Anda di halaman 1dari 12

IJPST

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

Karakterisasi Carboxymethyl Cellulose Sodium (Na-CMC) dari Selulosa


Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) yang Tumbuh di
Daerah Jatinangor dan Lembang

Wiwiek Indriyati, Ida Musfiroh, Rembulan Kusmawanti, Sriwidodo, Aliya Nur Hasanah
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang

Abstrak
Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) memiliki kandungan selulosa yang tinggi
sehingga berpotensi sebagai sumber bahan baku pembuatan carboxymethyl cellulose sodium (Na-
CMC). Kandungan α-selulosa dapat mempengaruhi kualitas Na-CMC. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui karakteristik Na-CMC yang dihasilkan dari sintesis alfa selulosa eceng gondok
dari dua wilayah tempat tumbuh yang berbeda yaitu Jatinangor dan Lembang Jawa Barat. Metode
yang dilakukan meliputi isolasi α-selulosa menggunakan natrium hidroksida 30%, sintesis Na-
CMC melalui tahap alkalinasi menggunakan natrium hidroksida 40% dan karboksimetilasi dengan
natrium monokloroasetat; penambahan crosslinker epiklorohidrin; dan karakterisasi Na-CMC. Hasil
isolasi α-selulosa dan sintesis Na CMC dari eceng gondok Jatinangor dan Lembang yaitu kadar
α-selulosa masing-masing 76,53% dan 71,35%; rendemen Na-CMC sebesar 96,87% dan 85,03%.
Hasil karakterisasi Na-CMC menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada nilai WHC
(Water Holding Capacity) namun tidak terdapat perbedaan pada nilai OHC (Oil Holding Capacity)
dari Na-CMC hasil sintesis dari tanaman eceng gondok yang tumbuh di Jatinangor dan Lembang.

Kata kunci: Eceng gondok, α-Selulosa, Na-CMC, Karakterisasi, WHC, OHC

Characterization of Carboxymethyl Cellulose Sodium (Na-CMC) from


Water Hyacinth (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) Cellulose) Growing in
Jatinangor and Lembang

Abstract
Water hyacinth (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) has a high cellulose content so it is potential source for
sodium carboxymethyl cellulose (Na-CMC) synthesis. Cellulose content has effect for Na-CMC quality.
This study aimed to perform the characteristics of Na-CMC synthesized from water hyacinth that different
growth place, in Jatinangor and Lembang. The methods was included alfa cellulose isolation using 30%
sodium hydroxide; synthesis of Na-CMC through alkalination phase using 40% sodium hydroxide and
carboxymethylation with sodium monochloroacetate; the addition of epichlorohydrin crosslinker; and
characterization of Na-CMC.The result of α-cellulose isolation and Na CMC synthesized from Jatinangor
and Lembang water hyacinth were 76.53% and 71.35%, respectively; Na-CMC yield from synthesis were
96.87% and 85.03%. The results of Na CMC characterization showed significant differences in WHC
(Water Holding Capacity) from both places but not significant in OHC (Oil Holding Capacity) value.

Keywords: Water Hyacinth, α-cellulose, Na-CMC, Characterization, WHC, OHC

Korespondensi: Ida Musfiroh


ida.musfiroh@unpad.ac.id

99
IJPST Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

Pendahuluan di sebelah utara kota Bandung, berada di


ketinggian antara 1.312 hingga 2.084 meter
Eceng gondok (Eichhornia crassipes di atas permukaan laut.9
(Mart.) Solms) diketahui mengandung Pada penelitian ini akan dilakukan
selulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar sintesis dan karakterisasi Na-CMC dari
66.87%.1 Kandungan selulosa yang cukup selulosa tanaman eceng gondok yang
tinggi menjadikan eceng gondok berpotensi diperoleh dari dua daerah yang berbeda,
sebagai sumber bahan baku pembuatan yaitu daerah Jatinangor dan Lembang untuk
carboxymethyl cellulose sodium (Na- mengetahui karakteristiknya berdasarkan
CMC). Farmakope Indonesia, dan The Joint
Na-CMC telah digunakan secara luas di FAO/WHO Expert Committee on Food
bidang farmasi sebagai eksipien. Na-CMC Addictives (JECFA). Selain itu, dilakukan
banyak digunakan sebagai emulsifying uji statistika komparatif untuk mengetahui
agent, gelling agent dan tablet binder.2 apakah terdapat perbedaan nilai WHC dan
Water Holding Capacity (WHC) dan OHC dari Na-CMC yang disintesis dari
Oil Holding Capacity (OHC) merupakan selulosa tanaman eceng gondok (Eichhornia
parameter penilaian kualitas yang lazim crassipes (Mart.) Solms) yang tumbuh di
digunakan untuk Na-CMC. Nilai WHC dan daerah Jatinangor dan Lembang.
OHC akan berpengaruh pada viskositas dari
Na-CMC yang dihasilkan.3 Metode
Penelitian sebelumnya yang dilakukan
Musfiroh dkk (2013) menunjukkan bawha Alat
Na-CMC yang disintesis dari selulosa Alat yang digunakan untuk sintesis
eceng gondok yang tumbuh di daerah Na-CMC meliputi timbangan digital
Jatinangor memiliki kekurangan pada nilai (Ohaus Pioneer), oven (Memmert),
WHC dan OHC dibandingkan dengan Na- hotplate magnetic stirrer (Cimarec),
CMC baku.1 Selanjutnya pada tahun 2015 ayakan mesh 50, kain penyaring jenis
Nurhasanah dkk, menyatakan bahwa Na- cotton, oven (Heraeus), Fourier Transform
CMC yang disintesis dari selulosa tanaman Infrared Spectrophotometer (Shimadzu
eceng gondok dari Sungai di Kecamatan IR Prestige-21), tanur (Thermo Scientific
Jatinangor dengan crosslink menggunakan FB1410M-33), pH meter (Mettler Tolledo),
epiklorohidrin memiliki nilai WHC sebesar Viscotester (Rion VT-04F) dan alat-alat
5,68 g/g dan nilai OHC sebesar 2,87 g/g. 4 gelas yang umum digunakan di laboratorium
Eceng gondok yang diperoleh dari Kimia Analitik.
tempat berbeda akan menghasilkan
kandungan kimia yang berbeda.5 Bahan
Secara umum, ketinggian suatu tempat Bahan-bahan yang digunakan dalam
dari permukaan laut (altitude) akan penelitian ini adalah eceng gondok yang
mempengaruhi kandungan kimia tumbuhan diperoleh dari Arboretum Universitas
karena pengaruh intensitas cahaya dan Padjadjaran dan kolam di daerah Legok
temperatur.6 Kandungan α-selulosa dapat Ciburial, Desa Cikole, Lembang Kabupaten
mempengaruhi rendemen dan kualitas Na- Bandung Barat, akuades, natrium hidroksida
CMC hasil sintesis.7 (NaOH) teknis (Bratachem), natrium
Jatinangor merupakan salah satu hipoklorit (NaOCl) teknis (Bratachem),
kecamatan di Kabupaten Sumedang, kalium dikromat (K2Cr2O7) (Merck),
berupa daerah perbukitan yang berada pada asam sulfat (H2SO4) pekat (Merck), ferro
ketinggian 501 hingga 1000 meter diatas sulfat (Merck), fenantrolin (Merck), ferro
permukaan laut.8 Sedangkan, Lembang ammonium sulfat [(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O]
merupakan sebuah daerah yang terletak (Merck), barium klorida (Merck), isopropil
100
IJPST Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

