% 1.50% 1.50% 3% 3%
memanjang maximum
Perubahan
kemiringan 1 % per 1 % per 1 % per 1 % per 1 % per
memanjang 30 m 30 m 30 m 25 m 25 m
maximum
Kemiringan
transversal 1.50% 1.50% 1.50% 2.00% 2.00%
maximum dari
taxiway
Kemiringan
transversal
maximum dari bagian
yang diratakan pada
strip taxiway
a. Miring ke atas 2.50% 2.50% 2.50% 3.00% 3.00%
b. Miring ke bawah 5% 5% 5% 5% 5%
Catatan : Kemiringan transversal dari bagian strip taxiway diluar yang diratakan
kemiringan keatasnya tak boleh lebih dari 5%.
Sumber : Tabel 4-9.Heru Basuki .1986
a. Exit Taxiway
Fungsi exit taxiway adalah membuat seminimal mungkin bagi runway yang ditempati oleh
pesawat yang baru saja mendarat (landing).
Exit taxiway yang bersudut 300 disebut high speed.
Exit atau kecepatan tinggi/cepat keluar, sebagai tanda bahwa exit taxiway direncanakan
untuk pesawat yang cepat keluar, yang penempatannya tergantung pada jenis pesawat.
Kecepatan saat aproact, tingkat pengereman dan jumlah exit taxiway:
Jarak taxiway = jarak touch down + D dari Threshold
2 2
S1 S2
D =
2a
Dimana:
D = Jarak dari touch down ke titik perpotongan antara runway dan taxiway.
S1 = Kecepatan touch down (m/s).
S2 = Kecepatan awal ketika meninggalkan landasan (m/s).
a = Perlambatan (m/s2).
Perlambatan diambil 1,5 m/s2 dan jarak harus ditambah 3% per 300 m (1000 ft) setiap
kenaikan dari muka air laut dan 1% setiap kenaikan 5,6 0C (10 0F) dari temperatur 15 0C
– 50 0C.
Kecepatan touch down diambil dari tabel 3.7 “Klasifikasi pesawat untuk perencanaan
taxiway”.
Tabel Klasifikasi Pesawat untuk Perencanaan Taxiway
Kecepatan
Jarak Touch Down
Design Group Touch Down Jenis Pesawat
(m)
(Km/Jam)
< 167 km/jam 300 m
I Bristol Freighter 170, DC-3, DC-4, F-27
(90 knots) (1000 ft
169 – 222
Bristol Britania, DC-6, F-28, MK-100, 450 m
II km/jam
Viscount 800 (1500 ft)
(90 – 120 knots)
> 224 km/jam B-707, B-727, B-737, B-747, Air Bus, 450 m
III
( > 121 knots) DC-8, DC-9, DC-10, L-1011, Trident (1500 ft)
Sehingga:
(62,22)2 (8,89)2
D =
2 (1,5)
= 1264,10 m
Jarak taxiway ke threshold = jarak touch down + D dari Threshold
= 450 m + 1264,10 m
= 1714,10 m
25 15
= 1726,9558 1 0,01
5,6
= 1757,794 m 1758 m
= 1068,05 m
Jarak taxiway ke threshold = jarak touch down + D dari Threshold
= 450 m + 1068.05m
= 1518,05 m
25 15
= 1529,4354 1 0,01
5,6
= 1556,7467 m 1557 m
Kesimpulan:
Jarak exit taxiway dari threshold adalah:
Exit taxiway bersudut 900 = 1758 m.
Exit taxiway bersudut 300 = 1557 m.
Perbedaan letak dari kedua jenis exit taxiway ini tidak terlalu jauh, atas pertimbangan faktor
keamanan dan biaya, maka direncanakan satu jenis exit taxiway yaitu exit taxiway menyiku
(900). Keputusan untuk merencanakan dan membuat/membangun exit taxiway menyudut
siku-siku didasarkan pada analisa lalu lintas yang ada. Apabila lalu lintas rencana pada jam-
jam sibuk (puncak) kurang dari 26 gerakan (mendarat dan lepas landas) maka exit taxiway
menyudut siku cukup memadai.
4. MERENCANAKAN APRON (TEMPAT PARKIR PESAWAT)
Apron ialah suatu areal parkir pesawat untuk memuat dan menurunkan barang. Tempat
naik dan turunnya penumpang pesawat. Perencanaan apron dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Karakteristik pesawat yang terdiri dari:
Panjang pesawat.
Lebar sayap pesawat
2. Jari-jari putar pesawat.
3. Jarak keamanan antar pesawat.
4. Volume penerbangan.
5. Kapasitas rencana lapangan terbang.
Dalam 1 tahun (365 hari) dengan jam operasi lapangan terbang = 22 jam/hari
pesawat akan Take Off di lapangan terbang sebanyak:
𝑝𝑒𝑠𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑗𝑎𝑚
a. A 300 - B2 = 1 𝑗𝑎𝑚
x 22 ℎ𝑎𝑟𝑖 x 365 hari = 8030 pesawat/tahun
𝑝𝑒𝑠𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑗𝑎𝑚
b. B 727 - 200 = 2 𝑗𝑎𝑚 x 22 ℎ𝑎𝑟𝑖 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun
𝑝𝑒𝑠𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑗𝑎𝑚
c. B 757 - 200 = 2 𝑗𝑎𝑚 x 22 ℎ𝑎𝑟𝑖 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun
𝑝𝑒𝑠𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑗𝑎𝑚
d. CV 880 M = 2 𝑗𝑎𝑚 x 22 ℎ𝑎𝑟𝑖 x 365 hari = 16060 pesawat/tahun +
Total = 56210 pesawat/tahun
Kontrol :
Kapasitas runway 7 pesawat/jam sama besar dari banyaknya pesawat yang tiba dan berangkat 7
pesawat/jam sehingga, runway dapat menggunakan runway tunggal.
5 x 0,33
G= = 2,08 ~ 3 gate
0,8
Asumsi dipersiapkan Gate Position untuk pesawat yang mengalami perbaikan sebanyak 1 gate
position
Asumsi dipersiapkan Gate Position untuk pesawat yang tidak terjadwal (non komersil) sebanyak
1 gate position
Ukuran gate position tergantung dari jenis pesawat dan tipe parkir pesawat yang digunakan, yaitu
sebesar ( Turning Radius + Clearance )2 x 𝜋.
Turning Radius (R) dihitung sebagai berikut:
R = ½ (wingspan + wheel track) + forward roll
Forward Roll (pada keadaan standar) = 3,048 m (10 ft)
Ukuran gate position = 2.R + Clearance
Luas apron ditentukan oleh = jumlah dan ukuran gate position, clearance antara pesawat dengan
pesawat. Ukuran lebar apron dipengaruhi oleh jenis pesawat terbesar yang akan mendarat di
bandara tersebut
Luas Apron
Panjang Apron (p)
P = 7 x gate position terbesar
= 7 x 67,18
= 470,26 m = 470 m