PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keamanan pangan.
2. Untuk mengetahui dampak Keamanan Pangan Terhadap Gizi Masyarakat.
3. Untuk mengetahui Cara Penanggulangan Keamanan pangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI KEAMANAN PANGAN
Keamanan pangan adalah jaminan bahwa pangan tidak akan
menyebabkan bahaya kepada konsumen jika disiapkan atau dimakan sesuai dengan
maksud dan penggunaannya (FAO/WHO 1997).
Sedangkan definisi keamanan pangan menurut Undang – Undang Republik
Indonesia nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah nomor 28
tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan adalah kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia.
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Keamanan
Pangan telah menjadi salah satu isu sentral dalam perdagangan produk pangan.
Penyediaan pangan yang cukup disertai dengan terjaminnya keamanan, mutu dan
gizi pangan untuk dikonsumsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar dalam
pemenuhan kebutuhan pangan. Tuntutan konsumen akan keamanan pangan juga
turut mendorong kesadaran produsen menuju iklim persaingan sehat yang berhulu
pada jaminan keamanan bagi konsumen.
Ketentuan mengenai keamanan pangan meliputi sanitasi pangan, bahan
tambahan pangan, rekatasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan
mutu dan peperiksaan laboratprium, dan pangan tercemar. Selain hal tersebut, di
dalam peraturan yang sama juga disebutkan bahwa setiap orang dilarang
mengedarkan pangan yangmengandung bahan beracun, berbahaya, yang dapat
merugikan, atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia. Salah satu cara
produsen untuk memenuhi ketentuan tersebut adalah mengikuti peraturan yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah, termasuk persyaratansanitasi di setiap rantai
pangan, yang meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan
peredarannya serta penerapan cara produksi makanan yang baik (CPMB).
2.2 DAMPAK KEAMANAN PANGAN TERHADAP GIZI KESEHATAN
MASYARAKAT
a) dampak positif
damapk positif terhadap keamanan pangan yakni diantaranya : Teknologi
Pengamanan, pemprosesan dan pengolahan bahan pangan yang dihasilkan dalam
meningkatnya nilai tambah makanan dan lebih terjaminnya pasokan satu jenis bahan
pangan. Satu Jenis bahan Pangan dapat dipertahankan ketersediaanya dengan proses
pengawetan dan menitikberatkan khusus pada keamanan itu sendiri. Pangan adalah
kebutuhan pokok manusia untuk dapat bertahan hidup . Pangan ini terus meninngkat
baik kualitas maupun kuantitasnya . Usaha untuk memenuhi kebutuhan pangan
dilakukan dengan cara ekstensifikasi, yaitu memperluas lahan pertanian, serta
dengan intensifikasi , yaitu dengan meningkatkan keamanan dalam ketersediaan
pangan tersebut. Dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
makin berkembang ,sepeti dapat menciptakan bibit unggul dengan tekhnik radiasi ,
rekayasa genetika , dan lain sebagainya. Di samping keuntungan yang diperoleh
akibat penggunaan teknologi untuk pengolahan lahan pertanian
b) dampak Negatif
Dampak Negatif dari kemanan Pangan Dilihat dari kuarangnya pemantauan
terhadap keamanan Pangan tersebut, sehingga masih banyak oknum-oknum yang
masih menggunakan zat kimia yang berbahaya terhadap kesehatan dalan bahan
pangan tersebut, diantaranya :
Residu Pestisida mempunyai pengaruh yang sangat merugikan terhadap kesehatan
manusia dalam jangka panjang. Dapat menyebabkan kanker, cacat dan merusak
sistem syaraf, endokrin, reproduktif dan sistem kekebalan.
3.2 SARAN
Dalam pembahasan tentang keamanan pangan ini, diharapkan memberikakan
wawasan dan pengetahuan tentang keamanan pangan bagi pembaca. Sehingga
pembaca mampu memahami masalah kesehatan masyarakat yang timbul karena
masalah keamanan pangan yang ada serta pemecahan masalahnya. Dengan hal ini,
mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Bidang Ketahanan Pangan Subbid Konsumsi dan Keamanan Pangan. Pentingnya keamanan
pangan segar.pdf
Icd/seameo cooperative program. Keamanan pangan, gizi buruk Serta dampak sosio-
ekonominya. Food_safety_dadi.pdf
Institusi Pertanian Bogor. Bab II Tinjauan Pustaka.pdf
Marwanti. Jurusan PTBB FT UNY. Keamanan pangan dan penyelenggaraan
makanan. Keamanan Pangan.pdf
Pangan yaitu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
penggunaannya (assurance that food will not cause harms to the consumer when it is
Pengertian pangan menurut UU pangan no.7 tahun 1996 terdapat pada pasal 1
ayat (1) yang berbunyi: “Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau
Sedangkan kemanan pangan menurut UU no.7 tahun 1996 terdapat pada pasal 1
ayat (4), yang berbunyi: “Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
1) Sanitasi makanan
Pada bagian ini pemerintah menetapkan tentang segala peraturan yang berkaitan dengan
peredaran pangan.
