B. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis
dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 2009: hal 472).Tuberkulosis adalah penyakit
infeksius yang disebabkan Mycobacterium Tuberkulosis terutama menyerang parenkim paru,
dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termaksuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe.
(Brunner, 2002: hal 349).
Tuberkulosis (TB) penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang
mampu menginfeksi secara laten maupun progresif. (Elin, 2009: hal 918).Tuberkulosis merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan biasanya menjangkiti
paru. (Esther, 2010: hal 193).Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran napas bawah.
Penyakit ini disebabkan oleh mikro-organisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya
ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus
atau alveolus. (Elishabeth, 2001: hal 414).
Tuberculosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis.Penyakit ini bisanya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang
semua organ atau jaringan di tubuh. (Robins, 2007: hal 544).Tuberkulosis paru merupakan
penyakit infeksi menular, menyerang pada paru, disebabkan oleh basil mycobacterium
tuberkulosa (Murwani, 2009: hal 11).
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2232), proses perjalanan penyakit tuberculosis Paru, yaitu :
1. Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari - hari sampai
berbulan – bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada
saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel <5
mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofi, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan
trakeobronkial bersama dengan gerakan silia bersama sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringn paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia
dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan
berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer
atau sarang (focus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila
menjalar sampai ke pleura, maka akan terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk
melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulait, terjadi limfedenopati
regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru,
otak, ginjal, tulang.Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluaruh bagian
paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang
primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer (ranke). Semua proses ini
memakan waktu 3-8 minggu.
Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus,
keadaan ini terdapat pada lesi pnemunia yang luasnya > 5 mm dan ± 10 % diantaranya
dapat terjadi reaktivitas lagi karena kuman yang dormant.
c. Berkomplikasi dan menyebar secara: perkontinuitatum, yakini menyebar ke sekitarnya.
Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya, kuman
dapat juga dapat tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. Secara
limfogen ke organ tubuh lain- lainya. Secara hematogen ke organ tubuh lainnya. Semua
kejadian di atas tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer.
2. Tuberculosis pasca primer (sekunder)
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun – tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas reinfeksi mencapai
90%.Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol,
penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal.Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan
sarang dini yang berlokasi di region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau
inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.Dalam 3-10 minggu sarang
ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datia-
langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua
tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie, sarang dini ini dapat menjadi
:
a. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
b. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan
fibrosis.Ada yang membungkus diri menjdai keras, menimbulakan perkapuran.Sarang dini
yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya
dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju.
Bila jaringan keju dibatukan keluar maka akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula
berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam
jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas
adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh
makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF nya.
Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic dissesminaate TB yang terjadi pada
immunodifisiensi dan usia lanjut. Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat
banyak aktivitas ini dapat berimbas :
1) meluas kembali dan menimbulakan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk
ke dalam peredaran darah arteri, maka akan teradi TB Milier. Dapat juga masuk ke
paru sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB
usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu.
Bisa juga terjadi TB endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema bila rupture ke
pleura.
2) Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma ini dapat mengapur
dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi
kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus dan kemudian menjadi
mycetoma ..
3) Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan
membungkus diri menjadi kecil.kadang-kadang berkahir sebagai kavitas yang
terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.Secara
keseluruhan akan terdapat tiga macam sarang yakini :
a) Sarang yang sudah sembuh, sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.
b) Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan
sempurna.
c) Sarang yang berada diantara aktif dan sembuh , sarang bentuk ini dapat sembuh
spontan tetapi mengingat kemungkinan eksaserbasi kembali, sebaiknya di
berikan pengobatan yang sempurna juga.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mansjoer, dkk (1999 :hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan
tuberculosis Paru, yaitu :
1. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis.
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak spesifik karena hanya 30 – 70 % pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.
3. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
4. Tes Mantoux / Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
5. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
6. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh
mikobakterium tuberculosis.
7. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna
sisir akan berubah.
8. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah
b. Bayangan berwarna ( patchy ) atau bercak ( nodular )
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g. Bayangan millier
BTA negative belum tentu bukan TB, karena bila jumlah kuman sangat sedikit atau kurang
dari 5000 ekor, maka kuman tidak terlihat secara langsung, maka untuk memastikan TB
atau bukan, dilakukan pemeriksaan dan tindakan lainnya, seperti pemeriksaan biakan
dahak, dimana dahak ditanam dalam sebuah media tertentu dan ditunggu pertumbuhan
kuman selama 6-8 minggu. Bila kuman TB tumbuh atau biakan positif, maka bisa
dipastikan kalau menderita TB paru.
6. Tes tuberculin/ tes mantoux
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosis
tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakini
dengan menyuntikan 0,1 cc tuberculin P.P.D (purified protein derivative).
Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U ( first
strength). kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negative, berarti
tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantoux dengan 5 T.U. Sudah cukup
berarti. Tes tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah
terserang Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis.
Tes mantoux ini dapat dibagi kedalam beberapa kategori yaitu :
a. Indurasi 0-5 mm (diameternya ) mantoux negative = golongan non sensitivity.
b. Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran
antibody normal masih menonjol.
c. Indurasi 10-15 mm: mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity disini peran
antibody selular paling menonjol.
G. PENGOBATAN TB
Sejak tahun 1995, WHO telah menetapkan strategi DOTS untuk pemberantasan penyakit TB.
DOTS adalah kependekan dari Directly Observe Treatment Shortcourse atau pengobatan jangka
pendek dengan pengawasan langsung minum obat.
Ada 5 komponen strategi DOTS yaitu :
1. Komitmen Politis
2. Penderita diperiksa dahak dengan mikroskop
3. Pengobatan yang berkualitas sesuai kategori yang telah ditetapkan
4. Persediaan obat yang baik, berkesinambungan dan pengawasan menelan obat
5. Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga seluruh kegiatan dapat terpantau
Bila seseorang telah didiagnosa menderita TB, maka harus segera dilakukan pengobatan TB.
Pengobatan TB pada saat ini tidak terlalu lama seperti pengobatan TB pada puluhan tahun yang
lalu ,dimana pengobatan TB saat itu bisa lebih dari 2 tahun. Sejak tahun 1995, dimana strategi
DOTS sudah diterapkan di Indonesia, pengobatan TB adalah jangka pendek yaitu antara 6-9
bulan pengobatan.
Menurut (Widuyono, 2008: hal 18), pengobatan yangdapat diberikan pada klien dengan
tuberculosis Paru, yaitu :
1. Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.
2. Kategori II (2 HRZES / HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien yang pengobatan
kategori 1 nya gagal).
3. Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative RO positif
4. Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila ada pemeriksaan akhir tahap intensif
dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemuukan BTA positif. Obat diminum
sekaligus 1 jam sebelum sarapan pagi.
Dosis pemberian obat kategori 1:
1. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE) :
a. INH (H) : 300 mg – 1 tablet.
b. Rimfapisin (R) : 450 mg - 1 kaplet
c. Pirazinamid (Z) :1500 mg - 3 kaplet @ 500 mg
d. Ethambutol (E) : 750 mg – 3 kaplet @250 mg
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali regimen ini di sebut
kombipak II
2. Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4 H3R3) :
a. INH (H) : 600 mg – 2 tablet @ 300 mg
b. Rimfapisin (R) : 450 mg – 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali regimen ini
disebut kombipak III.
Menurut Mansjoer (2000 : hal 474 ), pembedahan pada TB Paru.
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkembang. Indikasi
pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relative.
1. Indikasi mutlak pembedahan adalah:
a. semua pasien yang telah mendapat OAT tetapi sputum tetap posoitif.
b. Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Pasien dengan fisula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara
konservatif.
2. Indikasi relative pembedahan adalah:
a. Pasien denga sputum negative dan batuk-batuk darah perulang
b. Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kavitas yang menetap.
Minimal pengobatan TB adalah 6 bulan, dan tidak boleh kurang dari 6 bulan, kecuali ada hal-
hal pertimbangan medis yang hanya ditentukan oleh dokter. Pasien tidak boleh
menghentikan sendiri pengobatan sebelum waktunya tanpa persetujuan dokter.
Akibat yang timbul bila pasien menghentikan sendiri pengobatan sebelum waktunya adalah
:
1. Tidak sembuh, bahkan menimbulkan kematian
2. Menjadi sumber penularan bagi orang lain
3. Kuman TB menjadi kuman yang kebal obat dan sulit disembuhkan
4. Menularkan kuman yang kebal obat pada orang lain, sehingga pemberantasan TB menjadi
lebih lama, lebih sulit sembuh dan lebih mahal.
Keberhasilan pengobatan TB tergantung pada :
1. Kepatuhan pasien dalam meminum obat
2. Pengawasan orang-orang terdekat pasien untuk mengingatkan pasien
3. Dosis , jumlah obat dan cara minum obat yang diminum sesuai dengan anjuran dokter
4. Penyakit penyerta lainnya seperti HIV, Diabetes melitus
5. Sensitivitas kuman TB terhadap obat
Masyarakat dalam hal ini keluarga , teman, rekan kerja , tetangga dan lingkungan pasien harus
mendukung atau memberi motivasi pada penderita untuk sembuh, dan bukan mengasingkan
atau menjauhi penderita , karena TB adalah penyakit paru yang sudah ada obatnya, bukan
penyakit kutukan dan bukan penyakit keturunan. Dukungan lingkungan sekitarnya akan
menimbulkan semangat bagi penderita untuk melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang
akhirnya juga menguntungkan bagi kesehatan
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mendukung pengobatan TB adalah :
1. Makanan yang bergizi seimbang
Tidak ada pantangan makanan bagi penderita TB, kecuali penderita TB memiliki penyakit
yang lain seperti Diabetes, gastritis, dll. Bahkan penderita Tb dianjurkan makan makanan
yang mengandung protein tinggi dan kalori yang tinggi. Protein bisa didapat dari lauk-pauk,
daging ayam atau sapi, tahu, tempe, telur , susu dll. Makan dalam porsi sedang dan teratur
minimal 3 kali sehari .
