Anda di halaman 1dari 18

PRINSIP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DI RUMAH SAKIT DAN KOMUNITAS

Disusun Oleh :

Kelompok 2
Mutmainah Nirmala Sunati
Sachraini Nur Rahmi S. Ibrahim
Avriliani Sagita Molou Nurul Hasanah
Anisa Frizke Botutihe Rapina Suci Sagalulu
Agustin Kasim Priska Botutihe
Dewanti K. Hasan Sela Polumulo
Faiga Mokodompit Sri Deviyaningsih Nabu
Firawati Ishak Stevanny Polontalo
Hartati Pulubuhu Vidya Salsabila Taib
Jumriaty Thalib Azizah Kodu
Merlin Masalubu Delafingka Ibrahim
Mohamad Afandi Isini Nirmala Sunati

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemanusiaan merupakan sifat manusia yang perlu dijaga, karena kembali lagi
pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berbudi pekerti, memiliki perangai
yang baik, dan itulah sifat manusia yang disebut dengan kemanusiaan. Kemanusiaan
tidak hanya sebatas memiliki akal budi, akan tetapi manusia adalah ikut
memanusiakan manusia yang lain. Dan apabila dia ditempatkan di posisi atau keadaan
yang tidak nyaman maka dia akan merasa resah dan dia tidak mungkin membuat
manusia yang merasakan hal yang ia rasakan.
Nilai-nilai kemanusian selalu menjadi isu yang menarik untuk dibicarakan,
keberadaan nilai-nilai yang agung ini tidak hanya mampu mempengaruhi
kelangsungan hidup umat manusia. Namun, nilai-nilai ini juga mampu melahirkan
sesuatu yang selalu hidup dalam setiap pemikiran, kajian, dan tindakan praktis dari
masa ke masa. Nilai-nilai kemanusiaan selalu diidamkan oleh setiap umat manusia
dalam menciptakan sebuah tatanan teratur, dinamis dan progresif. Sebuah tatanan
yang pada dasarnya menekankan pada pesan-pesan perdamaian, keadilan, ketertiban,
kebebasan, dan pesan-pesan kemanusiaan lainnya.
Dalam kondisi idealnya, setiap umat manusia selalu berharap agar keberadaan
nilai-nilai kemanusiaan ini tidak hanya mampu menggambarkan kondisi kemanusiaan
yang seharusnya. Tetapi juga dapat diwujudkan ke dalam bentuknya yang lebih nyata
dalam setiap aspek kehidupan umat manusia. Sehingga pada akhirnya, nilai-nilai ini
mampu menjadi landasan dalam mengatur dan menjaga kelangsungan hidup umat
manusia, sekaligus memulihkan berbagai masalah kemanusiaan yang ada. Namun
dalam kenyataannya, kondisi ideal yang dicita-citakan tersebut masih jauh dari
harapan. Nilai-nilai kemanusiaan yang diidamkam itu, seakan menjadi sesuatu yang
lebih mudah untuk diwacanakan, namun terkesan begitu sulit diwujudkan. Manusia
dan nilai-nilai kemanusiaan seperti dua bagian yang saling bersebrangan atau
berjauhan. Bahkan, hak-hak asasi manusia yang sifatnya sangat mendasar, dalam
kenyataannya tidak dapat begitu saja dinikmati oleh sebagian besar umat manusia.
Masalah kemanusiaan inilah yang mendorong penulis untuk melihat serta
mengkaji keberadaan gerakan kaum merah ditengah-tengah derita kemanusiaan hari
ini, tidak hanya melalui retorika atau ungkapan filosofis semata. Namun harus mampu

1
menjawab dengan gerakan dan pemikiran.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain :
1. Apa pengertian manusia dan kemanusiaan ?
2. Apa yang menjadi masalah dalam kemanusiaan ?
3. Apakah krisis kemanusiaan mempengaruhi kehidupan manusia ?
4. Bagaimana paradigma IMM untuk cinta kemanusiaan ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian manusia dan kemanusiaan
2. Menjelaskan masalah dalam kemanusiaan
3. Menjelaskan krisis kemanusiaan mempengaruhi kehidupan manusia
4. Menjelaskan paradigma IMM untuk cinta kemanusiaan

1.4. Manfaat Penulisan


1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang konsep kaum merah dalam
merawat nalar dan turut serta untuk mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Menjadi bahan untuk belajar guna mengembangkan ilmu serta menambah wawasan
demi pengembangan organisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Manusia adalah makhluk yang berakal budi dan itulah hakikat manusia, tak
sekedar pandai tapi memiliki budi yang berarti kepandaiannya untuk menimbang
mana baik dan buruk. Oleh karena itulah manusia disandingkan dengan
perkataan kemanusiaan.