Pasal-pasalnya meliputi :
Isinya tentang larangan Pemerintah dalam memproduksi makanan yang memakai bahan
tambah makanan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal
yang ditetapkan.
Pasal-pasalnya meliputi :
Anjuran pemerintah bagi setiap orang/ produsen yang memproduksi pangan atau
menggunakan bahan baku, bahan tambahan pangan, dan atau bahan bantu lain dalam
kegiatan atau proses produksi pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika
wajib terlebih dahulu memeriksakan keamanan pangan bagi kesehatan manusia sebelum
diedarkan.
Pasal-pasalnya meliputi :
4) Kemasan pangan
Larangan dalam memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa
pun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan
Pasal-pasalnya meliputi :
Anjuran pada setiap orang yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan wajib
menyelenggarakan sistem jaminan mutu, sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi.
6) Pangan tercemar
Pasal-pasalnya meliputi :
o Pasal 21
o Pasal 22
o Pasal 23
Tujuan adanya undang-undang pangan untuk mencapai adanya keamanan
pangan adalah:
1. Untuk melindungi perusahaan/produsen jika ada suatu hal yang tidak diinginkan,
misalnya :
o Dengan adanya UU pemerintah bisa memantau proses produksi sampai akhirnya sampai
pada konsumen terakhir. Sehingga jika ada suatu masalah, pemerintah sudah memiliki
yang dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi
kesehatan.
Hal ini secara jelas menunjukkan upaya untuk melindungi masyarakat dari pangan
yang tidak memenuhi standar dan persyaratan kesehatan. Sasaran program keamanan
pangan adalah: (1) Menghindarkan masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi
terhadap mutu dan keamanan pangan; (2) Memantapkan kelembagaan pangan, yang
maju telah dicapai pemerintah untuk memberi perlindungan kepada konsumen dan
produsen akan pangan yang sehat, aman dan halal. Dalam upaya penjabaran UU
tersebut, telah disusun Peraturan Pemerintah (PP) tentang keamanan pangan serta label
dan iklan pangan. Demikian juga PP tentang mutu dan gizi pangan serta ketahanan
pangan.
Gambaran keadaan keamanan pangan selama tiga tahun terakhir secara umum
adalah: (1) Masih dtiemukan beredarnya produk pangan yang tidak memenuhi
persyaratan; (2) Masih banyak dijumpai kasus keracunan makanan; (3) Masih rendahnya
tanggung jawab dan kesadaran produsen serta distributor tentang keamanan pangan
Dari jumlah produk pangan yang diperiksa ditemukan sekitar 9,08% - 10,23%
pangan yang tidak memenuhi persyaratan. Produk pangan tersebut umumnya dibuat
menggunakan bahan tambahan pangan yang dilarang atau melebihi batas penggunaan:
merupakan pangan yang tercemar bahan kimia atau mikroba; pangan yang sudah
kadaluwarsa; pangan yang tidak memenuhi standar mutu dan komposisi serta makanan
impor yang tidak sesuai persyaratan. Dari sejumlah produk pangan yang diperiksa
tercatat yang tidak memenuhi persyaratan bahan pangan adalah sekitar 7,82% - 8,75%.
Penggunaan bahan tambahan makanan pada makanan jajanan berada pada tingkat yang
cukup menghawatirkan karena jumlah yang diperiksa sekitar 80%-nya tidak memenuhi
persyaratan.
2.4 Bahan-bahan berbahaya dalam makanan
daya simpan. Namun, penggunaan bahan tambahan pangan dapat merugikan kesehatan.
