SKRIPSI
Oleh :
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya
buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana
Penelitian : Mandiri / Proyek Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu).
Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan
atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan
saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami
bersedia :
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
SKRIPSI
Oleh:
NIM. 141411131177
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
SKRIPSI
Oleh :
Universitas Airlangga
Dekan,
RINGKASAN
72,00. Tingkat kelulushidupan ikan gurame yang divaksin juga lebih tinggi dari
kontrol (A) 65%; (B) 85%; (C) 95%; (D) 95%; (E) 85%.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pemberian vaksin Aeromonas hydrophila
dapat memberikan perlindungan terhadap pencegahan MAS dan menggunakan
jumlah kepadatan 104 cfu/ml dalam vaksin mampu meningkatkan titer antibodi
dari kontrol awal 6,00 menjadi 40,00 dan setelah booster menjadi 96,00, selain itu
juga menghasilkan tingkat kelulushidupan (SR) gurame yang tinggi mencapai
95%. Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk penelitian lanjutan dengan
penambahan adjuvant pada vaksin.
vi
SUMMARY
vii
cfu/ml can provide the antibody titre from 6,00 to 40,00 and after booster being
96,00, and than it also giving the high result of survival rate is 95%. Based on this
research, it is suggested for continued research with the addition of adjuvants to
the vaccine.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
pencegahan Motile Aeromonas hydrophila (MAS) setelah Uji Tantang. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Airlangga-Surabaya.
pedoman yang telah ditetapkan. Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Surabaya,...................
Penulis
ix
ini tidak terlepas dari dukungan orang-orang terdekat penulis. Melalui kesempatan
ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Allah SWT karena telah
penelitian (Skripsi) ini dengan tepat waktu dan juga ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada :
1. Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. dan Didik Handijatno, drh., M.S., Ph.D.
2. Rozi, S.Pi., M. Biotech., Sudarno, Ir., M.Kes. dan Prof. Dr. Hari Suprapto,
Ir., M. Agr., Selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
3. Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., MP., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
4. Dr. Ir. Kismiyati, M. Si. selaku dosen wali yang memberikan pengarahan
penelitian ini.
6. Orang tua tercinta, Bapak Eddy Santoso dan Ibu Titi Yahani tidak lupa
kakak tercinta Sri Inti Purwanti yang selalu memberikan doa dan
7. Sahabat seperjuangan anggota Tim Nada Almas Nudiya dan Defi Alfaniah
ini.
dan Diyah Ayu yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
10. Teman berjuang sekaligus penasehat Rico Abdullatif yang turut serta
skripsi.
(Shobrina Silmi Q. dan Arina Sara Moutia) yang selama ini telah
xi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................................... v
I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
xii
IV METODOLOGI ............................................................................................ 18
4.1 Tempat dan Waktu .................................................................................18
4.2 Materi Penelitian ...................................................................................18
4.2.1 Alat Penelitian ...............................................................................18
4.2.2 Bahan Penelitian ............................................................................18
4.3 Metode Penelitian .................................................................................19
4.3.1 Rancangan penelitian ....................................................................19
4.3.2 Variabel Penelitian ........................................................................19
4.4 Prosedur Kerja ......................................................................................20
4.4.1 Re-identifikasi Bakteri ..................................................................20
4.4.2 Preparasi Vaksin Aeromonas hydrophila ......................................20
4.4.3 Persiapan Wadah dan Ikan Uji ......................................................21
4.4.4 Vaksinasi dan Uji Tantang ............................................................21
4.4.5 Uji Titer Antibodi ..........................................................................22
4.5 Penghitungan Parameter penelitian .......................................................23
4.6 Analisis Data .........................................................................................24
4.7 Alur Penelitian ......................................................................................25
LAMPIRAN .......................................................................................................46
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2. Rata-rata titer antibodi dan SD ikan gurame setelah uji tantang .............. 29
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
3. Data pengukuran titer antibodi asli dan transformasi log (y+1) .............. 51
xvi
I PENDAHULUAN
yang sudah menyebar ke seluruh perairan Asia tenggara dan Cina (Suminto dan
86.773 ton pada tahun 2013 daripada tahun sebelumnya yaitu 84.681 ton pada
2012 (KKP, 2013). Namun, menurut KKP (2015) pada tahun 2015 terjadi
penurunan produksi ikan gurame yaitu pada triwulan II yang mampu produksi
24.121 ton/tahun menjadi 20.922 ton/tahun pada triwulan ke III. Hal tersebut
bakterial yang bersifat akut, dapat menginfeksi semua umur ikan dan berbagai
jenis ikan tawar, serta dapat mengakibatkan kematian hingga 100% (Poobalane,
2007). Gejala MAS ditandai dengan bercak merah di seluruh tubuh, pendarahan
Penggunaan antibiotik atau bahan kimia lain untuk pengobatan ikan sudah
resistensi bakteri terhadap jenis antibiotik tertentu (Roza dkk., 2010). Vaksinasi
hidup, tidak mencemari lingkungan dan tepat sasaran (Mulia dkk., 2016).
dan konsumen serta dapat dilakukan pada berbagai ukuran ikan dari benih sampai
induk (Mulia dkk., 2016). Pemberian vaksin pada suatu perikanan budidaya
diperoleh melalui cara injeksi, perendaman kemudian oral. Hal tersebut juga
terjadi pada peningkatan titer antibodi dengan urutan tertinggi yaitu dengan
kreatifitas yang lebih untuk dapat menepatkan injeksi pada organ target.
