PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) didefinisikan dengan tumbuh dan berkembang biaknya
bakteri atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna.1 Infeksi ini juga
menyusahkan anak serta memakan perhatian orang tua, dan dapat menyebabkan kerusakan ginjal
permanen. Kejadian ISK simptomatik didapatkan paling tinggi pada anak laki-laki dan
perempuan selama tahun pertama kehidupan dan menurun secara nyata setelah tahun
berikutnya.2
Bayi yang mengalami demam dan berusia kurang dari 2 bulan merupakan bagian penting
dari anak-anak yang mungkin mengalami demam tanpa sumber terlokalisasi. Pemeriksaan
demam pada bayi-bayi ini harus selalu mencakup evaluasi untuk ISK.2 Infeksi saluran kemih
merupakan penyakit yang sering ditemui pada anak-anak dan ditandai dengan jumlah bakteri
yang bermakna dalam urin. Insidensi ISK yang masih tinggi, merupakan penyebab kedua
morbiditas penyakit infeksi pada anak-anak setelah infeksi saluran napas. Di Indonesia, dari 200
anak yang dievaluasi sebesar 35% pada anak 1-5 tahun dan 22% anak usia 6-10 tahun menderita
infeksi saluran kemih atau sekitar 33% pada laki-laki dan 67% pada perempuan.3 Pada beberapa
penelitian juga didapatkan hingga 8% anak perempuan dan 2% anak laki-laki akan mendapatkan
ISK pada usia 5 tahun.4 Melihat persentase tersebut memang anak perempuan yang lebih
mungkin mendapatkan ISK daripada anak laki-laki karena uretra mereka lebih pendek. Bakteri
dari anus bisa lebih mudah masuk ke dalam vagina dan uretra.4
1
Beberapa anak memiliki masalah dengan kandung kemih atau ginjal mereka yang
membuat mereka lebih mungkin terkena ISK. Menyempit dalam saluran kemih dapat
menghambat aliran urin dan memungkinkan kuman berkembang biak. Suatu kondisi yang
disebut refluks vesikoureteral (VUR) dapat menyebabkan urin kembali dari kandung kemih ke
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) didefinisikan dengan tumbuh dan berkembang biaknya
bakteri atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna.1 ISK simtomatik adalah ISK
yang disertai gejala dan tanda klinik. ISK simtomatik dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
infeksi yang menyerang parenkim ginjal, disebut pielonefritis dengan gejala utama demam, dan
infeksi yang terbatas pada saluran kemih bawah (sistitis) dengan gejala utama berupa gangguan
miksi seperti disuria, polakisuria, kencing mengedan (urgency). ISK non spesifik adalah ISK
yang gejala klinisnya tidak jelas. Ada sebagian kecil (10-20%) kasus yang sulit digolongkan ke
dalam pielonefritis atau sistitis, baik berdasarkan gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang
yang tersedia.5
Pada ISK kita juga perlu mengetahui beberapa kalimat yang mungkin akan kita dapati
yaitu bakteriuria, bakteriuria adalah keadaan adanya bakteri dalam urin yang dikumpulkan
dengan benar dari pasien yang tidak memiliki tanda atau gejala infeksi saluran kemih maupun
II.2 Epidemiologi
Prevalensi ISK pada neonatus berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat menjadi
14% pada neonatus dengan demam, dan 5,3% pada bayi. Pada bayi asimtomatik, bakteriuria
didapatkan pada 0,3 hingga 0,4%.13 Risiko ISK pada anak sebelum pubertas 3-5% pada anak
perempuan dan 1-2% pada anak laki. Pada anak dengan demam berumur kurang dari 2 tahun,
prevalensi ISK 3-5%. Di Indonesia, dari 200 anak yang dievaluasi sebesar 35% pada anak 1-5
3
tahun dan 22% anak usia 6-10 tahun menderita infeksi saluran kemih atau sekitar 33% pada laki-
laki dan 67% pada perempuan.3 Pada beberapa penelitian juga didapatkan hingga 8% anak
perempuan dan 2% anak laki-laki akan mendapatkan ISK pada usia 5 tahun.4 Selama tahun
pertama kehidupan, rasio penderita laki-laki: rasio wanita adalah 2,8-5,4 : 1. Sedangkan dalam
tahun pertama sampai tahun kedua kehidupan, terjadi perubahan yang mencolok, dimana rasio
Insiden ISK bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, dan jenis kelamin. Secara
tahun. Kejadian ISK pertama kali dan bergejala paling tinggi pada anak laki-laki dan perempuan
selama tahun pertama kehidupan dan secara nyata menurun setelah itu. Menurut beberapa
penelitian didapatkan bahwa prevalensi keseluruhan ISK pada bayi yang mengalami demam
adalah 7,0%.
