air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman namun demikian
kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal tersebut di atas
tanahnya. Salah satu dari usaha manusia untuk melestarikan tanahnya adalah
Namun apabila usaha pemupukan tersebut tidak menjadi efektif pada tanah-tanah
tertentu seperti tanah masam, tentu perlu dilakukan cara lain atau langkah lain
menjadi salah satu kendala utama dalam berbudidaya tanaman. Lebih dari
setengah bahagian tanah yang terbentang di Indonesia yaitu 63% adalah tanah
masam. Keterbatasan tanaman yang dapat ditanam pada tanah masam mengiringi
sedemikian rupa agar tanah masam bukan lagi menjadi penghambat dalam
bahan pembenah tanah yang terdiri dari banyak jenis dapat menjadi sebuah solusi
untuk memperbaiki sifat tanah yang bersifat masam yang dampak akhirnya akan
dibudidayakan oleh penduduk Indonesia dan biasa untuk dilakukan sebagai bahan
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar para praktikan paham dan mengerti
yang bersifat kurang baik maupun yang telah baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
II TINJAUAN PUSTAKA
Kacang hijau atau (Vigna radiata) berasal dari famili pabaceae alias
mineral penting seperti kalsium dan foepor dan sangat diperlukan tubuh.
obesitas(Kuswono,2012).
tanaman yang relatif mudah untuk ditanam tanaman tidak tergantung pada iklim
baik(Kuswono,2012).
pendek (±60 hari).Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden
radiate(Atman,2007).
pada bagian utama, berbentuk bulat dan berbulu.Warna batang dan cabangnya ada
yang hijau dan ada yang ungu. Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan
daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai dengan hijau tua. Bunga kacang
hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang,
dan dapat menyerbuk sendiri. Biji kacang hijau memiliki ukuran lebih kecil
atau hijau mengkilap, beberapa ada yang berwarna kuning, cokelat dan hitam
permukaan(Atman,2007).
2.2.1 Biochar
Biochar atau yang lebih kita kenal sebagai arang merupakan materi padat
dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi tanah dan mengurangi emisi dari
biomasa yang secara alami terurai menjadi gas rumah kaca. Biochar juga
Pembuatan biochar sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu di Amazon
(Terra Preta). Kegiatan ini mengubah limbah pertanian menjadi membenah tanah
pembukaan hutan. Proses tersebut menghasilkan serat yang baik dan arang yang
sangat porous yang membantu tanah menahan hara dan air (Beaton,1985).
organik yang berasal dari sampah kertas, sampah kota dan kotoran hewan. Bila
limbah tersebut mengalami pembakaran dalam keadaan oksigen yang rendah atau
tanpa oksigen akan dihasilkan 3 substansi, yaitu; metana dan hidrogen yang dapat
dijadikan bahan bakar, bio-oil yang dapat diperbaharui, dan arang hayati (biochar)
pangan dan keragaman tanaman di wilayah dengan tanah yang miskin hara,
kekurangan bahan organik, dan kekurangan air dan ketersediaan pupuk kimia.
penyimpanan tanah bagi unsur hara dan agrokimia yang digunakan oleh tumbuhan
kation utama dan posfor, total N dan kapasitas tukar kation tanah (KTK) yang
pada akhimya meningkatkan hasil karena dapat mengurangi risiko pencucian hara
2.2.2 Kapur
Kapur pertanian merupakan hasil penggilingan bahan baku dari batu kapur
hingga menjadi bahan halus. Sumber batu kapur di Indonesia tersedia melimpah,
bakunya yang melimpah, kapur pertanian yang hingga kini digunakan adalah
Kalsit [CaCO3] dan Dolomit [CaMg(CO3)2]. Untuk diketahui saja bahwa kalsit
yang beredar di pasaran tidak murni sebagai kalsium karbonat (CaCO3), tetapi
karbonat(Kamprath,1970).
meningkatkan pH tanah dan sebagai sumber unsur kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg). Seperti sudah diketahui bahwa jika jumlah ion hidrogen di dalam larutan
tanah semakin besar maka tingkat kemasaman tanahnya akan semakin naik atau
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang
digunakan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pupuk kandang berperan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Komposisi unsur hara
yang terdapat pada pupuk kandang sangat tergantung pada jenis hewan, umur, alas
kandungan hara unik. Namun secara umum kotoran hewan mengandung unsur
hara makro seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium
(Mg) dan belerang (S). Bila dibandingkan dengan pupuk kimia sintetis, kadar
kandungan unsur hara dalam pupuk kandang jauh lebih kecil. Oleh karena itu,
kimia(Sanchez,1976).
