Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA DEHIDRASI DENGAN RESPON EMOSI MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH

MADA MELALUI PENDEKATAN


ORTOSTATIK
EKA ROSHIFITA RIZQI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dehidrasi merupakan ketidakseimbangan cairan tubuh

dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan

(Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari di saat

melakukan aktivitas dan juga karena cuaca panas (D’anci et al., 2009).

Dehidrasi juga dapat terjadi karena kurangnya konsumsi cairan dan

konsumsi obat diuretik (Schwabe et al., 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gustam (2012),

prevalensi kasus dehidrasi pada remaja lebih tinggi daripada dewasa.

Dehidrasi pada remaja sebesar 48,1% dan pada dewasa sebesar 44,5%.

Prevalensi dehidrasi juga tinggi pada mahasiswa, yaitu 70,1% (Tawaniate

dkk., 2011). Mahasiswa termasuk kategori remaja akhir. Rentang usia

remaja akhir adalah 18-20 tahun (Djiwandono, 2006).

Dehidrasi ringan (kehilangan 1-2% berat badan) dan sedang

(kehilangan 2-5% berat badan) memiliki dampak terhadap fungsi kognitif

sehingga menurunkan akurasi kinerja (Barasi, 2007). Dalam penelitian

D’anci et al. (2009) yang memberikan latihan fisik terhadap 31 mahasiswa

jurusan olahraga, dehidrasi telah memperburuk kemampuan kognitif

mahasiswa saat melakukan tes vigilance attention dan choice reaction

time. Dehidrasi juga mengurangi kemampuan kognitif 26 pria dalam

melakukan tes visual vigilance dan visual memory working (Ganio et al.,

2011). Selain mempengaruhi kemampuan kognitif, dehidrasi juga dapat

1
HUBUNGAN ANTARA DEHIDRASI DENGAN RESPON EMOSI MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH
MADA MELALUI PENDEKATAN
ORTOSTATIK
EKA ROSHIFITA RIZQI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

mempengaruhi suasana hati seseorang. Dehidrasi meningkatkan skor

mood negatif pada rasa lelah, bingung, marah, depresi dan tegang

(D’anci et al., 2009). Tingginya prevalensi dehidrasi pada mahasiswa

dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan suasana hati mahasiswa saat

menjalani kegiatan perkuliahan.

Emosi merupakan suatu stimulasi yang melibatkan perubahan

pada tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan

subjektif dan kecenderungan melakukan tindakan. Emosi berbeda

dengan kognisi, namun saling mempengaruhi satu sama lain (Wade &

Travis, 2007).

Hipotalamus merupakan bagian utama dari sistem limbik yang

memiliki peranan penting dalam emosi dan perilaku. Selain berperan

dalam pola perilaku serta emosi, hipotalamus juga berperan dalam kontrol

suhu tubuh, rasa haus, pengeluaran urin, asupan makanan, sekresi

hormon-hormon hipofisis anterior, menghasilkan hormon-hormon hipofisis

posterior, kontraksi uterus dan pengeluaran susu serta sebagai pusat

koordinasi sistem saraf otonom (Sherwood, 2001).

Dehidrasi berkaitan dengan intoleransi ortostatik (Carter III et al.,

2006). Normalnya, saat perubahan posisi tubuh dari berbaring atau duduk

ke berdiri, aliran balik vena akan berkurang karena pengaruh gravitasi

sehingga akan menurunkan tekanan darah. Penurunan tekanan darah

yang terjadi saat berdiri akan menurunkan aktivitas baroreseptor yang

akan menginduksi pusat kardiovaskuler untuk meningkatkan aktivitas

simpatis pada jantung dan pembuluh darah sehingga jantung berdenyut

lebih cepat untuk meningkatkan tekanan darah kembali normal. Hal ini

2
HUBUNGAN ANTARA DEHIDRASI DENGAN RESPON EMOSI MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH
MADA MELALUI PENDEKATAN
ORTOSTATIK
EKA ROSHIFITA RIZQI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

merupakan umpan balik negatif untuk mempertahankan homeostatis

(Sherwood, 2001). Dehidrasi menyebabkan penurunan volume plasma

yang dapat mengganggu mekanisme dalam mengkompensasi ortostatik

tersebut (Stewart, 2004).

