Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan-
Nyalah sehingga makalah Green Chemistry “Transformasi Bahan-bahan Kimia dalam
Lingkungan ” ini dapat terselesaikan.

Makalah ini kami buat untuk mendukung pembelajaran kami dalam Mata Kuliah Green
Chemistry. Untuk itu penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah membantu baik secara langsung dan yang tidak lansung.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu
kami berharap kritik dan saran yang membangun dan kami akan terima dengan lapang dada.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Tondano, 23 November 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 3
1.3 TUJUAN ............................................................................................................................... 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TRANSFORMASI ................................................................................................................ 5
2.2 PENGANGKUTAN DAN PERUBAHAN BENTUK BAHAN PENCEMAR ................... 6
2.3 PENCEMARAN AIR ........................................................................................................... 8
2.3.1 Air dan Masalah Kesehatan Sumber Air ........................................................................ 8
2.3.2 Indikator Pencemaran Air .............................................................................................. 9
2.3.3 Syarat Air Minum ........................................................................................................ 11
2.4 PROSES INTERAKSI ZAT TOKSIK DI AIR .................................................................. 13
2.5 PENCEMARAN UDARA .................................................................................................. 15
2.5.1 Sumber Pencemar Udara dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan ................................. 16
2.5.2 Polusi udara oleh ozon (O3) .......................................................................................... 17
2.5.3 Polusi udara oleh Karbon Monoksida (CO) ................................................................. 17
2.6 PROSES INTERAKSI ZAT TOKSIK DI UDARA ........................................................... 19
2.7 PENCEMARAN TANAH .................................................................................................. 21
2.7.1 Analisis mikro dari pencemaran tanah ......................................................................... 22
2.7.2 Sumber-sumber pencemaran tanah ............................................................................... 22
2.7.3 Pengaruh pada kesehatan .............................................................................................. 23
2.7.4 Pengaruh pada sistem lingkungan ................................................................................ 23
2.8 PROSES INTERAKSI ZAT TOKSIK DI TANAH ........................................................... 27
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN ......................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 33

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita
makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Pengertian lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan
manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan
biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman
sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai
jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya.

Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan
berbagai macam benda mati yang ada di sekitar. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi
fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta
flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup,
zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi
sesuai dengan peruntukannya.

Atmosfer, air, tanah/sedimen dan rantai makanan saling berhungungan erat. Dimana
salah satu media mengalami ketidak seimbangan akan memepengaruhi komponen “medium”
yang lainnya. Proses perpindahan toksikan dari suatu medium tergantung pada sifat dari masing-
masing toksikan dan karakteristik dari medium, serta proses reaksi pada masing-masing medium.
Sifat dari toksikan meliputi : sifat fisika, kimia, dan biologis .

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan Definisi Transformasi?

2. Jelaskan tentang Transformasi Bahan-bahan Kimia dalam Lingkungan baik Air, Udara dan
Tanah?

3
1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui Definisi Transformasi

2. Untuk mengetahui tentang Transformasi Bahan-bahan Kimia dalam Lingkungan baik Air,
Udara dan Tanah

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TRANSFORMASI

Pengangkutan dan perubahan bentuk bahan toksik di lingkungan baik di udara, air, tanah
maupun dalam tubuh organisme (merupakan bagian utama penyususn ekosfer bumi) sangat
dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia bahan tersebut. Perilaku serta pengaruh bahan toksik di
lingkungan berhubungan dengan dinamika keempat bagian utama penyusun ekosfer tersebut.
Bahan toksik yang ada di lingkungan pada umumnya mengalami perpindahan dari satu bagian
utama ekosfer ke bagian utama ekosfer lainnya. Perpindahan atau transformasi bahan toksik
dilingkungan dapat berupa transformasi fisik, kimia dan biologis.

Transformasi atau perpindahan bahan toksik di lingkungan yang terjadi secara fisik
antara lain dapat melalui proses: perpindahan meteorologik, pengambilan biologis, penyerapan,
volatilisasi, aliran, pencucian dan jatuhan. Transformasi kimia dapat melalui proses fotolisis,
oksidasi, hidrolisis dan reduksi, sedangkan transformasi biologis berlangsung melalui proses
biotransformasi.

Penyebaran bahan toksik di lingkungan perairan sangat dipengaruhi oleh sejumlah proses
pengangkutan seperti evaporasi (penguapan), presipitasi, pencucian dan aliran. Penguapan akan
menurunkan konsentrasi bahan toksik dalam air, sedangkan presipitasi, pencucian dan aliran
cenderung meningkatkan konsentrasi bahan toksik.

Dalam ekotosikologi diketahui bahan-bahan toksik yang berupa senyawa kimia organik
yang menimbulkan pengaruh merugikan lingkungan perairan antara lain: protein, karbohidrat,
lemak dan minyak, pewarna, asam-asam organik, fenol, deterjen dan pestisida organik. Pengaruh
negatif senyawa kimia organik terhadap organisme perairan dipengaruhi oleh banyak faktor,
seperti konsentrasi senyawa kimia, kualitas fisika-kimia air, jenis dan kondisi organisme air serta
lama organisme terpapar senyawa kimia tersebut.

Ekotoksikologi pencemar dianggap sebagai suatu rentetan interaksi dan pengaruh yang
diatur oleh sifat-sifat kimia dan fisikanya. Pencemar yang dilepaskan kelingkungan dapat
mengalami hamburan fisik di atmosfer, air atau tanah dan sedimen bergantung pada sifat-sifat
fisika-kimianya. Pada waktu yang sama, dapat termodifikasi secara kimia dan terdegradasi
dengan proses abiotik atau lebih sering oleh jasad renik yang ada dalam lingkungan. Seringkali
hasil degradasi tidaklah berbahaya, namun kadang-kadang mereka sendiri dapat memiliki
dampak buruk yang lebih besar dari pencemar aslinya. Dalam beberapa kasus, lingkungan dapat
dimodifikasi oleh proses degradasi daripada oleh pencemar itu sendiri. Sebagai contoh, dalam
air, degradasi bahan organik seperti karbohidrat menghasilkan hilangnya oksigen terlarut dalam
massa air karena bertambahnya kegiatan jasad renik.

5
Adanya polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem), dalam waktu singkat, dapat
menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya perubahan tersebut dapat
mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme, perubahan populasi, komposisi
komunitas, dan fungsi ekosistem. Perubahan biokimiawi sampai dengan ekosistem menunjukkan
adanya peningkatan waktu respon terhadap bahan kimia, peningkatan kesulitan untuk
mengetahui hubungan respon dengan bahan kimia spesifik, dan increasing importance.

2.2 PENGANGKUTAN DAN PERUBAHAN BENTUK BAHAN PENCEMAR

Pengangkutan dan perubahan bentuk bahan pencemar didalam lingkungan dihubungkan


dengan :

1. sifat fisik dan kimia tercemar,

2. proses pengangkutan didalam lingkungan dan

3. proses perubahan bentuk bahan pencemar.

Masuknya bahan kimia kedalam lingkungan menyebabkan perpindahan secara


kompertemen untuk membentuk keseimbangan yang tergantung pada sifat fisika kimia zat
tersebut. Sebagai contoh, dalam pergerakan suatu zat kimia yang melewati peralihan tanah, sifat
sifat kelarutan, koefisien partisi dan temperatur merupakan faktor faktor yang nyata.

Pergerakan suatu zat kimia mula mula merupakan fungsi dari cirri proses pengangkutan
kompartemen (udara, air, tanah dan biota) tersebut. Selanjutnya pergerakannya mengikuti
parameter hidrologi yang tepat, sehingga terdapat proses pergerak zat kimia dari suatu bentuk
lainnya atau untuk mendegradasi zat kimia tersebut. Sebagai contoh, sistem perairan
memindahkan zat zat sejauh mana air bergerak, baik dalam laturan maupun terserap dalam
partikel .

Bahan pencemar yang terlepas ke lingkungan, akhirnya akan menjadi sumber


toksikoekologi setelah berinteraksi dengan ekosfir yang terdiri dari udara, air, tanah dan biota.
Akhirnya akan menjadi toksikoekologi (racun lingkungan). Racun yang ada di lingkungan ini
akan sampai ke manusia. Bahan pencemar yang terlepas ke lingkungan akan mengalami
perubahan bentuk secara kimia, fisikamaupun biologis. Perubahan bentuk tersebut mengikuti
proses berikut ini.

