Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS (TB)

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen
serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon dioksida sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh, penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi.
Jadi di dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang di tarik dari udara masuk
ke dalam darah CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis .seterusnya CO 2 akan dikeluarkan
melalui traktus respiratorus (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler
vena pulmonalis kemudian masuk ke sarambi kiri jantung (atrium sinistra) ke aorta ke seluruh
tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini terjadi oksidasi (pembakaran) . sebagian ampas
(sisanya) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena
masuk ke jantung (serambi kanan / atrium dextra) ke bilik kanan (ventrikel dextra) dan dari sini
keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan
epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan
sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenetalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju
paru-paru (sampai alveoli) pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring
sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakea, sedangkan sewaktu bernapas
epiglotis terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring maka kita mendapat
serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring.
Selain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu, kotoran
dan benda asing.Adanya benda asing / kotoran tersebut memberikan rangsangan kepada selaput
lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi batuk.akibatnya benda
asing/kotoran tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut.Dari kejadian tersebut diatas
udara yang masuk ke dalam alat-alat pernapasan benar-benar bersih.
Organ-organ pernafasan.Yaitu ;
1. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).didalamnya terdapat bulu-
bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
Bagian luar hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan,
lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung
(konka nasalis) yang berjumlah tiga buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media
dan konka nasalis superior.
Diantara konka ini terdapat tiga buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian
atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah) dan meatus inferior ( lekukan bagian bawah).
Meatus-meatus ini lah yang dilewati oleh udara pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang
yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut kona. dasar dari rongga hidung dibentuk
oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang
di sebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis
pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmoidalis pada
rongga tulang tapis.
Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menunjukan nasalis. Pada
konka nasalis terdapat sel-sel penciuman sel tersebut terutama terdapat di bagian atas.pada
hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf penciuman (nerfus
olfaktorius).
2. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain: ke atas berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, kedepan berhubungan
dengan rongga mulut tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat dua
lubang, kedepan lubang laring, ke belakang lubang esophagus.
Di bawah selaput lendir jaringa ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah
bening.Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid.Disebelahnya terdapat dua buah
tonsil kiri dan kanan dari tekak.Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup
laring pada waktu menelan makanan.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di bagian depan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat di tutup oleh sebuah
empeng tenggorok yang di sebut epiglotis yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi
pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (
huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, hanya bergerak kea rah luar.panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri
dari jaringn ikat yang dilapisi oleh otot polos.Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan
benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Yang meisahkan
trakea menjadi bronkus kanan dan kiri disebut karina.
5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping
ke arah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari padabronkus
kiri, terdiri dari 6 sampai 8 cincin, mempunyai 3 cabang
bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus ( bronkioli). Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkiolus
terdapat gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli.
6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah bagian tubuh yang sebagian besar teridiri dari gelembung
(gelembung hawa, alveoli).gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.Jika
dibentangkan luas permukaanya lebih kurang 90 m 2. Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi menjadi dua: Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, lobus puimo dektra
superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobules.paru-paru kiri,
terdiri dari puimo sinistra lobus superior dan lobus inferior.Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan
yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segemen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan
3 buah segmen pada segmen inferior. Tiap – tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi
belahan – belahan yang bernama lobules.
Diantara lobules yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobules terdapat sebuah
bronkiolus.Di dalam lobules bronkiolus bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini
disebut duktus alveolus. Tiap – tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
antara 0,2 – 0,3 mm.
Latak paru- paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum.Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru – paru dibungkus oleh selaput yang disebut
pleuara. Pleura dibagi menajadi: Pleura visceral yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru-paru dan, pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Antara keuda pleura ini terdapat rongga (cavum) yang disebut cavum pleura. Pada
keadaan normal kavum plura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat kembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat), yang berguna untuk meminyaki
permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu
ada gerakan bernapas.
7. Pembuluh darah paru
Sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan yang tebal dindingnya 1/3 dari tebal
ventrikel kiri.Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan
jauh lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri.
Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru dan
aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah yang kaya oksigen dibandingkan
dengan darah pulmonal yang relative kekurangan oksigen.Darah ini kembali melalui vena
pulmonalis ke atrium kiri.Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung
oksigen dari ventrikel kanan ke paru-paru.
Cabang-cabang nya menyentuh saluran-saluran bronchial, sampai ke alveoli
halus.Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler, dan jaringn kapiler itu
menyentuh dinding alveoli (gelembung udara).Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh
dinding kapiler.Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena
pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorok yang keluar melalui tampuk paru-paru ke
serambi jantung kiri (darah mengandung oksigen), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari
setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang mencapai vena cava inferior maka
dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.
Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di
dalamnya, kapasitas paru-paru dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-
dalamnnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung pada bebrapa hal: kondisi
paru-paru, umur, sikap dan bentuk seseorang.
b. Kapasitas vital yaitu, jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal. Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung udara
sebanyak kurang lebih 5 liter. Waktu ekspirasi, di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter
udara pada waktu kita bernapas bisasa. Udara yang masuk ke dalam paru-paru 2.600
cm3 (2,5 liter). Jumlah pernapasan dalam keadaan normal orang dewasa 16-18 kali/
menit. Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari
suatu penyakit, pernapasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya.
c. Proses terjadinya pernapasan
Terdiri dalam dua bagian yaitu inspirasi dan ekspirasi.Bernapas berarti melakukan
inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus.Bernapas
merupakan gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Reflex bernapas ini
diatur oleh pusat pernapasan yang terletak dalam sumsum penyambung (medulla
oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat
napasnya, ini berarti bahwa reflex bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri.
Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan
kekurangan dalam darah. Inspirasi terjadi bila mukulus diafragma telah mendapat
rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah mendapat rangsangan kemudian
mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarakan antara
sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar
maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya
berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung,
muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil
kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi
karena adanya perbedaaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu orang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada.Ini terdapat pada rangka dada yang lunak,
yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan.Pernapasan perut.Jika pada waktu
bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernapasan perut.Jika pada waktu
bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernapasan perut.Kebanyakan pada
orang tua, karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan
oleh banyak zat kapur mengendap di dalamnya dan ini banyak ditemukan pada
pria.(Syaifuddin, 2006: hal 192).

B. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis
dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 2009: hal 472).Tuberkulosis adalah penyakit
infeksius yang disebabkan Mycobacterium Tuberkulosis terutama menyerang parenkim paru,
dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termaksuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe.
(Brunner, 2002: hal 349).
Tuberkulosis (TB) penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang
mampu menginfeksi secara laten maupun progresif. (Elin, 2009: hal 918).Tuberkulosis merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan biasanya menjangkiti
paru. (Esther, 2010: hal 193).Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran napas bawah.
Penyakit ini disebabkan oleh mikro-organisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya
ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus
atau alveolus. (Elishabeth, 2001: hal 414).
Tuberculosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis.Penyakit ini bisanya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang
semua organ atau jaringan di tubuh. (Robins, 2007: hal 544).Tuberkulosis paru merupakan
penyakit infeksi menular, menyerang pada paru, disebabkan oleh basil mycobacterium
tuberkulosa (Murwani, 2009: hal 11).

C. PENYEBAB DAN CARA PENULARAN


Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan Mycobacterium
Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5 – 4 mikron x 0,3 – 0,6 mikron dengan bentuk batang
tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai
lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan
asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia
dan fisik.Kuman tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan
anaerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100 0C selama 5 – 10 menit atau pada pemanasan
60 oC selama 30 menit, dan dengan 70 – 95 % selama 15- 30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2
jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), dapaat hidup
bertahun-tahun di dalam lemari es, hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman. Dari
sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi, namun tidak
tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk
mendapatkan 90 % udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali partukaran udara.
Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni di dalam sitoplasma
makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apical paru – paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Widoyono, 2008: hal 15).
Resiko penularan tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan
BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan
BTA negative.
Hanya sekitar 10 % yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Faktor yang mempengaruhi
kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, seperti pada
infeksi HIV/AIDS, gizi buruk, banyaknya kuman TB.
Bila pasien TB tidak diobati, maka dalam 5 tahun akan terjadi :
1. 50 % akan meninggal dunia
2. 25 % sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
3. 25 % akan menjadi pasien TB kronis dan menjadi sumber penularan

Menurut penelitian, 1 orang pasien TB BTA positif akan menularkan ke 10 orang.

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Sudoyo, dkk (2009: hal 2234), Tanda dan gejala tuberculosis Paru, yaitu :
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza tetapi panas badan kadang-kadang dapat
mencapai 40-41 oC.serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat
timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influsnza ini, sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis
yang masuk.
2. Batuk atau batuk darah
Gejala ini banyak di temukan.Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-prosuk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus di
setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah kuman berkembang dalam
jaringan paru yakini setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non Produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum).Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah.Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian
paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada tibul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau
melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat randang yang menahun.Gejala malaise sering ditemukan
berupa aneroksia, tidak ada nafsu maka, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain.Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