Pada anak laki-laki yang demam yang berusia kurang dari 3 bulan, 2,4% anak laki-laki yang
disunat dan 20,1% anak laki-laki yang tidak disunat memiliki ISK.9
4
II.3 Anatomi Traktus Urinarius
Anatomi traktus urinarius baik perempuan maupun laki – laki sebenarnya tidak banyak
perbedaan. Namun dari anatomi ini kita dapat mendapatkan faktor predisposisi dari terjadinya
infeksi saluran kemih yang dialami anak tersebut. Pada anak laki – laki, uretra yang dimiliki
lebih panjang dari pada anak perempuan, ini menyebabkan seringnya anak perempuan untuk
Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab tersering (60-80%) pada ISK
serangan pertama. Pada ISK kompleks, sering ditemukan kuman yang virulensinya rendah
5
seperti Pseudomonas, golongan Streptokokus grup B, Stafilokokus aureus atau epidermidis. Bila
karena kuman Proteus menghasilkan enzim urease yang memecah ureum menjadi amonium,
Spesies Klebsiella
Spesies enterococcus
Pseudomonas aeruginosa
Jamur (Candida spp.) juga dapat menyebabkan ISK, terutama setelah instrumentasi
saluran kemih. Adenovirus adalah penyebab ISK yang jarang dan dapat menyebabkan sistitis
hemoragik.
Selain dari bakteri beberapa penelitian juga mengatakan bahwa kejadian infeksi saluran
kemih pada anak bias dipengaruhi dari faktor genetik, deregulasi gen kandidat dapat
mempengaruhi pasien untuk ISK berulang. Identifikasi komponen genetik dapat memungkinkan
identifikasi individu yang berisiko dan, oleh karena itu, dapat diprediksi risiko ISK berulang
pada keturunannya. Gen yang mungkin bertanggung jawab atas kerentanan terhadap ISK
Pada bayi laki-laki, sunat neonatal secara substansial dapat mengurangi risiko ISK. Yang
dibuktikan dari hasil penelitian yang melaporkan bahwa pada anak laki-laki yang demam yang
6
pada usia kurang dari 3 bulan didapati ISK ada pada 2,4% anak laki-laki yang disunat dan 20,1%
II.5 Klasifikasi
ISK pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi infeksi, dan kelainan
saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK dibedakan menjadi ISK asimtomatik dan simtomatik.
ISK asimtomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala. ISK simtomatik yaitu terdapatnya
bakteriuria bermakna disertai gejala dan tanda klinik. ISK simtomatik dapat dibagi dalam dua
bagian yaitu infeksi yang menyerang parenkim ginjal, disebut pielonefritis dengan gejala utama
demam, dan infeksi yang terbatas pada saluran kemih bawah (sistitis) dengan gejala utama
II.5.1 Pyelonefritis
Merupakan salah satu contoh dari infeksi saluran kemih yang menyerang
parenkim ginjal, biasa disebut dengan ISK atas. Pasien dengan biakan urin positif yang
disertai demam mengindikasikan infeksi parenkim ginjal atau pielonefritis akut. Pada
pielonefritis atau febrile urinary tract infection dapat dijumpai demam tinggi disertai
menggigil, gejala saluran cerna seperti mual, muntah, diare, dan nyeri pinggang. Demam
II.5.2 Sistitis
Pada anak usia prasekolah, sistitis atau non febrile urinary tract infection lebih
sering ditemukan dibandingkan laki-laki dengan puncak kejadian paling sering pada usia
3 tahun. Pada anak yang sudah dapat berbicara (>3-4 tahun), manifestasi sistitis yang
paling sering adalah disuria dan sakit suprapubik. Pada satu penelitian pada 49 anak
7
berusia 6-12 tahun yang terbukti sistitis dengan biakan urin, ditemukan gejala yang
paling sering adalah disuria atau frekuensi (83%) diikuti enuresis (66%), dan nyeri
abdomen (39%). Inkontinensia urin termasuk gejala sistitis yang sering ditemukan
terutama pada perempuan. Pada satu penelitian terhadap 251 anak berusia 4 hingga 14