2.2. Derita Kemanusiaan


Persoalan sosial kemanusiaan dalm sejarah kehidupan manusia tidak
kunjung berakhir dan barangkali tidak akan pernah mengenal kata final. Hingga
saat ini, apa yang disebut sebagai Kearifan, Kebaikan, HAM, dan klaim
peradaban itu selalu saja diiringi dengan keserakahan, kebengisan, dan
penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah, oleh yang kuasa terhadap yang
jelata, oleh yang dzolim (penindas) terhadap mustad’afin (tertindas), oleh para
capital terhadap proletar. Saling menghegemoni, menggusur, memonopoli, dan
mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya dan pada saat bersamaan
membiarkan kelaparan, kemiskinan, dan penderitaan kaum lemah di mana-mana
mengiringi perjalanan peradaban umat manusia saat ini. Genderang perang
bergejolak di berbagai belahan dunia. Akibatnya, krisis kemanusiaan melanda
berbagai belahan dunia Timur dan juga Barat (Eropa). Kemenangan nalar
(Rasoinalisme-empirisme) yang dirayakan secara arogan dalam perjalanan
sejarah Barat yang seberanya sejak masa pencerahan tidaklah membawa
kemenangan nalar yang sejati, melainkan menyebabkan serangkaian tragedy
kemanusiaan pada skala yang sangat besar : proletarianisasi seluruh wilayah,
buruh anak-anak, perbudakan, dan apartheid, dua perang dunia yang keji,
penggunaan senjata kimia dan nuklir, dan penghancuran sistematis kaum petani
dan yahudi, Roma dan Sinti, homoseksual dan orang yang catat mental, dengan
menggunakan metode pemusnahan industry di bawah kekuasaan Nazi. Selain
itu, ada terorisme negara dan seterusnya menyertai perjalanan sejarah

3
renaissance-pencerahan yang di klaim berperadaban dan maju. Hingga saat ini,
nestapa kemanusiaan seolah menjadi sinetron yang disuguhkan kepada kita.
Kita menyaksikan pembunuhan massal manusia atas nama kebenaran dan
tidah Tuhan serta atas nama keserakahan politik. Penyiksaan dan pembunuhan
manusia dengan secara kejam yang menimpa umat muslim rohingyah di
Myanmar, dikabarkan menewaskan ribuan orang, tidak kurang dari 5000 ribu
rumah rusak dan terbakar, 17 Masjid rusak dan dibakar, 53.000 manusia
mengungsi dan terombang ambing di daratan dan di lautan, hilangnya nyawa,
hilangnya masa depan, dan diperkosanya hak-hak kemanusiaan mereka telah
kita saksikan dihadapan mata kita semua. Kita menyaksikan perang antar bangsa
dan perang saudara yang terus menerus berlangsung saling menghancurkan dan
saling meluluhlantahkan kehidupan ini. Negara-negara di Timur tengah atas
nama perbedaan agama, mazhab, ideology, paham, bengisnya politik, dan saling
merasa diri benar dan kuat menghancurkan satu sama lain. Akibatnya, hilang
ribuan nyawa, hancurnya gedung-gedung pendidikan, perkantoran, rumah,
gedung ibadah (Masjid, Gereja, Kuil,dll), dimasa depan anak bangsa yang
suram, dan derita ekonomi yang tak menentu akibat perang yang terus
berlangsung. Beberapa negara di Timur Tengah diambang kepunahan akibat
hilangnya kearifan kemanusiaan. DI depan mata kita juga, kita menyaksikan
konflik di Palestina pada tahun 2014, terhitung korban tewas akibat serangan
udara israil ke jalur Gaza sebanyak 187 orang, dan korban luka-luka sebanyak
1.280 orang. Meledaknya perang saudara di Suriah telah menewaskan ribuan
jiwa umat manusia. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan PBB, jumlah
korban tewas pada perang Suriah mencapai lebih dari 93 ribu jiwa. Dari jumlah
itu, 6.500 diantaranya adalah anak-anak. Konflik berkepanjangan ini telah
membawa Suriah pada krisis kemanusiaan yang amat parah, bahkan bukan tidak
mungkin Negara Suriah yang kaya akan minyak itu segera tergusur dan gulung
tikar karena hingga awal tahun 2016, konflik Suriah tak sedikitpun terlihat ada
tanda-tanda penyelesainnya, justru semakin parah ditambah dengan intervensi
berbagai negara berkepentingan.

