DISUSUN OLEH :
dr. ANGNES DERA MUSTIKA
Luka bakar ialah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan
permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara
langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam
kuat, basa kuat).
Electrical injury atau luka akibat arus listrik adalah kerusakan jaringan
tubuh yang disebabkan oleh arus listrik yang melintasi tubuh. Dapat berupa
kulit yang terbakar, kerusakan organ internal dan jaringan. Mempengaruhi
jantung berupa arrhythmias, dan berhentinya pernapasan. Luka elektrik ringan
dapat ditimbulkan peralatan dirumah misalnya menyentuh peralatan yang
dialiri arus listrik sering dialami secara kebetulan dalam rumah. Paparan
yang lebih berat sering menimbulkan kematian bahkan di AS sebagai
penyebab 400 kematian dalam setahun.2
Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat
kecelakaan, dimana jenis arus listrik bolak-balik (AC) lebih sering sebagai
penyebab kecelakaan, sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC),
lebih jarang dan pada umumnya terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik
pemurnian logam dan penyepuhan.
Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-
balik bila dibandingkan dengan arus listrik yang searah. Bila seseorang terkena
arus listrik bolak-balik dengan intensitas 80 mA, ia dapat mati akan tetapi
dengan arus listrik searah yang intensitasnya 250 mA tidak akan berakibat
kematian.
1
BAB II
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AK
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 34 tahun
Alamat : Gg. Bumi Barito, Kuala Dua, Kubu Raya
Pekerjaan : Swasta
No. RM : 18.68.20
Tanggal masuk RS : 10 Desember 2019
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Badan lemas, serta nyeri dan ngilu
2
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat nyeri dada (-)
Riwayat penyakit lain (-)
5. Riwayat Kebiasaan
- Merokok (+)
- Pasien bekerja sebagai pekerja swasta, juga kadang berkebun diladang milik
orang tua.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
a. Keadaan Umum : Sakit Sedang
b. Kesadaran : Kompos mentis
c. Tanda vital :
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/m
Respirasi : 22 x/m
Suhu : 36,4 oC
SpO2 : 98%
d. Kepala : Jejas luka bakar kehitaman (+) bagian tengah datar
dikeleilingi bagian tepi menonjol diameter ± 5 cm regio
temporoparetalis (electric mark), seluruh regio maxilaris dextra,
bula (-), hyperestesia (+).
e. Mata : OD/OS: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
discharge (-/-), pupil isokor
f. Telinga : sekret (-), otorrhea (-)
g. Hidung : deviasi septum (-), massa (-/-), sekret (-), rhinorrhea (-)
h. Rongga mulut : tonsil T1/T1, benda asing (-)
3
i. Leher : JVP 5±2, deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening leher dan supraclavicula (-).
Jejas luka bakar kehitaman (+) meluas seluruh regio colli dextra,
bula (+), hyperestesia (+).
j. Dada : Simetris, jejas (-), jejas luka bakar (+) meluas seluruh
regio toraks anterior, kehitaman dan sebagian mengelupas
dengan dasar eritem, bula (+), hyperestesia (+).
k. Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC V linea
midklavikularis sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : S I, II regular, murmur (-), gallop (-)
l. Paru : Inspeksi : statis normochest, dinamis gerakan simetris
Palpasi : fremitus taktil kanan sama dengan kiri
Perkusi : Perkusi sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikular kiri menurun, Rh (-/-), Wh (-/-)
m. Abdomen : Inspeksi : bentuk datar, distensi (-), jejas luka bakar
(+) regio abdomen atas, kehitaman,
bula (-).
Auskultasi : Bu (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba, Renal tidak teraba
Perkusi : timpani di semua kuadran, pekak hepar (+)
n. Ekstremitas: akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik.
Jejas luka bakar (+) regio tibialis dextra dan regio femoralis-
tibialis sinistra, kehitaman dan sebagian mengelupas dengan
dasar eritem, bula (+), hyperestesia (+).