tahun dengan ISK berulang, didapatkan 110 (44%) anak perempuan mengalami
inkontinensia urin.1
Sistitis biasanya ditandai nyeri pada perut bagian bawah, serta gangguan
berkemih berupa frequensi, nyeri waktu berkemih, rasa diskomfor suprapubik, urgensi,
kesulitan berkemih, retensio urin, dan enuresis. Meski dapat terjadi demam, tetapi demam
menunjukkan proliferasi & Inflamasi glomeruli yang didahului oleh infeksi group A β-
hemolytic streptococci (GABHS) dan ditandai dengan gejala nefritik seperti hematuria,
GNAPS lebih sering terjadi pada anak usia 6 sampai 15 tahun dan jarang pada
usia di bawah 2 tahun.1,2 GNAPS didahului oleh infeksi GABHS melalui infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) atau infeksi kulit (piodermi) dengan periode laten 1-2 minggu
8
II.6 Patogenesis
ISK adalah infeksi yang melibatkan kandung kemih atau ginjal, masing-masing dikenal
sebagai sistitis dan pielonefritis. Sementara uretra adalah bagian dari saluran kemih, uretritis
lebih sering dikaitkan dengan penyakit menular seksual dan tidak dianggap sebagai ISK dalam
pengertian tradisional. Pada bayi dan anak-anak, ISK umumnya merujuk pada sistitis dan
pielonefritis, karena membedakan antara keduanya pada populasi yang lebih muda bisa sulit.
Pada anak yang lebih dewasa mungkin lebih mudah untuk dibedakan, karena pielonefritis dapat
dikaitkan dengan nyeri panggul atau gumpalan sel darah putih pada urinalisis.
Patogenesis ISK adalah infeksi ascending dari bakteri yang berasal dari kolon, berkoloni
di perineum dan masuk ke kandung kemih melalui uretra. Infeksi pada kandung kemih akan
menimbulkan reaksi inflamasi, sehingga timbul nyeri pada suprapubik. Infeksi pada kandung
kemih ini disebut sistitis. Gejala yang timbul pada sistitis meliputi disuria (nyeri saat berkemih),
urgensi (rasa ingin miksi terus menerus), sering berkemih, inkontinensia, dan nyeri suprapubik.
Pada sistitis umumnya tidak terdapat gejala demam dan tidak menimbulkan kerusakan ginjal.
Pada beberapa kasus, infeksi akan menjalar melalui ureter ke ginjal sehingga timbul
pielonefritis. Pada keadaan normal, papilla pada ginjal memiliki mekanisme antirefluks yang
mencegah urin untuk memasuki tubulus pengumpul ginjal. Namun terdapat papilla, terutama
yang terletak pada bagian atas dan bawah ginjal, tidak memiliki mekanisme ini sehingga refluks
intrarenal bisa terjadi. Urin yang terinfeksi akan masuk kembali, menstimulasi terjadinya respon
imun dan inflamasi yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya luka dan parut pada ginjal.
Infeksi saluran kemih juga bisa terjadi pada penyebaran kuman secara hematogen, misalnya pada
9
Gambar 3. Patogenesis UTI
10
II.7 Diagnosis
Diagnosis ISK pastinya dapat kita mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pastinya
juga pemeriksaan penunjang. Pada infeksi saluran kemih, pemeriksaan penunjang seperti biakan
urin merupakan gold standart dan pemeriksaan yang harus dilakukan secara teori untuk
membuktikan secara langsung dan untuk tatalaksana yang diberikan berdasarkan kuman yang
tumbuh.
II.7.1 Anamnesis
Pada anamnesis yang paling sering didapati adalah demam, demam merupakan
gejala dan tanda klini yang terkadang hanya satu – satunya yang muncul . Gangguan
kemampuan mengontrol kandung kemih, pola berkemih, dan aliran urin dapat sebagai
petunjuk untuk menentukan diagnosis. Pada pyelonefritis biasanya dapat ditemukan nyeri
atau pegal – pegal pada area pinggang. Pada GNAPS, bias juga kita dapati pada
anamnesis adalah kencing yang berwarna merah tua yang disebabkan oleh hematuria.