alkohol (Bratachem), natrium


monokloroasetat (NaCH2COOCl) (Sigma
Aldrich), metanol (Bratachem), etanol
(Bratachem), asam asetat (CH3COOH) Keterangan:
glasial (Bratachem), ammonium hidroksida X = kadar air sampel (%)
(NH4OH) (Merck), epiklorohidrin (Sigma W1 = berat contoh serbuk eceng
Aldrich), dan minyak zaitun (Dougo). gondok semula (gram)
W2 = berat kering sampel
Metode Penelitian
Preparasi Bahan Baku Eceng Gondok Pengujian kadar abu serbuk eceng
Bahan baku eceng gondok (Eichhornia gondok dilakukan dengan menggunakan
crassipes (Mart.) Solms) yang diperoleh metode termogravimetri. Proses pengabuan
dari daerah Jatinangor dan Lembang dilakukan menggunakan tanur pada suhu
dibuang bagian akarnya, dicuci dengan air 600°C.10
kemudian dikeringkan. Tumbuhan eceng
gondok dideterminasi di Laboratorium Isolasi α-Selulosa dari Eceng Gondok
Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi Serbuk eceng gondok ditambahkan
FMIPA Universitas Padjadjaran. air sampai dapat merendam bahan dan
Eceng gondok dipotong-potong dan dididihkan kemudian disaring. Bagian yang
dijemur di bawah sinar matahari selama 5-7 tidak larut ditambahkan natrium hidroksida
hari kemudian dihancurkan menjadi bentuk (NaOH) 30% dengan perbandingan serbuk
serbuk kasar. Serbuk dikeringkan kembali eceng gondok awal dan NaOH 30% adalah
dengan oven pada suhu 95°C selama 12 1:40 dan dipanaskan hingga mendidih
jam. Dilakukan pengayakan menggunakan selama 1 jam, lalu disaring. Residu yang
ayakan mesh 50 dan serbuk eceng gondok diperoleh dicuci dengan aquades sampai
siap digunakan.1 pH 6-7, kemudian ditambahkan larutan
pemutih natrium hipoklorit (NaOCl) 12%
Pengujian Kadar Air dan Kadar Abu dari hingga merendam residu dan dibiarkan
Serbuk Eceng Gondok selama 4 jam pada suhu kamar. Residu
Berat kering botol timbang bertutup disaring dan dicuci dengan aquades sampai
ditentukan terlebih dahulu dengan cara bau klorin hilang dan dikeringkan pada
memanaskan botol timbang beserta oven 50°C hingga diperoleh berat konstan.
tutupnya dipindahkan ke dalam desikator Residu kering yang diperoleh dilanjutkan
dan didiamkan selama ± 10 menit kemudian dengan analisis α-selulosa.1
ditimbang. Pemanasan dan penimbangan
diulangi sampai diperoleh berat tetap. Serbuk Analisis Kandungan α-Selulosa
eceng gondok kering udara dimasukkan ke Analisis kandungan α-selulosa dilakukan
dalam botol timbang yang telah diketahui menurut SNI 0444-2009 mengenai cara uji
beratnya, kemudian serbuknya ditimbang kadar selulosa alfa, beta dan gamma dalam
sebanyak 2 gram (W1). Botol timbang yang pulp. Corong masir dan botol timbang
telah berisi serbuk dimasukkan ke dalam dipanaskan pada oven dengan suhu 25°C
oven dan tutup botol timbangnya dibuka. ± 0,2°C hingga beratnya tetap. Kemudian
Dipanaskan selama 3 jam pada suhu 105°C didinginkan dalam desikator hingga suhu
± 3°C. Didinginkan dalam desikator selama kamar dan ditimbang dengan ketelitian 0,5
10 menit kemudian hasilnya ditimbang. mg. Sampel uji ditimbang seberat 1,5 g ±
Pemanasan dan penimbangan diulangi 0,1 g dengan ketelitian 0,1 mg. Sampel uji
sampai diperoleh berat yang tetap (W2).10 ditambahkan 75 mL larutan NaOH 17,5%.
Kadar air serbuk eceng gondok dihitung waktu dicatat pada saat larutan NaOH
berdasarkan rumus: ditambahkan. Ketika pulp telah terdispersi,
101
IJPST Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