Kegagalan dalam mengkompensasi ortostatik dapat mengarah

pada hipotensi ortostatik atau ortostatik takikardia yang terlihat pada

Postural Ortostatik Takikardia Sindrom (POTS) (Raj, 2006). Hipotensi

ortostatik adalah penurunan tekanan darah sedikitnya 20/10 mmHg

selama 3 menit berdiri (Bradley & Davis, 2003) dan POTS adalah

peningkatan denyut jantung ≥30 bpm (beat per minute) atau peningkatan

denyut jantung ≥120 bpm dalam waktu 10 menit saat perubahan posisi

tubuh dari berbaring ke berdiri (Stewart, 2004).

Adanya takikardia saat perubahan posisi dari berbaring ke berdiri

merupakan ciri-ciri POTS (Raj, 2006). Perubahan denyut jantung saat

berdiri dapat digunakan sebagai alat pengukuran dehidrasi disebabkan

oleh adanya penurunan volume darah saat dehidrasi yang akan

mengurangi aliran darah vena ke jantung di saat berdiri. Hal ini

menyebabkan jantung memompa lebih cepat sebagai respons ortostatik

untuk mempertahankan tekanan darah (Cheuvront et al., 2012).

Saat ini belum ada penelitian yang membahas mengenai kondisi

dehidrasi dengan pengukuran ortostatik terhadap respon emosi

seseorang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengamati kejadian

dehidrasi dengan respon emosi pada mahasiswa UGM melalui

pendekatan ortostatik.

3
HUBUNGAN ANTARA DEHIDRASI DENGAN RESPON EMOSI MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH
MADA MELALUI PENDEKATAN
ORTOSTATIK
EKA ROSHIFITA RIZQI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah kasus dehidrasi yang terjadi pada mahasiswa

UGM?

2. Bagaimanakah respon emosi pada mahasiswa UGM?

3. Apakah ada hubungan antara dehidrasi dengan respon emosi

mahasiswa UGM melalui pendekatan ortostatik?

4. Apakah ada hubungan antara respon kardiovaskular ortostatik

dengan respon emosi mahasiswa UGM?

C. Tujuan Penelitian

1. Umum

Mengetahui hubungan antara dehidrasi dengan respon emosi

mahasiswa Universitas Gadjah Mada melalui pendekatan

ortostatik.

2. Khusus

a. Mengetahui prevalensi kasus dehidrasi pada mahasiswa

UGM.

b. Mengetahui respon emosi pada mahasiswa UGM.

c. Mengetahui hubungan antara dehidrasi dengan respon emosi

mahasiswa UGM melalui pendekatan ortostatik.

d. Mengetahui hubungan antara respon kardiovaskular ortostatik

dengan respon emosi mahasiswa UGM.

4
HUBUNGAN ANTARA DEHIDRASI DENGAN RESPON EMOSI MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH
MADA MELALUI PENDEKATAN
ORTOSTATIK
EKA ROSHIFITA RIZQI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Mendapatkan pengetahuan dan wawasan tambahan mengenai

kondisi dehidrasi yang dapat diidentifikasi melalui kejadian ortostatik

serta hubungannya terhadap respon emosi pada mahasiswa.

2. Bagi institusi

Dapat digunakan sebagai landasan teori atau acuan bagi

penelitian-penelitian selanjutnya.