Pada anamnesis kita juga harus bertanya apakah ada riwayat ISK sebelumnya, untuk
mengetahui apakah ini akut atau ISK yang rekuren. Lalu kita juga harus memastikan
riwayat penyakit sebelumnya, seperti pada GNAPS, pasien biasanya mengalami riwayat
infeksi saluran pernafasan terlebih dahulu yang biasanya disebabkan oleh Streptokokus
beta hemolitikus. Lalu pada anak usia sekolah kita wajib bertanya bagaimana kebiasaan
11
neurologik ekstremitas bawah, tulang belakang untuk melihat ada tidaknya spina bifida,
perlu dilakukan pada pasien ISK. Genitalia eksterna diperiksa untuk melihat kelainan
fimosis, hipospadia, epispadia pada laki-laki atau sinekie vagina pada perempuan. Pada
pyelonephritis biasanya kita dapat menemukan pemeriksaan yang khas yaitu berupa nyeri
ketok CVA (costo vertebrae angle) yang positif. Pada pasien dengan suspek sistitis kita
juga biasanya mendapatkan nyeri tekan suprapubik yang khas. Pada pasien dengan
GNAPS biasanya dapat ditemukan hipertensi dan juga edema pada periorbital dan bila
Diagnosti pasti ISK didasarkan pada biakan urin, sedangkan urinalisis merupakan
pemeriksaan awal yang mengindikasikan diagnosis ISK dan dimulainya terapi inisial secara
empiris. Gambaran urinalisis yang mengarah kecurigaan terhadap ISK adalah leukosituria, uji
Diagnosis pasti ISK ditegakkan berdasarkan hasil biakan urin, dan interpretasi
hasil biakan sangat penting agar tidak terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis.
Interpretasi hasil biakan urin bermakna tergantung pada cara pengambilan sampel urin
dan keadaan klinik pasien. Evaluasi gambaran klinik sangat penting karena pada ISK,
biakan urin dapat negatif jika pasien sudah mendapat antibiotik atau pada penggunaan
cairan antiseptik sebagai pembersih lokal. Diagnosis ISK ditegakkan jika ditemukan
biakan urin dengan hasil jumlah bakteri tunggal (single species) >10.5 cfu/mL urin.1
12
Gambar 5. Algoritma Pemeriksaan Urine pada Anak dengan Infeksi Saluran
Kemih
Selain urinalisa dan biakan urin, pemeriksaan urine dengan dipstick juga dapat
dilakukan mengingat esterase leukosit dan hasil nitrit menjadi perhatian utama. Leukosit
esterase adalah produk dari neutrofil dan penanda sel darah putih dalam urin. Nitrit
adalah produk bakteri yang mengubah nitrat urin menjadi nitrit. Literatur menunjukkan
bahwa dipstik urin yang positif untuk esterase leukosit memiliki sensitivitas hingga 95%.
Selain itu, nitrit sangat spesifik untuk infeksi. Dengan demikian, pasien dengan dipstik
urin yang positif nitrit harus diobati. Karena dipstik urin tidak memberikan informasi
tentang piuria atau bakteriuria, jika diberi pilihan, urinalisis harus diperoleh daripada
pemeriksaan dengan imaging yang sesuai untuk ISK pada anak masih merupakan
13
kontroversi. Pemeriksaan melalui metode pencitraan hanya dimaksudkan untuk melihat
1. Ultrasonografi (USG)
ini umunya hanya diandalkan untuk dapat melihat adakah kelainan morfologi
2. Urografi intravena
Urografi Intravena menampilkan gambar anatomi yang tepat dari ginjal dan
dapat dengan mudah mengidentifikasi beberapa kelainan saluran kemih
(misalnya, kista, hidronefrosis). Kelemahan utama dari urografi intravena
adalah kurangnya sensitifitas dibandingkan dengan skintigrafi ginjal dalam
deteksi pielonefritis maupun jaringan parut pada ginjal. Selain itu urografi
intravena juga memiliki ketinggian dalam radiasi yang merupakan salah satu
kekurangannya jika kita gunakan untuk pemeriksaan infeksi saluran kemih
pada anak.13
3. Voiding Cystourethrography
Gambar 6. Algoritma Pemeriksaan Pencitraan pada Anak dengan Infeksi Saluran Kemih
14
II.8 Tatalaksana
Perawatan pre-hospital jarang menjadi perhatian pada pasien dengan infeksi saluran
kemih (ISK). Namun, pasien yang uroseptik dan syok dapat kita temui di IGD, dalam hal ini
langkah-langkah pendukung standar untuk pasien septik harus diikuti. Pasien dengan keadaan
yang tidak gawat dapat diobati dengan cairan oral dan antibiotik. Pasien yang dalam keadaan
gawat harus dirawat secara agresif dengan cairan intravena (IV) dan antibiotik parenteral.
