Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETIKA PROFESI

ETHICAL GOVERNANCE

Disusun oleh kelompok 2B:

1. Uswatun Hasanah 1792140007

2. Nurhidayah 1792140008

3. Kartika 792140009

4. Siti Radia 1792140010

5. Aprilwanto Rismannawan Samay 1792140011

6. Hastitin 1792141009

7. Rexy Rangga Raya 1792141010

8. Muhammad Uswan Hasan 1792141011

AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa karena

berkat limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah

ini tepat pada waktunya. makalah ini membahas tentang ”Ethical Governance”

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan

hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.

Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya

mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari

bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat

penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita

sekalian.

Makassar, 08 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 2
BAB I ..................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 5
A. Mengembangkan Struktur Etika Korporasi .................................................................. 5
B. Kode Perilaku Korporate ( Korporate code of Conduct ) ............................................. 5
C. Kode Perilaku Korporasi (Code of Conduct) .............................................................. 10
D. Evaluasi terhadap Kode Perilaku Korporasi ............................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap organisasi memiliki sebuah kode etik dimana setiap individu baik

pemimpin dan karyawan yang berada dalam organisasi tersebut harus patuh dan

mengikuti kode etik tersebut. Adanya kode etik tersebut dapat menjadi tolak ukur

setiap individu untuk berperilaku sesuai dengan peraturan. Kode etik juga dapat

menjadi tindakan pencegahan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang akan

terjadi pada organisasi.

Banyaknya penyimpangan-penyimpangan dalam hal ini seperti kasus Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ada dalam organisasi

menandakan bahwa adanya kode etik yang telah dilanggar. Hal ini tentu saja dapat

membawa pengaruh yang buruk bagi sebuah organisasi. Adanya pelanggaran etika

dapat membuat para pihak-pihak yang berkepentingan tidak mempercayai organisasi.

Selain itu, pelanggaran etika juga dapat merubah pandangan masyarakat terhadap

organisasi tersebut.

Oleh karena permasalahan di atas, maka penulis bermaksud untuk menulis

makalah dengan judul Ethical Governance (Etika Pemerintahan).


B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan struktur etika korporasi?

2. Apa yang dimaksud dengan kode perilaku korporasi?

3. Bagaimana evaluasi terhadap kode perilaku korporasi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengembangan struktur etika korporasi.

2. Untuk mengetahui kode perilaku korporasi.

3. Untuk mengetahui evaluasi terhadap kode perilaku korporasi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengembangkan Struktur Etika Korporasi

Struktur etika korporasi yang dimiliki perusahaan sebaiknya disesuaikan

dengan kepribadian perusahaan tersebut. Selain itu perlu adanya pengembangan serta

evaluasi yang dilakukan perusahaan secara rutin. Pengembangan struktur etika

korporasi ini berguna dalam mencapai tujuan perusahaan yang lebih baik dan sesuai

dengan norma yang ada.

Selain itu, membangun entitas korporasi dan menetapkan sasarannya. Pada saat

itulah perlu prinsip-prinsip moral etika ke dalam kegiatan bisnis secara keseluruhan

diterapkan, baik dalam entitas korporasi, menetapkan sasaran bisnis, membangun

jaringan dengan para pihak yang berkepentingan (stakeholders) maupun dalam proses

pengembangan diri para pelaku bisnis sendiri. Penerapan ini diharapkan etika dapat

menjadi “hati nurani” dalam proses bisnis sehingga diperoleh suatu kegiatan bisnis

yang beretika dan mempunyai hati, tidak hanya mencari untung belaka, tetapi juga

peduli terhadap lingkungan hidup, masyarakat, dan para pihak yang berkepentingan

(Stakeholders).