Proses yang terjadi di:

Udara : Reaksi Fotolisis

Tanah : Fotolisis Degradasi

6
Air : Hidrolisis,Fotolisis, Degradasi, Oksidasi, Microbial

Proses yang terjadi dan perubahan bentuk bahan pencemar menjadi senyawa toksik :

Ekosfer Perpindahan Proses perubahan bentuk

Udara Perpindahan meteorologis difusi, dispersi, Fotolisis


presipitasi/jatuhan
Oksidasi

Air Penyerapan Fotolisis

Penguapan Oksidasi

Pengambilan biologis Meabolisme/ biodegradasi

Tanah Penyerapan sedimen Hidrolisis, oksidasi

Aliran pencucian Fotolisis, reduksi

Pengambilan biologis Metabolisme, biodegradasi

Mengenai proses yang terjadi di lingkungan adalah sebagai berikut :

No. Proses Penyebab

1. Perpindahan titik

Perpindahan meteorologis Kecepatan angin

Pengambilan biologis Biomasa

Penyerapan Kandungan organik tanah (sedimen, kandungan massa


sistem perairan

Volatilisasi Gerakan perputaran, laju penguapan, koefisisen aerasi


kembali, kandungan organik tanah

Aliran Laju presipitasi

7
Pencucian Koefisien penyerapan (adsorbsi)

Jatuhan Kepekatan partikulat, keceptan angin

2. Kimiawi

Fotolisis Penyinaran matahari, transmisi air / udara

Hidrolisis pH, kebasaan atau keasaman tanah/sedimen

Reduksi Kepekatan oksigen, kepekatan ion besi dan keadaan


pengompleksan

3. Biologis

Biotransportasi Populasi mikroorganisme dan tingkat aklimasi

2.3 PENCEMARAN AIR

Sebagian besar dari bumi sekitar 70% tertutup oleh air. Air di bumi akibat cuaca ada
dalam tiga bentuk: bentuk padat (es), bentuk cair dan bentuk gas/uap air. Sebagian besar air
berada dalam lautan. Air adalah sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan manusia.
Manusia boleh menahan lapar untuk jangka waktu lama tetapi tidak dapat menahan dahaga untuk
beberapa jam karena dapat menyebabkan dehidrasi dan berakibat fatal.Sekitar 70% berat badan
manusia terdiri dari air. Darah mengandung 80% air,tulang 25%, urat syaraf 75%, ginjal 80%,
hati 70%, otot 75%. Makhluk hidup yang ada dibumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan
air, karena air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Air yang bersih
sangat dibutuhkan oleh manusia. Air dibumi relatif tetap jumlahnya tetapi yang menjadi langkah
adalah air bersih tanpa kontaminasi. Siklus hidrologis mensuplai daerah daratan dengan air
melalui penguapan. Air menguap akibat panas sinar matahari. Penguapan terjadi pada air
permukaan, air dalam lapisan tanah bagian atas (evaporasi), air di dalam tumbuhan (transpirasi),
hewan dan manusia (transpirasi/berkeringat, respirasi). Uap air ini akan masuk atmosfir menjadi
awan (kondensasi) yang pada kondisi cuaca tertentu mendingin dan berubah menjadi partikel-
partikel air yang kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan mengalir masuk ke dalam air
permukaan (runoff), dapat meresap ke dalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah.

2.3.1 Air dan Masalah Kesehatan Sumber Air

1. Air hujan

8
Air yang berasal dari angkasa merupakan sumber utama air di bumi. Meskipun pada saat
kondensasi/presipitasi merupakan air yang paling bersih tetapi akibat pencemaran waktu turun ke
bumi maka air hujan dapat mengandung mikroorganisme, partikel debu, gas (S2O3, NH3, CO2,
N2O2, O2). Kelarutan gas CO2 dan S2O3 di dalam air hujan mengakibatkan air hujan bersifat
asam (hujan asam/acid rain). Gas CO2 + air hujan → asam karbonat Gas S2O3 + air hujan →
asam sulfat Gas S2O3 + air hujan → asam nitrit Keadaan ini menyebabkan air hujan yang jatuh
ke bumi tidak murni lagi.

2. Air permukaan tanah

Air permukaan dapat berupa air tertampung (waduk, danau, empang, sumur, telaga) atau
yang mengalir (sungai, kali, parit), sumur dangkal juga merupakan air permukaan tanah. Air
permukaan adalah salah satu sumber yang dapat dijadikan bahan baku air bersih, dengan
memperhatikan mutu air baku, banyaknya air baku dan kontinuitasnya. Air tanah dalam
alirannya dipermukaan telah mengalami berbagai pencemaran terutama yang dekat dengan
pemukiman dan kegiatan manusia. Air disebut tercemar bilamana telah berubah komposisi atau
keadaannya secara langsung atau dibandingkan dengan apabila air itu berada dalam keadaan
alamiah (menurut KEY 1967). Jhon Pickford (1978) menyatakan bahwa terjadinya pencemaran
semata-mata akibat kegiatan manusia. Tanah, rumput, ganggang/algae dan pengotor alamiah lain
yang turut mengotori air digolongkan sebagai kotoran dan bukan pencemaran. Pencemaran air
dapat berupa:

 Kotoran manusia dan hewan (mengandung bibit penyakit)


 Air limbah pertanian (mengandung pupuk dan pestidida)
 Air limbah rumah tangga (mengandung sisa makanan, detergen, sabun, sampo)
 Air limbah industri (mengandung bahan kimia, mineral, pewarna, racun)

3. Air Tanah

Merupakan air hujan yang meresap ke dalam tanah, mengalami penyaringan alamiah dari
berbagai lapisan tanah dan batuan sehingga berubah sifatnya. proses penyerapan (perkolasi)
dalam perjalanan ke dalam tanah membuat air tanah lebih baik dan lebih murni dari air
permukaan, tetapi air tanah juga melarutkan mineral yang ada dalam lapisan tanah dan batuan
sehingga kadar mineralnya tinggi. Air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu
dilakukan purifikasi atau penyernihan karena proses filtrasi alamiah selama peresapannya dalam
tanah.

2.3.2 Indikator Pencemaran Air

Air bersih adalah air yang tidak mengalami pencemaran. Pencemaran air biasanya terjadi
apabila air sudah menyimpang dari keadaan normalnya sehingga tidak layak untuk digunakan
apalagi dikonsumsi. Indikator pencemaran air dapat diamati melalui adanya :

9
1. Perubahan suhu air

2. Perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen

3. Perubahan warna, bau, dan rasa air

4. Timbulnya endapan, koloid, dan bahan terlarut

5. Adanya mikroorganisme

6. Adanya zat radioaktif di dalam air

1. Perubahan suhu air

Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses di sertai dengan timbulnya panas reaksi
atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesinmesin yang menunjang
kegiatan industri dapat berjalan dengan baik maka panas yang terjadi harus dihilangkan biasanya
melalui proses pendinginan. Akibatnya air yang dingin akan mengambil panas sehingga air yang
panas jika dibuang ke sungai mengakibatkan sungai menjadi panas. Air sungai yang suhunya
meningkat akan mengganggu kehidupan mahkluk air,karena kadar oksigen yang terlarut dalam
air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu melalui proses difusi. Makin tinggi suhu air
makin sedikit oksigen yang terlarut didalamnya sehingga menggangu biota air.

2. Perubahan pH

Air normal yang memenuhi syarat untuk kehidupan pH-nya berkisar antar 6,5–7,5. Air
dapat bersifat asam atau basa tergantung pH. Air dengan pH lebih kecil dari normal bersifat basa,
bila sebaliknya air bersifat asam. Air yang terlalu asam atau terlalu basa bisa mengganggu
kehidupan organisme di alam dan tidak layak untuk dikonsumsi sebagai air bersih atau air
minum.

3. Perubahan warna, bau, dan rasa

Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, berbau, berasa sehingga
tampak bening dan jernih. Perubahan warna, bau dan rasa air disebabkan oleh degradasi zat
organik dan anorganik sisa buangan industri. Tetapi warna air yang tidak berubah belum tentu
bersih.masih ada faktor penentu lainnya (kuman penyakit). Air yang berbau biasanya dapat
disebabkan karena hasil degradasi bahan buangan oleh mikroba yang ada di dalam air yang
mengubah bahan buangan organik terutama gugus protein menjadi bahan yang mudah menguap

10
dan berbau. Air normal yang dapat digunakan untuk kehidupan biasanya bau dan warna akan
berpengaruh terhadap rasa.

4. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut

Bahan sisa buangan industri dapat berupa endapan dan koloid yang biasanya terbentuk
dari bahan buangan organik. Bahan buangan anorganik yang terlarut dalam air mengakibatkan
air mendapat tambahan ion-ion logam yang umumnya berbahaya karena bersifat racun seperti:
Hg, Cd, Cr, Pb.

5. Adanya mikroorganisme

Jika bahan sisa buangan yang terlarut dalam jumlah banyak akan memicu pertumbuhan
berbagai macam mikroorganisme baik yang patogen maupun non patogen. Mikroba patogen
yang berkembang akan menyebabkan timbulnya penyakit.

6. Adanya zat radioaktif di dalam air

Zat radioaktif dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan apabila
terjadi proses biomagnifikasi di dalam organisme akuatik. Besar kecilnya masalah sangat
tergantung pada kadar magnifikasi, peran organisme akuatik dalam rantai makanan dan lama
waktu paruh zat radioaktif. Efek langsung zat radioaktif dapat menimbulkan kerusakan pada sel
yang terpapar, berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Perubahan genetis dapat
menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi genetika. Sinar alpha sulit menembus
kulit sehingga efeknya bersifat lokal,apabila tertelan lewat minuman dapat terjadi kerusakan
pada sel-sel saluran pencernaan. Sinar beta dapat menembus kulit sehingga kerusakan dapat
lebih dalam dan luas, kerusakan tergantung intensitas sinar, frekuensi dan luasnya pemaparan.