Sebagian besar kasus ISK tanpa komplikasi merespon dengan mudah terhadap perawatan
antibiotik rawat jalan tanpa gejala sisa lebih lanjut. Namun, resistensi antibiotik di antara
uropatogen meningkat secara dramatis. Paparan antibiotik sebelumnya telah ditemukan terkait
dengan ISK yang resistan terhadap obat dan harus diingat ketika memilih terapi empiris.
Untuk terapi parenteral pada pasien yang tidak alergi terhadap sefalosporin, pengobatan
awal dapat terdiri dari dosis tunggal ceftriaxone (75 mg/kg IV/ IM 12-24 jam). Jika pasien
memiliki alergi sefalosporin, pengobatan awal mungkin dengan gentamisin (2,5 mg/kg IV/ IM
sebagai dosis tunggal). Pasien yang menunjukkan respons memuaskan dapat kita ganti dengan
antibakteri oral pada dosis terapeutik dalam 12-18 jam kedepan.14 Indikasi rawat inap pada
2. Pasien dengan tanda-tanda obstruksi saluran kemih atau penyakit mendasar yang
signifikan
3. Pasien tidak dapat mentoleransi cairan oral yang cukup atau obat-obatan
4. Bayi berusia kurang dari 2 bulan dengan demam ISK (kecurigaan mengarah ke
pielonefritis)
5. Semua bayi lebih muda dari 1 bulan dengan dugaan ISK, bahkan jika tidak demam
15
Keadaan diatas wajib kita rawat demam ISK sebagai pielonefritis, dan pertimbangkan
pemberian antibiotik parenteral dan perawatan di rumah sakit untuk pasien ini.14
Selain itu prinsip pemilihan terapi antibiotik untuk ISK sama dengan panduan yang
digunakan untuk memilih antibiotik untuk penyakit infeksi lain, yakni sensitivitas bakteri,
antibiotik spektrum sempit, toleransi pasien terhadap terapi, toksisitas rendah, dan cost-
effectiveness. Terapi didasarkan pada lokasi infeksi sehingga penting membedakan ISK atas dan
ISK bawah karena mempunyai implikasi yang berbeda. Parut ginjal terjadi pada pielonefritis,
dan tidak terjadi pada sistitis, sehingga tata laksana (pemeriksaan lanjutan, pemberian antibiotik,
Pada awal ISK didiagnosis, hasil biakan urin belum ada karena dibutuhkan beberapa hari
untuk memperoleh hasil, sehingga sebagai terapi empirik inisial, biasanya digunakan
klavulanat. Pada pielonefritis akut, lama pemberian antibiotik antara 10-14 hari. Pada
pielonefritis (acute lobar nephronia), tata laksana efektif dapat mencegah progresivitas menjadi
abses ginjal. Pemilhan antibiotik harus didasarkan pada pola resistensi bakteri lokal.
Pielonefritis dianggap rumit ketika terjadi pada neonatus atau bayi, pada pasien dengan
kelainan anatomi saluran kemih atau fungsi ginjal abnormal, atau pada pasien yang
immunocompromised. Maka diwajibkan memberi cairan IV yang sesuai, biasanya pada 1-1,5 kali
laju perawatan biasa. Perawatan parenteral dengan sefalosporin generasi ketiga (misalnya,
seftriakson maupun sefotaksim) adalah cakupan empiris awal yang sesuai untuk ISK dan
pielonefritis yang rumit untuk menutupi patogen gram negatif yang resisten terhadap ampisilin.