4
2. Status lokalis:
Luka bakar grade II A- II B pada regio temporoparietalis, colli dextra,
shoulder dextra, abdomen bagian atas, tibialis dextra dan femoralis-
tibialis sinistra.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG, tanggal 10 Desember 2019
5
Pemeriksaan Radiologi, tanggal 10 Desember 2019
6
Pemeriksaan Laboratorium, tanggal 10 Desember 2019
Hematologi
• Hb : 16,9 gr/dl
• Ht : 47%
• Leukosit : 20.200 /ul
• Trombosit : 235.000 /ul
• Eritrosit : 5,34 jt/ul
Kimia Klinik
• GDS : 238 mg/dl
• Ureum : 32,7 mg/dl
• Creatinin: 0,91 mg/dl
Elektrolit
• Kalium : 3 mmol/L (3,5-5,3 mmol/L)
• Natrium : 137 mmol/L (135-148 mmol/L)
• Chlorida : 103 mmol/L (97-108 mmol/L)
E. DIAGNOSIS
Luka bakar listrik grade II
F. TATALAKSANA
- Resusitasi cairan pada luka bakar dengan RL
4 cc x luas luka bakar x Berat badan = 4cc x 27% x 60kg =
6.480 cc dalam 24 jam
3.240 cc dalam 8 jam pertama 135 tpm selama 8 jam
3.240 cc dalam 16 jam berikutnya 68 tpm selama 16 jam
berikutnya.
- Maintanance IVFD RL 30 tpm
- Inj Cefriaxone 1 gr/12 jam
- Inj Metronidazole 500 mg/8 jam
7
- Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj Dexamethasone 5 mg/8 jam
- Pasang DC Evaluasi urin output, warna serta kekeruhan.
- Evalusi tanda-tanda kompartemen syndrom dan nekrosis
G. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
H. FOLLOW UP
Pasien menjalani perawatan selama 4 hari dari tanggal 10 Desember 2019 hingga
13 Desember 2019.
7
- Inj Dexamethasone 5 mg/8 jam
- Rawat luka dengan burnarizin salep dan kasa lembab
8
- Inj Dexamethasone 5 mg/8 jam
- Rawat luka dengan burnarizin salep dan kasa lembab
9
BAB III
PEMBAHASAN KASUS1,2
10
pada pelaksanaan hukuman mati di atas kursi listrik.
5. Waktu
Waktu lamanya seseorang kontak dengan benda yang beraliran listrik
menentukan kecepatan datangnya kematian. Misalnya bila intensitas 70
– 300 mA kematian terjadi dalam waktu 5 detik, sedangkan pada
intensitas 200 – 700 mA kematian akan terjadi dalam waktu 1 detik.
Pada pasien ini ditemukan Electric mark pada kepala yaitu merupakan
kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana arus listrik masuk kedalam
tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai sedang. Electric mark
berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang datar dan rendah ditengah,
yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tengah tersebut biasanya
pucat dan kulit diluar electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh
darah / hiperemis bentuk serta ukuran electric mark tergantung bentuk dan
ukuran benda berarus listrik yang mengenai tubuh. Namun demikian pasien
pada saat datang ke IGD masih dalam keadaan sadar penuh dan dari
pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam batas normal mengarahkan
kemungkinan pasien terkena listrik aliran rumah tangga yang tegangannya tidak
besar dan waktu kontak yang sebentar.
Pada luka bakar listrik harus dibedakan akibat ledakan ataukah akibat arus
listrik. Luka bakar akibat arus listrik ada luka masuk dan luka keluar yang kecil
tetapi dalam. Aliran listrik akan merangsang jaringan atau organ yang dilalui,
seperti :
Otot yang teraliri listrik akan kontraksi, telapak tangan tidak melepaskan
kabel, diafragma akan lumpuh sehingga penderita berhenti bernafas bila
berkepanjangan akan terjadi hipoksia.
Jantung dapat terjadi fibrilasi sampai “cardiac arrest” dan asidosis. Pada
resusitasi harus diberi Bikarbonas Natricus.