pengaduk diangkat dan pulp yang menempel Sintesis Na-CMC dari Selulosa Eceng
pada ujung batang pengaduk dibersihkan. Gondok
Pengaduk dicuci dengan 25 mL larutan Selulosa disuspensikan dalam isopropil
NaOH 17,5% dan ditambahkan ke dalam alkohol di bawah pengaduk mekanik pada
gelas piala, sehingga total larutan yang temperatur ruang dan ditambahkan NaOH
ditambahkan ke dalam pulp sebanyak 100 40%. Campuran diaduk selama 90 menit.
mL. Suspensi pulp diaduk dan disimpan Natrium monokloroasetat (ClCH2COONa)
pada suhu 25°C ± 0,2°C. Setelah 30 menit kemudian pelan-pelan ditambahkan ke
dari penambahan pertama NaOH, akuades dalam campuran selama 30 menit dan
ditambahkan sebanyak 100 mL dan diaduk temperatur diatur pada suhu 55°C selama 3,5
segera. Gelas piala disimpan pada penangas jam. Setelah itu, metanol 70% ditambahkan
air untuk 30 menit berikutnya sehingga ke dalam reaktor dan campuran dinetralkan
total waktu ekstraksi seluruhnya adalah 60 dengan asam asetat 90%. Pereaksi yang
menit. Setelah 60 menit, suspensi diaduk digunakan pada sintesis Na-CMC yaitu
dengan batang pengaduk dan dituangkan serbuk α-selulosa, isopropil alkohol, NaOH
ke dalam corong masir. Filtrat pertama 40%, ClCH2COONa, metanol 70% dan
dibuang kemudian filtrat dikumpulkan asam asetat 90% dengan perbandingan
sekitar 100 mL dalam labu yang kering dan berturut-turut adalah 1 : 20 : 20 : 5 : 20
bersih. Filtrat sebanyak 25 mL dimasukkan : 15. Na-CMC kemudian disaring dan
ke dalam labu 250 mL, ditambahkan dicuci sebanyak 6 kali dengan etanol. Na-
larutan kalium dikromat 0,5 N sebanyak CMC yang telah dicuci etanol kemudian
10 mL dan asam sulfat pekat sebanyak 50 dicuci kembali dengan metanol murni dan
mL. Larutan dipanaskan pada suhu 125°C dikeringkan menggunakan oven pada suhu
sampai 135°C dan dibiarkan tetap panas 60°C.7
selama 15 menit. Larutan ditambahkan 50
mL akuades dan didinginkan pada suhu Crosslinking Na-CMC dari Selulosa Eceng
ruangan. Indikator ferroin ditambahkan Gondok dengan Epiklorohidrin dalam
sebanyak 2-4 tetes kemudian dititrasi perbandingan 1:10
dengan larutan ferro ammonium sulfat Na-CMC hasil sintesis dari selulosa
0,1 N sampai berwarna ungu kecoklatan. eceng gondok ditimbang sebanyak 5 gram
Titrasi blanko dilakukan dengan mengganti berat kering, kemudian dicampurkan
filtrat pulp dengan 12,5 mL larutan dengan 50 mL NaOH 17,5% dan diaduk
NaOH 17,5% dan 12,5 mL aquades.11 pada suhu 50°C selama 20 menit.
Kandungan α-selulosa dihitung dengan Perbandingan massa Na-CMC dan
rumus: Epiklorohidrin yang digunakan adalah 1:10.
Epiklorohidrin dengan perbandingan massa
1:1 dicampurkan dengan NH4OH 25%.
Lalu, campuran tersebut ditambahkan ke
Keterangan: dalam sampel. Sampel direfluks selama 4
X = α-Selulosa (%) jam pada suhu 40°C. Produk crosslink yang
V1 = volume titrasi blanko (mL) tidak larut dikumpulkan, dicuci dengan
V2 = volume titrasi pulp (mL) etanol dan akuades kemudian dikeringkan.
N = normalitas larutan ferro Sehingga diperoleh produk crosslinking
ammonium sulfat Na-CMC.4
A = volume filtrat pulp yang
dianalisis (mL) Karakterisasi Na-CMC Hasil Sintesis
W = berat kering oven contoh uji pulp Karakterisasi Na-CMC yang disintesis
(g) dari selulosa eceng gondok dilakukan
menurut The Joint FAO/WHO Expert
102
IJPST Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

Committee on Food Addictives


(JECFA),12 dan Farmakope Indonesia
edisi ke-V.13 Pemeriksaan karakteristik
Na-CMC yang dilakukan meliputi: 7. Penentuan kandungan Na dalam
Na-CMC
1. Pemeriksaan Organoleptis Penentuan total kandungan natrium
Pemeriksaan yang dilakukan dalam Na-CMC dilakukan dengan
meliputi pemeriksaan bentuk, warna, menggunakan instrumen Atomic
bau dan rasa sesuai dengan Farmakope Absorption Spectroscopy (AAS).12
Indonesia Edisi ke-V.13
8. Penentuan Derajat Substitusi (DS)
2. Kelarutan Penentuan derajat substitusi
Na CMC diamati kelarutannya dilakukan dengan menghitung terlebih
terhadap air, etanol dan eter.13 dahulu kadar natrium dalam Na-CMC
dan selajutnya dikalikan dengan faktor
3. Foam Test (Pembentukan Busa) pengali.12
Sampel dibuat bentuk larutan
dengan konsentrasi 0,1% kemudian
dikocok kuat-kuat. Pada Na CMC tidak
terbentuk lapisan busa pada permukaan 9. Water Holding Capacity (WHC)
larutan.12 dan Oil Holding Capacity (OHC)
Akuades dan olive oil 25 mL
4. Pembentukan Endapan ditambahkan masing-masing dengan
Tambahkan lebih kurang 1 g zat 1 gram sampel Na-CMC kering,
pada 50 mL air sambil diaduk hingga kemudian diaduk dengan pengaduk
terdispersi homogen. Lanjutkan mekanik sambil diinkubasi pada
pengadukan hingga diperoleh larutan suhu 40°C selama 1 jam. Selanjutnya
jernih. Pada 5 mL larutan tambahkan 5 disentrifugasi kemudian dihitung nilai
mL barium klorida, terbentuk endapan WHC dan OHC sebagai gram hasil per
halus putih.13 gram sampel.15

