Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional dapat

memberikan refrensi terhadap dunia pengobatan, apalagi dengan makin gencarnya

moto “back to nature’ atau kembali ke alam. Pengobatan tradisional awalnya dikenal

dengan ramuan jamu-jamuan, sampai saat ini jamu masih diyakini sebagai obat

mujarab untuk mengobati berbagai penyakit bahkan telah dikembangkan dalam

industry modern. Pengetahuan mengenai tumbuhan obat memiliki karakteristik

berbeda-beda pada suatu wilayah. Pengtahuan tersebut meupakan warisan secara

turun temurun (Ian, Dianto, dkk. 2015)

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik

dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas tinggi yang

memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut. Luka

bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi

kerusakan fisik yang terlihat dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih

efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien

luka bakar serius (Fernandes, dkk. 2012)

Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai tanaman berkhasiat sebagai

obat adalah jambu biji. Beberapa penelitian mengenai ekstrak daun jambu biji telah

1
2

dilakukan, salah satunya oleh fernandes dkk.(2012) yaitu Healing and Cytotoxic

effect of psidium guajava (Myrtaceae) Hasil analisis histologis dari penelitian in vivo

ini mengungkapkan bahwa hewan yang dirawat dengan ekstrak daun jambu biji

menunjukkan penyembuhan luka yang lebih cepat daripada kelompok kontrol dan

kortikosteroid.

Senyawa kimia yang terkandung didalam buah jambu salah satunya adalah

Quersetin adalah senyawa golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon, yang

berkhasiat diantaranya untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia

(Kusmiati, dkk, 2015).

Salah satu senyawa aktif yang terkandung pada jambu biji adalah tanin.

Departemen Kesehatan pada tahun 1989 menyatakan bahwa bagian tanaman yang

sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya diketahui

mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat

(Kusmiati, dkk, 2015). Penelitian Claus dan Tyler pada tahun 1965 menyebutkan

bahwa tannin mempunyai daya antiseptic yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan

bakteri atau jamur (Rohmawati 2008).

Senyawa lain yang diduga turut berperan sebagai antiseptik yaitu polifenol

(Harborne 1987), sebab penelitian Atmaja (2007) menyebutkan bahwa dari 2 skrining

fitokimianya di dalam jambu biji juga terkandung polifenol. Pada daun jambu biji

juga terdapat zat yang dapat membantu pembentukan kollagen yaitu saponin, diduga

senyawa saponin ini turut membantu dalam pembentukan kollagen, yaitu protein

struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka (Suratman dkk. 1996).
3

Penelitian yang telah dilakukan oleh Jeffi W. Ekoputro (2011) yaitu ekstrak

etanol dari daun Jambu Biji mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus. Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan penurunan jumlah koloni

ekstrak daun Jambu Biji yaitu pada konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, dan 2,5%. Kadar

Bunuh minimum (KBM) dari ekstrak daun Jambu Biji sebesar 3%.

Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang

disertai abses bernanah. Luka merupakan proses hilang atau rusaknya sebagian

jaringan tubuh atau rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik

terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Kaplan dan Hentz, 1992)

Berdasarkan aktivitas antibakteri yang dimiliki daun jambu biji maka perlu

dikembangkan suatu sediaan farmasi salah satunya adalah sediaan gel. Dipilih

sediaan gel karena kemampuan penyebarannya baik untuk kulit dan pelepasan

obatnya juga baik (Voight, 1994)

Sediaan gel merupakan sediaan yang memiliki daya sebar yang baik diantara

sediaan topical yang lainnya sehingga lebih mudah dioleskan pada luka. Selain itu

sediaan gel memiliki komponen penyusun yang sebagian besarnya adalah air,

sehingga memudahkan pelepasan zat aktif dari sediaan zat aktif dari sediaan gel

kedalam luka sehingga dapat membantu mempercepat penyembuhan luka (Ulfiani,

Fina. Dkk. 2016)

Berdasarkan hal diatas, maka peneliti tertarik untuk membuat formulasi sediaan

gel ekstrak daun jambu biji dan uji antibakteri terhadap Staphylococcus aureus secara

in vitro.
4

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak daun jambu biji

(Psidium guajava L.) dapat dibuat sediaan gel dan bagaimana pengujiannya terhadap

Staphylococcus aureus secara in vitro.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi gel ekstrak daun

jambu biji (Psidium guajava L.) dan uji antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperoleh formulasi sediaan gel

ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang mempunyai efek antibakteri

terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro dengan menggunakan media agar

NA, dan dalam bidang farmasi dapat dijadikan sebagai sediaan terapi luka bakar,

serta dapat dijadikan data ilmiah untuk pembuatan sediaan Gel.

Anda mungkin juga menyukai