B. Kode Perilaku Korporate ( Korporate code of Conduct )

 Good Corporate Governance


Semangat untuk mewujudkan Good Corporate Governance memang telah

dimulai di Indonesia, baik di kalangan akademisi maupun praktisi baik di sektor

swasta maupun pemerintah. Berbagai perangkat pendukung terbentuknya suatu

organisasi yang memiliki tata kelola yang baik sudah di stimulasi oleh Pemerintah

melalui UU Perseroan, UU Perbankan, UU Pasar Modal, Standar Akuntansi,

Komite Pemantau Persaingan Usaha, Komite Corporate Governance, dan

sebagainya yang pada prinsipnya adalah membuat suatu aturan agar tujuan

perusahaan dapat dicapai melalui suatu mekanisme tata kelola secara baik oleh

jajaran dewan komisaris, dewan direksi dan tim manajemennya. Pembentukan

beberapa perangkat struktural perusahaan seperti komisaris independen, komite

audit, komite remunerasi, komite risiko, dan sekretaris perusahaan adalah langkah

yang tepat untuk meningkatkan efektivitas “Board Governance”. Dengan adanya

kewajiban perusahaan untuk membentuk komite audit, maka dewan komisaris

dapat secara maksimal melakukan pengendalian dan pengarahan kepada dewan

direksi untuk bekerja sesuai dengan tujuan organisasi. Sementara itu, sekretaris

perusahaan merupakan struktur pembantu dewan direksi untuk menyikapi berbagai

tuntutan atau harapan dari berbagai pihak eksternal perusahaan seperti investor

agar supaya pencapaian tujuan perusahaan tidak terganggu baik dalam perspektif

waktu pencapaian tujuan ataupun kualitas target yang ingin dicapai. Meskipun

belum maksimal, Uji Kelayakan dan Kemampuan (fit and proper test) yang

dilakukan oleh pemerintah untuk memilih top pimpinan suatu perusahaan BUMN

adalah bagian yang tak terpisahkan dari kebutuhan untuk membangun “Board
Governance” yang baik sehingga implementasi Good Corporate Governance akan

menjadi lebih mudah dan cepat.

1. Pengertian GCG (Good Corporate Governance)

Istilah Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury

Committee, Inggris di tahun 1922 yang menggunakan istilah tersebut dalam

laporannya yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report (Soekrisno Agoes,

2006). Adapun beberapa definisi dari berbagai sumber adalah sebagai berikut :

a. Cadbury Committee of United Kingdom : “seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang

kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka; atau dengan kata lain suatu sistem yang

mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”

b. Agus sukrisno (2006) mendefinisikan tata kelola perusahaan yang baik

sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris,

peran Direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata

kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses yang

transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan penilaian

kinerjanya.

c. Wahyudi Prakarsa (dalam Sukrisno Agoes, 2006) mendefinisikan Good

Corporate Governance sebagai mekanisme adminsitratif yang mengatur


hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi,

pemegang saham, dan kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang

lain.

d. Organization for Economic Cooperation and Development – OECD

mendefinisikan GCG sebagai suatu struktur yang terdiri atas para pemegang

saham, direktur, manajer, seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahan,

dan alat-alat yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau

kinerja.

Secara sederhananya, CG diartikan sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk

mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

2. Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG

Prinsip-prinsip GCG merupakan kaedah, norma ataupun pedoman korporasi

yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat. Berikut ini adalah

prinsip-prinsip GCG yang dimaksudkan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor:

Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek GCG pada BUMN.

a. Transparansi

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai

perusahaan. Contohnya mengemukakan informasi target produksi yang akan

dicapai dalam rencana kerja dalam tahun mendatang, pencapaian laba.


b. Kemandirian

Suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan

kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang

sehat. Misalnya pada perusahaan ini sedang membangun pabrik, tetapi limbahnya

tidak bertentangan dengan UU lingkungan yg dapat merugikan pihak lain.

c. Akuntabilitas

Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga

pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Misalnya seluruh pelaku bisnis

baik individu maupun kelompok tidak boleh bekerja asal jadi, setengah-setengah

atau asal cukup saja, tetapi harus selalu berupaya menyelesaikan tugas dan

kewajibannya dengan hasil yang bermutu tinggi.

d. Pertanggungjawaban

Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Contohnya

dalam hal ini Komisaris, Direksi, dan jajaran manajemennya dalam menjalankan

kegiatan operasi perusahaan harus sesuai dengan kebijakan yang telah

ditetapkan.

e. Kewajaran (fairness)

Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul

berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Misalnya memperlakukan rekanan sebagai mitra, memberi perlakuan yang sama

terhadap semua rekanan, memberikan pelayanan yang terbaik bagi

pelanggan/pembeli, dan sebagainya.