4
Kita juga menyaksikan gejolak besar yang terjadi di Mesir tahun 2013.
Setidaknya, 235 orang sudah meregang nyawa dan 2.001 lainnya terluka. Kita
tengok lagi konflik yang terjadi di Yaman tahun 2015, berdasarkan laporan
Organisasi Kesehatan Duna (WHO) mengungkapkan sebanyak 944 orang tewas
dan 3.487 orang terluka sejak Yaman berkecamuk akhir Maret 2015. Bahkan,
dikatakan kemungkinan jumlahnya lebih besar lagi dari data ini. PBB juga
melaporkan konflik Yaman setidaknya telah menewaskan sekitar 115 anak-
anak. Sungguh sangat menyedihkan. Dunia Arab betul-betul hancur berantakan.
Beberapa kota yang bersejarah sudah menjadi kota mati akibat kekejaman
perang. Hingga saat ini, konflik di Timur Tengah tidak ada tanda-tanda akan
usai, sehingga dunia Arab diambang kepunahan. Inilah yang disebut Buya
Ahmad Syafii Ma’rif bahwa dunia Arab betul-betul hancur berantakan dan butuh
waktu 50 tahun ungtuk membangunnya kembali jikapun itu bisa dilakukan.
Selain konflik di Timur Tengah, kita juga menyaksikan konflik dan perang di
daratan Eropa. Akhir-akhir ini (tahun 2014 hingga 2015) yang meluluntahkan
tatanan kehidupan di Ukrania, khususnya Ukraina bagian Timur. Dalam laporan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa bentrokan bersenjata selama 14
bulan antara prajurit pemerintah dan gerilyawan pro-kemerdekaan di Ukrania
Timur telah menewaskan lebih dari 6.400 orang dan membuat sebanyak 1,3 juta
orang lagi kehilangan tempat tinggal. Tidak kurang dari 100 ribu warga Ukraina
telah menyelematkan diri ke Belarusia.
Memang peradaban kita saat ini tengah dihantui perang yang begitu
menakutkan, yakni perang “iblis” perang yang melibatkan kekuatan senjata
nuklir yang bisa-bisa membuat dunia segera kiamat. Ketegangan di lau China
selatan, ketegangan antara Korea Utara dan Selatan, Arab dan Iran, dan saling
sikut-menyikut negara-negara kuat di Eropa yang ingin terus mendominasi dan
menghegemoni kekuatan dunia, menjadi hantu yang sangat menakutkan bagi
kelangsungan peradaban manusia saat ini. Selanjutnya, kita kembali dikejutkan
oleh aksi-aksi terror yang melabeli dirinya dengan gerakan suci atas nama
Tuhan. Gerakan brutal dan barbarian atas nama agama memang sulit dipercaya
dan sungguh di luar dari nalar agama apapun itu, apalagi islam. Munculnya

5
gerakan kelompok yang mengklaim dirinya kelompok Islam seperti ISIS yang
meresahkan manusia seantero bumi dan membuat negara-negara kewalahan
menyikapinya, menjadi menarik untuk dipertanyakan ? Sungguhpun telah
mengundang banyak perdebatan dikalangan masyarakat dunia. Ada yang
berabelkan Islam, yang ingin mendirikan negara Islam dan pandangan-
pandangan lainnya. Dunia dikejutkan oleh pemberitaan media yang begiitu
hebob mengenai aksi terror Paris 13 November 2015, dikabarkan terjadi terror
di Paris itu telah menewaskan kurang lebih 153 orang berdasarkan laporan CNN.
Salah satu korban terbesar berada di gedung pergelaran konser di Baraclan. Di
sana sekitar 112 orang tewas saat seorang bersenjata senapan otomatis
memberondong penonton yang sedang menyaksikan aksi panggung band
Amerika. Pelaku juga menyandera 100 orang. Sekitar lima mil dari lokasi
tersebut, dua pelaku meledakan diri di luar stadion Stade de France saat
berlangsungnya pertandingan Jerman dan Prancis. Penembakan juga terjadi di
dalam restoran di Rue Bichat dan menewaskan 11 orang. Yang menarik adalah
tidak lama tragedy ini terjadi tiba-tiba muncul sebuah kelompok yang
mengklaim dirinya sebagai pelaku dari aksi tersebut, disertai dengan rasa
gembira dan menyampaikan kepada dunia prestasinya setelah sekejap merengut
ratusan nyawa manusia. Kelompok itu menyebut dirinya sebagai kelompok
gerakan Islamic State In Iraq And Suriah (ISIS) ?. Aksi terror seperti ini terus
menyerang kenyamanan dan keamanan dunia, tidak hanya di Timur Tengah, tapi
juga terjadi secara berurut di langit Eropa Seperti di prancis, Turki, Amerika, dll.
Sungguh luar biasa sebuah drama barbarian dan anti-kemanusiaan
diperegakan dalam sekejap tiba-tiba merengut nyawa ratusan manusia yang tak
bersalah. Bisa dibayangkan di tengah keramaian tiba-tiba muncul sekelompok
orang dengan senjata AK47 kemudian tanpa merasa berdosa menembaki secara
membabi buta. Sebuah perilaku yang diluar nalar agama apapun, tenu saja kita
masih percaya tidak ada satu jenis iman apapun yang membenarkan tindakan
semacam ini. Kecuali ajakan keserakahan, ajaran konspirasi yang serakah, mati
rasa, dan anti kemanusiaan. Siapapun pelaku dari tragegi ini, yang pasti adalah
hal ini menggambarkan kondisi dunia sedang sakit, konspiratif dan anti