Keefektifan pemberian vaksin selain dilihat dari nilai titer antibodi juga dapat
dilihat dari presentase Survival Rate (SR). Suatu vaksin dapat dinyatakan efektif
apabila mencapai SR lebih dari sama dengan 73,50 (Bahar, 2017). Berdasar hal
dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi pemberian vaksin yang efektif dalam
uji tantang?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
mengenai pengaruh jumlah kepadatan bakteri dalam vaksin yang dapat mencegah
II TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesie : Osphronemus goramy Lac.
Ikan gurame secara morfologi memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan
tidak terputus, bersisik stenoid, memiliki gigi pada rahang bawah. Jumlah sirip
punggung D.XII-XIII.11-13, sirip dada P.2.13-14, sirip perut V.1.5 dan sirip anal
panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan ikan dewasa 2,0 - 2,1
cm lebih tinggi dari panjang standar. Pada fase muda, di sisi lateral terdapat garis
tegak berwarna hitam berjumlah 8 – 10 buah. Pada daerah pangkal ekor terdapat
Ikan gurame memiliki bentuk badan yang pipih, lebar dan agak panjang.
Memiliki mulut yang kecil, miring dan bagian bawah lebih menonjol dari bagian
atas. Sisik yang dimiliki ikan gurame relatif besar. Memiliki sepasang sirip perut
yang mengalami modifikasi menjadi sepasang benang yang panjang dan berfungsi
rawa (Vidthayanon, 2012). Ikan gurame memiliki alat pernafasan tambahan yaitu
berupa labirin. Adanya alat pernafasan tambahan tersebut, ikan gurame mampu
bertahan hidup pada kondisi dengan kelarutan oksigen yang rendah di dalam air
Ikan gurame mampu tumbuh dengan cukup baik apabila hidup pada
Parameter kualitas air yang lain juga perlu diperhatikan seperti DO atau oksigen
terlarut dalam perairan kurang lebih 7,8 ppm dan pH air pada kisaran 6,5 – 7,0
(Prihartono, 2006).
kemarau di perairan umum, dan pada pemeliharaan yang baik ikan gurame dapat
pada ikan gurame terjadi pada usia sekitar dua tahun. Induk ikan gurame dalam
sekali memijah dapat menghasilkan telur antara 500-3000 butir telur (Sitanggang,
1998).
2.2.1 Klasifikasi
Aeromonas (Holt, 1997). Bakteri ini memiliki nama sinonim A. formicans dan A.
Filum : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudanonadeles
Famili : Vibrionaceae
Genus : Aeromonas
Species: Aeromonas hydrophila
dan perairan payau (Sukenda dkk., 2017). Ciri khusus yang dimiliki Aeromonas
hydrophila adalah berbentuk batang dan memiliki ukuran 0,8-1,0 x 1,0-3,5 µm,
motil dengan satu flagel (Austin and Austin, 1999). Aeromonas hydrophila
mampu hidup dalam lingkungan yang memiliki rentang kekeruhan, pH, salinitas,
dan suhu yang luas (suhu optimum berkisar 25-350C) (Cipriano et al., 1984).
bakteri gram negatif, bersifat motil dengan flagel tunggal di kutub. Selain itu juga
lysine decarboxylase dan juga fosfat, mampu memanfaatkan nitrat dan tidak
lingkungan, stress, perubahan temperatur, air yang terkontaminasi dan ketika host
tersebut telah terinfeksi oleh virus, bakteri atau parasit lainnya. Oleh kerena itu,
bakteri ini disebut dengan bakteri yang bersifat patogen oportunistik (Dooley et
menginfeksi semua umur dan jenis ikan air tawar, serta dapat mengakibatkan
proses dalam organisme yang mendeteksi berbagai macam agen mulai virus
al., 2012). Sistem pertahanan tubuh ikan terdiri dari sistem pertahanan non
pertahanan tubuh yang paling depan dalam menghadapi berbagai serangan dari
Sistem pertahanan non spesifik terdiri atas sistem pertahanan pertama dan sistem
kimiawi (kulit, sisik, lendir), sedangkan sistem pertahanan kedua yaitu darah
non spesifik terlebih dahulu, namun apabila sistem pertahanan pertama mampu
pertahanan spesifik terdiri dari dua faktor yaitu antibodi dan seluler. Sistem
Limfosit terdiri dari dua jenis yaitu limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel
T). Sel B dan sel T mengalami sirkulasi di dalam tubuh (Roitt and Cooke, 1996).
Keadaan ini bertujuan untuk mencari adanya bahan asing yang masuk dalam
tubuh. Salah satu cara antigen untuk menimbulkan respon imun adalah dengan
dapat mengingat agen infeksius yang pernah masuk. Adanya komponen memori
pada sistem pertahanan spesifik tersebut, maka tubuh akan lebih cepat dalam
Wang, 2012).