Penyalahgunaan bahan pewarna tekstil dan kertas untuk pangan, bahan pengawet yang
ikan, misalnya dilakukan karena ketidaktahuan, kesengajaan karena tidak ada alternatif
sendiri.
akan dilarang karena ternyata sulfit dapat menimbulkan dan merangsang timbulnya
penyakit asma melalui penarikan nafas selama penelanan pangan maupun gas SO2 yang
10 mg tiap kali makan sudah dapat merangsang terjadi asma. Pada penderita asma,
SO2 menyebabkan nafas, sesak dada, gatal-gatal, dan bengkak yang dapat berakibat
kematian.
Penggunaan nitrit pada produk kornet, sosis, dan produk daging giling lainnya
tidak boleh melebihi 150 ppm, sedangkan pada makanan bayi tidak boleh digunakan.
Nitrit yang terserap ke dalam tubuh dari saluran pencernaan dapat menyebabkan
penyakit biru karena kekurangan oksigen pada darah. Batas penggunaan nitrit di negara-
negara Barat telah diturunkan dari 150 ppm menjadi hanya 50 ppm saja, karena terbukti
Nitrosamin dapat terbentuk dari hasil reaksi antara nitrit dengan amin sekunder dan
penggunaan dalam produk daging yang mengalami proses curing perlu diperhatikan.
Nitrosamin merupakan zat karsinogenik yang dapat menimbulkan kanker pada berbagai
percobaan. Dari hasil survei YLKI ditemukan adanya beberapa pewarna sintetik yang
sudah dilarang, tetapi masih banyak digunakan. Senyawa tersebut antara lainorange RN,
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB 4O7)
berbentuk padat dan jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam
borat (H3BO3). Boraks atau asam borat mempunyai sifat antiseptik sehingga biasa
digunakan dalam obat-obatan seperti salep, bedak, larutan kompres, obat-obatan lain.
Jenis larutan boraks lain adalah bleng. Bleng ada yang terdapat dalam bentuk padatan
yang biasanya disebut cetitet yang terbuat dari campuran garam dapur, soda, boraks, dan
zat warna. Bleng ada juga yang terdapat dalam bentuk cair. Boraks yang dikonsumsi
dalam jangka waktu lama dapat terakumulasi dalam tubuh. Kadar asam borat terbesar
ditemukan pada sistem saraf pusat (otak) dan cairan serebrospinal. Gejala keracunan
yang muncul adalah kepala pusing, badan lemas, depresi, muntah, diare, dan kram perut.
Selain itu, pada kasus berat boraks dapat menimbulkan kekejangan, koma, kolaps, dan
sianosis. Setelah otak, organ target kedua yang ditemukan menyimpan boraks dalam
BTM yang diizinkan untuk digunakan dalam pangan harus merupakan kebutuhan
1. Perkiraan jumlah pangan yang dikonsumsi atau bahan tambahan pangan yang diusulkan
ditambahkan.
3. Batasan terendah yang cukup aman bagi kesehatan semua golongan konsumen.
Pada prinsipnya konsumen harus diberi informasi adanya BTM dalam bahan
bakunya. Pernyataan yang diterakan pada label atau etiket ternyata merupakan metode
propilen-glikol.
2. Antipengerasan : bikarbonat.
3. Antibusa : etanol/alkohol.
4. “Flavour treatment”.
7. Ragi.
digunakan dalam kegiatan produksi pangan merupakan contoh cemaran kimia yang
masih banyak ditemukan pada produk pangan, terutama sayur, buah-buahan dan
atau zat kimia lainnya. Bahaya yang ditimbulkan oleh kontaminasi tergantung pada zat
yang dikandungnya.
Kasus keracunan logam berat seperti raksa (Hg) pada ikan merupakan salah satu
contoh. Di Jepang, kasus Minamata merupakan salah satu contoh dahsyatnya bahaya
pencemaran logam berat terhadap kehidupan manusia, yaitu lahirnya bayi dengan cacat
fisik maupun cacat mental. Bahan buangan industri seharusnya diolah sebelum dibuang
ke dalam badan air, misalnya lewat kolam penyesuaian. Pada table disajikan beberapa
indera penciuman
endokrin.
satwa air. Residu pestisida ini juga dapat ditemui pada air susu ibu (ASI). Kasus keracunan
PBB (poly brominated biphenyl), alkil merkuri pada bijian dan racun serangga sering
terjadi. Kasus keracunan pestisida pada pembungkus pangan dan usaha catering juga
pernah terjadi di Indonesia. Kasus kematian anak yang mengkonsumsi pisang sale yang
pangan juga dapat menjadi sumber malapetaka. Tinta cetak dari kertas dapat
mengandung logam-logam berat seperti timah hitam (Pb), tembaga (Cu), konalt (Co), dan
mangan (Mn). Kertas fotokopi juga mengandung titanium oksida yang dapat
menimbulkan reaksi tertentu bagi mereka yang mempunyai kulit dan paru-paru sangat
peka. Bahan kimia lainnya pada kertas fotokopi adalahtrinitroflurenone, yaitu bahan
kimia yang potensial sebagai bahan karsinogenik. Di samping itu kertas bekas tidak
mencemarinya.