6
kemanusiaan. Lebih sakit lagi, pasca peristiwa ini terjadi muncul gerakan
diskriminatid yang dimaksud adalah munculnya sikap diskriminatif terhadap
salah satu agama tertentu, katakankal Islam, menjadu sy=ulit dinalarkan bagi
manusia yang masih sehat akalnya. Beberapa di antara orang-orang Eropa
bahkan negaranya menuding Islam sebagai ajaran teroris. Sehingga gerak-gerik
umat muslim patut dicurigai sebagai sesuatu yang membahayakan. Dalam
konteks ini, umat muslim telah diperkosa hak-hak kemanusiaannya untuk
mendapatkan rasa aman, tenang dan bebas dari segala hal yang tidak nyaman
dalam beragama yang pada dasarnya telah dijamin oleh Universal Declaration
of Human Right yang katanya dijunjung tinggi oleh PBB itu. Pengawasan hingga
rencana penutupan masjid-masjid di Prancis oleh Perdana Menti Prancis Manuel
Calls pasca terror paris memberikan lika psikologis bagi umat muslim,
pelarangan pakai cadar dan pembatasan menggunakan jilbab serta intimidasi-
intimidasi terhadap umat muslim di prancis merupakan terror psikologis yang
patut disayangkan. Di Amerika juga terjadi hal yang sama, posisi umat muslim
berada dalam tekanan dan terror-teror psikologis yang menghantui setiap saat.
Hingga muncul pernyataan tokoh Amerika Donald Trump, bakal calon presiden
dari Partai Politik Republik waktu itu, yang memperlihatkan sikap
Islamfobianya. Ide-ide gila Donald Trump untuk memassifkan pengawasan
masjid dan menutup beberapa masjid di Amerika, menyuarakan pembedaan
antara muslim dengan yang bukan muslim di Amerika (membuat identitas
khusus untuk muslim Amerika) dan melarang muslim masuk masuk Amerika
dengan tujuan diskriminatif, tentu saja hal ini telah melukai nilai-nilai
kemanusiaan yang dicita-citakan bersama.
Sulit untuk dinalarkan, sepertinya dunia tengah berada dalam kebingungan
yang dibuatnya sendiri. Di satu sisi kita sedang gencar-gencarnya menaikkan
bendera perlawanan terhadap segala perilaku anti kemanusiaa. Katakanlah
seperti aksi-aksi terror yang acapkali terjadi, dan semua agama dan iman apapun
bersama-sama menyatakan perlawanan terhadapnya. Namun, pada saat
bersamaan ada pihak-pihak yang menghardik agama tertentu dengan cap teroris
dan semacamnya. Sikap diskriminatif, ketidakadilan, ketidakdewasaan dan

7
keringnya rasa humanitas seperti ini bukannya membawa dunia dalam
kedamaian tapi justru kegaduhan berkepanjangan. Inilah kenyataan yang terjadi
di hadapan kita semua saat ini. Zaman yang diklaim beradab rasanya nyawa
manusia dan nilai-nilai kemanusiaan begitu murah untuk dikorbankan. Drama
anti kemanusiaan layaknya sinetron yang setiap hari ditayangkan menemani
sarapan pagi dan makan malam kita. Tepat untuk dikatakan bahwa, kita saat ini
betul-betul mengalami krisis kemanusiaan yang amat parah dan ke depannya
masa depan manusia terus dibayang-bayangi oleh saling menggususr dan
menindas baik dalam bentuk perang maupun dalam bentuk ketidakadilan,
kekerasan, kemiskinan, dan pengangguran akibat konsentrasi capital yang pada
akhirnya memunculkan gejolak social (konflik social) yang menghantui masa
depan peradaban manusia. Sesungguhnya kita tidak hanya sedang menyaksikan
konflik fisik baik dalam bentuk perang maupun model kekerasan fisik lainnya,
tapi juga kita sedang menyaksikan kejahatan kemanusiaan dalam bentuk
kekeraan politik, kekerasan ekonomi, kekerasan kebijakan, dan kekerasan moral
yang berimplikasi pada terdzoliminya hak-hak kemanusiaan yang seharusnya
mencapai cita-citanya yang adil dan beradab.
Makanya Rafsanjani mengatakan tidak ada tujuan kemanusiaan apapun
kecuali untuk menyembunyikan wajah mereka yang mengerikan di balik topeng.
Atau mungkin saja ada seorang pejabat yang manusiawi dan melakukan
beberapa kebaikan berkat kesadarannya, namun kolonialisme tidak
menghendaki hal seperti itu. Hal inilah harus segera menyadarkan kita untuk
menyuarakan gerakan kemanusiaan yang tulus tanpa kemunafikan demi
peradaban bersama. Jika dilihat dalam sejarahnya, diskursus mengenai
kemanusiaan sesungguhnya telah disadari oleh tokoh-tokoh IMM sebelumnya,
dalam beberapa pokok pikirannya seperti yang ditulis Farid Fathoni ;
“Masalah krisis kemanusiaan memang bukan lagi masalah baru dimuka
bumi ini. Derajat kmesuman krisis kemanusiaan kini belum tentu lebih dari pada
kemesuman manusia di zaman Arab jahiliyah, atau pada zaman Roma dan
Persia kuno. Tapi krisis kemanusiaan ditengah kepadatan penduduk, kemajuan

