PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
moto “back to nature’ atau kembali ke alam. Pengobatan tradisional awalnya dikenal
dengan ramuan jamu-jamuan, sampai saat ini jamu masih diyakini sebagai obat
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut. Luka
bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih
efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien
Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai tanaman berkhasiat sebagai
obat adalah jambu biji. Beberapa penelitian mengenai ekstrak daun jambu biji telah
1
2
dilakukan, salah satunya oleh fernandes dkk.(2012) yaitu Healing and Cytotoxic
effect of psidium guajava (Myrtaceae) Hasil analisis histologis dari penelitian in vivo
ini mengungkapkan bahwa hewan yang dirawat dengan ekstrak daun jambu biji
menunjukkan penyembuhan luka yang lebih cepat daripada kelompok kontrol dan
kortikosteroid.
Senyawa kimia yang terkandung didalam buah jambu salah satunya adalah
Quersetin adalah senyawa golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon, yang
Salah satu senyawa aktif yang terkandung pada jambu biji adalah tanin.
Departemen Kesehatan pada tahun 1989 menyatakan bahwa bagian tanaman yang
mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat
(Kusmiati, dkk, 2015). Penelitian Claus dan Tyler pada tahun 1965 menyebutkan
bahwa tannin mempunyai daya antiseptic yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan
Senyawa lain yang diduga turut berperan sebagai antiseptik yaitu polifenol
(Harborne 1987), sebab penelitian Atmaja (2007) menyebutkan bahwa dari 2 skrining
fitokimianya di dalam jambu biji juga terkandung polifenol. Pada daun jambu biji
juga terdapat zat yang dapat membantu pembentukan kollagen yaitu saponin, diduga
senyawa saponin ini turut membantu dalam pembentukan kollagen, yaitu protein
struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka (Suratman dkk. 1996).
3
Penelitian yang telah dilakukan oleh Jeffi W. Ekoputro (2011) yaitu ekstrak
etanol dari daun Jambu Biji mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus. Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan penurunan jumlah koloni
ekstrak daun Jambu Biji yaitu pada konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, dan 2,5%. Kadar
Bunuh minimum (KBM) dari ekstrak daun Jambu Biji sebesar 3%.
disertai abses bernanah. Luka merupakan proses hilang atau rusaknya sebagian
terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Kaplan dan Hentz, 1992)
Berdasarkan aktivitas antibakteri yang dimiliki daun jambu biji maka perlu
dikembangkan suatu sediaan farmasi salah satunya adalah sediaan gel. Dipilih
sediaan gel karena kemampuan penyebarannya baik untuk kulit dan pelepasan
Sediaan gel merupakan sediaan yang memiliki daya sebar yang baik diantara
sediaan topical yang lainnya sehingga lebih mudah dioleskan pada luka. Selain itu
sediaan gel memiliki komponen penyusun yang sebagian besarnya adalah air,
sehingga memudahkan pelepasan zat aktif dari sediaan zat aktif dari sediaan gel
Berdasarkan hal diatas, maka peneliti tertarik untuk membuat formulasi sediaan
gel ekstrak daun jambu biji dan uji antibakteri terhadap Staphylococcus aureus secara
in vitro.
4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak daun jambu biji
(Psidium guajava L.) dapat dibuat sediaan gel dan bagaimana pengujiannya terhadap
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi gel ekstrak daun
jambu biji (Psidium guajava L.) dan uji antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperoleh formulasi sediaan gel
ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang mempunyai efek antibakteri
NA, dan dalam bidang farmasi dapat dijadikan sebagai sediaan terapi luka bakar,