Seperti jenis pupuk organik lainnya, pupuk kandang memiliki sejumlah
memperbaiki sifat fisik tanah. Hanya saja kelemahannya adalah bentuknya yang
kamba (bulky) dan tidak steril, bisa mengandung biji-bijian gulma dan berbagai
adalah kotoran sapi, kotoran kambing, kotoran ayam, air kencing (urine) dan
lainnya(Sanchez,1976).
2.3.1 Inseptisol
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang, dan
berlereng curam atau hutan, rekreasi atau wildlife, yang berdrainase buruk hanya
kambik pada kedalaman kurang lebih 100 cm. Apabila horizon kambik tidak
tanah sawah dipersiapkan untuk tanaman palawija setelah padi. Kisaran kadar C-
terbentuk hampir di semua tampat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub
2.3.2 Ultisol
Kata Ultisol berasal dari bahasa latin Ultimus, yang berarti terakhir atau
dalam arti hal Ultisol, tanah yang paling terkikis dan memperlihatkan pengaruh
pencucian yang terakhir. Ultisol memiliki horizon argilik degan kejenuhan basa
Tanah Ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi hampir 45%
dari total daratan Indonesia. Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar
kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan tanah ini mempunyai
Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh dan dikembangkan pada tanah ini,
tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti
fosfor dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam,
serta kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang
yang mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro
serta bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong
yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan
jasad renik tanah. Pengapuran pada Ultisol di daerah beriklim humid basah seperti
di Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5
2.3.3 Gambut
permasalahan lahan gambut dimana dilihat dari kesuburan tanahnya relatif rendah
dan sifat fisik untuk pH rendah, KTK rendah untuk sifat kimianya dan kehidupan
biologi tanah sangat tidak berimbang karena areal atau lahan yang tergenang yang
dimanfaatkan untuk pertanian dan sebagai potensi menyimpan karbon dah bahan
organik dengan mengolah lahan agar mampu sebagai tempat hidup tanaman
masalah yang berkenaan dengan pengelolaan air dan kesuburan tanah (sifat fisik,
yaitu ketepatan drainase dan upaya mempertahankan muka air tanah.Muka air
tanah harus dipertahankan minimal di atas lapisan pirit, karena kondisi tergenang
pirit relatif stabil dan tidak membahayakan. Dengan adanya pengaturan dan
penggantian air secara berkala maka kadar asam organik dapat diturunkan yang
sifat fisik tanah utamanya adalah rendahnya bulk density (0,1 – 0,2g.cm-3)yang
mengandung pirit (FeS2) atau pasir kuarsa. Selain itu, apabila gambut mengalami
menghambat (Jones,1979).
III METODOLOGI
Maret sampai dengan bulan April 2019 yang bertepatan pada setiap hari Senin
pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Ilmu Tanah dan UPT
Alat yang digunakan pada praktikum Kesuburan dan Pemupukan ini adalah
timbangan digital, selotip, kertas, alat tulis, gembor, penggaris, pH meter, gelas
adalah lahan, tanah inceptisol sebanyak 50 kg, tanah ultisol sebanyak 50 kg, tanah
gambut atau histosol sebanyak 50 kg, amelioran berupa pupuk kandang, dolomit,
dan biochar, pupuk anorganik berupa urea sebanyak 0,125 gram/polybag, TSP
hijau (Vigna radiata L.), agrisoy, air, aquades, H2O, KCl, buffer 4, buffer 7 dan
aluminium foil.
Pemupukan ini adalah metode RAL (Rancangan Acak Lengkap) Faktorial yang
menggunakan 2 perlakuan berupa jenis tanah dan amelioran. Jenis tanah yang
dan parang.
kg.
1. Masing – masing tanah yang terdapat pada setiap polybag diberi amelioran
berupa pupuk kandang, dolomit dan biochar dengan dosis yang sudah
ditentukan.
2. Tanah yang sudah diberi amelioran diberi label pada polybag yang berisi
kode perlakuan.
acak.
1. Benih kacang hijau (Vigna radiata L.) yang akan digunakan diambil.
5. Lubang tanam dibuat pada setiap polybag yang berisi tanah dengan
6. Benih tersebut diambil dan dimasukkan pada lubang tanam yang telah
gram,/polybag.
2. Lubang tanam pupuk dibuat dengan sistem tugal pada setiap polybag yang
3. Pupuk urea, TSP dan KCl dimasukkan pada setiap lubang tanam pupuk
menyamakan warna sampel tanah dengan warna yang ada dibuku tersebut.
6. KCl dimasukkan ke dalam botol filum dengan perbandingan 1:5, dan H2O
8. Botol filum berisi tanah dan larutan kemudian dishaker selama beberapa
menit.
3.4.7 Pengamatan
penggaris.
3. Pengamatan juga dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun dan umur
tanaman berbunga.