5. Penentuan pH larutan Na CMC 1% 10. Penentuan Viskositas Larutan 1%


Na CMC ditimbang sebanyak 1 Na CMC ditimbang sebanyak 1
gram dan dilarutkan dalam akuades gram dan dilarutkan dalam akuades 100
100 mL dengan memanaskan pada suhu mL dan dipanaskan pada suhu 25°C
60°C dan diaduk sampai larut. Setelah sambil diaduk sampai larut. Setelah larut
larut merata, didinginkan pada suhu merata, didinginkan pada suhu ruang.
ruang. Penetapan pH dilakukan dengan Penetapan viskositas larutan dilakukan
pH meter.14 dengan menggunakan viskometer.14

6. Susut Pengeringan 11. Pengujian Kandungan Logam Berat


Sampel ditimbang 1-2 gram dalam dalam Na-CMC Hasil Sintesis dari
botol timbang yang telah diketahui Selulosa Eceng Gondok
beratnya. Dikeringkan pada suhu Pengujian kandungan logam berat
105°C sampai bobot tetap. Setelah dalam Na-CMC hasil sintesis dari
dikeringkan, botol timbang dalam selulosa eceng gondok dilakukan
keadaan tertutup dimasukkan ke dalam dengan instrumen Atomic Absorption
desikator, didinginkan pada suhu ruang Spectroscopy (AAS). Logam berat yang
dan ditimbang.12 diuji adalah timbal (Pb).12
103
IJPST Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

1. Identifikasi Gugus Fungsi Na-CMC nilai WHC dari Na-CMC dengan crosslink
dengan Fourier Transform Infrared (1:10).
(FTIR) Hipotesis yang diajukan adalah:
Pelet dibuat dari sampel Na-CMC H0 : Tidak terdapat perbedaan nilai WHC
(2-5 mg) digerus bersama dengan KBr yang signifikan diantara kelompok eceng
(200-250 mg). Kemudian spektrum gondok yang berasal dari Lembang dan
inframerah dari sampel Na-CMC Jatinangor.
direkam dengan FTIR. Transmisi H1 : Terdapat perbedaan nilai WHC yang
diukur pada bilangan gelombang 4000- signifikan diantara kelompok eceng gondok
400 cm-1.7 yang berasal dari Lembang dan Jatinangor.
dengan menggunakan α = 5%, maka
Uji Statistika U Mann-Whitney dengan pengambilan keputusan:
menggunakan Software SPSS versi 23.0 1. Jika nilai signifikansi atau Pvalue >0,05
Uji statistika dilakukan dengan U Mann- maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Whitney menggunakan software SPSS versi 2. Jika nilai signifikansi atau Pvalue <0,05
23.0 dengan membagi data ke dalam dua maka H0 ditolak dan H1 diterima.
kelompok, yaitu kelompok eceng gondok Perlakuan yang sama dilakukan untuk
yang berasal dari Jatinangor dan kelompok mengetahui perbedaan nilai OHC dari
eceng gondok yang berasal dari Lembang, Na-CMC dari kelompok eceng gondok
dimana pada masing-masing kelompok yang berasal dari daerah Jatinangor dan
terdapat 6 sampel yang diuji yaitu nilai kelompok eceng gondok yang berasal dari
WHC dari Na-CMC tanpa crosslink dan Lembang.

Hasil Tabel 3. Hasil Isolasi α-Selulosa Eceng Gondok


Jatinangor
Tabel 1. Hasil Uji Susut Pengeringan Simplisia Berat Berat
Eceng Gondok Isolasi %
simplisia α-Selulosa
ke: Rendemen
(g) (g)
Eceng Berat Berat Susut 1 10 2,6 26,00
Gondok Basah Kering pengeringan 2 20 4,1 20,50
(kg) (kg) (%) 3 20 4 20,00
4 20 3,868 19,34
Jatinangor 5,19 0,492 90,52
5 20 4,676 23,38
Lembang 5,19 0,148 97,14
Rata-rata 20,80
SD 2,78
Tabel 2. Hasil Pengujian Kadar Air dan Kadar
Abu Simplisia Eceng Gondok
Tabel 4. Hasil Isolasi α-Selulosa Eceng Gondok
Lembang
Eceng Kadar Air Kadar Abu
Gondok (%) (%)
Berat Berat
Isolasi %
Jatinangor 7,76 17,76 Simplisia α-Selulosa
ke: Rendemen
(g) (g)
Lembang 7,78 19,44
1 20 5,3 26,50
2 10 1,7 17,00
Sementara itu hasil isolasi alfa 3 20 2 10,00
sellulosa dari eceng gondok Jatinangor 4 40 7,6 19,00
dan Lembang ditunjukkan pada Tabel 3 5 20 4,1 20,50
dan 4. Sedangkan hasil sintesis Na CMC Rata-rata 20,80
pad Tabel 5 dan 6. SD 2,78

104
IJPST Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

Tabel 5. Hasil Sintesis Na-CMC Eceng Gondok Tabel 6. Hasil Sintesis Na-CMC Eceng Gondok
Jatinangor Lembang