8
ilmu dan teknologi, jelas akan mempercepat proses kehancuran diri sendiri,
kehilangan sama sekali kebahagiaan insanyah yang hakiki.”
Dalam bait-bait lainnya juga mengatakan ;
“Harus diakui bahwa krisis utama di bumi ini bukanlah krisis penduduk,
energy, moneter, dll. Tetapi pada dasarnya adalah krisis kemanusiaan, dimana
sang manusia tidak mampu memanusiakan dirinya, dalam arti menjadikan
dirinya manusia budaya yang berhasil membudayakan alam anugerah Tuhan
ini.”
Artinya, bahwa kejahatan kemanusiaan akan selalu menyertai perjalanan
sejarah kehidupan umat mannusia dari sejak zaman Nabi Adam dulu dan
mungkin hingga satu detik sebelum kiamatpun kejahatan itu akan selalu tetap
ada. Namun jangan lupa juga bahwa, harapan untuk membangun kehidupan di
muka bumi yang damai, sejahtera, atau dalam bahasa Islamnya Baldatun
Toybatun Warrabungaffur bisa dilakukan sepanjang nilai-nilai kemanusiaan-
transendental ditegakkan.

2.3. Spiritualitas Untuk Cinta Kemanusiaan


Fetullah Gulen tentang panorama kehidupan masa kini dengan syairnya
mengatakan :
“Rasa malu telah terkelupas di dalam jiwa manusia, kehinaan membanjiri
pelosok sahara dan desa, berapa banyak wajah jelek dibalik tabir kasa, tak ada
kejujuran. Janji jadi bualan. Amanat dianggap mainan. Dusta dianggap biasa.
Penghianatan merebek dimana-mana. Tuhan, betapa menakutkan perubahan
ini! Agama hilang. Iman melayang. Agama jatuh. Iman pun runtuh.”
Syair di atas setidaknya menggambarkan kondisi manusia saat ini yang
tengah di landa penyakit spiritual. Dimana kejujuran merupakan barang langkah
yang susah dicari, janji jadi bualan, amanat dianggap mainan, penghianatan
menjadi hal yang biasa, sehingga hanya menjadi topeng kesholehan. Padahal
Iman telah melayang, agama telah jatuh tersungkur tak berdaya disebabkan iman
telah runtuh dan hancur berantakan. Karena kita menampilkan diri kita yang
palsu. Kebohongan, tipu muslihat, mental hipokrit, korupsi, kolusi, nepotisme,

9
kekejaman, kediktatoran, dan krisis kemanusiaan lainnya, yang di tutupi dengan
topeng-topeng kepalsuan dalam hidup ini.
Pada saat itulah manusia telang mengalami derita spiritual yang justru
menghukumi dirinya, karena pada akhirnya erosi spiritual dan moral yang terjadi
di dalam diri sebuah masyarakat, pasti akan menyebabkan terputusnya anugerah
ilahi. Seperti yang dikatakan Carl Gustav Jung seorang psikolog terkemuka
menyebut krsisi spiritual sebagai penyaki seksistensial (eksistensial illness).
Inilah yang disebut Jung sebagai jiwa yang menderita (a suffering soul) yang
belum menemukan maknanya. Atau dalam istilahnya Stanislav Grof
menyebutnya sebagai spiritual emergency.
Pada saat itu pula manusia mulai merindukan jalan hidup yang bermakna.
Dan memang manusia seharusnya mengkonstruksi kembali hubungannya
dengan Tuhan maupun hubungannya dengan dirinya sendiri. Kita memang
semestinya hidup dengan semangat ilahiah, di mana kehidupan yang di jalani
semata-mata berpusat pada kesadaran ke-Tuhanan, bukan sebaliknya berpusat
pada manusia sebagaimana humanism sekuler atau juga humanism modern yang
meracuni kehidupan manusia di abad ini. Manusia bahkan di tempatkan sebgai
Tuhan yang mengemndalikan dan sepenuhnya berkuasa menentukan kehidupan
di bumi.
Tiada jalan lain, kecuali kita memperbaiki kembali paradigm kehidupan kita
yang sekularistik, materialistic, liberlistik, dan antroposentristik menuju
paradigm yang utuh dan tidak terpecah-pecah. Di mana dimensi spritualitas
harus dihadirkan dalam nafas kehidupan kita, harus hadir ditengah kehidupan
praksis kita, harus menjadi pondasi disetiap aktifitas politik, ekonomi, dan social
kita. Sebab dunia dengan pernak-pernik peradabannya sdang tercancam saat ini
hanya bisa diselamatkan dengan landasa kehidupan yang spritualitas-
kemanusiaan. Inilah yang terus disuarakan “Merawat Spritualitas, Merawat
Kemanusiaan” sebagai bentuk upaya menyelamatkan peradaban kita saat ini dan
di masa depan”.
Merawat spritualitas adalah upaya menumbuhkan kembali hidup dengan
semangat dan nilai-nilai ke-Tuhanan. Pusisi rumi ini menggambarkan