E. PATOFISIOLOGI
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2232), proses perjalanan penyakit tuberculosis Paru, yaitu :
1. Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari - hari sampai
berbulan – bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada
saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel <5
mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofi, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan
trakeobronkial bersama dengan gerakan silia bersama sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringn paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia
dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan
berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer
atau sarang (focus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila
menjalar sampai ke pleura, maka akan terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk
melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulait, terjadi limfedenopati
regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru,
otak, ginjal, tulang.Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluaruh bagian
paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang
primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer (ranke). Semua proses ini
memakan waktu 3-8 minggu.
Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus,
keadaan ini terdapat pada lesi pnemunia yang luasnya > 5 mm dan ± 10 % diantaranya
dapat terjadi reaktivitas lagi karena kuman yang dormant.
c. Berkomplikasi dan menyebar secara: perkontinuitatum, yakini menyebar ke sekitarnya.
Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya, kuman
dapat juga dapat tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. Secara
limfogen ke organ tubuh lain- lainya. Secara hematogen ke organ tubuh lainnya. Semua
kejadian di atas tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer.
2. Tuberculosis pasca primer (sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun – tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas reinfeksi mencapai
90%.Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol,
penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal.Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan
sarang dini yang berlokasi di region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau
inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.Dalam 3-10 minggu sarang
ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datia-
langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua
tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie, sarang dini ini dapat menjadi
:
a. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
b. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan
fibrosis.Ada yang membungkus diri menjdai keras, menimbulakan perkapuran.Sarang dini
yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya
dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju.
Bila jaringan keju dibatukan keluar maka akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula
berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam
jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas
adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh
makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF nya.
Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic dissesminaate TB yang terjadi pada
immunodifisiensi dan usia lanjut. Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat
banyak aktivitas ini dapat berimbas :
1) meluas kembali dan menimbulakan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk
ke dalam peredaran darah arteri, maka akan teradi TB Milier. Dapat juga masuk ke
paru sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB
usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu.
Bisa juga terjadi TB endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema bila rupture ke
pleura.
2) Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma ini dapat mengapur
dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi
kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus dan kemudian menjadi
mycetoma ..
3) Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan
membungkus diri menjadi kecil.kadang-kadang berkahir sebagai kavitas yang
terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.Secara
keseluruhan akan terdapat tiga macam sarang yakini :
a) Sarang yang sudah sembuh, sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.
b) Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan
sempurna.
c) Sarang yang berada diantara aktif dan sembuh , sarang bentuk ini dapat sembuh
spontan tetapi mengingat kemungkinan eksaserbasi kembali, sebaiknya di
berikan pengobatan yang sempurna juga.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mansjoer, dkk (1999 :hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan
tuberculosis Paru, yaitu :
1. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis.
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak spesifik karena hanya 30 – 70 % pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.
3. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
4. Tes Mantoux / Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
5. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
6. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh
mikobakterium tuberculosis.
7. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna
sisir akan berubah.
8. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah
b. Bayangan berwarna ( patchy ) atau bercak ( nodular )
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g. Bayangan millier

Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2235), pemeriksaan diagnostic

Yang dapat dilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

1. Pemeriksaan radiologis (Photo Thorax)


Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus atas atau segmen
apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah
hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkial).
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran
radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas.Bila
lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang
tegas. Lesi ini dikenal dengan tuberkuloma .
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis.lama-lama dinding
menjadi sklerotik dan terlihat menebal.Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang bergaris-
garis.Pada klasifikasi bayangannya tambak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi.Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi
pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru.
Gambaran tuberculosis millier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar
merata pada seluruh lapang paru.Gambaran radiologis lain yang sering menyertai
tuberculosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru
(efusi pleura/empiema), bayangan hitam radioulsen di pinggir paru/pleura (pnemothorax)
Pada satu foto dada sering di dapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada
tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik, klasivikasi kavitas (non
sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.
2. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di rumah
sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-Scan). Pemeriksaan ini lebih
superior dibandingkan dengan radiologis biasa.Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih
jelas dan sayatan dapat dibuat transversal.
3. Magnetic Resonsnce Imaging ( MRI )
Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai proses-proses
dekat apek paru, tulang belakang, perbatasan dada perut.Sayatan dapat dibuat
transversal, segital dan koronal.
4. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan,
hasilnya tidak sensitive dan tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru mulai aktif akan
didapatkan jumlah leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah
limfosit masih di bawah normal.Laju endap darah mulai meningkat.Bila penyakit mulai
sembuh jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah
mulai turun kearah normal lagi.
5. Sputum (BTA)
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang
kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml
sputum.
Pemeriksaan dahak untuk melihat kuman TBC , pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali , yang
disebut dengan pemeriksaan BTA SPS (sewaktu, Pagi , sewaktu)
Artinya, dahak diambil pada :
Sewaktu 1 : diambil pada saat datang pertama kali
Pagi : diambil dahak pagi hari/dahak pertama kali yang keluar pagi hari
Sewaktu 2 : diambil pada saat datang ke 2 kali ( saat mengantar dahak pagi)

Jadi minimal pemeriksaan dahak dilakukan selama 2 hari berturut-turut

Hasil dari pemeriksaan BTA dahak secara mikroskopis adalah :


BTA positif : ditemukan kuman TB dalam apusan dahak
BTA negatif : tidak ditemukan kuman TB dalam apusan dahak