Berat Berat
Berat Na-CMC Berat Na-CMC
Sintesis % Sintesis %
α-Selulosa yang α-Selulosa yang
ke: Rendemen ke: Rendemen
(g) Dihasilkan (g) Dihasilkan
(g) (g)
1 5,00 4,64 92,80 1 5,00 3,93 76,80
2 5,00 4,93 98,56 2 5,01 4,64 92,72
3 5,02 4,98 99,25 3 5,00 4,28 85,58
Rata-rata 96,87 Rata-rata 85,03

Tabel 8. Hasil Karakterisasi Na-CMC Hasil Tabel 9. Hasil Karakterisasi Na-CMC Hasil
Sintesis dari Eceng Gondok Jatinangor Sintesis dari Eceng Gondok Lembang

Parameter Non Crosslink Parameter Non Crosslink


Crosslink Crosslink
Organoleptis Organoleptis
Warna Putih Putih Warna Putih Putih
Kekuningan Kekuningan
Bau Tidak Berbau Tidak Berbau Bau Tidak Berbau Tidak Berbau
Rasa Tidak Berasa Tidak Berasa Rasa Tidak Berasa Tidak Berasa
Bentuk Serbuk Serbuk Bentuk Serbuk Serbuk
Kelarutan Kelarutan
Air Terdispersi Terdispersi Air Terdispersi Terdispersi
Alkohol Tidak Larut Tidak Larut Alkohol Tidak Larut Tidak Larut
Eter Tidak Larut Tidak Larut Eter Tidak Larut Tidak Larut
pH 6,72 6,74 pH 6,61 6,82
Susut 13,02 0,47 Susut 10,57 1,87
Pengeringan Pengeringan
(%) (%)
Foam Test Negatif Negatif Foam Test Negatif Negatif
Pengendapan +++ + Pengendapan +++ +
(1) 29,38 (1) 5,08 (1) 22,14 (1) 4,92
WHC (g/g) (2) 28,60 (2) 5,15 WHC (g/g) (2) 22,12 (2) 4,95
(3) 29,01 (3) 5,16 (3) 22,99 (3) 4,82
(1) 8,67 (1) 4,22 (1) 8,67 (1) 3,71
OHC (g/g) (2) 8,84 (2) 4,24 OHC (g/g) (2) 7,35 (2) 3,75
(3) 8,42 (3) 4,24 (3) 7,28 (3) 3,75
Logam Pb - - Logam Pb - -
Kadar Na 2,654 0,559 Kadar Na 1,881 0,192
(%) (%)
Derajat 0,205 0,040 Derajat 0,141 0,013
Substitusi Substitusi

105
IJPST Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

Tabel 7. Hasil Crosslink Na-CMC

Na-CMC Berat Berat % Rendemen


Na- Na-CMC
CMC Crosslink
(g) (g)

Jatinangor 2,00 8,8 439,14


Lembang 2,00 4,36 221,81

Gambar 1. Overlay Spektrum Inframerah


Na-CMC

Pembahasan Materia Medika Indonesia terutama untuk


tumbuhan yang akan dijadikan obat.
Hasil Preparasi Bahan Baku Eceng Gondok Pengujian kadar abu dilakukan dengan
(Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) menggunakan metode termogravimetri.
Bahan baku eceng gondok (Eichhornia Pengabuan dengan tanur menyisakan
crassipes (Mart.) Solms) diperoleh dari mineral dan bahan anorganik. Bahan baku
dua tempat, yaitu sungai di Arboretum eceng gondok yang diuji memiliki kadar
Universitas Padjadjaran, Sumedang dan abu sebesar 17,76% dan 19,44%. Kadar
kolam di daerah Lembang, Kabupaten abu yang tinggi ini berkaitan dengan
Bandung Barat. Hasil determinasi tumbuhan fungsi tumbuhan eceng gondok sebagai
menunjukkan bahwa kedua tanaman fitoremediator. Kadar abu dalam suatu
tersebut benar merupakan eceng gondok bahan dapat berkaitan dengan kandungan
(Eichhornia crassipes (Mart.) Solms). logam di dalamnya. Eceng gondok efektif
Tanaman eceng gondok dibuang akar menyerap dan menyisihkan logam pada
dan daunnya kemudian dicuci dengan air limbah industri.16 Oleh karena itu dilakukan
hingga bersih dari kotoran dan lumpur. uji kadar logam Pb sebagai salah syarat uji
Eceng gondok kemudian dirajang menjadi kualitas Na-CMC, dan menunjukkan bahwa
ukuran yang lebih kecil. Perajangan ini Na-CMC yang dihasilkan dari sintesis
dilakukan untuk memperkecil ukuran, alfa selulosa eceng gondok dari daerah
memperluas permukaan dan mengurangi Jatinangor dan Lembang tidak mengandung
sifat eceng gondok yang voluminus. Eceng logam Pb (Tabel 8). Kadar abu dari bahan
gondok yang telah dirajang kemudian baku eceng gondok tersebut juga lebih kecil
dijemur di bawah sinar matahari selama 5-7 dari yang pernah dilaporkan sebelumnya
hari. Bahan baku eceng gondok yang telah yaitu 52,07 %.5
kering kemudian diuji susut pengeringan.
Eceng gondok segar memiliki kandungan Hasil Isolasi α-Selulosa dari Eceng Gondok
air hingga 90%.5 Hasil uji susut pengeringan Proses isolasi α-selulosa terbagi dalam
dapat dilihat pada Tabel 1. tiga tahap, yaitu pre-hidrolisis, delignifikasi
dan bleaching. Tahap pre-hidrolisis yaitu
Hasil Pengujian Kadar Air dan Kadar Abu pemasakan serbuk eceng gondok dengan
dari serbuk Eceng Gondok akuades hingga mendidih selama 15 menit
Pengujian kadar air simplisia bertujuan bertujuan untuk mempercepat pemisahan
untuk mencapai kadar air kurang dari 10%.9 hemiselulosa.. Delignifikasi bertujuan untuk
Kecuali dinyatakan dalam literatur seperti melarutkan lignin sehingga mempermudah
106
IJPST Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

