Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

LUKA BAKAR LISTRIK


(Electrical Injury)

DISUSUN OLEH :
dr. ANGNES DERA MUSTIKA

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSAU DR MOHAMMAD SUTOMO
KABUPATEN KUBU RAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN1,2

Luka bakar ialah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan
permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara
langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam
kuat, basa kuat).
Electrical injury atau luka akibat arus listrik adalah kerusakan jaringan
tubuh yang disebabkan oleh arus listrik yang melintasi tubuh. Dapat berupa
kulit yang terbakar, kerusakan organ internal dan jaringan. Mempengaruhi
jantung berupa arrhythmias, dan berhentinya pernapasan. Luka elektrik ringan
dapat ditimbulkan peralatan dirumah misalnya menyentuh peralatan yang
dialiri arus listrik sering dialami secara kebetulan dalam rumah. Paparan
yang lebih berat sering menimbulkan kematian bahkan di AS sebagai
penyebab 400 kematian dalam setahun.2
Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat
kecelakaan, dimana jenis arus listrik bolak-balik (AC) lebih sering sebagai
penyebab kecelakaan, sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC),
lebih jarang dan pada umumnya terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik
pemurnian logam dan penyepuhan.
Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-
balik bila dibandingkan dengan arus listrik yang searah. Bila seseorang terkena
arus listrik bolak-balik dengan intensitas 80 mA, ia dapat mati akan tetapi
dengan arus listrik searah yang intensitasnya 250 mA tidak akan berakibat
kematian.

1
BAB II
PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AK
Jenis Kelamin : Pria
Usia : 34 tahun
Alamat : Gg. Bumi Barito, Kuala Dua, Kubu Raya
Pekerjaan : Swasta
No. RM : 18.68.20
Tanggal masuk RS : 10 Desember 2019

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Badan lemas, serta nyeri dan ngilu

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan seluruh badan terasa
lemas, disertai nyeri dan ngilu sejak tersengat arus listrik 30 menit sebelum
masuk rumah sakit.
Pasien mengaku sedang membetulkan atap rumah, kemudian tidak
sengaja kepala meyentuh kabel dan tersengat arus listrik hingga jatuh dari
ketinggian 1 lantai. Pasien mengaku sempat tidak sadarkan diri beberapa
saat, namun saat tiba di RS pasien sudah sadar penuh.
Terdapat luka bakar mulai kepala, wajah, leher, dada, hingga kedua
kaki. Kaki sebelah kiri susah digerakkan, bdan terasa lemas dan ngilu.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)
Riwayat hipertensi (-)

2
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat nyeri dada (-)
Riwayat penyakit lain (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga


- Anggota keluarga dengan riwayat penyakit dan kelainan jantung (-).

5. Riwayat Kebiasaan
- Merokok (+)
- Pasien bekerja sebagai pekerja swasta, juga kadang berkebun diladang milik
orang tua.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
a. Keadaan Umum : Sakit Sedang
b. Kesadaran : Kompos mentis
c. Tanda vital :
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/m
Respirasi : 22 x/m
Suhu : 36,4 oC
SpO2 : 98%
d. Kepala : Jejas luka bakar kehitaman (+) bagian tengah datar
dikeleilingi bagian tepi menonjol diameter ± 5 cm regio
temporoparetalis (electric mark), seluruh regio maxilaris dextra,
bula (-), hyperestesia (+).
e. Mata : OD/OS: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
discharge (-/-), pupil isokor
f. Telinga : sekret (-), otorrhea (-)
g. Hidung : deviasi septum (-), massa (-/-), sekret (-), rhinorrhea (-)
h. Rongga mulut : tonsil T1/T1, benda asing (-)

3
i. Leher : JVP 5±2, deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening leher dan supraclavicula (-).
Jejas luka bakar kehitaman (+) meluas seluruh regio colli dextra,
bula (+), hyperestesia (+).
j. Dada : Simetris, jejas (-), jejas luka bakar (+) meluas seluruh
regio toraks anterior, kehitaman dan sebagian mengelupas
dengan dasar eritem, bula (+), hyperestesia (+).
k. Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC V linea
midklavikularis sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : S I, II regular, murmur (-), gallop (-)
l. Paru : Inspeksi : statis normochest, dinamis gerakan simetris
Palpasi : fremitus taktil kanan sama dengan kiri
Perkusi : Perkusi sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikular kiri menurun, Rh (-/-), Wh (-/-)
m. Abdomen : Inspeksi : bentuk datar, distensi (-), jejas luka bakar
(+) regio abdomen atas, kehitaman,
bula (-).
Auskultasi : Bu (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba, Renal tidak teraba
Perkusi : timpani di semua kuadran, pekak hepar (+)
n. Ekstremitas: akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik.
Jejas luka bakar (+) regio tibialis dextra dan regio femoralis-
tibialis sinistra, kehitaman dan sebagian mengelupas dengan
dasar eritem, bula (+), hyperestesia (+).