2.3.3 Syarat Air Minum

Air yang ada di alam hampir semuanya telah terkontaminasi dan tidak murni secara
alamiah dengan berbagai bahan yang ada di alam, maka penting dalam keadaan bagaimanapun
harus diusahakan air yang ada sebelum dikonsumsi diolah sehingga syarat yang dibutuhkan
tersebut harus terpenuhi, atau paling tidak mendekati syarat-syarat yang dikehendaki. Syarat-
syarat air minum sebagai berikut:

1. Syarat fisik

Air yang sebaiknya dipergunakan untuk minum ialah air yang tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sedemikian rupa
sehingga menimbulkan rasa nyaman.

2. Syarat bakteriologis

11
Secara teoritis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan
terkontaminasi dengan bakteri, terutama yang bersifat patogen. Namun dalam kehidupan sehari-
hari, amat sukar untuk menentukan apakah air tersebut benarbenar suci hama atau tidak. Karena
itulah, untuk mengukur apakah air minum bebas dari bakteri atau tidak, pegangan yang dipakai
ialah E. Coli. Tergantung dari cara pemeriksaan yang dilakukan, maka jumlah E. Coli yang
masih dibenarkan terdapat dalam sumber air minum bermacam-macam. Pada pemeriksaan air
minum dengan memakai prosedur Membrane Filter Technque, maka 90% dari contoh air yang
diperiksa selama 1 bulan, harus bebas dari E. Coli. Yang mengandung E coli, jumlah kuman ini
tidak boleh lebih dari 3 untuk setiap 50 cc air, tidak boleh lebih dari 4 untuk setiap 100 cc air,
tidak boleh lebih dari 7 untuk setiap 200 cc air, serta tidak boleh lebih dari 13 untuk setiap 500 cc
air. Apabila terjadi penyimpangan dari ketentuan maka air dianggap tidak memenuhi syarat dan
perlu penyelidikan lebih lanjut sebelum digunakan.

3. Syarat kimia

Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia
ataupun mineral, terutama oleh zat-zat ataupun mineral yang berbahaya bagi kesehatan.
diharapkan zat atau bahan kimia yang terdapat di dalam air minum, tidak sampai menimbulkan
kerusakan pada tempat penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan kimia dan atau mineral
yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam
sumber air minum tersebut.

Contoh Kasus Pencemaran Air

Minamata Disease

Minamata menjadi terkenal di seluruh dunia setelah diketahui adanya keracunan merkuri
dan merupakan salah satu kasus lingkungan terbesar. Kasus keracunan merkuri sulfat yang
digunakan sebagai katalis dalam industri vinil chloride dibuang ke dasar laut di teluk minamata,
selanjutnya diubah oleh mikroorganisme anaerobic menjadi CH3HG+ atau (CH3)2Ha yang
bersifat sangat volatile dan dilepaskan dari Lumpur/pasir pada dasar laut ke air di sekitarnya.
(CH3)2Hg merupakan komponen yang stabil di dalam larutan alkali, tetapi pada kondisi asam
akan berubah menjadi CH3Hg+. Ion tersebut bersifat larut di dalam air dan mengumpulkan di
dalam organisme hidup-di tenunan lemak-yang selanjutnya dapat terikat pada grup sulfur pada
molekul di dalam enzim dan dinding sel sehingga merusak system enzim dan membrane dinding
sel. Mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum di ketahui secara jelas.

Selain itu, pernah juga terjadi di Irak (1961), Pakistan Barat (1963), Guatemala (1966),
Nigata Jepang (1968). Keracunan di daerah tersebut terutama disebabkan oleh konsumsi ikan
yang tercemar merkuri atau mengonsumsi biji-bijian yang diberi perlakuan dengan merkuri.
Berkaitan dengan mekanisme keracunan merkuri ini, menurut Pramudya Sunu (2001) dalam
karyanya "Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001", menyebutkan bahwa

12
mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan jelas. Namun, untuk daya
racun merkuri dapat diinformasikan sebagai berikut:

 Pertama, kerusakan tubuh yang disebabkan oleh merkuri pada umumnya bersifat
permanen.
 Kedua, masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik yang
berbeda seperti daya racunnya, distribusi, akumulasi atau pengumpulan, dan waktu
retensinya (penyimpanan) di dalam tubuh.
 Ketiga, semua komponen merkuri dalam jumlah cukup, maka akan beracun terhadap
tubuh.
 Keempat, merkuri dapat berpengaruh terhadap tubuh, karena dapat menghambat kerja
enzim dan menyebabkan kerusakan sel. Sifat-sifat membran dari dinding sel akan rusak
karena pengikatan dengan merkuri, sehingga aktivitas sel dapat terganggu.
 Kelima, transformasi biologi dapat terjadi pada lingkungan atau di dalam tubuh, di mana
komponen merkuri diubah menjadi bentuk lain.

2.4 PROSES INTERAKSI ZAT TOKSIK DI AIR

Proses interaksi zat toksik di air

Perpindahan :

1. Penyerapan

Umumnya hanya bagian zat yang berada dalam bentuk terlarut, terdispersi secara
molekul yang dapat diabsorbsi. Penyerapan ini sangat ditentukan oleh faktor kadar zat dan
lamanya bersentuhan antara zat yang terdapat dalam bentuk yang dapat diabsorpsi dengan
permukaan organisme yang berkemampuan mengabsorbsi zat tersebut. Pada pencemaran
lingkungan, bagian dosis yang dapat diabsorbsi menentukan derajat eksposisi yang
efektif terhadap organisme.

2. Pengupan

Penguapan dalam proses interaksi zat toksik dalam air dipengaruhi oleh dinamika
ekosistem lingkungan. Seperti halnya pada pestisida dikenal istilah residu. Sedangkan residu itu
sendiri merupakan bahan kimia pestisida yang terdapat di atas atau di dalam suatu benda dengan
implikasi penuaan (aging), perubahan (alteration) atau kedua-duanya. Residu dapat hilang atau
terurai dan proses ini kadang-kadang berlangsung dengan derajat yang konstan. Faktor-faktor

13
yang mempengaruhi ialah penguapan, pencucian, pelapukan (weathering), degradasi enzimatik
dan translokasi.

3. Pengambilan biologis

Perubahan bentuk :

1. Fotolisis

2. Hidrolisis

Peroses hidrolisis yang terjadi didalam air dimana terjadi peningkatan nilai pH dalam air,
Peningkatan pH terjadi saat proses hidrolisis dimana H+ digunakan untuk mengkatalisis reaksi
pemutusan ikatan pada polisakarida, lipid dan protein. Peningkatan pH menunjukkan adanya
kegiatan mikroorganisme menguraikan bahan organik seperti karbohidrat yang diuraikan
menjadi glukosa. Setelah itu terjadi proses asidogenesis dan asetogenesis. Tahap asidogenesis
dilakukan oleh berbagai kelompok mikroorganisme, yang mayoritas adalah mikroorganisme
obligat anaerob dan anaerob fakultatif. Pada proses ini terjadi penurunan pH karena adanya asam
organik yang dihasilkan seperti asam butirat, propionat, dan asetat. Selanjutnya pH cenderung
mengalami peningkatan karena asam organik diuraikan menjadi metana dan karbondioksida.

3. Oksidasi

Potensial redoks (reduksi dan oksidasi) yang menggambarkan aktivitas elektron di


perairan adalah potensi larutan untuk mentransfer elektron dari suatu oksidan kepada reduktan
(Libes 1992; Kester 2001). Reduksi-oksidasi atau potensial redoks adalah pengukuran kuantitatif
reduksi-oksidasi dari suatu sistem yang dapat diukur dengan elektroda platina dan merupakan
elektroda standar 39 hidrogen (Kester 2001). oksidasi adalah proses kehilangan elektron dari
suatu persenyawaan kimia dari substansi atau dari atom dan radikalnya. Dalam reaksi redoks,
oksigen bersifat sebagai penerima elektron.

Metabolisme :

Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air dan
menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Selain itu,
peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi

14
organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme
perairan, dan akhirnya mengakibatkan penurunan kandungan oksigen terlarut.

Biodegradasi :

Biodegradasi didefinisikan sebagai suatu proses oksidasi senyawa organik oleh


mikroorganisme, baik di tanah, perairan, atau pada instalasi pengolahan air limbah Biodegradasi
terjadi karena bakteri dapat melakukan metabolisme zat organik melalui sistem enzim untuk
menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi. Energi digunakan untuk sintesis, motilitas, dan
respirasi.