pemisahan lignin dan selulosa. NaOH ungu.10


30% dapat melarutkan bentuk selulosa lain Didapatkan kandungan α-selulosa rata-
seperti β-selulosa, γ-selulosa, hemiselulosa, rata dari Jatinangor sebesar 76,53% dan dari
dan holoselulosa sehingga yang tersisa Lembang sebesar 71,35 % dimana kadar ini
adalah α-selulosa.17 Residu yang tersisa lebih tinggi dari pengujian yang dilakukan
setelah proses penyaringan dicuci hingga oleh Joedodibroto (1983) yaitu sebesar
pH netral kemudian ditambahkan dengan 64,51%.18 Semakin besar konsentrasi
larutan natrium hipoklorit hingga terendam NaOH maka α-selulosa yang diperoleh
seluruhnya dan dibiarkan selama 4 jam. semakin besar disebabkan jumlah yang
Derajat putih selulosa dapat ditingkatkan larut selain alfa selulosa semakin besar.17
dengan penghilangan warna lignin, salah
satunya dengan hipoklorit. Pada proses Hasil Sintesis Na-CMC dari Selulosa Eceng
bleaching terjadi dua reaksi yaitu klorinasi Gondok
dan oksidasi. Reaksi ini menyebabkan Tahapan sintesis Na-CMC terdiri dari
perubahan warna selulosa dari coklat alkalisasi, karboksimetilasi, netralisasi,
menjadi putih dan lignin menjadi mudah pencucian dan pengeringan.19 Isopropil
larut dalam air sehingga saat pencucian, alkohol berfungsi sebagai media untuk
lignin akan terbawa oleh air dan tersisa mendispersikan selulosa, menyeragamkan
α-selulosa.17 α-Selulosa dicuci dengan reaksi, menambah derajat substitusi,
menggunakan akuades hingga bau klorin menaikkan laju kinetik reaksi dan sebagai
hilang. α-Selulosa yang telah bebas dari media pertukaran panas.1 Isopropil alkohol
klorin ditandai dengan tidak terbentuknya juga berperan sebagai pelarut inert yang
endapan putih AgCl pada air sisa pencucian berperan sebagai swelling agent dan sebagai
ketika ditambahkan larutan AgNO3. pengencer yang memfasilitasi NaOH untuk
α-Selulosa kemudian dikeringkan dengan berpenetrasi dengan baik pada selulosa.7
oven pada suhu 50ºC.4 Penambahan NaOH 40% menghasilkan
Penggunaan NaOH dan Na2SO4 alkali selulosa. Proses sintesis dilanjutkan
memberikan hasil α-selulosa yang relatif dengan karboksimetilasi, yaitu penambahan
kecil karena NaOH mempunyai pH yang natrium monokloroasetat (ClCH2COONa)
besar (pH = 14) sehingga α-selulosa dan pengadukan selama 3,5 jam pada
yang larut akan terbuang saat pencucian. suhu 55ºC. Pada tahap ini terjadi pula
Dapat digunakan Na2SO3 sebagai pereaksi pembentukan produk samping berupa
alternatif untuk tahap delignifikasi.17 natrium glikolat dan natrium klorida.1
Metanol 70% ditambahkan ke dalam
Hasil Analisis Kandungan α-Selulosa campuran untuk memisahkan Na-CMC
Analisis kandungan α-selulosa dari produk sampingnya. Asam asetat 90%
dilakukan sesuai dengan SNI 0444-2009 ditambahkan untuk menetralkan produk
mengenai cara uji kadar alfa, beta, dan karena proses reaksi berjalan pada suasana
gamma dalam pulp. Dimana digunakan basa. Na-CMC yang telah dinetralkan
titrasi untuk menentukan kandungan kemudian dicuci dengan etanol 96% dan
β-selulosa dan γ-selulosa.10 metanol murni untuk menghilangkan sisa
Kalium dikromat (K2Cr2O7) berlebih asam glikolat dan pengotor lain. Na-CMC
dalam suasana asam dan mendidih dapat yang sudah bersih kemudian di keringkan
mengoksidasi selulosa.4 Kelebihan dengan menggunakan oven pada suhu 60ºC
K2Cr2O7 tersebut kemudian dititrasi dengan selama 24 jam.
menggunakan larutan ferro ammonium Konsentrasi NaOH yang digunakan
sulfat (FAS). Indikator feroin digunakan pada proses alkalisasi selulosa berpengaruh
untuk menentukan titik akhir titrasi dimana terhadap Na-CMC yang dihasilkan. Jumlah
perubahan warna terjadi dari hijau menjadi Na-CMC semakin menurun dengan
107
IJPST Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