2012). Namun, strain dari A. hydrophila merupakan penyebab utama MAS yang
berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan dan populasi ikan yang mengalami
stres. Menurut Hanson et al. (2012) ikan yang terjangkit penyakit ini biasanya
membengkak, pengikisan pada sirip, kulit dan bisa terlihat ulcer. Selain itu
10
perubahan internal yang dapat terjadi yaitu pendarahan pada usus, jaringan
penghubung dan pembengkakan pada ginjal dan limpa (Hanson et al., 2012).
dapat menyebabkan kondisi patologi akut, kronis dan infeksi laten. Kondisi
patologi akut merupakan septicaemia yang fatal, infeksi cepat dengan sedikit
tanda-tanda yang terlihat, dan ditandai dengan exopthalmia, kemerahan pada kulit,
pembengkakan organ dalam. Kondisi yang kedua yaitu kronis, yang ditandai
dengan terlihat gejala ulcer, peradangan dan pendarahan. Terkadang juga ada
yang menonjol keluar dari bagian tubuh dan juga pembengkakan. Kondisi yang
ketiga yaitu laten, tidak memperlihatkan gejala penyakit, namun pada organ dalam
al. (2010) bahwa penggunaan antibiotik dapat menimbulkan residu pada ikan
MAS yang efektif dan efisien adalah dengan pemberian vaksin. Penggunaan
vaksin tidak menimbulkan residu pada ikan, tidak berbahaya pada kesehatan
11
Menurut Gudding and Thomas (2014), vaksin berasal dari bahasa latin
"vacca" yang berarti cow atau sapi. Edward jenner menggunakan istilah inokulasi
menjadi vaksinasi. Istilah ini ditetapkan oleh Louis Pasteur sebagai penghargaan
kepada Edward Jenner yang mempelopori ide vaksinasi saat menangani masalah
hydrophila harus memenuhi beberapa syarat yaitu vaksin harus aman, dapat
jenis vaksin diantaranya vaksin inaktif, dan vaksin yang berasal dari
mikroorganisme (bakteri dan virus) hidup. Vaksin aktif merupakan patogen yang
adalah patogen yang sudah dimatikan tetapi masih memiliki sifat imunogennya
(Tizard, 1988).
memiliki kekebalan terhadap serangan suatu penyakit (Ghufran dan Kordi, 2004).
Menurut Ruma (2006) metode vaksinasi dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu injeksi, oral, dan perendaman. Namun, efektivitas vaksin juga bergantung
pada kondisi lingkungan dan tingkat stress yang dialami ikan (Yambot, 1998).
12
Pada penelitian ini, metode vaksinasi yang digunakan adalah metode injeksi
booster secara injeksi intramuskular dapat meningkatkan titer antibodi ikan uji
pada otot tempat suntikan, namun pelaksanaannya lebih mudah, aman dan teknik
respon imun spesifik. Semakin tinggi nilai titer, maka diharapkan pula
Antibodi ikan terdapat dalam serum, jaringan yang ada di dalam usus,
perut, kulit dan insang (Sugiani, 2004). Respon antibodi diukur dengan titer
positif (aglutinasi) dikenal sebagai titer dan merupakan ukuran antibodi dalam
2004).
13
beberapa faktor diantaranya padat penebaran, kualitas air dan kondisi organisme
sehingga berdampak pada sintasan ikan (Sugiani dkk., 2015). Hal tersebut
dipertegas oleh Mulia (2007) bahwa sintasan ikan yang telah divaksin memiliki
sintasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang tidak divaksin. Hasil
vaksinasi dikatakan baik apabila nilai sintasan atau Survival Rate (SR) ikan lebih
merupakan penyakit pada beberapa ikan air tawar yang disebabkan oleh bakteri
tersebut dipertegas oleh (Roza dkk., 2010) bahwa antibiotik memiliki dampak
negatif yang ditimbulkan seperti residu dalam tubuh ikan, pencemaran lingkungan
serangan penyakit. Antibodi dapat terbentuk apabila sel penghasil antibodi yaitu
sel limfosit (sel B) telah berfungsi dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh
Secombes and Wang (2012), antigen yang masuk dalam tubuh setelah vaksinasi
akan dikenali oleh makrofag dan mempresentasikan pada sel T. Setelah dikenali
oleh sel T, dan dengan bantuannya maka akan terjadi aktivasi enzim dalam sel T
sehingga terjadi respon oleh sel T untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi
sel T helper aktif dan sel T sitotoksik. Sel T helper aktif akan merangsang sel B
untuk berdiferensiasi dan berproliferasi menjadi sel memori dan sel plasma. Sel
15
memori akan mengingat karakterisasi antigen dan sel plasma akan memproduksi
Penelitian mengenai uji vaksin dengan berbagai metode telah dilakukan oleh
bahwa mortalitas terendah terdapat pada ikan yang divaksin dengan metode
injeksi intramuskular yaitu 15,53%, selain itu nilai titer antibodi yang dihasilkan
pada injeksi pertama yaitu 42,66 namun setelah booster mengalami kenaikan
imunologis suatu vaksin dapat diketahui setelah uji tantang. Efektivitas suatu
vaksin ditentukan antara lain berdasarkan titer antibodi dan SR lebih dari sama
dengan 73,50% (Bahar, 2017). Berdasar hal tersebut maka perlu dilakukan
16
Aeromonas hydrophila
Pencegahan Pengobatan
Vaksin
Antigen O
Respon imun
Non-spesifik Spesifik
Dikenali makrofag
Sel T
Sel B
Antibodi
fagositosis patogen
SR meningkat
: tidak diamati
17
3.2 Hipotesis
IV METODOLOGI
Alat yang digunakan adalah akuarium, loop ose, jarum ose, alat suntik
mikroplat, vortex, mikropipet, timbangan analitik, spatula, laminar air flow, wrap,
kertas label, kertas buram, plastik tahan panas, tissue, spektrofotometer, pipet,
mikrotip, Erlenmeyer, batang pengaduk, autoclave, hot plate, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet volume, setrifuge, gelas ukur, termometer, pH pen dan
inkubator.