BTA negative belum tentu bukan TB, karena bila jumlah kuman sangat sedikit atau kurang
dari 5000 ekor, maka kuman tidak terlihat secara langsung, maka untuk memastikan TB
atau bukan, dilakukan pemeriksaan dan tindakan lainnya, seperti pemeriksaan biakan
dahak, dimana dahak ditanam dalam sebuah media tertentu dan ditunggu pertumbuhan
kuman selama 6-8 minggu. Bila kuman TB tumbuh atau biakan positif, maka bisa
dipastikan kalau menderita TB paru.
6. Tes tuberculin/ tes mantoux
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosis
tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakini
dengan menyuntikan 0,1 cc tuberculin P.P.D (purified protein derivative).
Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U ( first
strength). kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negative, berarti
tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantoux dengan 5 T.U. Sudah cukup
berarti. Tes tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah
terserang Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis.
Tes mantoux ini dapat dibagi kedalam beberapa kategori yaitu :
a. Indurasi 0-5 mm (diameternya ) mantoux negative = golongan non sensitivity.
b. Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran
antibody normal masih menonjol.
c. Indurasi 10-15 mm: mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity disini peran
antibody selular paling menonjol.

G. PENGOBATAN TB
Sejak tahun 1995, WHO telah menetapkan strategi DOTS untuk pemberantasan penyakit TB.
DOTS adalah kependekan dari Directly Observe Treatment Shortcourse atau pengobatan jangka
pendek dengan pengawasan langsung minum obat.
Ada 5 komponen strategi DOTS yaitu :
1. Komitmen Politis
2. Penderita diperiksa dahak dengan mikroskop
3. Pengobatan yang berkualitas sesuai kategori yang telah ditetapkan
4. Persediaan obat yang baik, berkesinambungan dan pengawasan menelan obat
5. Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga seluruh kegiatan dapat terpantau

Bila seseorang telah didiagnosa menderita TB, maka harus segera dilakukan pengobatan TB.
Pengobatan TB pada saat ini tidak terlalu lama seperti pengobatan TB pada puluhan tahun yang
lalu ,dimana pengobatan TB saat itu bisa lebih dari 2 tahun. Sejak tahun 1995, dimana strategi
DOTS sudah diterapkan di Indonesia, pengobatan TB adalah jangka pendek yaitu antara 6-9
bulan pengobatan.

Pengobatan TB tergantung pada :


1. Riwayat penyakit TB sebelumnya
2. Hasil pemeriksaan Dahak
3. Lokasi organ yang terkena

Menurut (Widuyono, 2008: hal 18), pengobatan yangdapat diberikan pada klien dengan
tuberculosis Paru, yaitu :
1. Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.
2. Kategori II (2 HRZES / HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien yang pengobatan
kategori 1 nya gagal).
3. Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative RO positif
4. Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila ada pemeriksaan akhir tahap intensif
dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemuukan BTA positif. Obat diminum
sekaligus 1 jam sebelum sarapan pagi.
Dosis pemberian obat kategori 1:
1. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE) :
a. INH (H) : 300 mg – 1 tablet.
b. Rimfapisin (R) : 450 mg - 1 kaplet
c. Pirazinamid (Z) :1500 mg - 3 kaplet @ 500 mg
d. Ethambutol (E) : 750 mg – 3 kaplet @250 mg
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali regimen ini di sebut
kombipak II
2. Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4 H3R3) :
a. INH (H) : 600 mg – 2 tablet @ 300 mg
b. Rimfapisin (R) : 450 mg – 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali regimen ini
disebut kombipak III.
Menurut Mansjoer (2000 : hal 474 ), pembedahan pada TB Paru.
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkembang. Indikasi
pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relative.
1. Indikasi mutlak pembedahan adalah:
a. semua pasien yang telah mendapat OAT tetapi sputum tetap posoitif.
b. Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Pasien dengan fisula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara
konservatif.
2. Indikasi relative pembedahan adalah:
a. Pasien denga sputum negative dan batuk-batuk darah perulang
b. Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kavitas yang menetap.
Minimal pengobatan TB adalah 6 bulan, dan tidak boleh kurang dari 6 bulan, kecuali ada hal-
hal pertimbangan medis yang hanya ditentukan oleh dokter. Pasien tidak boleh
menghentikan sendiri pengobatan sebelum waktunya tanpa persetujuan dokter.
Akibat yang timbul bila pasien menghentikan sendiri pengobatan sebelum waktunya adalah
:
1. Tidak sembuh, bahkan menimbulkan kematian
2. Menjadi sumber penularan bagi orang lain
3. Kuman TB menjadi kuman yang kebal obat dan sulit disembuhkan
4. Menularkan kuman yang kebal obat pada orang lain, sehingga pemberantasan TB menjadi
lebih lama, lebih sulit sembuh dan lebih mahal.
Keberhasilan pengobatan TB tergantung pada :
1. Kepatuhan pasien dalam meminum obat
2. Pengawasan orang-orang terdekat pasien untuk mengingatkan pasien
3. Dosis , jumlah obat dan cara minum obat yang diminum sesuai dengan anjuran dokter
4. Penyakit penyerta lainnya seperti HIV, Diabetes melitus
5. Sensitivitas kuman TB terhadap obat
Masyarakat dalam hal ini keluarga , teman, rekan kerja , tetangga dan lingkungan pasien harus
mendukung atau memberi motivasi pada penderita untuk sembuh, dan bukan mengasingkan
atau menjauhi penderita , karena TB adalah penyakit paru yang sudah ada obatnya, bukan
penyakit kutukan dan bukan penyakit keturunan. Dukungan lingkungan sekitarnya akan
menimbulkan semangat bagi penderita untuk melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang
akhirnya juga menguntungkan bagi kesehatan
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mendukung pengobatan TB adalah :
1. Makanan yang bergizi seimbang
Tidak ada pantangan makanan bagi penderita TB, kecuali penderita TB memiliki penyakit
yang lain seperti Diabetes, gastritis, dll. Bahkan penderita Tb dianjurkan makan makanan
yang mengandung protein tinggi dan kalori yang tinggi. Protein bisa didapat dari lauk-pauk,
daging ayam atau sapi, tahu, tempe, telur , susu dll. Makan dalam porsi sedang dan teratur
minimal 3 kali sehari .
2. Istirahat yang cukup
3. Jangan merokok atau dekat orang yang merokok, karena akan memperberat infeksi paru
dan memperlambat penyembuhan TB.
4. Bila bekerja dilingkungan yang ada polusi udara , kenakan masker pelindung, atau bila
memungkinkan pindah ke divisi lain.
5. Lingkungan rumah yang bersih dan sehat, memiliki ventilasi dan masuk cahaya matahari.
6. Bila memiliki penyakit kencing manis, gula darah harus dalam keadaan terkontrol.