10
bagaimana Tuhan memanggil hambanya dengan penuh kasih saying dan
kepedulian. Jalaludin Rumi dalam syairnya mengatakan :
“Air berkata kepada benda bernoda, ‘kemerilah!” benda bernoda itu
menjawab, “tapi saya malu sekali. “Air berkata, “bagaimana kamu bisa bersih
tanpaku.”( Rumi Matsnawi, ii, 1366-67 )
Syair rumi yang sarat akan makna ini menggambarkan bagaimana kasih
saying Tuhan kepada makhl;uknya begitulah besar, Tuhan tidak sedikitpun
menutup pintu kasih sayangnya bagi manusia, hanya saja manusialah yang
terkadang merasa dirinya malu, lalu pesimis dengan kehidupan, pesimis dengan
masa depan hubungan denganNya. Padahal, manusia hanya perlu membuka
pintu hatinya, karena sesungguhnya membangun spritualitas adalah membuka
pintu hati untuk mengizinkan Tuhan masuk kedalamnya.
Jalan untuk menyelamatkan peradaban dan dunia kita saat ini dan ke depan
tak ada jalan lain, dunia kita saat ini dan ke depan tak ada jalan lain, kecuali
manusia harus kembali pada fitrahnya. Merawat spritualitas tidak berarti
meninggalkan dunia, menghardik materi dan membencinya, bukan itu. Tapi
merawat spritualitas adalah membangun kemajuan dengan tetap berdiri pada
akar-akar nilai Ilahiah yang transcendental, yang selama ini dihinakan oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi kita.
Merawat spritualitas berarti membangun tahta kehidupan yang beradab,
bermoral, berkemajuan dan berkemanusiaan. Tentu ini merupakan tugas besar
sejarah yang harus diemban oleh generasi baru abad ini. Mencerahkan kembali
perjalanan peradaban kita yang terancam punah. Tugas sejarah ini harus diambil
atau diperankan oleh pemuda yang masih yakin dan berpegang pada diemnsi
regiusitas-spritualitas. Tugas besar ini harus diemban oleh para pemuda muslim,
lebih tugas besar sejarah ini harus di perankan oleh kader-kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM ). Sebagai kekuatan gerakan Mahasiswa
Islam moderat di negara mayoritas muslim di Dunia, yang membingkai pondasi
perjuangannya dengan tradisi intelektualisme, cita-cita humanism religious, dan
kekuatan jati diri yang berbasis pada regiusitas-spritualitas.

11
2.1. IMM dan Dakwah Kemanusiaan
Melihat Paradigma Dakwah Muhammadiyah
Konsep gerak amar ma’ruf nahi mungkar secara implisit merupakan doktrin
gerakan kemanusiaan Islam. Namun, secara eksplisit konsep amar ma’ruf nahi
mungkar sangat dekat sekali dengan Muhammadiyah bahkan menjadi symbol
dan doktrin gerakan Muhammadiyah dan Ortom.
Dalam ensiklopedi Muhammadiyah, secara etimologi definisi “amar”
berarti perintah, “ma’ruf” berarti dianggap baik, “nahi” berasal dari kata
“nahyu” yang artinya larangan, “mungkar” berarti suau perbuatan, ucapan atau
sikap yang dianggap buruk atau salah. Kemudian “amar ma’ruf” berarti
menyuruh atau mendorong manusia untuk berbuat baik, semnentara “nahi
mungkar” artinya melarang manusia baik individu maupun masyarakat
melakukan perbuatan buruk atau salah.
Lebih lanjut disebutkan bahwa “amar ma’ruf” dipahami sebagai satu usaha
agar seseorang atau kelompok orang atau masyarakat melakukan kebaikan
sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh agama Islam. “nahi mungkar”
merupakan satu usaha agar seseorang atau kelompok orang atau masyarakat
meninggalkan dan menjauhi segala perbuatan buruk atau salah berdasarkan
ajaran islam, terutama perbuatan buruk atau salah yang dapat merusak agama
(akidah, ibadah, dan muamalah), diri manusia (jasmaniah, rohaniah, dan akal),
harta benda (mulai dari cara mendapatkannya sampai kepada penggunaannya),
keturunan (kejelasan nasab, hak pendidikan dan pewarisannya).
Istilah amar ma’ruf nahi mungkar kemudian menjadi salah satu identitas
perjuangan Muhammadiyah. Sebagaimana yang di sebutkan misalnya dalam
anggaran dasar Muhammadiyah sebagai gerakan islam dan dakwah amar ma’ruf
nahi mungkar, berakidah islam dan bersumber pada Al-qur’an dan hadits.
Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah mendasarkan pikirannya pada
beberapa doktrin Al-qur’an diantaranya adalah :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,
merekalah orang-orang beruntung. (QS. Ali Imran/3:103)