Bahan yang digunakan adalah ikan gurame berukuran 10-15 cm, serum
19
eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari lima
perlakuan (A, B, C, D dan E) dan 4 kali ulangan. Perlakuan pada penelitian ini
tantang
Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel bebas, terikat, dan
hydrophila
20
lainnya
hydrophila dengan kode isolat SR1 yang berasal dari salah satu balai di daerah
Serang pada bulan Juli 2017. Bakteri tersebut ditumbuhkan pada medium Tryptic
Soy Broth (TSB) kemudian diinkubasi pada suhu 280C selama 18-24 jam (Laith
and Najiah, 2013). Langkah selanjutnya berpacu pada metode yang dilakukan
oleh Sugiani dkk. (2013) yaitu isolat disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm
selama 15 menit untuk memisahkan media dengan pelet. Supernatan dibuang dan
pelet ditambahkan NaCl fisiologis sebanyak 3 ml. Hal tersebut dilakukan berulang
hingga tiga kali. Setelah itu pelet ditambahkan NaCl fisiologi sesuai yang
dibutuhkan (2 ml), kemudian diinjeksikan pada ikan gurame sebanyak 0,2 ml.
Setelah ikan gurame memunculkan gejala klinis, dapat dilakukan re-isolasi pada
media Tryptic Soy Agar (TSA). Bakteri hasil re-isolasi yang ditumbuhkan pada
media TSA, kemudian koloni bakteri yang tumbuh dilakukan karakterisasi dengan
Isolat bakteri yang akan digunakan dikultur murni dalam medium TSB
(Tryptone Soy Broth) dengan lama penumbuhan 18-24 jam pada suhu 280C (Laith
21
and Najiah, 2013), kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit (Sugiani dkk., 2013). Hasil sentrifuge akan memisahkan supernatan dengan
pelet, supernatan dibuang dan ditambahkan NaCl fisiologis sebanyak 3 ml. Hal
tersebut dilakukan berulang sebanyak tiga kali. Setelah itu pelet ditambahkan
NaCl fisiologis dan diinaktivasi dengan pemansan pada suhu 1000C selama 10
menit (Nielsen et al., 2001). Selanjutnya dilakukan uji viabilitas terhadap isolat
tersebut untuk memastikan antigen telah inaktif atau belum. Uji viabilitas
dilakukan dengan inokulasi bakteri yang telah diinaktifkan pada media TSA.
Isolat yang telah inaktif (tidak tumbuh) dapat digunakan untuk langkah
berikutnya.
Setelah itu dicuci kembali tanpa sabun. Ikan yang digunakan adalah ikan gurame
yang berasal dari Kediri dengan ukuran 10-15 cm. Ikan diadaptasi selama satu
minggu dengan kepadatan 4 ekor per 30 L (SNI, 2006). Ikan diberi pakan 3 kali
bakteri 104, 105, 106 cfu/ml, sedangkan untuk perlakuan kontrol negatif (-)
diinjeksi dengan NaCl fisiologis dan diuji tantang, untuk kontrol positif (+)
22
atau injeksi yang kedua ketika memasuki hari ke-14 dari injkesi yang pertama. Uji
menginjeksikan 0,1 ml/ekor dengan kepadatan 100 LD50 yaitu 107 cfu/ml
pengamatan setiap hari dan diambil sampel darah setiap minggunya untuk
dilakukan uji titer antibodi. Uji kualitas air dilakukan pada H7 hingga H38.
Uji titer antibodi dapat dilakukan dengan mengambil serum darah ikan uji.
dengan kondisi miring pada suhu 40C selama 24 jam. Apabila sudah mengendap
23
dengan adanya awan pada sumuran mikrodilution dan hasil negatif ditunjukkan
dengan terbentuknya dot atau endapan dalam sumuran. Pengujian titer antibodi ini
berpacu pada metode yang dikembangkan oleh Roberson (1990) dalam Taukhid
dkk., 2015).
yaitu parameter utama dan parameter pendukung. Parameter utama terdiri dari dua
Parameter uji titer antibodi dilihat berdasar terjadi atau tidaknya reaksi
terdapatnya awan pada dasar sumuran yang diberi diberi keterangan (+),
sedangkan hasil negatif ditandai dengan terdapatnya endapan atau dot pada dasar
jumlah ikan yang masih hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah awal
ikan pemeliharaan. Survival rate (SR) dapat dihitung berdasarkan Effendi dkk.