Lembang, dan Sukabumi ditemukan bahwa sayur kola tau kubis dari Cipanas mempunyai
residu quinalphos 75-350 ppm; sayur kubis dan sawi Lembang mengandung
makanan yang dijual di warung-warung di pinggir jalan, makanan katering, bahan pangan
hewani (daging, ayam dan ikan) yang dijual di pasar serta makanan tradisional lainnya.
makanan positif mengandung bakteri Escheresia coli, yaitu bakteri yang digunakan
cemaran logam dan bahan kimia mungkin terjadi selama pangan disimpan, diangkut,
kapang, dan kamir. Tidak semua mikroorganisme berbahaya, beberapa di antaranya ada
yang justru sengaja ditumbuhkan dan dimanfaatkan dalam proses pengolahan pangan.
Kontaminasi
susu, susu
segar.
pendinginan
lambat dan
pangan yang
didiamkan
pada suhu
ruang dalam
waktu lama,
daging, pasta
ikan, daging
ayam dingin.
setelah terinfeksi.
pendinginan
tidak cukup.
makaroni,
cider.
mencemari
produk-produk
susu dan
daging
yang sangat berbahaya. Mikroba lain yang sering mencemari pangan adalah Yersinia,
mikotoksikosis. Mikotoksin adalah jenis toksin yang dihasilkan oleh jamur atau kapang.
Toksin yang dihasilkan oleh jamur dapat bersifat akut, kronis, maupun karsinogenik.
toksisitas yang tinggi. Toksin aflatoksin dapat menyerang saluran pencernaan, hati, limpa,
Peredaran produk pangan yang tidak memenuhi standar mutu dan komposisi
masih banyak pula ditemukan. Dari sejumlah contoh garam beryodium yang diperiksa
Produk pangan impor yang tidak memenuhi persyaratan masih banyak yang
beredar di pasaran. Survei tahun 1998 menemukan sejumlah 69,2% tidak mempunyai
nomor ML (izin peredaran dari Departemen Kesehatan) dan 28,1% tidak mencantumkan
tanggal kadaluarsa. Ditemukan pula sayuran dan buah-buahan impor yang mengandung
residu pestisida yang cukup tinggi serta mikroba dalam jumlah dan jenis yang tidak
Ada empat masalah utama mutu dan keamanan pangan nasional yang
1996), yaitu:
pangan, yaitu: (1) Penggunaan bahan tambahan pangan yang dilarang atau melebihi
batas dalam produk pangan; (2) Ditemukan cemaran kimia berbahaya (pestisida, logam
berat, obat-obat pertanian) pada berbagai produk pangan; (3) Cemaran mikroba yang
tinggi dan cemaran microba patogen pada berbagai produk pangan; (4) Pelabelan dan
periklanan produk pangan yang tidak memenuhi syarat; (5) Masih beredarnya produk
pangan kadaluwarsa, termasuk produk impor; (6) Pemalsuan produk pangan; (7) Cara
peredaran dan distribusi produk pangan yang tidak memenuhi syarat; dan (8) Mutu dan
Kedua, masih banyak terjadi kasus kercunan makanan yang sebagian besar belum
keterampilan, dan tanggung jawab produsen pangan (produsen bahan baku, pengolah
dan distributor) tentang mutu dan keamanan pangan, yang ditandai dengan
ditemukannya sarana produk dan distribusi pangan yang tidak memenuhi persyaratan
(GAP, GHP, GMP, GDP, dan GRP), terutama pada industri kecil/rumah tangga. Dan
keempat, rendahnya kepedulian konsumen tentang mutu dan keamanan pangan yang
disebabkan pengetahuan yang terbatas dan kemampuan daya beli yang rendah, sehingga
mereka masih membeli produk pangan dengan tingkat mutu dan keamanan yang rendah.
pemerintah, industri dan konsumen seperti tercantum dalam Tabel 2. Oleh karena itu
diperlukan peran serta ketiga sektor tersebut untuk menjamin mutu dan keamanan
pangan.
industri dan
konsumen.