4
2. Status lokalis:
 Luka bakar grade II A- II B pada regio temporoparietalis, colli dextra,
shoulder dextra, abdomen bagian atas, tibialis dextra dan femoralis-
tibialis sinistra.

 Perhitungan luas luka bakar berdasarkan ‘rule of nines’ dari Wallace :


Kepala dan leher dextra : 4,5 %
Seluruh thorakalis anterior :9%
Tibialis anterior dextra : 4,5 %
Femoralis dan tibialis anterior sinistra : 9 %
Total luas luka bakar 27 %

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG, tanggal 10 Desember 2019

– Irama dasar : Sinus


– Ritme : Reguler
– Heart rate : 79x/menit
– Axis : Normoaxis
– Kelainan morfologi gelombang : -
Kesimpulan : Normo Sinus Rhytm

5
Pemeriksaan Radiologi, tanggal 10 Desember 2019

Ro Thorax PA Ro Lumbal Lateral

6
Pemeriksaan Laboratorium, tanggal 10 Desember 2019
Hematologi
• Hb : 16,9 gr/dl
• Ht : 47%
• Leukosit : 20.200 /ul
• Trombosit : 235.000 /ul
• Eritrosit : 5,34 jt/ul

Kimia Klinik
• GDS : 238 mg/dl
• Ureum : 32,7 mg/dl
• Creatinin: 0,91 mg/dl

Elektrolit
• Kalium : 3 mmol/L (3,5-5,3 mmol/L)
• Natrium : 137 mmol/L (135-148 mmol/L)
• Chlorida : 103 mmol/L (97-108 mmol/L)

E. DIAGNOSIS
Luka bakar listrik grade II

F. TATALAKSANA
- Resusitasi cairan pada luka bakar dengan RL
4 cc x luas luka bakar x Berat badan = 4cc x 27% x 60kg =
6.480 cc dalam 24 jam
 3.240 cc dalam 8 jam pertama  135 tpm selama 8 jam
 3.240 cc dalam 16 jam berikutnya  68 tpm selama 16 jam
berikutnya.
- Maintanance IVFD RL 30 tpm
- Inj Cefriaxone 1 gr/12 jam
- Inj Metronidazole 500 mg/8 jam

7
- Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj Dexamethasone 5 mg/8 jam
- Pasang DC  Evaluasi urin output, warna serta kekeruhan.
- Evalusi tanda-tanda kompartemen syndrom dan nekrosis

G. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

H. FOLLOW UP
Pasien menjalani perawatan selama 4 hari dari tanggal 10 Desember 2019 hingga
13 Desember 2019.

11 Desember 2019 (hari rawat ke-2)


S : Demam (-), luka perih jika tersentuh.
O : Kesadaran : CM; TD 110/80; HR 80; RR 20; Temp 36,6oC;
Cor: S1/S2 reg, murmur (-)
Pulmo: suara napas vesikuler kiri menurun, rh (-/-), wh (-/-)
Abdomen : Soepl, BU(+)N, NT (-)
Ekstermitas : ROM aktif pasif ekstermitas bawah terbatas nyeri.
Luka bakar (+) kehitaman, mengelupas dengan dasar eritem, nyeri (+).
Urin output > 1cc/kgBB/jam
Warna urin kuning jernih.
A: Luka bakar listrik Grade II
P: - Maintanance IVFD RL 30 tpm
- Inj Cefriaxone 1 gr/12 jam
- Inj Metronidazole 500 mg/8 jam
- Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj Ranitidine 50 mg/12 jam

7
- Inj Dexamethasone 5 mg/8 jam
- Rawat luka dengan burnarizin salep dan kasa lembab

Follow up luka bakar hari perawatan kedua (11 Desember 2019)