peningkatan konsentrasi NaOH.20 Hasil identifikasi spektrum inframerah


Kandungan α-selulosa yang lebih tinggi sampel Na-CMC hasil sintesis maupun
memberikan rendemen Na-CMC hasil hasil crosslink identik dengan spektrum
sintesis lebih tinggi7, sehingga rendemen Na-CMC baku. Puncak serapan pada
dari eceng gondok Jatinangor lebih tinggi. bilangan gelombang 3391,85 cm-1 hingga
3434,77 cm-1 mengindikasikan adanya
Hasil Crosslinking Na-CMC dari gugus -OH. Gugus -OH memberikan
Selulosa Eceng Gondok dengan serapan pada bilangan gelombang 3800-
Epiklorohidrin dalam perbandingan 1:10 2700 cm-1. Kemudian serapan pada 2894,21
Pereaksi yang digunakan pada tahap cm-1 hingga 2922,18 cm-1 mengindikasikan
crosslink adalah Na-CMC, campuran adanya gugus -C-H alifatik. Ikatan C-H
NH4OH – epiklorohidrin (1:1) dengan pada rantai alifatik memberikan serapan
perbandingan 1:10. Perbandingan pada bilangan gelombang 3000-2850 cm-1.
tersebut merupakan hasil optimasi dimana Puncak serapan pada bilangan gelombang
perbandingan 1:10 memberikan hasil 1601,89 cm-1 hingga 1641,92 cm-1 pada
karakterisasi yang paling baik.4 Hasil sampel mengindikasikan adanya gugus
crosslink Na-CMC dapat dilihat pada tabel karbonil. Ikatan C=O memberikan serapan
7. pada bilangan gelombang 1850-1600
cm-1. Bending pada bilangan gelombang
Hasil Karakterisasi Na-CMC dari Selulosa 1418,17 cm-1 hingga 1464,95 cm-1 pada
Eceng Gondok sampel mengindikasikan adanya ikatan
Karakterisasi Na-CMC yang disintesis -C-H alifatik. Sedangkan puncak pada
dari selulosa eceng gondok dilakukan bilangan gelombang 1017,48 cm-1 hingga
menurut The Joint FAO/WHO Expert 1064,23 cm-1 mengindikasikan adanya
Committee on Food Addictives (JECFA),12 ikatan glikosida (-C-O).21 Gugus karboksil
Farmakope Indonesia edisi V13 dan sebagai garam ditunjukkan dengan puncak
Handbook of Pharmaceutical Excipient.2 pada 1600-1640 cm-1 dan 1400-1450 cm-1.
Secara organoleptis Na-CMC hasil Puncak serapan inilah yang membedakan
sintesis dan hasil crosslink memiliki selulosa dengan Na-CMC.7
karakter yang sama seperti tercantum pada Hasil pengujian statistika dengan
Farmakope Indonesia edisi V.13 menggunakan Mann-Whitney U test
Susut pengeringan (loss on drying) menunjukkan bahwa P-value untuk WHC
berkaitan dengan kandungan air pada bernilai lebih kecil dari 0,05. Dengan
serbuk Na-CMC. Farmakope Indonesia demikian maka H0 ditolak. Kesimpulan yang
edisi V,13 dan JECFA12 mempersyaratkan dapat diambil adalah terdapat perbedaan
susut pengeringan tidak lebih dari 10%. nilai WHC yang signifikan diantara
Na-CMC baku dan hasil sintesis yang kelompok eceng gondok yang berasal dari
tidak di crosslink menunjukkan nilai susut Lembang dan Jatinangor. Sementara itu,
pengeringan lebih dari 10%. P-value untuk OHC bernilai lebih besar dari
Pengujian viskositas larutan Na-CMC 0,05. Dengan demikian maka H0 diterima.
memberikan hasil untuk Na-CMC baku Kesimpulan yang dapat diambil adalah
sebesar 40 mPas, Na-CMC non crosslink tidak terdapat perbedaan nilai OHC yang
dan crosslink dari Jatinangor berturut- signifikan diantara kelompok eceng gondok
turut adalah sebesar 60 mPas dan 35 mPas yang berasal dari Lembang dan Jatinangor.
sedangkan untuk Na-CMC non crosslink Nilai WHC yang berbeda signifikan
dan crosslink dari Lembang berturut-turut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
adalah sebesar 50 mPas dan 30 mPas. Salah satunya kandungan α-selulosa.
Viskositas larutan Na-CMC 1% berkisar α-Selulosa merupakan bahan baku utama
antara 5-2000 mPas (5-2000 cP).2 pembuatan Na-CMC. Semakin besar
108
IJPST Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