12
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. sekiranya ahli Kita beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik. (QS. Ali Imran:110)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan plajaran
yang baik dan bantahah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs.Al-Nahl
: 125).
Dalam literature-literatur Kemuhammadiyaan, sering disebutkan bahwa
sasaran dakwah Muhammadiyah ditujukan kepada perseorangan dan
masyarakat. Lebih lanjut disebutkan dakwah untuk perseorangan ditujukan
kepada yang telah beragama islam (bersifat pemurnian) dan yang belum
beragama Islam (bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam).
Sedangkan dakwah untuk masyarakat dilakukan dalam rangka perbaikan hidup,
bimbingan serta peringatan untuk selalu melakukan yang ma’ruf dan menjauhi
yang mungkar.
Amar ma;ruf nahi mungkar menurut Dawam Rahardjo dimaknai sangat
berkait erat dengan dakwah atau semangat perjuangan. Dawam memberikan
contoh bagaimana istilah amar ma’ruf nahi mungkar kadang-kadang digunakan
dalam gerakan perjuangan-perjuangan tertentu misalnya gerakan ketika orang
menentang lottere, yang bernama Hwa Hwe, di orde baru, kemudian porkas dan
terakhir SDSB, perjuangan melawan korupsi dan pelacuran juga menurutnya
bisa berada di bawah bendera amar ma”ruf nahi mungkar.
Lebih lanjut disebutkan bahwa istilah amar ma’ruf nahi mungkar
mengandung konotasi “berjuang” “menentang” “membasmi” atau “
memberantas”, konotasinya adalah bentuk negative dari suatu perjuangan.
Tekanan makna penyebutan istilah tersebut lebih erat kepada aspek nahi
mungkarnya. Sedangkan penggunaan amar ma’ruf lebih tepat digunakan dalam
rangka menegakkan kedisiplinan nasional.

13
Yang menarik dari interpretasi Dawam Rahardjo adalah menafsirkan amar
ma’ruf nahi mungkar dalam spirit gerakan perjuangan. Amar ma’ruf nahi
mungkar dilihat sebagai doktrin perjuangan untuk menegakan masyarakat yang
berkeadaban. Lebih jauh menurut penulis amar ma’ruf nahi mungkar disamping
doktrin untuk melawan segala perilaku destruktif seperti korupsi, ketidakadilan
ekonomi, ketidakadilan social, patologi social dll. Amar ma’ruf nahi mungkar
juga menjadi doktrin untuk membangun kehidupan yang ma’ruf (civil society)
menurut kaum believer untuk menjadi kreatif, produktif, inovatif, pribadi teladan
(pribadi kenabian).
Sementara dalam pandangan Din Syamsuddin, dakwah adalah keseluruhan
aktivitas untuk mengajak orang kepada Islam. Bagi Din Syamsuddin, dakwah
dapat mengambil bentuk lisan (da’wah bil-lisan atau billisanil maqal, bisa juga
disebut tabligh), dan bentuk pengembangan masyarakat (dakwah bilhal atau
billisanil hal). Yang menarik dari pandangan Din Syamsuddin mengenai model
dakwah, menurutnya, dakwah mengandung arti Social control (amar ma’ruf
nahi mungkar). Lebih lanjut Din Syamsuddin menyebutkan bahwa aktivitas
dakwah merupakan aktivitas yang integral, maka dakwah dapat dilakukan lewat
berbagai jalur kehiduan, seperti social, ekonomi, ilmu dan teknologi, pendidikan
serta kesenian.
Pelaku-pelaku sejarah agent of control sesungguhnya mereka sedang
menjalankan misi dakwah amar ma’ruf nahi mungkar. Mereka yang memainkan
peran social controlnya terhadap kekejian politik, control terhadap ketidakadilan
social, kesewenang-wenangan penguasa dan juga control terhadap persoalan
penegakan hukum serta dominasi ekonomi dari kaum capital yang bisa
menyengsarakan masyarakat lemah, menurut penulis juga mereka adalah
pendakwah profetik yang tidak hanya bereforia dengan suasana ceramah di
masjid tapi secara langsung berhadapan dengan realitas social yang menghimpit
kehidupan masyarakat lemah.
Dalam konteks Muhammadiyah, secara normative dan historis, landasan
gerakan Muhammadiyah lahir dan bertumpu pada pemikiran yang merupakan
dasar fundamental gerakan Muhammadiyah seperti yang disebutkan di atas.