Data analisis menggunakan analisis ragam berdasarkan uji F pada taraf 5%.
peubah yang diukur maka analisis data dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf 5% untuk membandingkan rerata masing –
masing perlakuan.
Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan untuk perlakuan jenis tanah taraf ke – i dan jenis
amelioran ke – j
Analisis Tanah
Jenis Tanah pH Tanah
Warna Tanah
H2O KCl
Ultisol Reddish yellow Hue 7,5YR 4,29 4,98
Inceptisol Dark brown Hue 10YR 4,47 4,75
Gambut Black Hue 5YR 3,44 2,54
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai
sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan
Indonesia. Tanah Ultisol yaitu tanah yang memiliki kemasaman kurang dari 5,5
sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanahnya yang berperan terbesar
dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH
yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari
Tanah Ultisol umumnya mempunyai nilai kejenuhan basa < 35%, karena
batas ini merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi Tanah Ultisol menurut Soil
Taxonomy. Beberapa jenis Tanah Ultisol mempunyai kapasitas tukar kation < 16
cmol kg-1 liat, yaitu Ultisol yang mempunyai horizon kandik. Reaksi Tanah
Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 5−3,10), kecuali Tanah
Ultisol dari batu gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam (pH
6,80−6,50) ( Hermawan dkk., 2014). Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada Tanah
Ultisol dari granit, sedimen, dan tufa tergolong rendah masing-masing berkisar
antara 2,90−7,50 cmol kg-1, 6,11−13,68 cmol kg-1, dan 6,10−6,80 cmol kg-1,
sedangkan yang dari bahan volkan andesitik dan batu gamping tergolong tinggi
yang menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan mineral primer fraksi
ringan seperti kuarsa dan plagioklas yang memberikan warna putih keabuan, serta
oksida besi seperti goethit dan hematit yang memberikan warna kecoklatan hingga
merah. Makin coklat warna tanah umumnya makin tinggi kandungan goethit, dan
Berdasarkan pada tabel 4.1 tanah ultisol yang diamati memilik ph tanah
yang rendah yang berarti asam, hal sejalan dengan teori menurut Sanchez (1976)
kondisi ph tanah ultisol memiliki tingkat kemasaman tanah kurang dari 5,5, tanah
yang masam ini disebabkan oleh pelapukan mineral-mineral primer yang ada di
dalam tanah sehingga terjadinya pelepasan ion Al di dalam tanah serta curah
hujan yang cukup tinggi. Untuk warna tanah ultisol memiliki kandungan hematit
yang berkisar antara 4,47-4,75 hal ini sejalan dengan teoi yang disampaikan
Kussow (1971) menyatakan bahwa inceptisol merupakan ordo tanah yang belum
berkembang lanjut dengan ciri-ciri bersolum tebal antara 1.5-10 meter di atas
lebih lanjut pH naik menjadi kurang dari 5.0, dan kejenuhan basa dari rendah
sampai sedang. Tekstur seluruh solum ini umumnya adalah liat, sedang
strukturnya remah dan konsistensi adalah gembur. Secara umum, kesuburan dan
sifat kimia Inceptisol relatif rendah, akan tetapi masih dapat diupayakan untuk
ditingkatkan dengan penanganan dan teknologi yang tepat (Sudirja, 2007). Untuk
warna tanah inseptisol memiliki kandungan geothit yang tinggi dikarenakan warna
antara 2,54-3,44, ph tanah ini sangat rendah sesuai dengan teori yang disampaikan
oleh Kussow (1971) tanah gambut merupakan tanah yang berbahan induk dari sisa
penyusunnya berupa bahan karbon, yang mana bahan organik ini adalah rantai
karbon yang sebagian besar berupa lignin, hemiselulosa dan humik. Tanah
gambut juga bersifat sarang (porous) dan sangat ringan, sehingga mempunyai
kemampuan menyangga sangat rendah, kandungan hara relatif rendah dan banyak
(pH antara 2,7 – 5,0). Kualitas air gambut dipengaruhi oleh bahan penyusun
gambut, ketebalan, tingkat dekomposisi dan tata air serta lingkungan gambut
tersebut. Untuk warna tanah, gambut memiliki kandungan goethite yang tinggi
Keterangan:
T1 = Ultisol
T2 = Inceptisol
T3 = Gambut
A1 = Pupuk Kandang
A2 = Dolomit
A3 = Biochar
Pengamatan tinggi tanaman terlihat pada tabel 4.2 bahwa terdapat tanaman