kandungan α-selulosa maka semakin banyak Daftar Pustaka


Na-CMC yang terbentuk.7 Hasil uji statistika
komparatif menunjukkan bahwa kandungan 1. Musfiroh, I, Hasanah A.N, Budiman
α-selulosa dari eceng gondok Jatinangor I. The Optimization of Sodium
dan eceng gondok α-selulosa berbeda Carboxymethyl Cellulose (Na-CMC)
signifikan ditandai dengan p value < 0,05. Synthesized from Water Hyacinth
Nilai WHC tergantung pada interaksi (Eichhornia crassipes (Mart.) Solm)
antara air dan Na-CMC, sisi aktif gugus -OH Cellulose. RJPBCS. 2013; 4: 1092-
dan kondisi lingkungan. Variasi nilai WHC 1099.
dapat juga dipengaruhi oleh konformasi 2. Rowe, Raymond C., Sheskey P. J.,
struktur Na-CMC. Struktur yang seragam Quinn M. E. 2009. Handbook of
dengan berbagai pori-pori kecil mungkin Pharmaceutical Excipients 6th ed.
akan menghasilkan daya serap yang lebih London: Pharmaceutical Press.
dan retensi air yang lebih baik daripada 3. Imerson, A. 2009. Food Stabiliser,
struktur kasar dengan pori-pori besar. Sifat Thickeners, and Gelling Agents.
swelling dari Na-CMC tergantung pada rasio London: John Wiley & Sons Publisher.
matriks dan pelarut, temperatur inkubasi 4. Hasanah A.N, Elyani I, Sriwidodo,
dan lama waktu inkubasi. Temperatur dan Muchtaridi, Muhtadi A, Musfiroh
lama inkubasi memberikan efek yang paling I. Epichlorohydrin as Crosslinking
signifikan pada nilai WHC.22 Agent for Synthesis of Carboxymethyl
Cellulose Sodium (Na-CMC) as
Simpulan Pharmaceutical Excipient from Water
Hyacinth (Eichorrnia Crassipes L.). Int.
Na-CMC hasil sintesis dari selulosa J. Chem. Sci. 2015; 13(3): 1227-37.
eceng gondok yang tumbuh di daerah 5. Gunnarsson C.C and C.M. Petersen.
Jatinangor dan Lembang telah memenuhi 2007. Water Hyacinths as A Resource in
beberapa kriteria yang dipersyaratkan oleh Agriculture and Energy Production: A
Farmakope Indonesia edisi V, JECFA, dan Literature Review. Waste Management.
Handbook of Pharmaceutical Excipient 27: 117–129.
yaitu organoleptis, kelarutan, foam test, 6. Artanti, A. N., Nikmah, W. R., Setiawan,
pembentukan endapan, viskositas dan D. H., Prihapsara, F. 2016. Perbedaan
kandungan logam berat. Parameter yang Kadar Kafein Daun Teh (Camellia
belum memenuhi kriteria adalah susut sinensis (L.) Kuntze) Berdasarkan
pengeringan, kandungan natrium dan derajat Status Ketinggian Tempat Tanam
substitusi, dimana pada susut pengeringan dengan Metode HPLC. JPSC. 01: 37-
melebihi nilai yang dipersyaratkan 44.
sedangkan untuk kandungan natrium dan 7. Latif, A., Anwar, and S. Noor. 2007. Two-
derajat substitusi lebih kecil dari nilai yang Step Synthesis and Characterization of
dipersyaratkan namun masih lebih baik dari Carboxymethylcellulose from Rayon
Na-CMC baku yang digunakan. Grade Wood Pulp and Cotton Linter.
Terdapat perbedaan yang signifikan Jour. Chem. Soc. Pak. 29(2): 143-150.
secara statistika nilai WHC, namun tidak 8. Badan Pusat Statistik Kabupaten
terdapat perbedaan yang signifikan secara Sumedang. 2010. Kabupaten Sumedang
statistika dari Na-CMC yang disintesis dari dalam Angka Tahun 2010. Sumedang:
selulosa tanaman eceng gondok (Eichhornia BPS Kabupaten Sumedang
crassipes (Mart.) Solms.) yang tumbuh di 9. Balai Besar Pelatihan Pertanian
daerah Jatinangor dan Lembang. Lembang. 2014. Kondisi. Geografis
Lembang. Tersedia di: www.bbpp-
lembang.info/index.php/profil/sekilas-
109
IJPST Volume 3, Nomor 3, Oktober 2016

bbpp-lembang/kondisi-geografis 17. Sumada K, Tamara PE, dan Alqani F.


[Diakses tanggal 2 November 2015]. Kajian Proses Isolasi α-selulosa dari
10. Sholikhah FS dan Nisa FC. Cookies Limbah Batang Tanaman Manihot
Beras Pratanak (Kajian Proporsi Tepung esculenta Crantz yang Efisien. Jurnal
Beras Pratanak dengan Tepung Terigu Teknik Kimia. 2011; 5 (2): 434-438.
dan Penambahan Shortening). Jurnal 18. Joedibroto, R. Prospek Pemanfatan
Pangan dan Agroindustri. 2015; 3 (3): Eceng Gondok dalam Industri Pulp dan
1180-91. Kertas. Berita Selulosa. 1983; 19(1) :
11. Standar Nasional Indonesia. 2009. Cara 3-7.
Uji Kadar Selulosa Alfa, Beta, dan 19. Nisa, D. dan Widya Dwi R. Pemanfaatan
Gamma dalam Pulp (SNI 0444:2009). Selulosa dari Kulit Buah Kakao
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. (Teobroma cacao L.) Sebagai Bahan
12. Joint FAO/WHO Expert Committee on Baku Pembuatan CMC (Carboxymethyl
Food Additives. 2011. Compendium of Cellulose). Jurnal Pangan dan
Food Additive Specifications. [diunduh Agroindustri. 2014; 2(3): 34-43.
9 November 2015]. Tersedia dari http:// 20. Ismail, N.M, A. Bono, A.C.R Valintinus,
www.fao.org/docrep/014/i2358e/ S. Nilus, and L.M. Chng. Optimization
i2358e00.pdf. of Reaction Conditions for Preparing
13. Departemen Kesehatan Republik Carboxymethylcellulose. J. Applied
Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Sci. 2010; 10 (21): 2530-2536.
Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan 21. Signh RK, and Singh AK. Optimization
Republik Indonesia. of Reaction Condition for Preparation
14. Deshmukh, Swati, Kaushal, B., Ghode, Carboxymethyl Cellulose for Corn
S., Formulations and Evaluation of Cobic Agriculture Waste. Waste
Herbal Shampoo and Comparative Biomass Valor. 2013; 4: 129-137.
Studies with Herbal Marketed Shampoo. 22. Mirhosseini H. and B.T. Amid. Influence
Int J Pharm Bio Sci. 2012; 3(3): 638- of Chemical Extraction Conditions on
645. the Physicochemical and Functional
15. Hutomo, G., Djagal W.M., Sri A., Properties of Polysaccharide Gum
and Supriyanto. 2012. Synthesis from Durian (Durio zibethinus) Seed.
and Characterization of Sodium Molecules. 2012; 17:6465-6480.
Carboxymethyl Cellulose from Pod
Husk of Cacao (Theobroma cacao L.).
African Journal of Food Science. 6(6):
180-185.
16. Sumiyati, S. dan Mochtar Hadiwidodo.
2007. Pemanfaatan Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.)
dalam Penyisihan Logam Berat Chrom
(Cr) Pada Limbah Elektroplating. Jurnal
Teknik 28(1): 34-42.

110

Anda mungkin juga menyukai