H. KLASIFIKASI
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan
untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
a. Dengan atau tanpa gejala klinik
b. BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif 1
kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
c. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
a. Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
b. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
3. Bekas TB Paru dengan kriteria:
a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak
berubah.
d. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
1. Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain dapat
juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga
atau columna vertebralis.
2. Efusi pleura
Keluarnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru,
yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material
mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura yang
kaya akan protein.
3. Empiema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang di
sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis
tuberculosis).
4. Laryngitis
Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis tuberculosis.
5. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)
Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran pernapasan
akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat
menyebat melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi
mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal,
dan saluran pencernaan.
6. Keruskan parennkim paru berat
Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru, sehingga jika
tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.
7. Sindrom gagal napas (ARDS)
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal napas
atau ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
8. Pneumotorax
Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara dalam rongga pleura.Normalnya
pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga
dada.Penumothorax pada TB paru merupakan pneumothorax spontan yang timbul akibat
nekrosis jaringan yang menjalar sampai pinggir jaringan parut parenkim paru, membentuk
bulla yang selanjutnya robek ke dalam pleura.

J. PROGNOSIS
Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat antituberculosis (OAT)
yang di konsumsi selama ± 6 bulan secara rutin. (Sylvia, 1995 : hal 759)

K. PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium tuberkuloisi
adalah sebagai berikut :
1. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang dahak
tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).
2. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi
3. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu perhatian
khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran
matahari di rumah.
4. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi).
5. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.
L. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru ialah
sebagai berikut :
a. Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan utama : Batuk produkif dan non produktif
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur.
4) Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
5) Daya tahan tubuh yang menurun.
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
c. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
2) Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
d. Riwayat Sosial Ekonomi:
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas,
menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan
dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan
putus harapan.
e. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan,
pengobatan dan perawatannya.
3) Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek),
sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 –410C) hilang timbul.
4) Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
5) Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi
pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
6) Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Objektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
7) Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.
8) Pemeriksaan Diagnostik:
a) Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
b) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72
jam).
c) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas
bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
d) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB
paru.
e) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
f) Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.
2. Diagnosa Keperawatan TB Paru NANDA-I 2012-2014
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Batasan Karakteristik

1) Tidak ada batuk


2) Suara napas tambahan
3) Perubahan frekuensi napas
4) Perubahan irama napas
5) Sianosis
6) Kesulitan berbicara/mengeluarkan
suara
7) Penurunan bunyi napas
8) Dispnea
9) Sputum dalam jumlah yang berlebihan
10) Batuk yang tidak efektif
11) Ortopnea
12) Gelisah
13) Mata terbuka lebar

Faktor Yang Berhubungan

Lingkungan

 Perokok pasif  Merokok


 Mengisap asap

Obstruksi jalan napas

 Spasme jalan napas  Adanya jalan napas buatan


 Mucus dalam jumlah yang  Sekresi yang tertahan/sisa
berlebihan sekresi
 Eksudat dalam alveoli  Sekresi dalam bronki
 Materi asing dalam jumlah napas