( )
Keterangan :
SR = Survival rate / kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan di akhir pemeliharaan (ekor)
N0 = Jumlah ikan di awal pemeliharaan (ekor)
24
ang diukur yaitu suhu, DO dan pH. Kualitas air yang baik untuk pemeliharaan
Ikan gurame yaitu pada suhu 250C – 300C (Badan Standardisasi Nasional, 2006),
DO perairan kurang lebih 7,8 ppm dan pH air pada kisaran 6,5 – 7,0 (Prihartono,
2006).
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara statistik. Data untuk
sintasan dan titer antibodi dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis
perlakuan. Apabila data yang telah dianalisis dengan sidik ragam menunjukkan
hasil perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range
25
Uji viabilitas
Pengamatan:
Survival Rate (SR) dan Titer antibodi
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
dilakukan dengan isolasi bakteri pada media TSB. Bakteri yang telah tumbuh
ditambahkan NaCl fisiologis sesuai volume awal (Sugiani dkk, 2013). Hal
tersebut diulang sebanyak tiga kali kemudian diinjeksikan pada ikan uji. Ikan uji
mulai muncul gejala klinis pada hari ketiga yaitu borok pada permukaan tubuh
dan sirip geripis. Setelah muncul gejala klinis, kemudian ikan dibedah dan di
reisolasi dari organ ginjal. Hasil reisolasi dari ginjal ikan uji dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 4. Hasil uji patogenitas (a) Ikan terinfeksi Aeromonas hydrophila, (b)
hasil reisolasi ginjal, (c) hasil uji gram bakteri
27
berbeda mampu memberikan pengaruh terhadap nilai titer antibodi dan tingkat
kelulushidupan ikan gurame. Tabel titer antibodi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel
(sebelum vaksinasi), H15 (satu minggu setelah vaksinasi), H29 (satu minggu
setelah booster) dan H38 (satu minggu setelah uji tantang). Berdasarkan data
tersebut didapati bahwa rata-rata titer antibodi sebelum vaksinasi yaitu 5,00 – 7,00
dengan notasi superscript yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
diperoleh dapat diketahui bahwa nilai titer antibodi mengalami peningkatan pada
yang nyata (p<0,05). Berdasar uji lanjut jarak berganda Duncan dengan taraf
28
nyata dengan perlakuan A dan D, namun berbeda nyata dengan perlakuan C dan
Pengamatan titer antibodi ketiga dilakukan pada H29 , nilai rata-rata titer
hasil uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05). Analisa
lanjut dengan uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A tidak
tidak berbeda nyata dengan perlakuan E dan C, namun berbeda nyata dengan
namun berbeda nyata dengan perlakuan A dan B. Grafik titer antibodi dapat
29
80,00 A (K-)
60,00 B (K+)
40,00 C (104)
20,00 D (105)
0,00
H7 H15 H29 E (106)
Hari
Pengamatan titer antibodi juga dilakukan satu minggu setelah uji tantang
yaitu pada H38. Tabel titer antibodi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel lengkap titer
Tabel 2. Rata-rata titer antibodi dan SD ikan gurame setelah uji tantang
tantang yaitu pada H38. Nilai titer antibodi pada setiap perlakuan mengalami
penurunan dari H29 ke H38. Berdasar hasil ANOVA menunjukkan hasil yang
30
Sintasan dari gurame setelah uji tantang berkisar 65-95%. Sintasan gurame
tertinggi terdapat pada perlakuan C (injeksi vaksin104) dan D (injeksi vaksin 105 )
yaitu 95%. Sintasan gurame terendah terdapat pada perlakuan A (K-) yaitu
sebesar 65%. Hasil pengamatan sintasan pada gurame setelah uji tantang terdapat
pada Tabel 3.
yang berbeda berdasar hasil ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
31
A -Tampak adanya
borok pada bekas
area injeksi
-sisik mengelupas di
bagian dorsal
-memerah pada
bagian bekas injeksi
C Sirip geripis
D Sirip geripis
E Terdapat lendir
berwarna keruh dan
beberapa sirip
mengelupas
32
sekali. Kualitas air yang diamati meliputi suhu, pH dan DO. Pengukuran suhu
Parameter Kisaran
Suhu (0C) 27– 30
pH 7
Dissolved Oxygen (mg/l) 4 – 5,72
suhu pada setiap perlakuan. Suhu air pemeliharaan berkisar antara 27-30 0C.
Dissolved oxygen (DO) media selama pemeliharaan yaitu berkisar antara 4-5,72
33
5.2 Pembahasan
Efektivitas vaksin salah satunya dapat dilihat dari nilai titer antibodi ikan.
vaksin atau akibat dari pemaparan patogen tertentu secara alami. Pengukuran titer
langsung yaitu melalui pengenceran serum darah ikan uji. Pengamatan titer
antibodi dilakukan sebelum vaksinasi (H7), satu minggu setelah vaksinasi (H15),
satu minggu setelah booster (H29) dan satu minggu setelah uji tantang (H38).