Penyimpangan Mutu dan Keamanan Pangan
Pemerintah Industri Konsumen
Biaya legalitas n
rehabilitasi
(pengambilan
kepercayaan
konsumen)
Penuntutan konsumen
III. PEMBAHASAN
3.1 Bahaya Logam Berat pada Makanan Jajanan yang Dijual di Pinggir Jalan
polutan, apalagi jajanan yang dijual di pinggir jalan besar dengan jumlah kendaraan yang
semakin meningkat dan lamanya waktu pajanan terhadap logam berat ini yang juga ikut
memicu peningkatan logam berat ini dalam makanan. Salah satu polutan yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor yaitu Timbal (Pb). Timbal (Pb) adalahlogam berat beracun dan
berbahaya yang dapat mearcuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh
sistem di dalam tubuh. Timbal dapat masuk ke tubuh melalui makanan jajanan yang
dijual di pinggir jalan dalam keadaan terbuka. Hal ini akan lebih berbahaya lagi apabila
dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh
tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui
saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.
Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam
tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran
pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi
melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran
merugikan dan berdampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungannya. Akibat ini
secara nyata sudah dirasakan oleh masyarakat, sebagai contoh, efek toksik pada timbel
dapat mengganggu fungsi ginjal, saluran pencernaan, dan sistem saraf. Kandungan timbal
fertilitas dan kualitas spermatosoa. Peningkatan kadar timbal dalam darah sebesar 10
µg/dl hingga 20 µg/dl dapat menurunkan IQ sebesar 2.6 poin. Studi lebih lanjut
menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 µg/dl dapat
Gangguan kesehatan akibat polutan ini kini menghantui masyarakat, apalagi WHO
merupakan kelompok sensitif terhadap timbal karena mereka lebih peka dan lima kali
Timbal bersifat persisten dalam tubuh manusia dan memiliki sifat neurotoksik dan
karsinogenik sehingga bisa mengganggu sistem saraf pusat, ginjal dan pertumbuhan
gangguan kesehatan, khususnya pada wanita dan balita. Ion-ion timbal mengembara
perkembangan sel-sel otak balita. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita
hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam
ASI.
Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang. Karena
dalam bentuk ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium)
yang terdapat pada jaringan tulang. Disamping itu pada wanita hamil logam Pb dapat
melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin
dan selanjutnya setelah bayi lahir Pb akan dikeluarkan bersama air susu. Selain itu,
kandungan timbal yang cukup tinggi dalam darah dapat menonaktifkan vitamin D.
Gorengan yang telah tercemar timbal apabila dimakan dapat menyebaban rasa
terbakar pada mulut dan kerongkongan, pengeluaran air liur secara berlebihan, sakit
perut disertai rasa mulas yang hebat, muntah, diare dengan tinja berwarna hitam,
berdarah, susah buang air besar, merasa kelelahan, gangguan tidur, gelisah, lekas marah,
Bila tertelan, paparan timbal yang dikonsumsi berulang dalam jangka lama
meski dalam jumlah sedikit dapat menyebabkan akumulasi dalam jaringan tubuh, yaitu
pada tulang gigi, hingga ke otak dan dapat pula menimbulkan efek pada ginjal, hati,
darah, saraf, alat reproduksi dan endokrin dari sistem kekebalan tubuh.
3.2 Bahaya Pemakaian Minyak Jelantah pada Makanan
Kadang kita temui gorengan yang dijual di pinggir-pinggir jalan maupun tempat
favorit kita memiliki warna yang hitam tak seperti biasanya, bahkan saat dipegangpun
teksturnya keras. Nah itu adalah tanda-tanda bahwa gorengan yang akan anda beli
bermasalah. Bisa jadi gorengan tersebut adalah sisa dari dagangan kemarin yang tidak
habis, dan digoreng lagi oleh penjualnya. Dan tidak disitu saja, warna hitam yang kadang
kita temui di gorengan tersebut adalah hasil penggorengan dari minyak yang sudah
dipakai berulang kali atau kita lebih akrab menyebutnya dengan minyak jelantah.