Tulang yang dialiri menjadi panas, otot disekitarnya akan ‘terbakar”.
Mioglobin akan keluar melalui urin dan urin berwarna coklat hitam.
Pada pasien ini saat tiba di IGD dilakukan pemeriksaan EKG, dan didapatkan
11
hasil normo synus rithm sehingga kehawatiran gangguan jantung di awal dapat
disingkirkan meskipun sebaiknya dilakuakan evalusi pemeriksaan EKG secara
berkala. Pada pasien ini juga dilakukan pemasangan DC, guna memantau urin
yang keluar, dan didapatkan hasil urin berwarna kuning dapat menyingkirkan
adanya mioglobin dalam urin yang biasa ditandai dengan urin berwarna coklat
kehitaman.
Penilaian derajat luka bakar dibagi menjadi 4 derajat:
Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hiperemik berupa
eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi.
Dibedakan atas 2 (dua) bagian :
Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.
Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak.
Semua ini merupakan benih- benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan
dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik.
Derajat II dalam / deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan
epitel tinggal sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan
disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari
satu bulan.
Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam
sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami
kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang
12
terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung – ujung sensorik
rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.
Derajat luka bakar pada kasus ini dihitung dengan cara Wallace rule of
nines, sebagai berikut:
- Kepala, leher 9 %
- Lengan, tangan 2 x 9 %
- Paha, betis, kaki 4 x 9 %
- Dada, perut, punggung, bokong 4 x 9 %
- Genitalia 1%
Pada pasien ini terdapa luka bakar derajat IIA-IIB karena terdapatnya kulit yag
sudah terkeluas dengan dasar warna putih kemerahan, kerusakan mengenai hampir
seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Organ – organ
13
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit.
Luas luka bakar pasien ini yaitu 27% meliputi :
Kepala dan leher dextra : 4,5 %
Seluruh thorakalis anterior :9%
Tibialis anterior dextra : 4,5 %
Femoralis dan tibialis anterior sinistra : 9 %
14
ini 27%, namun masih belum terdapat tanda-tanda syok hipovolemik pada pasien.
15
Pedoman Pemberian Cairan pada luka bakar sebagai berikut :
Per oral: penderita dengan luka bakar tak luas (kurang dari 15 % derajat II)
Infus (IVFD): pada luka bakar yang lebih dari 15 % Rumus pemberian cairan
elektrolit, Baxter/ Parkland (1968): RL = 4cc x berat badan (kg) x % luka
bakar
o ½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama post trauma, dan ½
jumlah cairan diberikan dalam 16 jam berikutnya
o Untuk luka bakar yang lebih dari 50 % diperhitungkan sama dengan luka
bakar 50%.
Pada pasien ini tidak ada gangguan pada jaln nafas dan juga tidak ada
tanda-tanda syok hipovolemik. Pada pasien ini luas luka bakar lebih dari 15%
sehingga penanganan awal dilakukan dengan resusitasi cairan mengggunakan
rumus baxter:
4 cc x luas luka bakar x Berat badan = 4cc x 27% x 60kg =
6.480 cc dalam 24 jam
3.240 cc dalam 8 jam pertama 135 tpm selama 8 jam
16
3.240 cc dalam 16 jam berikutnya 68 tpm selama 16 jam
berikutnya.
Pada pasien juga dilakukan pemasangan kateter untuk meantaun urin, diberikan
antinyeri dan antibiotik. Serta dilakukan perawatan luka dengan salep burnarizine
dan kasa lembab.
C. Fase Rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari
perawatan luka bakar.Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka
bakar adalah untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan
fungsi yang maksimal. Tindakan- tindakan untuk meningkatkan
penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan deformitas dan
hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan support
emosional serta pendidikan merupakan bagian dari proses rehabilitasi.
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas
permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi,
dan kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-
10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam
10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor
membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan
parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam
beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan parut.
17
DAFTAR PUSTAKA
18