Berdasar hasil uji titer antibodi I (sebelum vaksinasi) didapati kisaran rata-rata
titer antibodi 5,00 -7,00. Hal tersebut berarti bahwa ikan uji telah memiliki
imun akibat terpapar patogen di lingkungan ikan uji. Seperti yang dikemukakan
oleh Kum and Sekin (2011) bahwa kesehatan ikan dipengaruhi oleh beberapa
komponen utama yaitu lingkungan, host dan patogen. Adanya patogen yang
berada dalam perairan dan didukung dengan rendahnya imun pada host dapat
nilai titer antibodi yang signifikan dibandingkan dengan perlakuan C dan E. Hal
tersebut dimungkinkan karena dosis yang diberikan terlalu tinggi, sehingga dapat
34
menghambat produksi antibodi dalam tubuh. Seperti yang dikemukakan oleh Olga
dkk. (2007) bahwa dosis vaksin dapat mengubah imunogenitas dan ada dosis
tertentu dari suatu antigen yang dapat menimbulkan respon antigen maksimal. Hal
tersebut juga didukung oleh Nitimulyo dan Triyanto (1990) bahwa dengan
kenaikan dosis vaksin yang diberikan tidak selalu berarti bahwa antibodi yang
dihasilkan juga tinggi. Hal tersebut dikarenakan pada dosis yang terlalu rendah
atau dosis yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi induksi toleransi imunogenik
yaitu terjadinya penekanan respon antibodi karena ikan tidak mampu melakukan
respon imun humoral maupun seluler. Perlakuan D juga berbeda nyata dengan
karena perbedaan respon imun yang diberikan oleh masing-masing ikan. Seperti
ikan.
Satu minggu setelah booster nilai titer antibodi ikan uji mengalami
dengan kepadatan 104 cfu/ml. Booster dilakukan pada hari ke 14 pasca vaksinasi
pertama. Seperti yang dikemukakan oleh Roberts (2012) bahwa satu minggu
setelah vaksinasi pertama antibodi akan terbentuk dan masih dalam fase
exponensial, sedangkan pada hari ke 10-15 antibodi ikan berada fase stasionare
yaitu jumlah antibodi yang diproduksi sama dengan jumlah kerusakan yang
35
meningkatkan nilai titer antibodi. Hal tersebut dipertegas oleh Kamiso (1996)
beberapa hari setelah vaksinasi pertama yaitu 1-2 minggu atau sesuai kebutuhan
dengan cara yang sama maupun berbeda guna meningkatkan efikasi vaksin.
Booster juga dapat meningkatkan produksi titer antibodi, karena ikan uji telah
memiliki memori imunitas dan terjadi proses pengenalan terhadap antigen yang
kedua kalinya (Mulia et al. 2006). Seperti yang dikemukakan oleh Tizard (1988)
dalam tubuh ikan, kemudian difagosit oleh makrofag. Makrofag akan mengirim
yang masuk.
yang masuk. Hal tersebut menunjukkan bahwa dosis vaksin yang diberikan
Berdasar hasil titer antibodi yang ada, dapat diketahui bahwa perlakuan C
mampu memberikan proteksi yang baik pada ikan uji. Pada vaksinasi pertama
pada perlakuan C dan E. Selain itu, produksi antibodi pada vaksinasi pertama
36
tidak setinggi setelah booster (Olga dan Fatmawaty, 2013). Sehingga booster
perlu dilakukan agar antibodi yang terbentuk menjadi lebih tinggi dan mampu
melawan patogen yang menginfeksi. Titer antibodi setelah booster pada perlakuan
imun terhadap infeksi penyakit. Hal tersebut terjadi karena meningkatnya daya
proteksi dari tubuh ikan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat tingkat
kelangsungan hidup ikan uji dan gejala klinis setelah uji tantang yang tidak terlalu
dari kontrol yaitu 95% untuk perlakuan C dan D dan 85% untuk perlakuan E.
oleh Bahar (2017) bahwa vaksinasi dikatakan baik apabila nilai sintasan atau
air yang diamati pada penelitian ini adalah Dissolved oxygen (DO), pH dan suhu.
Apabila kondisi kualitas air diluar batas toleransi ikan uji, maka dapat memicu
kondisi ikan uji semakin rentan terhadap serangan penyakit. Seperti yang
dikemukakan oleh Toranzo et al. (2009) bahwa penyebaran wabah MAS sengat
tinggi, perubahan suhu yang tiba-tiba dan DO yang terlalu rendah dapat
37
yang telah dilakukan, didapati bahwa kondisi DO, pH dan suhu masih berada pada
batas toleransi ikan uji. Hal tersebut dikarenakan selama proses penelitian pada
dilakukan penyiponan satu hingga dua hari sekali. Pengontrolan kualitas air yang
dilakukan bertujuan untuk meminimalisir terjadinya stres pada ikan uji (Sugiani,
2004). Ikan gurame mampu tumbuh dengan cukup baik dalam lingkungan
perairan dengan suhu 250C – 300C (Badan Standarisasi nasional, 2006). Oksigen
trelarut yang mampu ditoleransi pada kisaran 4-5 ppm (Standar Nasional
Indonesia, 2000) dan pH air pada kisaran 6,5-7,0 (Prihartono, 2016). Sehingga
kualitas air bukan faktor penyebab kematian ikan gurame pada penelitian ini.