2.5 PENCEMARAN UDARA

Udara yang bersih adalah udara yang cukup akan kebutuhan oksigen (O2) yang kita
butuhkan untuk proses fisiologis normal. Apabila kita menghisap udara dalamdalam, sekitar 99%
dari udara yang kita hirup adalah gas nitrogen dan oksigen. Kita juga menghirup gas lain dalam
jumlah yang sangat sedikit, dimana gas tersebut adalah termasuk gas pencemar. Didaerah
perkotaan yang ramai, gas pencemar berasal dari asap kendaraan, gas buangan pabrik,
pembangkit tenaga listrik, asap rokok dan sebagainya yang erat hubungannya dengan aktivitas
kehidupan manusia. Atmosfer buni bumi adalah gas yang melapisi bumi yang terbagi dalam
beberapa lapis. Lapisan yang paling dalam disebut troposfer (tebalnya 17 Km diatas permukaan
bumi), mengandung udara yang kita hirup yaitu 78% nitrogen (N2), 21% oksigen (O2) dan
sisanya gas argon <1% dan CO2 0,035%. Terdapat juga uap air (H2O) sekitar 0,01% didaerah
subtropis dan sekitar 5% didaerah tropis yang lembab. Bahan kimia diudara yang berpengaruh
negatif pada makhluk hidup dikategorikan sebagai pencemar udara. Ada banyak jenis pencemar
udara, tetapi yang penting ada 5 jenis yaitu:

- Ozone (O3)

- Oksida karbon (CO, CO2)

- Oksida belerang (SO2, SO3)

- Oksida nitrogen (NO, NO2, N2O)

- Partikel ( debu, asam, timbal, pestisida dsb.) Masing-masing pencemar udara tersebut
diklasifikasikan sebagai pencemar udara primer (misalnya SO2) dan sekunder (misalnya H2SO4).
Bahan pencemar udara tersebut melayang diudara selama beberapa waktu bergantung dari
diameternya. Partikel sangat kecil berbahaya pada kehidupan karena dapat meresap paru dan
juga pembawa substansi toksik penyebab kanker.

15
2.5.1 Sumber Pencemar Udara dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan

Polusi udara banyak berpengaruh terhadap kehidupan manusia baik orang dewasa
maupun anak. Selama beberapa tahun belakangan ini kejadian penyakit baik dalam jumlah yang
terserang maupun jenis penyakit yang menyerang terus meningkat. Penyakit asthma diduga
adalah penyakit yang meningkat jumlah penderitanya, tetapi penyakit lain seperti alergi,
bronchitis dan penyakit saluran pernafasan bagian atas (ispa) juga meningkat dengan tajam.
Penyebab meningkatnya penyakit tersebut sangat diduga oleh terjadinya pencemaran lingkungan.
Disamping itu penderitanya kebanyakan terjadi pada anak-anak, sehingga timbul pertanyaan:

- Mengapa anak lebih peka terhadap pencemaran udara?

- Polutan yang mana yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia (anak dan dewasa)?

- Bagaimana kita dapat mengurangi pengaruh pencemaran udara terhadap anakanak? Ada
banyak perbedaan antara anak-anak dengan orang dewasa terhadap respon pencemaran udara
ini., yaitu:

- Anak-anak menghirup udara lebih banyak untuk setiap unit berat badannya daripada orang
dewasa. Bilamana anak dan orang dewasa berolah raga (misalnya sepak-bola), anak menghisap
udara 20-50% lebih banyak daripada orang dewasa.

- Orang dewasa yang menghisap udara polutan akan langsung menimbulkan reaksi batuk, sakit
tenggorokan, sakit kepala. Tetapi anak tidak merasakan gejala tersebut, hal tersebut tidak
mencerminkan bahwa orang dewasa lebih peka, tetapi menunjukkan bahwa reaksi tubuh orang
dewasa lebih cepat untuk mencegah menghisap udara kotor tersebut.

- Orang dewasa menghabiskan waktu 85-95% di dalam ruangan, sedangkan anak banyak
bermain di luar ruangan sekitar 80%

- Yang paling penting ialah anak dalam masa pertumbuhan. Bersamaan dengan bertambah besar
dan bertambah beratnya badan, paru-paru mereka juga berkembang. Dalam hubungannya dengan
pencemaran udara ini paru-paru berperan sangat penting dan merupakan organ yang komplek.
Paru terdiri lebih dari 40 jenis sel, dimana setiap sel sangat penting untuk memelihara kesehatan
tubuh. Polusi udara menyebabkan terjadinya perubahan pada sel yang menimbulkan kerusakan
karena sel tersebut sangat peka terhadap bahan kimia. Bila sel paru rusak pada anak maka
perkembangan akan terganggu dan paru tidak berfungsi normal pada saat tubuh menjadi dewasa.
Pada beberapa penelitian di Amerika, melaporkan bahwa bila anak menderita penyakit asthma,
anak tersebut mempunyai resiko besar menderita penyakit asthma yang lebih parah bila ia hidup
didaerah terpolusi, dengan kadar ozon dan partikel udara melebihi normal di udara, terutama bila
ia melakukan olah raga.

16
2.5.2 Polusi udara oleh ozon (O3)

Ozon merupakan molekul kimia yang terdiri dari 3 atom oksigen yang saling melekat dan
merupakan bahan yang berenergi. Bila ozon berkontak dengan permukaan bahan maka ia dapat
cepat mengeluarkan energi kimia yang kuat. Bila hal ini terjadi pada jaringan biologik terutama
saluran nafas, energi ini akan menyebabkan kerusakan pada jaringan yang sensitif tersebut baik
pada saluran nafas bagian atas (trachea) maupun bagian bawah (paru-paru). Karena bentuk
molekul ozon adalah hasil dari energi solar (matahari) dengan reaksi photokimia dari polutan,
maka tidak mengherankan bila konsentrasi ozon di udara meningkat pada saat matahari bersinar
terik, sehingga konsentrasi ozon mencapai puncaknya pada tengah hari. Standar konsentrasi di
udara telah ditentukan di Amerika yaitu 0,08 ppm akan mengganggu kesehatan bila kondisi
tersebut berlanjut sampai 8 jam, efeknya ialah sebagai berikut:

- Mengiritasi hidung dan tenggorokan

- Meningkatkan ekskresi mukus pada saluran nafas sehingga menimbulkan batuk berdahak

- Mengiritasi mata dan sakit kepala

- Pada beberapa saat menimbulkan sakit pada dada dan sulit untuk mengambil nafas dalam-
dalam. Seperti halnya oksigen, ozon mudah larut dalam cairan yang melapisi saluran nafas.
Tetapi beberapa molekul ozon dapat berpenetrasi kedalam alveoli paru. Dinding alveoli akan
teriritasi dan menimbulkan respon imun dimana sel makrofag masuk kedalam alveoli untuk
melindungi alveoli dari bahan toksik tersebut. Hal tersebut menyebabkan dinding alveoli
menebal. Bila ozon yang terhirup dalam waktu yang cukup lama, akan dapat menyebabkan
kerusakan paru yang permanen.

2.5.3 Polusi udara oleh Karbon Monoksida (CO)

Pencemaran CO paling banyak disebabkan oleh gas buang kendaraan bermotor dan emisi
dari pabrik atau industri dan pembangkit tenaga listrik. Di dalam rumah juga sering terjadi
pencemaran oleh CO yang disebabkan oleh gas untuk memasak, untuk pemanas air dan pemanas
ruangan. Asap rokok juga merupakan sumber utama dari pencemaran CO ini. Asap dari
tembakau dapat mengandung karbon monoksida sampai 1000-5000 ppm. Karbon monoksida
didalam rumah orang yang perokok berat kandungannya akan lebih besar dari pada diluar rumah,
sehingga efeknya sangat berbahaya pada anak. Badan proteksi lingkungan (EPA) menentukan
standar kualitas kandungan CO di udara berdasarkan hasil penelitian epidemiologi toksisitas CO.
Konsentrasi karbon monoksida harus tidak melebihi 9 ppm selam 8 jam berturut-turut dan tidak
boleh melebihi 20 ppm dalam periode waktu 1 jam. Toksisitas karbon monoksida Di laporkan
banyak terjadi keracunan CO setiap tahunnya berupa kasus kematian dan sakit berat, baik di
dalam rumah/garasi mobil maupun pencemaran udara oleh gas buang industri. Kasus yang
dilaporkan bahwa keracunan CO gejalanya mirip sakit flu. Pada kenyataannya kasus toksisitas

17
CO ini sebenarnya masih banyak lagi, karena keracunan CO ini sangat fatal akibatnya sehingga
disebut “silent killer”, karena bahan kimia gas ini tidak berbahu, tidak berwarna dan sangat
toksik. Pada toksisitas kronis, toksisitas terjadi karena orang menghirup udara yang mengandung
CO rendah (5-6 ppm) tetapi berlangsung lama, sehingga kandungan CO dalam darahnya juga
rendah. Hal tersebut dapat berlangsung berhari-hari, bulan, bahkan bertahun-tahun. Gejala yang
ditimbulkan dari efek toksisitas kronis ini adalah:

- sakit kepala

- pening, berkunang-kunang

- lemah, ngilu persendian

- mual dan muntah-muntah

- sesak nafas terutama waktu berolah raga

- bingung dan susah berfikir

- tachycardiua

- gangguan penglihatan

Pada kenyataannya toksisitas kronis CO ini sulit di diagnosis terutama oleh dokter atau
tenaga medis yang belum berpengalaman. Kadang dari gejalanya di diagnosis sebagai infeksi
penyakit viral atau bakterial pada paru atau gastrointestinal atau syndrom lainnya. Gejala yang
mirip sering terjadi pada satu individu dan gejala tersebut menurun kemudian menghilang
dengan sendirinya pada saat polusi lingkungan tersebut telah menurun. Kandungan CO dalam
darah (COHb) kadang tidak terlihat meningkat pada saat kadar CO di udara telah hilang,
sehingga pengukuran CO di udara tidak terdeteksi. Mekanisme toksisitas CO Bentuk molekul
karbon monoksida adalah satu atom oksigen menempel pada satu atom karbon. Bila karbon
monoksida ada didalam udara dimana udara tersebut dihirup oleh orang maka molekul tersebut
masuk kedalam saluran nafas terus kedalam paru-paru dan kemudian akan menempel pada
haemoglobin darah (COHb). Ikatan CO dengan Hb tersebut sangat kuat yaitu 250x lebih kuat
daripada ikatan dengan oksigen (O2). Didalam paru, CO terikat dengan sel darah merah pada
tempat dimana oksigen biasanya terikat. Darah membawa sel darah yang didistribusikan
kesemua jaringan, tetapi dia tidak dapat mendistribusikan O2, sehingga jaringan akan kekurangan
O2. Jaringan biasanya menerima supply oksigen dari darah tersebut, tetapi pada kasus toksisitas
CO ini menyebabkan jaringan tidak menerima oksigen sama sekali. Hal tersebut menyebabakan
sel dalam jaringan tersebut tersebut akan mati (nekrosis). Lama hidup dari sel darah adalah 120
hari, sehingga ia akan diganti oleh sel darah baru (dari sumsum tulang).