12 Desember 2019 (hari rawat ke-3)


S : Demam (-), luka mulai mengering
O : Kesadaran : CM; TD 100/70; HR 80; RR 20; Temp 36,3oC;
Cor: S1/S2 reg, murmur (-)
Pulmo: suara napas vesikuler kiri menurun, rh (-/-), wh (-/-)
Abdomen : Soepl, BU(+)N, NT (-)
Ekstermitas : ROM aktif pasif ekstermitas bawah terbatas nyeri.
Luka bakar (+) kehitaman, luka yang mengelupas mulai mengering.
Urin output > 1cc/kgBB/jam
Warna urin kuning jernih.
A: Luka bakar listrik Grade II
P: - Maintanance IVFD RL 30 tpm
- Inj Cefriaxone 1 gr/12 jam
- Inj Metronidazole 500 mg/8 jam
- Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj Ranitidine 50 mg/12 jam

8
- Inj Dexamethasone 5 mg/8 jam
- Rawat luka dengan burnarizin salep dan kasa lembab

13 Desember 2019 (hari rawat ke-4)


S : Demam (-), luka mulai mengering.
O : Kesadaran : CM; TD 100/70; HR 80; RR 20; Temp 36,3oC;
Cor: S1/S2 reg, murmur (-)
Pulmo: suara napas vesikuler kiri menurun, rh (-/-), wh (-/-)
Abdomen : Soepl, BU(+)N, NT (-)
Ekstermitas : ROM aktif pasif ekstermitas bawah terbatas nyeri.
Luka bakar (+) kehitaman, luka yang mengelupas mulai mengering.
A: Luka bakar listrik Grade II
P: - Maintanance IVFD RL 30 tpm
- Inj Cefriaxone 1 gr/12 jam
- Inj Metronidazole 500 mg/8 jam
- Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj Dexamethasone 5 mg/8 jam
- Rawat luka dengan burnarizin salep dan kasa lembab
- Pasien boleh pulang dan edukasi kontrol rutin ke poli bedah.

9
BAB III
PEMBAHASAN KASUS1,2

Pasien dibawa ke IGD RS telah tersengat arus listrik 30 menit SMRS.


Pasien mengaku sedang membetulkan atap rumah, kemudian tidak sengaja kepala
meyentuh kabel dan tersengat arus listrik hingga jatuh dari ketinggian 1 lantai.
Pasien mengaku sempat tidak sadarkan diri beberapa saat, namun saat tiba di RS
pasien sudah sadar penuh.
Bila seseorang terkena arus listrik, maka kelainan yang ditimbulkan
akibat arus listrik tersebut tergantung dari lima faktor, yaitu :
1. Intensitas (I)
2. Tegangan atau voltase (V)
Voltase yang rendah, yaitu sekitar 1000 volt lebih sering menyebabkan
kematian bila dibandingkan dengan voltase yang lebih tinggi; misalnya
10.000 volt malah tidak mematikan. Peralatan rumah tangga yang
menggunakanlistrik sebagai sumber energi, aman bila voltase dari
peralatan tersebut maksimal sebesar 42 volt. Perbedaan Kematian orang
yang terkena listrik yang bertegangan rendah disebabkan karena
terjadinya fibrilasi ventrikel sedangkan mereka yang terkena arus listrik
bertegangan tinggi kematian biasanya karena luka bakar / panas.
3. Tahanan (R)
Besarnya tahanan pada manusia tergantung dari banyak sedikitnya air
yang terdapat pada bagian tubuh. Tahanan yang paling besar adalah
kulit, keudian tulang, lemak, saraf, otot, darah, dan yang paling
rendah adalah cairan tubuh. Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa orang yang terkena arus listrik dalam bak mandi berisi air
kelainan (electric mark) bisa tidak ditemukan.
4. Arah aliran
Manusia dapat mati bila terkena arus listrik dengan aliran arus
listrik tersebut melintasi otak atau jantung; misalnya arah aliran dari
kepala ke kaki atau dari lengan ke lengan. Hal tersebut dimanfaatkan

10
pada pelaksanaan hukuman mati di atas kursi listrik.
5. Waktu
Waktu lamanya seseorang kontak dengan benda yang beraliran listrik
menentukan kecepatan datangnya kematian. Misalnya bila intensitas 70
– 300 mA kematian terjadi dalam waktu 5 detik, sedangkan pada
intensitas 200 – 700 mA kematian akan terjadi dalam waktu 1 detik.