C. Kode Perilaku Korporasi (Code of Conduct)

Pengelolaan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang

selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, baik aturan hukum maupun aturan

moral atau etika. Code of Conduct merupakan pedoman bagi seluruh pelaku bisnis

dalam bersikap dan berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari-hari dalam

berinteraksi dengan rekan sekerja, mitra usaha dan pihak-pihak lainnya yang

berkepentingan. Pembentukan citra yang baik terkait erat dengan perilaku perusahaan

dalam berinteraksi atau berhubungan dengan para stakeholder. Perilaku perusahaan

secara nyata tercermin pada perilaku pelaku bisnisnya. Dalam mengatur perilaku

inilah, perusahaan perlu menyatakan secara tertulis nilai-nilai etika yang menjadi

kebijakan dan standar perilaku yang diharapkan atau bahkan diwajibkan bagi setiap

pelaku bisnisnya. Pernyataan dan pengkomunikasian nilai-nilai tersebut dituangkan

dalam code of conduct. Dengan dilaksanakannya komitmen diharapkan akan

menciptakan nilai tambah tidak saja bagi perusahaan, tetapi juga bagi pelaku bisnis

sehingga kepentingan pelaku bisnis dapat diselaraskan dengan tujuan perusahaan.

Kode perilaku korporasi yang dimiliki oleh suatu perusahaan berbeda dengan

perusahan lainnya karena setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam
menjalankan usahanya. Adapun prinsip-prinsip dasar yang harus dimiliki oleh

perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (Corporate Values)

yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan tugasnya.

2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,

perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ

perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang

berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan

manifestasi dari nilai-nilai perusahaan

3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan

dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan

diterapkan.

Kepatuhan pada Kode Etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk

mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan & pimpinan

perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan memaksimalkan

nilai pemegang saham (shareholder value). Beberapa nilai-nilai etika perusahaan

yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu kejujuran, tanggung jawab, saling

percaya, keterbukaan dan kerjasama. Kode Etik yang efektif seharusnya bukan

sekedar buku atau dokumen yang tersimpan saja. Namun Kode Etik tersebut

hendaknya dapat dimengerti oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan dan

akhirnya dapat dilaksanakan dalam bentuk tindakan (action).


D. Evaluasi terhadap Kode Perilaku Korporasi

Melakukan evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan

pedoman-pedoman. Pedoman Good Corporate Governancedisusun dengan

bimbingan dari Tim BPKP dan telah diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.

Pengaruh etika terhadap budaya:

1. Etika Personal dan etika bisnis merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan

dan keberadaannya saling melengkapi dalam mempengaruhi perilaku manajer

yang terinternalisasi menjadi perilaku organisasi yang selanjutnya mempengaruhi

budaya perusahaan.

2. Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budaya

perusahaan maka hal tersebut berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahaan yang

pada gilirannya berpotensi menjadi sarana peningkatan kerja


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Struktur etika dalam perusahaan dikembangkan melalui penerapan GCG (Good

Corporate Governance). GCG ada karena banyaknya kasus-kasus seperti Enron,

Warrens, yang membutuhkan prinsip-prinsip etika khususnya dalam pengelolaan

bisnis. Adapun prinsip-prinsip GCG adalah transparansi, akuntabel, kemandirian,

dapat dipertanggungjawabkan, dan kewajaran.

Pengelolaan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu

harus diterima dalam pergaulan sosial, baik aturan hukum maupun aturan moral atau

etika. Code of Conduct merupakan pedoman bagi seluruh pelaku bisnis dalam

bersikap dan berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari-hari dalam berinteraksi

dengan rekan sekerja, mitra usaha dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan

Kode perilaku korporasi dievaluasi dengan diawali oleh evaluasi tahap awal

(Diagnostic Assessment) dan penyusunan pedoman-pedoman. Pedoman Good

Corporate Governancedisusun dengan bimbingan dari Tim BPKP dan telah

diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.


DAFTAR PUSTAKA

http://riskianthi.blogspot.co.id/2012/10/ethical-governance.html

http://adimo22.blogspot.co.id/2014/10/etika-governance.html

http://estupujianto.blogspot.co.id/2013/10/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html

Anda mungkin juga menyukai