Tambahkan ampisilin jika ada kokus gram positif dalam sedimen urin atau jika tidak ada
16
Gentamisin adalah pilihan empiris alternatif dan dapat dipertimbangkan pada pasien
dengan alergi sefalosporin. Pantau fungsi ginjal dan kadar aminoglikosida darah jika obat ini
Anak dengan sistitis diobati dengan antibiotik per oral dan umumnya tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit,namun bila gejala klinik cukup berat 14 Konsensus Infeksi Saluran
Kemih pada Anak misalnya rasa sakit yang hebat, toksik, muntah dan dehidrasi, anak harus
dirawat di rumah sakit dan diberi pengobatan parenteral hingga gejala klinik membaik. Lama
pengobatan umumnya 5 – 7 hari, meskipun ada yang memberikan 3-5 hari, 6 atau 7 hari. 11
Golongan sefalosporin sebaiknya tidak diberikan untuk menghindari resistensi kuman dan
antibiotik per oral selama 7 hari, tetapi ada penelitian yang melaporkan pemberian
antibiotik per oral dengan waktu yang lebih singkat (3-5 hari), dan efektifitasnya
17
Jenis antibiotik Dosis per hari
Amoksisilin 20-40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis
Sulfonamid
Trimetroprim (TMP) dan 6-12 mg TMP dan 30-60 mg SMX /kgbb/hari
Sulfametoksazol (SMX) dibagi dalam 2
Sulfisoksazol Dosis 120-150 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4
dosis
Sefalosporin:
Sefiksim 8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
Sefpodiksim 10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
Sefprozil 30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
Sefaleksin 50-100 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis
Lorakarbef 15-30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
Tabel 1. Dosis Obat Oral pada Anak dengan Infeksi Saluran Kemih
2. Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan fungsional pada ginjal dan saluran
kemih
Deteksi kelainan anatomi atau fungsional ginjal saluran kemih dilakukan untuk
mencari faktor predisposisi terjadinya ISK dengan pemeriksaan fisik dan pencitraan.
Dengan pemeriksaan fisik saja dapat ditemukan sinekia vagina pada anak
perempuan, fimosis, hipospadia, epispadia pada anak laki-laki.8 Selain itu untuk
melihat anatomi ginjal dan saluran kemih kita juga bisa mengandalkan pemeriksaan
18
pencitraan guna melihat apakah ada scar yang terbentuk pada ginjal tersebut, atau
dan saluran kemih, tetapi pemeriksaan ini sangat tergantung pada operator atau
detail ginjal maupun fungsi ginjal, tetapi karena efek samping radiokontras dan
radiasi yang tinggi pada pemeriksaan ini, pielografi intravena tidak lagi dianjurkan
Upaya yang sering dilakukan untuk mencegah ISK berulang adalah pemberian
19
Upaya lain untuk mencegah ISK berulang adalah pengembangan vaksin sistemik
atau mukosal. Vaksin yang pernah diuji coba adalah oral immunostimulant OM 89 (Uro-
Vaxom) yang dapat mengurangi risiko berulangnya ISK, tetapi belum diberikan pada
anak.15
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Pardede. S. Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi Klinis dan Tata
9.
1996;50:312-29.
6. Spencer JD, Schwaderer A, McHugh K, Hains DS. Pediatric urinary tract infections: an
2010;25:2469-75.
7. Elder JS. Urinary tract infections. Dalam : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Unit Kerja Koordinasi Nefrologi. Konsensus
Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2011.
21
9. Wong SN. Urinary tract infection and vesicoureteral reflux. Dalam: Chiu MC, Yap HK,
penyunting, Practical Paediatric Nephrology. Edisi ke-1, Hong Kong, Medcom Limited,
2005,h.159-70.
10. Andriani R. Peranan Pencitraan dalam Deteksi Kelainan Anatomik pada Anak dengan
http://www.majalahfk.uki.ac.id/assets/majalahfile/artikel/2010-02-artikel-06.pdf.
11. Hari P, Srivastava RN. Urinary tract infection. Dalam: Srivastava RN, Bagga A,
12. Fisher JD, Howes DS, Thornton SL. Pediatric urinary tract infection. Available at:
13. Paschke AA, Zaoutis T, Conway PH, Xie D, Keren R. Previous antimicrobial exposure is
associated with drug-resistant urinary tract infections in children. Pediatrics. 2010 Apr.
125(4):664-72
14. Hodson EM, Craig JC. Urinary tract infection in children. Dalam: Avner ED, Harmon
15. Goldberg B, Jantausch B. Urinary tract infection. Dalam: Kher KK, Schnaper HM,
Breenbaum LA, penyunting. Clinical pediatric nephrology. Edisi ke-3. New York: CRC
PRESS;2017;h.967-91
22
16. Jantausch B, Kher K. Urinary tract infection. Dalam: Kher KK, Schnaper HW, Makker
SP, penyunting. Clinical pediatric nephrology. Edisi ke-2. London: Informa Health Care;
2007;h.553-733
23