Pada pasien ini ditemukan Electric mark pada kepala yaitu merupakan
kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana arus listrik masuk kedalam
tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai sedang. Electric mark
berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang datar dan rendah ditengah,
yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tengah tersebut biasanya
pucat dan kulit diluar electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh
darah / hiperemis bentuk serta ukuran electric mark tergantung bentuk dan
ukuran benda berarus listrik yang mengenai tubuh. Namun demikian pasien
pada saat datang ke IGD masih dalam keadaan sadar penuh dan dari
pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam batas normal mengarahkan
kemungkinan pasien terkena listrik aliran rumah tangga yang tegangannya tidak
besar dan waktu kontak yang sebentar.
Pada luka bakar listrik harus dibedakan akibat ledakan ataukah akibat arus
listrik. Luka bakar akibat arus listrik ada luka masuk dan luka keluar yang kecil
tetapi dalam. Aliran listrik akan merangsang jaringan atau organ yang dilalui,
seperti :
 Otot yang teraliri listrik akan kontraksi, telapak tangan tidak melepaskan
kabel, diafragma akan lumpuh sehingga penderita berhenti bernafas bila
berkepanjangan akan terjadi hipoksia.
 Jantung dapat terjadi fibrilasi sampai “cardiac arrest” dan asidosis. Pada
resusitasi harus diberi Bikarbonas Natricus.
 Tulang yang dialiri menjadi panas, otot disekitarnya akan ‘terbakar”.
Mioglobin akan keluar melalui urin dan urin berwarna coklat hitam.
Pada pasien ini saat tiba di IGD dilakukan pemeriksaan EKG, dan didapatkan

11
hasil normo synus rithm sehingga kehawatiran gangguan jantung di awal dapat
disingkirkan meskipun sebaiknya dilakuakan evalusi pemeriksaan EKG secara
berkala. Pada pasien ini juga dilakukan pemasangan DC, guna memantau urin
yang keluar, dan didapatkan hasil urin berwarna kuning dapat menyingkirkan
adanya mioglobin dalam urin yang biasa ditandai dengan urin berwarna coklat
kehitaman.
Penilaian derajat luka bakar dibagi menjadi 4 derajat:
 Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hiperemik berupa
eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
 Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi.
Dibedakan atas 2 (dua) bagian :
Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.
Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak.
Semua ini merupakan benih- benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan
dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik.
Derajat II dalam / deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan
epitel tinggal sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan
disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari
satu bulan.
 Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam
sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami
kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang

12
terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung – ujung sensorik
rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.
Derajat luka bakar pada kasus ini dihitung dengan cara Wallace rule of
nines, sebagai berikut:
- Kepala, leher 9 %
- Lengan, tangan 2 x 9 %
- Paha, betis, kaki 4 x 9 %
- Dada, perut, punggung, bokong 4 x 9 %
- Genitalia 1%

Pada pasien ini terdapa luka bakar derajat IIA-IIB karena terdapatnya kulit yag
sudah terkeluas dengan dasar warna putih kemerahan, kerusakan mengenai hampir
seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Organ – organ

13
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit.
Luas luka bakar pasien ini yaitu 27% meliputi :
Kepala dan leher dextra : 4,5 %
Seluruh thorakalis anterior :9%
Tibialis anterior dextra : 4,5 %
Femoralis dan tibialis anterior sinistra : 9 %

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas


meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan
bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang
terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka
bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme
kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan
terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin
berkurang. Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan
jam.
Pada pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa hematologi rutin,
elektrolit, dan kimia klinik. Hemoglobin dan hematrokrit terkesan meningkat
menunjukkan berkurangnya volume intavaskular, dari sini juga bisa mendapat
gambaran tidak adanya sel darah merah yang rusak karena tidak terdapat anemia.
Leukosit juga meningkat bisa sebagai penanda berkurangnya volume
intravaskular maupun tanda-tanda terjadinya infeksi. Pada pemeriksaan fungsi
ginjal daam batas normal, juga pemeriksaan rontgen thorax dan lumbal dalam
batas normal membantu menyingkirkan keterlibatan organ dalam lain.
Pada luka pasien terdapat kulit-kulit yang sudah mengelupas bekas bula
yang sudah pecah. Luka derajat IIB ini perlu dilakukan evalusi elektrolit
dilakukan dan didapatkan hasil dalam batas normal. Luas luka bakar pada pasien

14
ini 27%, namun masih belum terdapat tanda-tanda syok hipovolemik pada pasien.