18
2.6 PROSES INTERAKSI ZAT TOKSIK DI UDARA

Proses interaksi zat toksik di Udara

Perpindahan :

1. Meterologis

Faktor meteorologis mempunyai peranan yang penting dalam menentukan kualitas udara
di suatu daerah. Kondisi atmosfer sangat ditentukan oleh berbagai faktor meteorologis, seperti
kecepatan dan arah angin, kelembaban, suhu udara, tekanan udara, dan aspek tinggi permukaan.
Kadar gas pencemar di udara selain dipengaruhi oleh jumlah sumber pencemar, parameter
meteorologi juga mempengaruhi kadar gas pencemar di udara sehingga kondisi lingkungan tidak
dapat diabaikan. Kecepatan angin, suhu udara dan kelembaban udara adalah bagian dari
parameter meteorologi yang dapat mempengaruhi kadar gas pencemar di udara. Kecepatan angin
menentukan kedalaman seberapa banyak udara pencemar tersebut mula-mula tercampur dan
ketidak teraturan kecepatan serta arah angin menentukan laju penyebaran pencemar ketika
terbawa dalam arah angin. Faktor ini yang menentukan suatu daerah akan tercemar dan seberapa
cepat kadar pencemar menipis akibat pencampuran dengan udara lingkungan setelah bahan
tersebut meninggalkan sumbernya. Faktor meteorologis akan menentukan penyebaran pencemar
di udara ambien, baik yang berasal dari emisi sumber tidak bergerak maupun dari sumber
bergerak. Kondisi meteorologi akan menentukan luasan penyebaran pencemar, pola penyebaran,
dan jangkauan penyebaran serta jangka waktu penyebarannya.

2. Difusi

Difusi merupakan peroses penyebaran zat pencemar di udara. Kondisi atmosfer sangat
berpengaruh terhadap proses laju difusi atau penyebaran bahan pencemar baik secara vertikal
maupun horizontal. Proses difusi zat polutan di udara terbagi dua yaitu difusi molekuler adalah
perjalanan penyerapan zat ke dalam atmosfer melalul kontak molekul, pada umumnya perjalanan
lambat. Difusi turbulensi adalah penyerapan atau peresapan zat ke dalam atmosfer karena adanya
proses turbulensi. Proses turbulensi adalah gerakan massa udara berpusar, sehingga mempercepat
penyerapan dan peresapan zat pencemar ke dalam atmosfer Dalam proses difusi, peranan
stabilitas. atmosfer sangat penting. Perbedaan nilai stabilitas atmosfer akan menghasilkan
perbedaan pola penyebaran atau menghasilkan bentuk kepulan yang berbeda sehngga
menghasilkan jarak jangkau dan kemampuan difusi yang berbeda-beda.

19
3. Disfersi

Proses dispersi polutan di atmosfer melibatkan tiga mekanisme utama, yaitu gerakan
global, fluktuasi turbulensi dan difusi polutan terhadap lingkungan sekitar akibat perbedaan
konsentrasi. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses dispersi polutan itu sendiri
diantaranya adalah faktor atau aspek meteorologis, sifat fisis dan sifat kimia zat polutan, kondisi
geografi serta topografi sumber polutan. Karakteristik polutan sangat menentukan keberadaan
dan perilaku polutan itu sendiri di atmosfer. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari kondisi
fisis dan dinamis atmosfer. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan
campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk
kemudian terdispersi ke udara dan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Selain faktor angin, suhu
juga turut berpengaruh dalam proses dispersi polutan. Suhu merupakan energi kinetik rata-rata
dari pergerakan molekul-molekul, sementara panas adalah salah satu bentuk energi yang
dikandung oleh suatu benda.

4. Presipitasi atau jatuhan

Presipitasi merupakan peristiwa di mana terjadi peroses diatmosfer seperti hujan ataupun
salju, lapisan kabut, turbulensi, serta karakteristik permukaan merupakan faktor utama dalam
pembersihan atmosfer sehingga zat pencemar dapat terendapkan Proses pembersihan atau
penghilangan zat pencemar ini terjadi melalui dua mekanisme, yaitu rain out dan wash out. Rain
out terjadi pada saat proses kondensasi dengan partikel pencemar sebagai butir kondensasi.
Sedangkan wash out terjadi pada saat air hujan dalam perjalananya menuju permukaan bereaksi
dengan partikel-partikel pencemar.

Perubahan bentuk :

1. Fotolisis

2. Oksidasi

Proses oksidasi di udara yaitu adanya interaksi zat-zat yang ada di udara sehingga
membentuk senyawa lain yang berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan. Misalnya pada
Nitrogen dioksida (NO2) adalah gas yang sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia. Nitrogen
monoksida (NO) dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun berbau tajam
menyengat hidung dan berwarna merah kecoklatan. Gas NO2 yang terkandung dalam udara
dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup terutama manusia karena dapat menyebabkan
gangguan pernapasan (penurunan kapasitas difusi paru-paru).

20
2.7 PENCEMARAN TANAH

Pencemaran tanah merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya bahan kimia yang
dibuat oleh manusia atau terjadinya perubahan lingkungan secara alami pada tanah. Pencemaran
dengan tipe seperti ini khususnya terjadi karena rusaknya tangkitangki penyimpanan di bawah
tanah, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah yang terpencemaran ke dalam
lapisan air bagian bawah, perembesan dari limbah-limbah pembuangan atau pembuangan secara
langsung limbah industri ke tanah. Bahan kimia yang paling umum yang menyebabkan
pencemaran tanah meliputi hidrokarbon dari minyak bumi, bahan pelarut, pestisida, timbal, dan
logam berat lainnya. Kejadian ini merupakan fenomena yang berhubungan dengan proses
industrialisasi dan intensitas penggunaan bahan kimia.

Perlunya perhatian terhadap pencemaran tanah karena adanya resiko kesehatan, baik
kontak langsung, maupun secara tidak langsung yang terjadi karena adanya pencemaran pada
persediaan air. Pemetaan lokasi-lokasi tanah yang tercemar dan hasil-hasil pembersihannya
menghabiskan waktu yang banyak dan merupakan tugas yang mahal, membutuhkan ilmu
geologi, hidrologi, ilmu kimia, dan keahlian dalam penggunaan modeling komputer. Di Amerika
Utara dan Eropa Barat luasnya tanah yang telah tercemar telah diketahui secara umum dengan
banyaknya negara di daerah tersebut yang mempunyai kerangka legal dalam mengidentifikasi
dan ikut serta dalam masalah lingkungan ini, tetapi hal ini hanya merupakan puncak gunung es di
laut dimana negara-negara berkembang akan menghadapi kasus yang sama untuk generasi yang
akan datang dengan pencemaran tanahnya.

Besarnya dan pertumbuhan yang terjadi secara terus-menerus dari masyarakat Republik
Cina sejak 1970an harus dibayar mahal dengan terjadinya peningkatan polusi tanah. Peraturan
tentang perlindungan terhadap lingkungan di Amerika Serikat telah dibuat dalam rangka
memperoleh pangan yang aman dan untuk pertumbuhan secara terus menerus dari pertaniannya.
Menurut data yang diperoleh, 150 juta mil (100.000 km2) dari tanah yang ditanami di Cina telah
tercemar, dimana air yang telah tercemar digunakan untuk irigasi sebesar 32,5 juta mil dan 2 juta
mil (1300 km2) ditutupi atau dirusak oleh sampah padat. Secara keseluruhan dapat dihitung 1/10
untuk tanah-tanah yang ditanami di Cina dan pada umumnya merupakan daerah yang secara
ekonomi sangat berkembang telah tercemar.

Diperkirakan sebanyak 12 juta ton biji-bijian telah tercemar dengan logam berat setiap
tahun dan menyebabkan kerugian langsung sebesar 20 milyar yuan (2,57 milyar US$). Amerika
Serikat, meskipun ditemukan adanya pencemaran tanah yang tersebar luas, telah benar-benar
menjadi pemimpin dalam mendefinisikan dan melaksanakan standar untuk pembersihan tanah
tersebut. Negara-negara industri lainnya mempunyai sejumlah lokasi yang telah tercemar tetapi
tidak seperti di Amerika Serikat dalam upaya mengusahakan pembersihan tanah. Negara-negara
berkembang juga menjadi prioritas utama dari generasi yang akan datang untuk kasus-kasus
pencemaran tanah yang baru.