Berikut adalah potensi bahaya yang ditimbulkan saat kita mengkonsumsi gorengan
menurut Kepala BPOM Palembang M Ali Bata Harahap seperti dikutip okezone.com,
minggu (21/02)
3.2.1 Bahaya Minyak Jelantah
Minyak jelantah adalah sebutan untuk minyak goreng yang telah kita gunakan
untuk satu kali proses penggorengan atau tepatnya minyak bekas. Minyak jenis ini
Sebenarnya pemakaian ulang pada minyak goreng boleh saja dilakukan, hanya
saja jumlah maksimalnya adalah tiga kali pakai. Maksudnya dari tiga kali pemakaian
adalah minyak goreng telah melalui tiga kali proses pemanasan dan pendinginan. Karena
setelah tiga kali kandungan nutrisi pada minyak hampir hilang atau sudah tidak layak
konsumsi.
Misalnya, minyak sisa dari menggoreng ikan tidak dipakai untuk memasak sayur
atau bahan makanan dengan aroma yang netral. Atau, sebaliknya minyak bekas
menggoreng pisang dapat dipakai untuk menggoreng daging. Tapi hal ini tidak berlaku
bagi minyak sisa menggoreng bawang karena akan menambah aroma rasa dan tampilan
Tetapi, pemakaian ulang minyak jelantah yang aman ini tidak berlaku untuk
minyak bekas sisa penggorengan dari restoran fast food yang menggunakan high
tepatnya 168 – 169°C. Pemakaian minyak goreng dengan temperatur tinggi dalam jangka
yang lama dapat mempercepat proses degradasi dan oksidasi pada minyak.
Dalam proses degradasi ini, minyak akan menghasilkan suatu reaksi berantai
yang membuat warna minyak menjadi lebih gelap dan oksidasi menyebabkan minyak
Sedangkan proses lain yang terjadi dalam pemanasan ini adalah dehidrasi.
Dimana pada proses ini minyak kehilangan kadar air yang menjadikan minyak lebih
kental dan membentuk radikal bebas. Sehingga dalam fase ini minyak akan bersifat
Dari efek racun ini akan menghasilkan begitu banyak kerugian bagi kita seperti
merusak sel-sel tubuh kita juga membran sel dan fungsi dari sel-sel ini pada tubuh kita.
Pemakaian minyak jelantah juga merusak nutrisi yang dikandung oleh bahan
makanan itu sendiri. Misalnya, ikan salmon yang terkenal akan Omega-3 yang dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh menjadi tidak berkhasiat bila digoreng karena
baik (HDL) semakin berkurang, sebaliknya angka dari kolesterol jelek (LDL) semakin
meningkat. Maka, LDL dalam darah ini akan menimbulkan banyak gangguan kesehatan
seperti jantung, stroke, obesitas dan pada kaum hawa khususnya dapat menjadi pemicu
sulit hamil.
Tidak hanya itu, pemakaian ulang minyak jelantah yang berlebihan dapat
Kualitas minyak jelantah menurun dari minyak goreng baru. Minyak jelantah
mengeluarkan kandungan polimer yang dapat terserap dalam makanan berupa asam
lemak trans. Dan dalam minyak jelantah terdapat zat radikal bebas, seperti peroksida
dan epioksida yang mutagen dan karsinogen sehingga berisiko terhadap kesehatan
Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang
melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran
pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar
ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal, hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal
pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3P, yaitu pallor (pucat), pain(sakit) & paralysis
(kelumpuhan).
Keracunan yang terjadi pun bisa bersifat kronis dan akut. Seperti kita ketahui,
banyak sekali jenis jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng, tempe goreng dan jenis
makanan lain yang dibungkus dengan koran karena pengetahuan yang kurang dari pihak
Styrofoam. Umumnya kertas yang digunakan adalah kertas koran atau kertas bekas. Ada
pula, kertas nasi yang dilapisi plastik serta kertas yang telah mengalami pemutihan.
dari makanan gorengan sampai makanan yang memerlukan penyimpanan lama seperti
teh celup dll. Pada bahan makanan mentah kertas juga digunakan untuk membungkus
sayuran, ikan kering bahkan bumbu dapur (kalau kita belanja di pasar tradisional atau
warung), sampai aneka ragam gorengan, peuyeum, dan sebagainya. Padahal, bila bagian
kertas yang bertinta terkena panas dari makanan, minyak dari gorengan atau bagian cair
dari makanan, maka tinta akan terlarut dalam makanan. Tinta mengandung unsur dasar
timbal (Pb) atau timah hitam yang beracun dan tentunya sangat berbahaya bagi
kesehatan. Unsur ini sama dengan yang terdapat pada polutan dari kendaraan bermotor.