kacang hijau yang pertumbuhan tinggi tanamannya cukup maksimal yaitu pada
merupakan tanah yang tidak memiliki banyak masalah pada sifat-sifat tanah,
sehingga dapat dikatakan sudah cukup subur, kesuburan tanah ini hanya
memerlukan perlakuan pupuk kandang sehingga sudah dapat memberikan
kacang panjang, hal ini seharusnya tidak terjadi pada perlakuan tanah gambut
yang diberi amelioran berupa dolomit, menurut Buckman (1960) dolomit dapat
menaikkan ph dari tanah gambut, dolomit yang memiliki kandungan kalsium yang
tinggi dapat mengatasi penguraian bahan organic yang tinggi pada tanah gambut
Jumlah Daun
Perlakuan Ulangan
35 HST 42 HST
T1A1 1 10 11
T1A1 2 19 21
T1A1 3 16 18
T1A2 1 - -
T1A2 2 14 16
T1A2 3 20 21
T1A3 1 - -
T1A3 2 8 9
T1A3 3 2 3
Kontrol - - -
T2A1 1 13 14
T2A1 2 12 12
T2A1 3 - -
T2A2 1 10 11
T2A2 2 14 15
T2A2 3 12 14
T2A3 1 9 10
T2A3 2 11 11
T2A3 3 10 13
Kontrol - 12 14
T3A1 1 - -
T3A1 2 - -
T3A1 3 - -
T3A2 1 8 3
T3A2 2 - -
T3A2 3 - -
T3A3 1 - -
T3A3 2 - -
T3A3 3 - -
Kontrol - - -
Keterangan:
T1 = Ultisol
T2 = Inceptisol
T3 = Gambut
A1 = Pupuk Kandang
A2 = Dolomit
A3 = Biochar
Pengamatan jumlah daun terlihat pada tabel 4.3 bahwa terdapat tanaman
kacang hijau yang jumlah daun tanamannya cukup banyak, yaitu pada tanah
tanah yang tidak memiliki banyak masalah pada sifat-sifat tanah, sehingga dapat
dikatakan sudah cukup subur, kesuburan tanah ini hanya memerlukan perlakuan
pupuk kandang sehingga sudah dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi
tanaman kacang hijau, untuk tanah gambut sendiri sangat sedikit jumlah daun dari
tanaman kacang panjang, hal ini sehrusnya tidak terjadi pada perlakuan tanah
gambut yang diberi amelioran berupa dolomit, menurut Buckman (1960) dolomit
penyiraman dan penyiangan gulma yang kurang rutin dilaksanakan menjadi faktor
Daun-daun banyak yang berguguran pada jenis tanah masam seperti tanah
mengalami kekurangan unsur hara dan keracunan Al, namun dengan pemberian
amelioran dolomit seharusnya tanaman dapat tumbuh baik dengan jumlah daun
yang banyak tetapi hal ini tidak terjadi dikarenakan perawatan tanaman yang
Keterangan:
T1 = Ultisol
T2 = Inceptisol
T3 = Gambut
A1 = Pupuk Kandang
A2 = Dolomit
A3 = Biochar
Pengamatan umur berbunga terlihat pada tabel 4.4, umur berbunga dari
tanaman kacang panjang hanya bisa diamati pada tanah ultisol yang diberi
ameliorant dolomit, serta tanah inseptisol yang diberi dolomit, untuk tanah
suatu tanaman, tidak tumbuhnya bunga pada tanah gambut dikarenakan ph tanah
yang masam mengakibatkan tanaman tidak mendapatkan unsur hara yang cukup
namun lain hal dengan tanah ultisol yang diberi perlakuan dolomit, tanaman
kacang hijau telah sampai pada fase berbunga yang sesuai yaitu pada umur 42 hari
setelah tanam, tanah ultisol mengalami kenaikan ph dengan diberinya dolomit dan
unsur phospat yang diikat oleh Al pada tanah masam dilepas dengan Al yang
berikatan dengan gugus karboksil yang terkandung pada dolomit, unsur P sangat
berperan dalam pertumbuhan generative tanaman oleh karena itu lepasnya unsur P
5.1 Kesimpulan
tanaman kacang hijau seharusnya sangat maksimal di ketiga jenis tanah dengan
pembenahan tanah tersebut dapat memperbaiki sifat fisik,sifat kimia, serta sifat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang hijau tersebut, sebut saja gulma
yang tidak disiangi serta kadar air yang tidak ditambah melalui penyiraman
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah praktikan seharusnya lebih menjaga dan
merawat tanaman dengan rajin dan rutin, dikarenakan faktor lingkungan dapat
Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4thed. Collier Macmillan Company.
New york.
Buckman, O. H., and N. C. Brady. 1960. The Nature and Properties of Soils.
Coleman, N. T., E. J. Kamprath and S. B. Weed. 1958. Soil Fertility. Agron. 10:
474-522.Fox.
Company, Inc.
Dan Umbi.
Tropic. A Wiley Interscience Publication, John Wiley and Sons. New York,
Liming for Leached Mineral Soils. Soil Sci. Soc. Amer. Proc. 34: 252-256.