21
Setiap tahun di Amerika Serikat, terdapat ribuan lokasi tanah yang tercemar dibersihkan,
kebanyakan menggunakan mikroba yang memakan bahan kimia beracun yang terdapat pada
tanah. Banyak cara lainnya seperti dengan melakukan penggalian sederhana dan dengan
teknologi tinggi yang lebih mahal yaitu tanah diekstraksi dengan uap atau dengan teknologi
menara stripper. Pada waktu yang sama di seluruh dunia telah diusahakan menciptakan dan
mengidentifikasi daerahdaerah baru yang tanahnya telah tercemar terutama di negara-negara
industri selain Amerika Serikat, dan di negara-negara berkembang yang kekurangan biaya dan
teknologi untuk melindungi tanah secara baik.

2.7.1 Analisis mikro dari pencemaran tanah

Untuk memahai sifat pokok dari pencemaran tanah, diperlukan visi yang sama tentang
berbagai cara dari zat pencemar untuk memasuki dalam tanah. Partikelpartikel tanah dapat
tersusun dari tanah gambut organik dan bahan kimia anorganik dengan berbagai variasi kapasitas
pertukaran karbon, kapasitas buffer dan keseimbangan untuk berhenti. Sebagai contoh adanya
tumpukan pasir, ada biji-biji kasar, inert dan substansi anorganik total ; seperti tanah gambut
terdiri dari material organik halus, disusun oleh material organik dan sangat aktif. Kebanyakan
tanah merupakan campuran dari tanah-tanah lapisan bawah dan dengan sendirinya mempunyai
karakteristik yang kompleks.

Pada keadaan seimbang, beberapa bahan pencemaran merembes ke dalam tanah seperti
tanah pasir dan kerikil berpindah ke tanah-tanah lainnya atau pada air-air bawah tanah.
Sementara bahan-bahan kimia organik yang dibuang ke tanah liat akan melekat dengan sangat
kuat. Jadi kebanyakan pencemaran tanah merupakan hasil dari zat pencemar yang melekat pada
permukaan partikel-partikel tanah, atau masuk pada kolom-kolom dari matriks tanah. Dengan
jelas keseimbangan akan terjadi secara dinamis dimana zat pencemar baru masuk ke dalam
partikel-partikel tanah yang baru dan aliran air tanah dapat dipindahkan dalam jangka waktu
tertentu, dapat memindahkan beberapa bahan pencemaran tanah dari satu lokasi ke lokasi yang
lain atau masuk ke ke dalam tanah.

2.7.2 Sumber-sumber pencemaran tanah

Terdapat ribuan sumber pencemaran tanah dan berbagai jenis zat pencemar, akan tetapi yang
akan disebutkan pada daftar dibawah ini cukup memberi gambaran secara (bahan zat pencemar
akan ditulis didalam tanda kurung):

 Hidrokarbon dari minyak tanah yang berasal dari kerusakan tangki-tangki penyimpanan
bawah tanah (senyawa benzena, etil-benzena, toluena, xylena, senyawa-senyawa alkena,
MTBE)
 Tumpahan atau bocornya zat-zat pelarut dan zat pencuci pakaian (aseton, trikloroetilen,
formaldehida, dan perkloroetilen)

22
 Kebocoran dari zat pencemaran yang berasal dari tempat pembuangan limbah padat
(timbal, merkuri (Hg), khrom, kadmium, bakteri, hidrokarbon)
 Air yang mengalir yang membawa zat pencemar dan membuang pada tempat-tempat
dimana air masuk kedalam tanah
 Masuknya pestisida dan herbisida yang digunakan di pertanian kedalam tanah (berbagai
macam bahan kimia seperti DDT, lindane, organoklorin, organofosfat, karbamat,
siklodien)
 Penumpukan dari proses peleburan logam dan mesin-mesin yang menggunakan tenaga
batubara (seng, kadmium, timbal, merkuri)
 Penumpukan timbal yang berasal dari pabrik penempaan timbal atau dari proses
penghancuran limbah yang berasal dari timbal (timbal)
 Kebocoran dari gardu-gardu listrik (poliklorin bifenil(PCBs))

2.7.3 Pengaruh pada kesehatan

Masalah yang paling utama yaitu begitu banyaknya lahan yang tanahnya peka terhadap
pencemaran yang digunakan oleh manusia seperti untuk perumahan, taman, sekolah, dan taman
bermain. Cara kontak yang lain yaitu tercemarnya air minum atau terhirupnya zat kontaminan
dari tanah yang menguap. Ada begitu banyak pengaruh terjadi mekanisme kontak yang lain pada
kesehatan dari paparan tanah yang tercemar bergantung pada jenis zat pencemar, cara zat
tersebut menyerang manusia, dan daya tahan manusia yang terpapar. Krhomium dan berbagai
jenis pestisida dan herbisida karsinogenik terhadap manusia. Timbal merupakan bahan yang
berbahaya khususnya pada anak-anak, dimana kelompok ini beresiko tinggi mengalami
kerusakan perkembangan otak dan sistem saraf, dan keseluruhan manusia, resiko terjadi pada
kerusakan ginjal.

Paparan yang lama pada benzena, pada konsentrasi yang cukup diketahui berhubungan
dengan terjadinya peningkatan leukemia. Merkuri dan siklodien diketahui mendorong
peningkatan terjadinya kerusakan ginjal dan kebanyakan tidak dapat disembuhkan. PCBs dan
siklodiens berhubungan dengan keracunan pada hati. Organofosfat dan karbamat dapat
mendorong terjadinya blokade otot neuromuscular. Banyak larutan klorin menyebabkan
perubahan pada hati, ginjal dan terjadinya depresi pada isitem saraf pusat. Masih banyak
pengaruh pada kesehatan seperti sakit kepala, nausea, kelelahan, iritasi pada mata, dan gatal-
gatal pada kulit yang disebabkan oleh bahan-bahan tersebut diatas dan bahan-bahan kimia
lainnya. Pada dosis yang cukup sejumlah besar zat-zat pencemaran tanah menyebabkan
kematian.

2.7.4 Pengaruh pada sistem lingkungan

Pencemaran tanah tidak diharapkan mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap
sistem lingkungan. Pengaruhnya dapat disebabkan oleh adanya bahanbahan kimia yang

23
berbahaya walaupun dalam konsentrasi yang rendah dari spesies yang tercemar. Perubahan ini
dapat dimanifestasikan dalam perubahan metabolism mikroorganisme endemik dan artropoda
yang ada dalam tanah dan lingkungan tanah dimana artropoda terdapat. Hasilnya dapat secara
nyata menghancurkan rantai utama makanan. Meskipun pengaruh bahan kimia pada kehidupan
mahluk hidup yang kecil hanya sedikit, namun mereka dapat menekan bahan kimia asing, seperti
konsentrasi DDT yang tidak dihancurkan dapat menyebabkan kulit telurnya menjadi lunak,
meningkatnya mortalitas anak burung dan secara potensial melenyapkan spesisnya.

Efek yang terjadi pada tanah pertanian yang disebabkan oleh jenis zat pencemaran
tertentu. Zat pencemaran tertentu tersebut dapat merubah metabolism tanaman yang pada
umumnya menurunkan produksi hasil. Hal ini mempunyai pengaruh sekunder terhadap
konservasi tanah karena tanaman pertanian tidak dapat menutupi permukaan tanah dari
terjadinya fenomena erosi. Beberapa dari bahan kimia pencemar tanah mempunyai setengah
umur yang panjang dan pada kasuskasus yang lain turunan dari bahan kimia tersebut terbentuk
dari kerusakan zat pencemar tanah primer.

Contoh Kasus Pencemaran Tanah Oleh Pestisida

Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya.
Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada di
kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak terdapat gunung-gunung
berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara.
Tanah merupakan tempat kehidupan mikroorganisme yang secara makro menguntungkan bagi
mahkluk hidup lainnya, termasuk manusia. Mikroorganisme yang menghuni tanah dapat
dikelompokkan menjadi bakteri, fungi, aktinomisetes, alga, dan protozoa. Jumlah dan jenis
mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Namun seiring berjalannya
waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang
berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah
tersebut.

Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia, semakin
tinggi pula daya saing untuk mencapai tingkat kemudahan dalam setiap aktifitas hidupnya sehari-
hari. Satu hal vital yang tidak luput dari proses pengaplikasian pengetahuan memberikan dampak
besar terhadap kegiatan pertanian tanah air yang notabene merupakan sumber pencaharian
terbesar sebagian masyarakat negara agraris ini. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dengan waktu yang seefisien mungkin dalam kegiatan pertanian maka diwujudkanlah hal
tersebut dengan penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian tersebut berlangsung.