Fisiologis

 Jalan napas alergik  Hyperplasia dinding


 Asma bronchial
 Penyakit paru obstruksi kronis  Infeksi
 Disfungsi neuromuskular

b. Resiko Infeksi
Defenisi : Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko
1) Penyakit kronis
a) DM
b) Obesitas
2) Pengetahuan yang kurang untuk
menghindari pamajanan patogen
3) Pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat
a) Gangguan peristalsis
b) Kerusakan integritas kulit
(pemasangan kateter
intravena, prosedur invasif)
c) Perubahan sekresi pH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Pecah ketubah dini
f) Pecah ketubah lama
g) Merokok
h) Stasis cairan tubuh
i) Trauma jaringan (mis
trauma, destruksi jaringan)
4) Malnutrisi
a) Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
b) Penurunan Hb
c) Imunosupresi (mis imunitas
didapat tidak adekuat, agens
farmaseutikal termasuk
imunosupresan, steroid,
antibodi monoklonal,
imunomodulator)
d) Leukopenia
e) Supresi respons inflamasi
f) Vaksinasi tidak adekuat
g) Pemajanan terhadap
patogen lingkungan
meningkat
h) Wabah

c. Intoleransi Aktivitas
Definisi : ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.
Batasan Karakteristik
1) Respons tekanan darah abnormal
terhadap aktivitas
2) Respon frekuensi jantung abnormal
terhadap aktivitas
3) Perubahan EKG yang mencerminkan
aritmia
4) Perubahan EKG yang mencerminkan
iskemia
5) Ketidaknyaman setelah beraktivitas
6) Dispnea setelah beraktivitas
7) Menyatakan merasa letih
8) Menyatakan merasa letih

Faktor Yang Berhubungan

1) Tirah baring
2) Kelemahan umum
3) Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton

d. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh


Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic.

1) Kram abdomen
2) Nyeri abdomen
3) Menghindari makan
4) Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
5) Kerapuhan kapiler
6) Diare
7) Kehilangan rambut berlebihan
8) Bising usung hiperaktif
9) Kurang makan
10) Kurang informasi
11) Kurang minat pada makanan
12) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
13) Kesalahan konsepsi
14) Kesalahan informasi
15) Membrane mukosa pucat
16) Ketidakmampuan memakan makanan
17) Tonus otot menurun
18) Mengeluh gangguan sensasi rasa
19) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance)
20) Cepat kenyang setelah makan
21) Sariawan rongga mulut
22) Steatore
23) Kelemahan otot pengunyah
24) Kelemahan otot untuk menelan

Faktor Yang Berhubungan

1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Ketidakmampuan untuk
mengabsorpsi nutrisi
4) Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
5) Faktor psikologis

e. efisiensi Pengetahuan
Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan
topic tertentu

 Perilaku hiperbola
 Ketidakdaruratan mengikuti perintah
 Ketidakdaruratan melakukan tes
 Perilaku tidak tepat (mis ; histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)
 Pengungkapan masalah

Batasan Karakteristik

 Keterbatasan kognitif
 Salah interpretasi informasi
 Kurang pajanan
 Kurang minat dalam belajar
 Kurang dapat mengingat
 Tidak familiar dengan sumber informasi

Batasan Karakteristik
3. Intervensi Keperawatan

Nursing Care Plan


No NANDA: Nursing Diagnosis Nursing Outcomes Nursing Interventions Classification
Classification (NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan tindakan 3160. Airway Suctioning
keperawatan selama …. x 24
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau jam klien akan: Aktivitas keperawatan:
obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan
kebersihan jalan nafas. – 0403. Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral /
Ventilation tracheal suctioning
Batasan Karakteristik : 2. Auskultasi suara nafas
– 0410. Respiratory status : sebelum dan sesudah
 Tidak ada batuk Airway patency suctioning.
 Suara napas tambahan 3. Informasikan pada klien dan
 Perubahan frekuensi napas – 0402. Respiratory Status: keluarga tentang suctioning
Gas Exchange 4. Minta klien nafas dalam
 Perubahan irama napas
sebelum suction dilakukan.
 Sianosis
– 5. Berikan O2 dengan
 Kesulitan berbicara/mengeluarkan suara 1918. Aspiration
menggunakan nasal untuk
 Penurunan bunyi napas Prevention, yang dibuktikan
memfasilitasi suksion
 Dispnea dengan indikator sebagai berikut:
nasotrakeal
 Sputum dalam jumlah yang berlebihan 6. Gunakan alat yang steril sitiap
 Batuk yang tidak efektif (1-5 = tidak pernah, jarang, melakukan tindakan
 Ortopnea kadang-kadang, sering, atau 7. Anjurkan pasien untuk istirahat
 Gelisah selalu) dan napas dalam setelah
 Mata terbuka lebar kateter dikeluarkan dari
Kriteria Hasil : nasotrakeal
Faktor yang berhubungan: 8. Monitor status oksigen pasien
– Mendemonstrasikan batuk 9. Ajarkan keluarga bagaimana
Lingkungan efektif dan suara nafas yang cara melakukan suksion
bersih, tidak ada sianosis dan 10. Hentikan suksion dan berikan
dyspneu (mampu mengeluarkan oksigen apabila pasien
 Perokok pasif
 Mengisap asap sputum, mampu bernafas dengan menunjukkan bradikardi,
 Merokok mudah, tidak ada pursed lips) peningkatan saturasi O2, dll.