Bila timbal tersebut terakumulasi dalam tubuh maka akan menyebabkan gangguan saraf
Pada suatu penelitian wanita hamil yang banyak terakumulasi timbal, dapat
mengakibatkan cacat bawaan pada janin dan merusak otak sehingga kecerdasan anak
penurunan daya konsentrasi dan kecerdasan. Penggunaan Kertas yang telah diputihkan
dan sering digunakan sebagai pembungkus teh celup juga berbahaya bagi tubuh. Kertas
ini berbahaya karena sudah ditambahkan bahan pemutih (chlorine), suatu unsur yang
Contoh yang menggunakan kertas ini adalah teh celup, tissue, kertas fotocopy atau
HVS. Bila terkena suhu tinggi akan menghasilkan dioksin, suatu senyawa racun yang
berbahaya bagi kesehatan kita. Tahun 1998 WHO menetapkan ambang batas aman
konsumsi dioksin, yaitu 1-4 pikogram (sepertriliun gram) dioksin per-kilogram berat
badan. Dalam jumlah sedikit saja sudah sangat berbahaya, apalagi bila dalam jumlah
besar maka dioksin akan bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Konsentrasi lebih
tinggi lagi akan menyebabkan penyakit kulit chloracne (jerawat yang parah disertai
dengan erupsi kulit dan kista). Selain itu dioksin juga akan menyebabkan penurunan
hormon reproduksi pria hingga 50% dan menyebabkan kanker prostat dan kanker testis.
Pada wanita dioksin akan menyebabkan kanker payudara dan endometriosis, yakni
jaringan selaput lendir rahim yang masih berfungsi tumbuh di luar rongga rahim. Oleh
karena itu untuk menghindarkan hal-hal di atas bila tidak terpaksa gunakan pembungkus
yang aman seperti daun pisang atau aluminium foil. Dengan kondisi masih rendahnya
pangan khususnya macam-macam bahan yang dapat berbahaya pada makanan kepada
masyarakat. Selain itu , kita juga mulai harus meningkatkan kehati-hatian yang dimulai
Sosis merupakan makanan asing yang sudah akrab dalam kehidupan masyarakat
Indonesia karena rasanya enak. Namun, di balik kenikmatan makanan yang kaya akan zat
gizi ini, terkandung lemak dan kolesterol tinggi yang bisa mengganggu kesehatan. Untuk
Makanan ini dibuat dari daging atau ikan yang telah dicincang kemudian
simetris, baik yang terbuat dari usus hewan maupun pembungkus buatan (casing). Sosis
juga dikenal berdasarkan nama kota atau daerah yang memproduksi, seperti berliner
Sosis merupakan salah satu produk olahan daging yang sangat digemari
masyarakat Indonesia sejak tahun 1980-an. Istilah sosis berasal dari bahasa Latin, yaitu
salsus, yang artinya garam. Hal ini merujuk pada artian potongan atau hancuran daging
Kramlich (1971) membagi sosis menjadi enam kelas. Sementara itu, Forrest et al
(1975) membagi sosis menjadi enam kategori berdasarkan metode pembuatan yang
digunakan oleh pabrik, yaitu: sosis segar, sosis asap-tidak dimasak, sosis asap-dimasak,
Sosis segar dibuat dari daging segar yang tidak dikuring. Penguringan adalah suatu
cara pengolahan daging dengan menambahkan beberapa bahan seperti garam natrium
klorida (NaCl), natrium-nitrit, natrium-nitrat, gula, serta bumbu-bumbu. Sosis segar tidak
dimasak sebelumnya dan biasanya tak diasapi, sehingga sebelum dikonsumsi, sosis segar
harus dimasak. Sosis masak dibuat dari daging yang telah dikuring sebelum digiling. Sosis
jenis ini dimasak dan biasanya diasapi. Daya simpannya lebih lama daripada sosis segar.
Dilihat dari jenis dagingnya, sosis dapat terdiri dari beberapa macam, yaitu sosis
sapi, sosis ayam, dan sosis babi. Akhir-akhir ini daging kambing juga telah digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sosis. Di Bali, terkenal sosis yang dibungkus dengan
pengikatan air (water holding capacity = WHC), serta sebagai pengawet. Penambahan
fosfat akan bersinergi dengan garam untuk meningkatkan WHC pada sosis.