14
Meski demikian, dasar pemikiran di atas bukanlah sesuatu yang sifatnya stagnan,
pasif dan dianggap sacred bebas dari pengembangan-pengembangan yang
bersifat factual dan kontekstual.Amar ma’ruf nahi mungkar bersifat dinamis,
terbuka untuk diinterpretasikan dalam konteks kekinian, dan juga bersifat
merespon kehidupan ke-depan. Dalam istilah Muhammadiyah sangat popular
dengan pemaknaan Íslam Berkemajuan”. Islam puritan, sekaligus Islam yang
menyatu dengan zaman.
Maka dalam tulisan ini, menegaskan bahwa konsep gerakan amar ma’ruf
nahi mungkar dalam spektrum gerakan yang luas (menyentu semua rana
kehidupan manusia, beragama, berbangsa dll). Walaupun penegasan ini
sesungguhnya bukanlah hal yang baru bagi Muhammadiyah. Sekarang ini
Muhammadiyah telah mengembangkan interpretasi amar ma’rud nahi mungkar
pada dimensi yang universal atau apa yang disebut sebagai dakwah universal.
Gambaran arah dakwah Muhammadiyah penting untuk dilihat secara analitis-
kritis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), karena arah Muhammadiyah
ke depan akan banyak dinahkodai oleh kaum muda Muhammadiyah masa
sekarang. Disisi lain, keberadaan IMM sebagai organisasi Otonomnya
Muhammadiyah yang menegaskan dirinya bahwa kepribadian Muhammadiyah
adalah landasan perjuangan IMM yang berarti kader IMM tidak mungkin untuk
memisahkan dirinya yang Khittah perjuangan Muhammadiyah, ada semboyan
mengatakan “IMM Oke, Muhammadiyah Yes” bukan sebaliknya ÍMM Yes,
Muhammadiyah No”. Jadi arah dakwah Muhammadiyah diatas memberi
gambaran kepada kita untuk dilihat secara analitis-kritis dinamis-progresif
dalam membangun gerakan dakwah IMM yang lebih kontekstual menyentuh
aspek universalitas-kemanusiaan.
Kutipan : “Abdikanlah ilmu untuk Kemanusiaan”, kutipan tulisan Bung
Karno tersebut sangat cocok untuk memaknai kiprah perjuangan dan baktinya
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), tidak saja bagi kemaslahatan rakyat
dan bangsa Indonesia tetapi juga untuk kemajuan umat manusia pada umumnya.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari apa yang telah ditulisakan, maka saya mengambil kesimpulan bahwa
Kita memerlukan gerakan kemanusiaan tanpa kemunafikan dan kebohongan
atas nama kemanusiaan. Gerakan social kemanusiaan yang tentu saja tidak
terpenjara dan tidak terkotak-kotak oleh agama, ras, suku, kelompok atau
komunitas tertentu harus dilakukan atas nama hak-hak kemanusiaan yang sama,
namun harus dilandasi dengan ketulusan, kejujuran dan jauh dari kebohongan.
Kita harus bergandengan tangan saling berpeluk-pelukan diatas kasih saying
kemanusiaan, dalam menengarai derita kemanusiaan bertopengkan klaim
peradaban dan hak asasi manusia yang penuh kamuflase. Kesadarn menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan ini memerlukan kesadaran dan peran serta
kelompok muda dari berbagai komunitas tanpa harus terpenjara oleh perbedaan-
perbedaan suku, ras, budaya ataupun agama. Khususnya kelompok gerakan
pelajar, mahasiswa, pemuda dan ormas-ormas yang berbasiskan Islam-Agama.

3.2 Saran
Memfokuskan gerakkan kemanusiaan sebagai basis perjuangan dan cita-
cita gerakannya. Ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi IMM dan kader-
kadernya untuk melakukan transformasi gerakan dari sebelumnya lebih banyak
pada diskursus mengenai persyarikatan dan ke-ummatan menuju transformasi
gerakkan kemanusiaan universal. Karena memang sudah seharusnya kader
IMM menancapkan komitmen gerakkan kemanusiaan sekuat-kuatnya ditengah
krisis kemanusiaan yang terus melanda peradaban manusia saat ini. Karena
pada akhirnya nanti, kader IMM sangat diharapkan akan menjadi The Next
Leader For Humanity.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ma’arif, Ahmad Syafii. Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan.


Bandung: Mizan, 2009.

Hefner, Robert W. Civil Slam; Islam dan Demokratisitasi di Indonesia.


Yogyakarta: ISAI, 2001.

Hanafi, Hasan. Dari Akidah Ke Revolusi. Jakarta: Paramadina,2013.

Mukhlan, Abdul munir. Jejak pembaruan social dan kemanusiaan Kiai Ahmad
Dahlan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010.

Kuntowijoyo. Paradigma. Islam Interpretasi Untuk Aksi. Bandung: Mizan, 1991

Rafsanjani. Keadilan Sosial. Bandung: Penerbit Nuansa, 2001.

Tim PP Muhammadiyah, Ensiklopedi Muhammadiyah. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2005.

Fathoni, Farid. Kelahiran Yang Dipersoalkan; Dua Puluh Tahun Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) 1964-1990. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990

Masduki. Humanisme Spritual: Paradigma Pengembangan Masyarakat Islam dalm


Filsafat Sosial Hossen Nasr. Jakarta: Referensi Gaung Press Group, 2014.

17

Anda mungkin juga menyukai