Obstruksi jalan napas – Menunjukkan jalan nafas


yang paten (klien tidak merasa
 Spasme jalan napas tercekik, irama nafas, frekuensi 3140. Airway Management
pernafasan dalam rentang normal,
 Mucus dalam jumlah yang berlebihan
tidak ada suara nafas abnormal) Aktivitas keperawatan:
 Eksudat dalam alveoli
 Materi asing dalam jumlah napas
 Adanya jalan napas buatan – Mampu
1. Buka jalan nafas, guanakan
mengidentifikasikan dan
 Sekresi yang tertahan/sisa sekresi teknik chin lift atau jaw thrust
mencegah factor yang dapat
 Sekresi dalam bronki bila perlu
menghambat jalan nafas 2. Posisikan pasien untuk
Fisiologis memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
 Jalan napas alergik buatan
 Asma 4. Pasang mayo bila perlu
 Penyakit paru obstruksi kronis 5. Lakukan fisioterapi dada jika
 Hyperplasia dinding bronchial perlu
 Infeksi 6. Keluarkan sekret dengan batuk
 Disfungsi neuromuskular atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 6540. Infection Control


keperawatan selama …. x 24
Definisi : mengalami peningkatan risiko terserang organisme patogen jam klien akan: Aktivitas keperawatan:
Faktor Risiko : – 0702. Immune Status 1. Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
 Penyakit kronis – 0703. Infection Severity 2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
– 4. Instruksikan pada pengunjung
– DM 1807. Knowledge : Infection
control untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
– Obesitas berkunjung meninggalkan
– 1004. Nutritional status pasien
 Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pamajanan 5. Gunakan sabun antimikrobia
patogen – 1101. Tissue Integrity: Skin untuk cuci tangan
 Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat & Mucous membranes, yang 6. Cuci tangan setiap sebelum
o Gangguan peristalsis dibuktikan dengan indikator dan sesudah tindakan
o Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter sebagai berikut: kperawtan
intravena, prosedur invasif) 7. Gunakan baju, sarung tangan
o Perubahan sekresi pH (1-5 = tidak pernah, jarang, sebagai alat pelindung
o Penurunan kerja siliaris kadang-kadang, sering, atau 8. Pertahankan lingkungan
o Pecah ketubah dini selalu) aseptik selama pemasangan
o Pecah ketubah lama alat
o Merokok Kriteria Hasil : 9. Ganti letak IV perifer dan line
o Stasis cairan tubuh central dan dressing sesuai
o Trauma jaringan (mis trauma, destruksi jaringan) dengan petunjuk umum
– Klien bebas dari tanda dan
o Malnutrisi 10. Gunakan kateter intermiten
gejala infeksi
o Ketidakadekuatan pertahanan tubuh untuk menurunkan infeksi
 Penurunan Hb kandung kencing
 Imunosupresi (mis imunitas didapat tidak – Mendeskripsikan proses 11. Tingktkan intake nutrisi
adekuat, agens farmaseutikal termasuk penularan penyakit, factor yang 12. Berikan terapi antibiotik bila
imunosupresan, steroid, antibodi mempengaruhi penularan serta perlu
monoklonal, imunomodulator) penatalaksanaannya,
 Leukopenia
 Supresi respons inflamasi – Menunjukkan kemampuan
 Vaksinasi tidak adekuat untuk mencegah timbulnya infeksi
6550. Infection Protection
 Pemajanan terhadap patogen lingkungan
meningkat – Jumlah leukosit dalam
 Wabah Aktivitas keperawatan:
batas normal
1. Monitor tanda dan gejala
– Menunjukkan perilaku
infeksi sistemik dan lokal
hidup sehat
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif

3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 0180. Energy Management


keperawatan selama …. x 24
Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis jam klien akan: Aktivitas keperawatan:
untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau
aktifitas sehari hari. – 0002. Energy 1. Observasi adanya pembatasan
conservation klien dalam melakukan
Batasan karakteristik : aktivitas
2. Dorong anak untuk
 Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
 Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas – 0300. Self Care : ADLs, 3. Kaji adanya factor yang
yang dibuktikan dengan indikator menyebabkan kelelahan
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia sebagai berikut: 4. Monitor nutrisi dan sumber
energi tangadekuat
(1-5 = tidak pernah, jarang, 5. Monitor pasien akan adanya
 Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
kadang-kadang, sering, atau kelelahan fisik dan emosi
 Ketidaknyaman setelah beraktivitas secara berlebihan
selalu)
 Dispnea setelah beraktivitas 6. Monitor respon
 Menyatakan merasa letih kardivaskuler terhadap
 Menyatakan merasa letih Kriteria Hasil :
aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya
– Berpartisipasi dalam tidur/istirahat pasien
aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi
Faktor yang berhubungan : 4310. Activity Therapy
dan RR