Penanagan pasien luka bakar dilakukan sebagai berikut:


A. Fase Akut
Hentikan dan hindarkan kontak langsung dengan penyebab luka bakar
Nilai keadaan umum penderita:
o Obstruksi jalan nafas (airway): bebaskan jalan nafas dengan
melakukan intubasi atau trakeostomi
o Syok: segera lakukan pemasangan infus, tanpa
memperhitungkan luas luka bakar dan kebutuhan cairan (Ringer
Laktat)
o Tidak syok: segera lakukan pemasangan infus sesuai
dengan perhitungan kebutuhan cairan.
Perawatan luka:
o Dimandikan/ cuci dengan menggunakan air steril yang dicampur
antiseptik
o Jika bula berukuran kecil (± 2-3 cm), biarkan saja
o Jika bula berukuran besar (> 3 cm), lakukan bulektomi (dipecah)
o Berikan obat-obat lokal (topikal) untuk luka, yaitu Silver
sulfadiazine (SSD) seperti Silvaden, Burnazine, Dermazine, dan lain-
lain
o Pemberian anibiotik bersifat profilaksis jenis spektrum luas,
namun tidak perlu diberikan jika penderita datang < 6 jam dari
kejadian
o Pemberian analgetik
o Pemberian ATS/ toxoid
o Pasang kateter untuk memantau produksi urin
o Pemasangan NGT (Nasogastric Tube), namun tidak dilakukan
jika terdapat ileus paralitik

15
Pedoman Pemberian Cairan pada luka bakar sebagai berikut :
 Per oral: penderita dengan luka bakar tak luas (kurang dari 15 % derajat II)
 Infus (IVFD): pada luka bakar yang lebih dari 15 % Rumus pemberian cairan
elektrolit, Baxter/ Parkland (1968): RL = 4cc x berat badan (kg) x % luka
bakar
o ½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama post trauma, dan ½
jumlah cairan diberikan dalam 16 jam berikutnya
o Untuk luka bakar yang lebih dari 50 % diperhitungkan sama dengan luka
bakar 50%.

B. Fase Pasca Akut


Perawatan luka
o Eschar (jaringan kulit yang nekrose, kuman yang mati, serum,
darah kering): perlu dilakukan escharectomi
o Gangguan AVN (arteri, vena, nervus) distal karena tegang,
perlu dilakukan escharectomi atau fasciotomi
o Kultur dan tes sensitivitas antibiotik, untuk menentukan jenis
antibiotik yang diberikan.
o Dimandikan setiap hari atau 2 hari sekali
o Jika perlu, berikan Human Albumin-Globulin
Pantau dan perbaiki keadaan umum
Pantau diet dan asupan cairan

Pada pasien ini tidak ada gangguan pada jaln nafas dan juga tidak ada
tanda-tanda syok hipovolemik. Pada pasien ini luas luka bakar lebih dari 15%
sehingga penanganan awal dilakukan dengan resusitasi cairan mengggunakan
rumus baxter:
4 cc x luas luka bakar x Berat badan = 4cc x 27% x 60kg =
6.480 cc dalam 24 jam
 3.240 cc dalam 8 jam pertama  135 tpm selama 8 jam

16
 3.240 cc dalam 16 jam berikutnya  68 tpm selama 16 jam
berikutnya.
Pada pasien juga dilakukan pemasangan kateter untuk meantaun urin, diberikan
antinyeri dan antibiotik. Serta dilakukan perawatan luka dengan salep burnarizine
dan kasa lembab.

C. Fase Rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari
perawatan luka bakar.Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka
bakar adalah untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan
fungsi yang maksimal. Tindakan- tindakan untuk meningkatkan
penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan deformitas dan
hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan support
emosional serta pendidikan merupakan bagian dari proses rehabilitasi.

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas
permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi,
dan kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-
10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam
10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor
membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan
parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam
beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan parut.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, Dian. M, Luka Bakar Listrik, Refrat, Fakultas Kedokteran


Universitas Syiah Kuala, 2015.
2. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88

18

Anda mungkin juga menyukai