Pengamatan gejala klinis ikan uji dilakukann setelah uji tantang yang
dilakukan selama 7 hari. Hal tertsebut untuk mengetahui perubahan yang terjadi
setelah diinjeksi bakteri aktif. Gejala yang paling parah ditunjukkan pada
perlakuan A (K-), yaitu tampak adanya borok, sisik mengelupas dan memerah
pada area bekas injeksi. Hal tersebut dikarenakan pada perlakuan A tidak diberi
perlakuan vaksin namun diuji tantang dengan A. hydrophila. Sehingga ikan uji
yang muncul pada ikan uji (selain ikan uji perlakuan A), termasuk gejala yang
ringan dan tidak mengindikasikan terserangnya MAS yang parah. Seperti yang
dikemukakan oleh Menurut Hanson et al. (2012) ikan yang terjangkit penyakit
abdomen membengkak, pengikisan pada sirip, kulit dan bisa terlihat ulcer. Hal
38
tersebut didukung oleh Cipriano et al. (1984) bahwa infeksi bakteri Aeromonas
hydrophila dapat menyebabkan kondisi patologi akut, kronis dan infeksi laten.
Kondisi patologi akut merupakan septicaemia yang fatal, infeksi cepat dengan
pada kulit, pembengkakan organ dalam. Kondisi yang kedua yaitu kronis, yang
ditandai dengan terlihat gejala ulcer, peradangan dan pendarahan. Terkadang juga
ada yang menonjol keluar dari bagian tubuh dan juga pembengkakan. Kondisi
yang ketiga yaitu laten, tidak memperlihatkan gejala penyakit, namun pada organ
6.1 Kesimpulan
menjadi 40,00 dan setelah booster menjadi 96,00) dan tingkat kelulushidupan ikan
kontrol yang hanya mencapai 65% pada kepadatan vaksin Aeromonas hydrophila
104 cfu/ml.
6.2 Saran
vaksin dalam tubuh. Sehingga dapat diketahui potensi vaksin pada ikan uji.
DAFTAR PUSTAKA
41
42
43
44
45
Budidaya Ikan Air Tawar. Jurnal Riset Akuakultur. Balai Penelitian dan
pengembangan Budidaya Air Tawar 11(4) : 373-385
Tizard. 1988. An Introduction to Veterinary Immunology. W. B Company.
Philadelphia
Toranzo, A. E., J. L. Romalde, B. Magarinos and J. L Barja. 2009. Present and
Future Vaccines Against Fish Bacterial Disease. Options
Mediteraneennes, 86 : 155-176
Vidthayanon, C. 2012. Osphronemus goramy Lacapede 1801. The IUCN Red List
of Threatened Species. http://www.iucnredlist.org. 17 Desember 2017. 8
hal.
Yambot. A. V. 1998. Isolation of Aeromonas hydrophila from Oreochromis
niloticus during Fish Disease Outbreaks in the Philipines. Asian Fisheries
Science 10 : 347-354
46
LAMPIRAN
47
48
Descriptives
SR
95% Confidence Between-
Std. Interval for Mean Compon
Deviatio Std. Lower Upper ent
N Mean n Error Bound Bound Min Max Variance
Random
5,477 69,79 100,21 111,667
Effects
1,350 4 15 ,297
ANOVA
SR
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
49
Mean Interval
50
Uji Lanjut
SR
Perlakuan N 1 2
a
Tukey HSD A 4 65,00
B 4 85,00 85,00
E 4 85,00 85,00
C 4 95,00
D 4 95,00
B 4 85,00
E 4 85,00
C 4 95,00
D 4 95,00
51
Lampiran 3. Data pengukuran titer antibodi asli dan transformasi log (y+1)
Pengukuran Titer
Perlakuan I II III IV
Asli Transforma Asli Transforma Asli Transforma Asli Transforma
si si si si
A1 4 0,70 4 0,70 8 0,95 8 0,95
A2 4 0,70 8 0,95 32 1,52 16 1,23
A3 8 0,95 8 0,95 32 1,52 16 1,23
A4 4 0,70 4 0,70 16 1,23 8 0,95
B1 8 0,95 16 1,23 32 1,52 16 1,23
B2 4 0,70 8 0,95 16 1,23 64 1,81
B3 8 0,95 16 1,23 32 1,52 32 1,52
B4 4 0,70 8 0,95 16 1,23 16 1,23
C1 4 0,70 32 1,52 64 1,81 16 1,23
C2 8 0,95 32 1,52 128 2,11 8 0,95
C3 8 0,95 64 1,81 128 2,11 32 1,52
C4 8 0,95 32 1,52 64 1,81 16 1,23
D1 4 0,70 8 0,95 32 1,52 32 1,52
D2 4 0,70 16 1,23 128 2,11 16 1,23
D3 8 0,95 64 1,81 128 2,11 16 1,23
D4 4 0,70 32 1,52 32 1,52 26 1,23
E1 4 0,70 32 1,52 128 2,11 16 1,23
E2 8 0,95 64 1,81 64 1,81 16 1,23
E3 4 0,70 64 1,81 64 1,81 64 1,81
E4 8 0,95 64 1,81 32 1,52 64 1,81
52
Descriptives
95% Confidence Between
Interval for Mean -
Std. Compon
Deviatio Std. Lower Upper Minim Maxi ent
N Mean n Error Bound Bound um mum Variance
Mod Fixed
2,129 ,476 4,79 6,81
el Effects
Random a a a
,476 4,48 7,12 -,433
Effects
II A 4 6,00 2,309 1,155 2,33 9,67 4 8
B 4 12,00 4,619 2,309 4,65 19,35 8 16
C 4 40,00 16,000 8,000 14,54 65,46 32 64
D 4 22,00 12,000 6,000 2,91 41,09 8 32
E 4 56,00 16,000 8,000 30,54 81,46 32 64
Total 20 27,20 21,584 4,826 17,10 37,30 4 64
Mod Fixed
11,685 2,613 21,63 32,77
el Effects
Random
9,222 1,60 52,80 391,067
Effects
III A 4 22,00 12,000 6,000 2,91 41,09 8 32
B 4 24,00 9,238 4,619 9,30 38,70 16 32
C 18,47
4 96,00 36,950 37,20 154,80 64 128
5
D 27,71
4 80,00 55,426 -8,19 168,19 32 128
3
E 20,13
4 72,00 40,266 7,93 136,07 32 128
3
Total 20 58,80 44,221 9,888 38,10 79,50 8 128
53
Mod Fixed
35,463 7,930 41,90 75,70
el Effects
Random 15,12
16,82 100,78 828,800
Effects 1
IV A 4 12,00 4,619 2,309 4,65 19,35 8 16
B 11,31
4 32,00 22,627 -4,01 68,01 16 64
4
E 13,85
4 40,00 27,713 -4,10 84,10 16 64
6
Mod Fixed
17,127 3,830 16,24 32,56
el Effects
Random
5,075 10,31 38,49 55,467
Effects
a. Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this random
effects measure.