Tanpa garam dan fosfat, sosis akan sulit untuk dibuat. Asam askorbat sering
ditambahkan dalam bentuk asam askorbat maupun natrium askorbat untuk membantu
pemerahan daging. Selain itu, asam askorbat juga berfungsi sebagai antioksidan agar
Untuk mensubtitusi daging, pada pembuatan sosis sering juga ditambahkan isolat
protein. Selain itu, pada pembuatan sosis juga ditambahkan karbohidrat sebagai bahan
pengisi sosis.
Pada pembuatan sosis, bahan pengawet yang sering digunakan adalah nitrit. Aktivitas
antibakteri nitrit telah diuji dan ternyata efektif untuk mencegah pertumbuhan bakteri
Clostiridium botulinum, yang dikenal sebagai bakteri patogen penyebab keracunan
diproses.
Selain sebagai pengawet, fungsi penambahan nitrit pada proses kuring daging
adalah untuk memperoleh warna merah yang stabil. Nitrit akan terurai menjadi nitrit
Meskipun nitrit sebagai salah satu bahan tambahan pangan memberikan banyak
keuntungan, ternyata dari berbagai penelitian telah dibuktikan bahwa nitrit dapat
reaksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan bersifat karsinogen kuat yang
Jenis bahan pengawet dan dosis maksimum yang diizinkan pada sosis berdasarkan
SNI 01-0222-1995 adalah belerang dioksida (450 mg/kg), kalium nitrat (500 mg/kg),
kalium nitrit (125 mg/kg), natrium nitrat (500 mg/kg), serta natrium nitrit (125 mg/kg).
Jenis pewarna yang biasa digunakan pada sosis adalah eritrosin dan merah allura,
Terdapat tiga jenis cacing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis, yaitu
alami, kolagen, serta selulosa. Cacing alami biasanya terbuat dari usus alami hewan.
Cacing ini mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi, dan melekat pada
penggunaan cacing ini adalah dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada produk.
Cacing selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan casing selulosa adalah dapat
dicetak atau diwarnai dan murah. Cacing selulosa sangat keras dan dianjurkan untuk
tidak dimakan.
Saat ini telah dikembangkan poly amid cacing, yaitu cacing yang terbuat dari
plastik. Cacing jenis ini tidak bisa dimakan, dapat dibuat berpori atau tidak, bentuk dan
Sosis merupakan produk olahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi. Komposisi
gizi sosis berbeda-beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan dan proses
pengolahannya.
Produk olahan sosis kaya energi dan dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat.
Selain itu, sosis juga memiliki kandungan kolesterol dan sodium yang cukup tinggi,
dikonsumsi berlebihan.
Kenyataannya, banyak sosis di pasaran yang memiliki komposisi gizi jauh di bawah
standar yang telah ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan pemakaian jumlah daging
4.1 Kesimpulan
Pangan yaitu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
(1) Menghindarkan masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan, yang
tercermin dari meningkatnya pengetahuan dan kesadaran produsen terhadap mutu dan
keamanan pangan;
(2) Memantapkan kelembagaan pangan, yang antara lain dicerminkan oleh adanya
(3) Meningkatkan jumlah industri pangan yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan.
salmonella, vibrio, shigella, dll), racun alami (seperti: glukosianida sianogenik, solanin,
4.2 Saran
persoalankeamanan pangan di Indonesia memiliki implikasi yang sangat luas maka perlu
segera mendapatkan perhatian yang lebih serius. Terciptanya sistem keamananyang ideal
dari hulu hingga ke hilir (from farm to fork), mulai dari proses pemanenan, distribusi,
Yang menjadi keprihatinan, sampai saat ini, Indonesia masih belum memiliki
program keamanan pangan nasional yang tertata dengan baik. Masih banyak yang harus
Tingkat cemaran potensi bahaya biologis dan kimiawi pada berbagai bahanpangan.
Rencana aksi untuk mengatasi masalah detention dan holding terhadap produk makanan
yang diekspor.
Penerapan sistem HACCP di dalam negeri dan sistem pengawasannya, dan lain-lain.
masalah keamanan pangan dan peranannya dalam mencegah dan menanggulangi PBM.
Sehingga tenaga ahli kesehatan Pemda dapat berperan secara optimal dalam