 Tirah baring – Mampu melakukan aktivitas


Aktivitas keperawatan:
 Kelemahan umum sehari hari (ADLs) secara mandiri
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 1. Kolaborasikan dengan Tenaga
 Imobilitas Rehabilitasi Medik
 Gaya hidup monoton dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
4. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual

4 Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Setelah dilakukan tindakan 1100. Nutrition Management
keperawatan selama …. x 24
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme jam klien akan: Aktivitas keperawatan:
tubuh.
– 1008. Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi makanan
food and Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
Batasan karakteristik : – 1006. Weight : Body Mass, kalori dan nutrisi yang
yang dibuktikan dengan indikator dibutuhkan pasien.
sebagai berikut: 3. Anjurkan pasien untuk
 Kram abdomen
meningkatkan intake Fe
 Nyeri abdomen
(1-5 = tidak pernah, jarang, 4. Anjurkan pasien untuk
 Menghindari makan meningkatkan protein dan
kadang-kadang, sering, atau
 Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal vitamin C
selalu)
 Kerapuhan kapiler 5. Berikan substansi gula
 Diare 6. Yakinkan diet yang dimakan
 Kehilangan rambut berlebihan Kriteria Hasil :
mengandung tinggi serat untuk
 Bising usung hiperaktif mencegah konstipasi
 Kurang makan – Adanya peningkatan berat 7. Berikan makanan yang terpilih
 Kurang informasi badan sesuai dengan tujuan ( sudah dikonsultasikan
 Kurang minat pada makanan dengan ahli gizi)
 Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat – Berat badan ideal sesuai 8. Ajarkan pasien bagaimana
 Kesalahan konsepsi dengan tinggi badan membuat catatan makanan
 Kesalahan informasi harian.
 Membrane mukosa pucat – Mampu mengidentifikasi 9. Monitor jumlah nutrisi dan
 Ketidakmampuan memakan makanan kebutuhan nutrisi kandungan kalori
 Tonus otot menurun
 Mengeluh gangguan sensasi rasa – Tidak ada tanda tanda 10. Berikan informasi tentang
 Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended malnutrisi kebutuhan nutrisi
daily allowance) 11. Kaji kemampuan pasien untuk
 Cepat kenyang setelah makan – Tidak terjadi penurunan mendapatkan nutrisi yang
 Sariawan rongga mulut berat badan yang berarti dibutuhka
 Steatore
 Kelemahan otot pengunyah 1160. Nutrition Monitoring
 Kelemahan otot untuk menelan
Aktivitas keperawatan:
Faktor yang berhubungan :
1. BB pasien dalam batas normal
 Faktor biologis 2. Monitor adanya penurunan
 Faktor ekonomi berat badan
 Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi 3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
 Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
4. Monitor interaksi anak atau
 Faktor psikologis
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarle

5 Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 5602. Teaching : Disease Process


keperawatan selama …. x 24
Definisi : jam klien akan: Aktivitas keperawatan:

Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan 1803. Kowledge : disease 1. Berikan penilaian tentang
topik tertentu. process tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang
Batasan karakteristik : 1805. Kowledge : health spesifik
behavior, yang dibuktikan dengan 2. Jelaskan patofisiologi dari
indikator sebagai berikut: penyakit dan bagaimana hal ini
 Perilaku hiperbola
berhubungan dengan anatomi
 Ketidakdaruratan mengikuti perintah
(1-5 = tidak pernah, jarang, dan fisiologi, dengan cara yang
 Ketidakdaruratan melakukan tes tepat.
kadang-kadang, sering, atau
 Perilaku tidak tepat (mis ; histeria, bermusuhan, agitasi, 3. Gambarkan tanda dan gejala
selalu)
apatis) yang biasa muncul pada
 Pengungkapan masalah penyakit, dengan cara yang
Kriteria Hasil :
tepat
Faktor yang berhubungan : 4. Gambarkan proses penyakit,
- Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
menyatakan pemahaman
 Keterbatasan kognitif tentang penyakit, kondisi,
5. Identifikasi kemungkinan
 Salah interpretasi informasi penyebab, dengna cara yang
prognosis dan program tepat
 Kurang pajanan pengobatan
 Kurang minat dalam belajar 6. Sediakan informasi pada
- Pasien dan keluarga mampu pasien tentang kondisi, dengan
 Kurang dapat mengingat melaksanakan prosedur yang cara yang tepat
 Tidak familiar dengan sumber informasi dijelaskan secara benar 7. Hindari harapan yang kosong
- Pasien dan keluarga mampu 8. Sediakan bagi keluarga
menjelaskan kembali apa informasi tentang kemajuan
yang dijelaskan perawat/tim pasien dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya 9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing Interventions

Classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier

Brunner & Suddarth. (1996). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 6. EGC. Jakarta

Marylin E. Doengoes. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta

Pedoman TB nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008

Price & Wilson (1995). Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta : EGC.

Soedarsono (2000). Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi. Lab. Ilmu Penyakit

Paru FK Una iRasional : RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

Soemantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Jakarta : Salemba Medika.

Soeparman & Waspadji (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : BP

Anda mungkin juga menyukai