I ,500 4 15 ,736
II 3,173 4 15 ,045
III 9,382 4 15 ,001
IV 6,359 4 15 ,003
54
Lampiran 5. Hasil penghitungan titer antibodi transformasi log (y+1)
Descriptives
95% Confidence Between
Interval for Mean -
Std. Compon
Deviatio Std. Lower Upper Minim Maxi ent
N Mean n Error Bound Bound um mum Variance
LOG A ,0752
4 ,6773 ,15051 ,4378 ,9168 ,60 ,90
_I 6
B ,1003
3 ,7024 ,17380 ,2707 1,1341 ,60 ,90
4
C ,0752
4 ,8278 ,15051 ,5883 1,0673 ,60 ,90
6
D ,0752
4 ,6773 ,15051 ,4378 ,9168 ,60 ,90
6
E ,0869
4 ,7526 ,17380 ,4760 1,0291 ,60 ,90
0
Total ,0350
19 ,7288 ,15270 ,6552 ,8024 ,60 ,90
3
Random ,0365
,6274a ,8302a -,00242
Effects 3a
LOG A ,0869
4 ,7526 ,17380 ,4760 1,0291 ,60 ,90
_II 0
B 1,053 ,0869
4 ,17380 ,7771 1,3302 ,90 1,20
6 0
C 1,580 ,0752
4 ,15051 1,3409 1,8199 1,51 1,81
4 6
D 1,279 ,1441
4 ,28821 ,8208 1,7380 ,90 1,51
4 1
E 1,730 ,0752
4 ,15051 1,4914 1,9704 1,51 1,81
9 6
Random ,1764
,7894 1,7694 ,14631
Effects 9
55
B 1,354 ,0869
4 ,17380 1,0781 1,6312 1,20 1,51
6 0
C 1,956 ,0869
4 ,17380 1,6801 2,2332 1,81 2,11
7 0
D 1,806 ,1738
4 ,34760 1,2531 2,3593 1,51 2,11
2 0
E 1,806 ,1228
4 ,24579 1,4151 2,1973 1,51 2,11
2 9
Random ,1354
1,2645 2,0167 ,07552
Effects 6
B 1,429 ,1441
4 ,28821 ,9713 1,8885 1,20 1,81
9 1
C 1,204 ,1228
4 ,24579 ,8130 1,5952 ,90 1,51
1 9
D 1,279 ,0752
4 ,15051 1,0399 1,5189 1,20 1,51
4 6
E 1,505 ,1738
4 ,34760 ,9520 2,0583 1,20 1,81
1 0
Random ,0803
1,0713 1,5175 ,01642
Effects 5
a. Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this random effects
measure.
56
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Total ,420 18
LOG_II Between Groups 2,492 4 ,623 16,500 ,000
Within Groups ,566 15 ,038
Total 3,058 19
LOG_III Between Groups 1,468 4 ,367 5,651 ,006
Within Groups ,974 15 ,065
Total 2,442 19
LOG_IV Between Groups ,517 4 ,129 2,036 ,141
Total 1,468 19
57
Uji lanjut
LOG_I
Perlakuan N 1
a,b
Tukey HSD A 4 ,6773
D 4 ,6773
B 3 ,7024
E 4 ,7526
C 4 ,8278
Sig. ,699
a,b
Duncan A 4 ,6773
D 4 ,6773
B 3 ,7024
E 4 ,7526
C 4 ,8278
Sig. ,259
58
59
60
Parameter Perlakuan
A B C D E
Suhu (0C) 27,4 – 29,8 27,4 - 30 27,4 – 29,7 27,4 – 29,6 27,4 – 29,6
Oksigen 4,00 – 5,23 4,00 -4,71 4,00 – 4,73 4,00 – 4,51 4,00 – 5,46
terlarut
(mg/l)
pH 7 7 7 7 7
61