Untuk memenuhi perkembangan ekonomi yang saat ini semakin meningkat, maka sangat
dibutuhkannya Ilmu pengetahuan mengenai pupuk dan pestisida. Karena menyangkut hal-hal
tentang pertanian dan perkebunan yang merupakan aspek utama dalam perekonomian Negara
Indonesia yang beriklim tropis. Pestisida sebagai salah satu agen pencemar ke dalam lingkungan

24
baik melalui udara, air maupun tanah dapat berakibat langsung terhadap komunitas hewan,
tumbuhan terlebih manusia. Pestisida yang masuk ke dalam lingkungan melalui beberapa proses
baik pada tataran permukaan tanah maupun bawah permukaan tanah. Masuk ke dalam tanah
berjalan melalui pola biotransformasi dan bioakumulasi oleh tanaman, proses reabsorbsi oleh
akar serta masuk langsung pestisida melalui infiltrasi aliran tanah. Gejala ini akan mempengaruhi
kandungan bahan pada sistem air tanah hingga proses pencucian zat pada tahap penguraian baik
secara biologis maupun kimiawi di dalam tanah.

Proses pencucian (leaching) bahan-bahan kimiawi tersebut pada akhirnya akan


mempengaruhi kualitas air tanah baik setempat dan maupun secara region dengan berkelanjutan.
Apabila proses pemurnian unsur-unsur residu pestisida berjalan dengan baik dan tervalidasi
hingga aman pada wadah-wadah penampungan air tanah, misal sumber mata air, sumur resapan
dan sumur gali untuk kemudian dikonsumsi oleh penduduk, maka fenomena pestisida ke dalam
lingkungan bisa dikatakan aman. Namun demikian jika proses tersebut kurang berhasil atau
bahkan tidak berhasil secara alami, maka kondisi sebaliknya yang akan terjadi. Penurunan
kualitas air tanah serta kemungkinan terjangkitnya penyakit akibat pencemaran air merupakan
implikasi langsung dari masuknya pestisida ke dalam lingkungan. Aliran permukaan seperti
sungai, danau dan waduk yang tercemar pestisida akan mengalami proses dekomposisi bahan
pencemar. Dan pada tingkat tertentu, bahan pencemar tersebut mampu terakumulasi hingga
dekomposit.

Pestisida di udara terjadi melalui proses penguapan oleh foto-dekomposisi sinar matahari
terhadap badan air dan tumbuhan. Selain pada itu masuknya pestisda diudara disebabkan oleh
driff yaitu proses penyebaran pestisida ke udara melalui penyemprotan oleh petani yang terbawa
angin. Akumulasi pestisida yang terlalu berat di udara pada akhirnya akan menambah parah
pencemaran udara.

Gangguan pestisda oleh residunya terhadap tanah biasanya terlihat pada tingkat
kejenuhan karena tingginya kandungan pestisida persatuan volume tanah. Unsurunsur hara alami
pada tanah makin terdesak dan sulit melakukan regenerasi hingga mengakibatkan tanah-tanah
masam dan tidak produktif. Penggunaan pestisida sintetis pada pertanian merupakan dilema. Di
satu sisi sangat dibutuhkan dalam rangka penyediaan pangan, di sisi lain tanpa disadari
mengakibatkan berbagai dampak negatif, baik terhadap manusia, hewan mikroba maupun
lingkungan. Pemakaian pestisida haruslah sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundangan
yang berlaku. Penggunaannya haruslah diperuntukkan membasmi organisme pengganggu
tanaman secara selektif dan seminimal mungkin merugikan organisme dan target.

Belum banyak disadari hingga saat ini bahwa pemanfaatan bahan-bahan agrokimia yang
berlebihan untuk menggenjot produksi menyebabkan kerusakan lingkungan dan hilangnya
lapisan tanah yang mengandung nutrisi. Di samping itu, kualitas produksi yang dihasilkan pun
akan menurun. Di Indonesia polusi tanah ini merupakan masalah yang harus dihadapi.

25
Pemakaian pupuk dan pestisida dalam jumlah yang besar menimbulkan pencemaran bagi tanah
dan air tanah dengan kadar racun yang beraneka ragam. Degradasi tanah pertanian sudah makin
parah dan dengan sudah mengendapnya pestisida maupun bahan agrokimia lainnya dalam waktu
yang cukup lama. Padahal, untuk mengembalikan nutrisinya tanah memerlukan waktu ratusan
tahun, sedangkan untuk merusaknya hanya perlu beberapa tahun saja. Hal ini terlihat dari
menurunnya produktivitas karena hilangnya kemampuan tanah untuk memproduksi nutrisi.

Ada beberapa pengaruh negatif lainnya pemakaian pestisida sintetis secara tidak sesuai.
Pertama, pencemaran air dan tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia dan
makhluk lainnya dalam bentuk makanan dan minuman yang tercemar. Kedua, matinya musuh
alami dari hama maupun patogen dan akan menimbulkan resurgensi, yaitu serangan hama yang
jauh lebih berat dari sebelumnya. Ketiga, kemungkinan terjadinya serangan hama sekunder.
Contohnya: penyemprotan insektisida sintetis secara rutin untuk mengendalikan ulat grayak
(hama primer) dapat membunuh serangga lain seperti walang sembah yang merupakan predator
kutu daun (hama sekunder). Akibatnya setelah ulat grayak dapat dikendalikan, kemungkinan
besar tanaman akan diserang oleh kutu daun. Keempat, kematian serangga berguna dan
menguntungkan seperti lebah yang sangat serbaguna untuk penyerbukan. Kelima, timbulnya
kekebalan/resistensi hama maupun pathogen terhadap pestisida sintetis. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, setiap rencana penggunaan pestisida sintetis hendaknya dipertimbangkan
secara seksama tentang cara penggunaan yang paling aman, di satu sisi efektif terhadap sasaran,
di sisi yang lain aman bagi pemakai maupun lingkungan.

Sebenarnya tidak semua jenis insekta, cacing (nematode) dan lain-lain merupakan hama
dan penyakit bagi tanaman, akan tetapi racun serangga telah membunuhnya. Tetapi makhluk-
makhluk kecil ini sangat diperlukan untuk kesuburan tanah selanjutnya. Apabila penyemprotan
dilakukan secara berlebihan atau takaran yang dipakai terlalu banyak, maka yang akan terjadi
adalah kerugian.

Tanah disekitar tanaman akan terkena pencemaran pestisida. Akibatnya makhlukmakhluk


kecil itu banyak yang ikut terbasmi, sehingga kesuburan tanah menjadi rusak karenanya. Bukan
tidak mungkin tragedi kegersangan dan kekeringan terjadi. Dan akibat yang paling parah,
kesuburan tanah di lahan-lahan yang menggunakan pestisida dari tahun ke tahun menurun.Dunia
pertanian modern adalah dunia mitos keberhasilan modernitas. Keberhasilan diukur dari berapa
banyaknya hasil panen yang dihasilkan. Semakin banyak, semakin dianggap maju. Di Indonesia,
penggunaan pestisida kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau, sebuah proyek ambisius
Orde Baru untuk memacu hasil produksi pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang
dimulai sejak tahun 1970-an. Gebrakan revolusi hijau di Indonesia memang terlihat pada dekade
1980-an. Saat itu, pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan pemakaian bibit
impor, pupuk kimia, pestisida, dan lain-lainnya. Hasilnya, Indonesia sempat menikmati
swasembada beras. Namun pada dekade 1990-an, petani mulai kelimpungan menghadapi
serangan hama, kesuburan tanah merosot, ketergantungan pemakaian pupuk yang semakin

26
meningkat dan pestisida tidak manjur lagi, dan harga gabah dikontrol pemerintah.Revolusi hijau
memang pernah meningkatkan produksi gabah.

Namun berakibat negative seperti :

1. Berbagai organisme penyubur tanah musnah

2. Kesuburan tanah merosot/tandus

3. Tanah mengandung residu (endapan) pestisida

4. Hasil pertanian mengandung residu pestisida

5. Keseimbangan ekosistem rusak; dan

6. Terjadi peledakan serangan dan jumlah hama.

Apabila pestisida dipakai dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan petunjuk


penggunaan kiranya merupakan tindakan yang bisa memperkecil lingkup risiko yang harus
ditanggung manusia dan alam. Pemakaian pestisida secara membabi buta bias mengundang
bencana.

Oleh karena itu masalah pestisida menuntut perhatian semua pihak, tidak hanya para
pejabat, tidak hanya sipemakai jasa. Kita semua memikul tanggung jawab bersama atas
lingkungan hidup kita sendiri. Pestisida bukan hanya menjadi tangung jawab pabrik panghasil,
dan tanggung jawab pemrintah yang memberi izin produksi, tapi menjadi tanggung jawab semua
pihak, semua bangsa dan semua negara.

2.8 PROSES INTERAKSI ZAT TOKSIK DI TANAH

Proses interaksi zat toksik di tanah

Perpindahan :

1. Penyerapan

Penyerapan merupakan peristiwa dimana umumnya hanya terjadi dibagian zat yang
berada dalam bentuk terlarut, terdispersi secara molekul yang dapat diabsorbsi. Penyerapan ini
sangat ditentukan oleh faktor kadar zat dan lamanya bersentuhan antara zat yang terdapat dalam
bentuk yang dapat diabsorpsi dengan permukaan organisme yang berkemampuan mengabsorbsi
zat tersebut. Pada pencemaran lingkungan, bagian dosis yang dapat diabsorbsi menentukan
derajat eksposisi yang efektif terhadap organisme.