3. Bagi masyarakat

Mendapatkan informasi tambahan mengenai kondisi emosi saat

dehidrasi.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh ini yang peneliti ketahui, penelitian mengenai hubungan

dehidrasi dengan ortostatik terhadap respon emosi pada mahasiswa

Universitas Gadjah Mada belum dilakukan. Beberapa penelitian yang

telah dilakukan adalah :

1. Voluntary Dehydration and Cognitive Performance in Trained

College Athletes oleh D’anci et al. (2009). Penelitian ini

merupakan penelitian eksperimental pada 54 mahasiswa atlet

di Universitas Tufts. Hasil penelitian tersebut adalah dehidrasi

dapat mempengaruhi kemampuan kognitif terutama pada

tingkat kewaspadaan, namun pemberian glukosa dapat

memperbaikinya.

5
HUBUNGAN ANTARA DEHIDRASI DENGAN RESPON EMOSI MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH
MADA MELALUI PENDEKATAN
ORTOSTATIK
EKA ROSHIFITA RIZQI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Persamaan dengan penelitian di atas terletak pada

variabel bebas, yaitu dehidrasi yang tidak disadari dan subjek

penelitiannya, yaitu mahasiswa. Perbedaannya terletak pada

metode penelitiannya, yaitu eksperimental. Sementara penulis

menggunakan metode observasional. Pada penelitian ini

untuk mengukur status hidrasi pada subjek penelitian

menggunakan pengukuran body mass loss, sedangkan

penulis menggunakan pengukuran ortostatik.

2. Mild Dehydration Impairs Cognitive Performance and Mood of

Men oleh Ganio et al. (2011). Penelitian ini menggunakan

metode randomised controlled dengan desain cross over pada

26 pria. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah

dehidrasi ringan mempengaruhi tingkat kewaspadaan dan

ingatan serta meningkatkan perasaan gelisah dan kelelahan.

Persamaan dengan penelitian di atas terletak pada

variabel bebas, yaitu dehidrasi dan subjek penelitian yaitu

pria. Perbedaannya terletak pada pengukuran dehidrasi yang

diukur dari body mass loss, sedangkan penulis menggunakan

pengukuran ortostatik. Penelitian di atas menggunakan

metode randomised controlled dengan desain cross over

sementara penulis menggunakan metode observasional.

3. Identifikasi Dehidrasi dengan Pengukuran Ortostatik dan

Frekuensi Konsumsi Cairan pada Mahasiswa di Universitas

Gadjah Mada oleh Tawarniate, dkk (2011). Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

6
HUBUNGAN ANTARA DEHIDRASI DENGAN RESPON EMOSI MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH
MADA MELALUI PENDEKATAN
ORTOSTATIK
EKA ROSHIFITA RIZQI
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

observasional dan desain cross sectional pada 274

mahasiswa laki-laki Universitas Gadjah Mada. Hasil yang

didapatkan dari penelitian ini adalah jumlah cairan yang

dikonsumsi tidak mempengaruhi dehidrasi. Jenis cairan air

putih yang mempengaruhi kondisi dehidrasi.

Persamaan dengan penelitian di atas adalah subjek

penelitian, yaitu mahasiswa Universitas Gadjah Mada.

Perbedaannya terletak pada variabel dehidrasi dengan

pengukuran ortostatik sebagai variabel terikat yang akan

penulis gunakan sebagai variabel bebas.

4. Heartbeat Detection and The Experience of Emotions oleh

Wiens et al. (2000). Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimental pada 52 mahasiswa. Hasil yang didapatkan dari

penelitian ini adalah intensitas emosi akan dirasakan lebih kuat

pada kelompok yang dapat mendeteksi denyut jantungnya

dengan baik.

Persamaan dengan penelitian di atas terletak pada subjek

penelitian dan variabel terikat, yaitu mahasiswa dan emosi.

Selain itu pengukuran emosi menggunakan kuesioner dan

stimulasi film yang digunakan pada penelitian tersebut juga

akan digunakan dalam penelitian penulis. Perbedaannya

terletak pada metode penelitiannya yang berupa

eksperimental, sementara penulis menggunakan metode

observasional dengan desain cross sectional.

Anda mungkin juga menyukai