27
2. Sedimentasi

Sedimentasi merupakan proses pengendapan berbagai zat baik itu bersifat toksik maupun
non toksik. sedimentasi juga dapat mempengaruhi kondisi habitat meiofauna. Kekeruhan yang
disebabkan oleh sedimentasi dapat menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke dalam air dan
mengganggu proses fotosintesis alga bentik. Akibatnya, produktivitas primer menjadi rendah dan
ketersediaan oksigen di kolom air berkurang. Sedimen yang tersuspensi kembali ke kolom air
dapat menyumbat permukaan alat pencernaan pemakan suspensi. Gangguan pada permukaan
sedimen dapat menghambat perkembangan larva meiofauna interstisial yang menempel pada
permukaan sedimen tersebut. Ukuran butir sedimen juga penting dalam mengontrol kemampuan
sedimen untuk menahan dan mensirkulasi air.

3. Aliran

Aliran air sangat dipengaruhi oleh kondisi dalam air itu sendiri, aliran air berpengaruh
terhadap keadaan dan distribusi oraganisme maupun zat toksik dalam air.

4. Penguapan

Penguapan merupakan proses dimana zat atau polutan

5. Pencucian

Logam berat memasuki lingkungan tanah melalui penggunaan bahan kimia yang
berlangsung mengenai tanah, penimbunan debu, hujan atau pengendapan, pengikisan tanah dan
limbah buangan. Interaksi logam berat dan lingkungan tanah dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
proses sorbsi atau desorbsi, difusi pencucian dan degradasi. Pemasok logam berat dalam tanah
pertanian antara lain bahan agrokimia (pupuk dan pestisida), asap kendaraan bemotor, bahan
bakar minyak, pupuk organik, buangan limbah rumah tangga, industri, dan pertambangan.

6. Pengambilan biologis

Perubahan bentuk :

1. Hidrolisis

2. Oksidasi

3. Fotolisis

4. Reduksi

Metabolisme :

28
Metabolisme zat organik melalui sistem enzim untuk menghasilkan karbon dioksida, air,
dan energi. Energi digunakan untuk sintesis, motilitas, dan respirasi

Biodegradasi :

Biodegradasi merupakan proses pembuangan dan perubahan yang penting dalam air,
sedimen dan tanah. Reaksi mencakup oksidasi, reduksi, hidrolisis dan terkadang penataan ulang
dan dipengaruhi oleh bangun molekul dan kepekatan zat polutan, sifat alamiah mikroorganisme,
keadaan lingkungan dan suhu.

29
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

 Transformasi atau perpindahan bahan toksik di lingkungan yang terjadi secara fisik
antara lain dapat melalui proses: perpindahan meteorologik, pengambilan biologis,
penyerapan, volatilisasi, aliran, pencucian dan jatuhan. Transformasi kimia dapat melalui
proses fotolisis, oksidasi, hidrolisis dan reduksi, sedangkan transformasi biologis
berlangsung melalui proses biotransformasi.
 Pengangkutan dan perubahan bentuk bahan pencemar didalam lingkungan dihubungkan
dengan :
1. sifat fisik dan kimia tercemar,
2. proses pengangkutan didalam lingkungan dan
3. proses perubahan bentuk bahan pencemar.
 Masuknya bahan kimia kedalam lingkungan menyebabkan perpindahan secara
kompertemen untuk membentuk keseimbangan yang tergantung pada sifat fisika kimia
zat tersebut. Sebagai contoh, dalam pergerakan suatu zat kimia yang melewati peralihan
tanah, sifat sifat kelarutan, koefisien partisi dan temperatur merupakan faktor faktor yang
nyata.
 Pergerakan suatu zat kimia mula mula merupakan fungsi dari cirri proses pengangkutan
kompartemen (udara, air, tanah dan biota) tersebut. Selanjutnya pergerakannya mengikuti
parameter hidrologi yang tepat, sehingga terdapat proses pergerak zat kimia dari suatu
bentuk lainnya atau untuk mendegradasi zat kimia tersebut. Sebagai contoh, sistem
perairan memindahkan zat zat sejauh mana air bergerak, baik dalam laturan maupun
terserap dalam partikel.
 Proses yang terjadi di:
Udara : Reaksi Fotolisis
Tanah : Fotolisis Degradasi
Air : Hidrolisis,Fotolisis, Degradasi, Oksidasi, Microbial
 Proses interaksi zat toksik di air
Perpindahan :
1. Penyerapan
Umumnya hanya bagian zat yang berada dalam bentuk terlarut, terdispersi secara molekul
yang dapat diabsorbsi.
2. Pengupan
Penguapan dalam proses interaksi zat toksik dalam air dipengaruhi oleh dinamika
ekosistem lingkungan. Seperti halnya pada pestisida dikenal istilah residu. Sedangkan
residu itu
3. Pengambilan biologis
30
Perubahan bentuk :
1) Fotolisis
2) Hidrolisis
Peroses hidrolisis yang terjadi didalam air dimana terjadi peningkatan nilai pH dalam air,
Peningkatan pH terjadi saat proses hidrolisis dimana H+ digunakan untuk mengkatalisis
reaksi pemutusan ikatan pada polisakarida, lipid dan protein. Peningkatan pH
menunjukkan adanya
3) Oksidasi
Potensial redoks (reduksi dan oksidasi) yang menggambarkan aktivitas elektron di
perairan adalah potensi larutan untuk mentransfer elektron dari suatu oksidan kepada
reduktan

 Proses interaksi zat toksik di Udara


Perpindahan :
1. Meterologis
Faktor meteorologis mempunyai peranan yang penting dalam menentukan kualitas udara
di suatu daerah. Kondisi atmosfer sangat ditentukan oleh berbagai faktor meteorologis,
seperti kecepatan dan arah angin, kelembaban, suhu udara, tekanan udara, dan aspek
tinggi permukaan.
2. Difusi
Difusi merupakan peroses penyebaran zat pencemar di udara. Kondisi atmosfer sangat
berpengaruh terhadap proses laju difusi atau penyebaran bahan pencemar baik secara
vertikal maupun horizontal. Proses difusi zat polutan di udara terbagi dua yaitu difusi
molekuler adalah perjalanan penyerapan zat ke dalam atmosfer melalul kontak molekul,
pada umumnya perjalanan lambat. Difusi turbulensi adalah penyerapan atau peresapan
zat ke dalam atmosfer karena adanya proses turbulensi.
3. Disfersi
Proses dispersi polutan di atmosfer melibatkan tiga mekanisme utama, yaitu gerakan
global, fluktuasi turbulensi dan difusi polutan terhadap lingkungan sekitar akibat
perbedaan konsentrasi.
4. Presipitasi atau jatuhan
Presipitasi merupakan peristiwa di mana terjadi peroses diatmosfer seperti hujan ataupun
salju, lapisan kabut, turbulensi, serta karakteristik permukaan merupakan faktor utama
dalam pembersihan atmosfer sehingga zat pencemar dapat terendapkan.
Perubahan bentuk :
1) Fotolisis
2) Oksidasi
Proses oksidasi di udara yaitu adanya interaksi zat-zat yang ada di udara sehingga
membentuk senyawa lain yang berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan. Misalnya

31
pada Nitrogen dioksida (NO2) adalah gas yang sangat berbahaya jika terhirup oleh
manusia. Nitrogen
 Proses interaksi zat toksik di tanah
Perpindahan :
1. Penyerapan
Penyerapan merupakan peristiwa dimana umumnya hanya terjadi dibagian zat yang
berada dalam bentuk terlarut, terdispersi secara molekul yang dapat diabsorbsi.
2. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses pengendapan berbagai zat baik itu bersifat toksik maupun
non toksik. sedimentasi juga dapat mempengaruhi kondisi habitat meiofauna. Kekeruhan
yang disebabkan oleh sedimentasi dapat menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke
dalam air dan mengganggu proses fotosintesis alga bentik.
3. Aliran
Aliran air sangat dipengaruhi oleh kondisi dalam air itu sendiri, aliran air berpengaruh
terhadap keadaan dan distribusi oraganisme maupun zat toksik dalam air.
4. Penguapan
Penguapan merupakan proses dimana zat atau polutan
5. Pencucian
Logam berat memasuki lingkungan tanah melalui penggunaan bahan kimia yang
berlangsung mengenai tanah, penimbunan debu, hujan atau pengendapan, pengikisan
tanah dan limbah buangan.
6. Pengambilan biologis
Perubahan bentuk :
1) Hidrolisis
2) Oksidasi
3) Fotolisis
4) Reduksi

32
DAFTAR PUSTAKA

Ekha Isuasta.1988. Dilema Pestisida. Kanisius. Yogyakarta

http://freepdfz.com/ppt/biotransformasi-78309698.html

http://rizkaritong.blogspot.co.id/2013/04/toksikologi-lingkungan.html

http://tasllim.blogspot.co.id/2014/05/?m=1

http://pangeransenja-aa.blogspot.co.id/2014/05/pengangkutan-dan-perubahan-bentuk-
bahan_3398.html?m=1

https://www.researchgate.net/publication/278243063_Diktat_Pencemaran_Lingkungan

https://www.scribd.com/doc/270039361/Bab-3-Toksikologi-Lingk-1

33

Anda mungkin juga menyukai