2. Istirahat yang cukup
3. Jangan merokok atau dekat orang yang merokok, karena akan memperberat infeksi paru
dan memperlambat penyembuhan TB.
4. Bila bekerja dilingkungan yang ada polusi udara , kenakan masker pelindung, atau bila
memungkinkan pindah ke divisi lain.
5. Lingkungan rumah yang bersih dan sehat, memiliki ventilasi dan masuk cahaya matahari.
6. Bila memiliki penyakit kencing manis, gula darah harus dalam keadaan terkontrol.
H. KLASIFIKASI
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan
untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
a. Dengan atau tanpa gejala klinik
b. BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif 1
kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
c. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
a. Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif
b. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
3. Bekas TB Paru dengan kriteria:
a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak
berubah.
d. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
1. Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain dapat
juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga
atau columna vertebralis.
2. Efusi pleura
Keluarnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru,
yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material
mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura yang
kaya akan protein.
3. Empiema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang di
sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis
tuberculosis).
4. Laryngitis
Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis tuberculosis.
5. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)
Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran pernapasan
akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat
menyebat melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi
mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal,
dan saluran pencernaan.
6. Keruskan parennkim paru berat
Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru, sehingga jika
tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.
7. Sindrom gagal napas (ARDS)
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal napas
atau ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
8. Pneumotorax
Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara dalam rongga pleura.Normalnya
pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga
dada.Penumothorax pada TB paru merupakan pneumothorax spontan yang timbul akibat
nekrosis jaringan yang menjalar sampai pinggir jaringan parut parenkim paru, membentuk
bulla yang selanjutnya robek ke dalam pleura.
J. PROGNOSIS
Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat antituberculosis (OAT)
yang di konsumsi selama ± 6 bulan secara rutin. (Sylvia, 1995 : hal 759)
K. PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium tuberkuloisi
adalah sebagai berikut :
1. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang dahak
tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).
2. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi
3. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu perhatian
khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran
matahari di rumah.
4. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi).
5. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.
L. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru ialah
sebagai berikut :
a. Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan utama : Batuk produkif dan non produktif
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur.
4) Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
5) Daya tahan tubuh yang menurun.
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
c. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
2) Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
d. Riwayat Sosial Ekonomi:
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas,
menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan
dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan
putus harapan.
e. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan,
pengobatan dan perawatannya.
3) Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek),
sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 –410C) hilang timbul.
4) Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
5) Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi
pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
6) Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Objektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
7) Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.
8) Pemeriksaan Diagnostik:
a) Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
b) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72
jam).
c) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas
bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
d) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB
paru.
e) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
f) Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.
2. Diagnosa Keperawatan TB Paru NANDA-I 2012-2014
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Batasan Karakteristik
Lingkungan
Fisiologis
b. Resiko Infeksi
Defenisi : Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko
1) Penyakit kronis
a) DM
b) Obesitas
2) Pengetahuan yang kurang untuk
menghindari pamajanan patogen
3) Pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat
a) Gangguan peristalsis
b) Kerusakan integritas kulit
(pemasangan kateter
intravena, prosedur invasif)
c) Perubahan sekresi pH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Pecah ketubah dini
f) Pecah ketubah lama
g) Merokok
h) Stasis cairan tubuh
i) Trauma jaringan (mis
trauma, destruksi jaringan)
4) Malnutrisi
a) Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
b) Penurunan Hb
c) Imunosupresi (mis imunitas
didapat tidak adekuat, agens
farmaseutikal termasuk
imunosupresan, steroid,
antibodi monoklonal,
imunomodulator)
d) Leukopenia
e) Supresi respons inflamasi
f) Vaksinasi tidak adekuat
g) Pemajanan terhadap
patogen lingkungan
meningkat
h) Wabah
c. Intoleransi Aktivitas
Definisi : ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.
Batasan Karakteristik
1) Respons tekanan darah abnormal
terhadap aktivitas
2) Respon frekuensi jantung abnormal
terhadap aktivitas
3) Perubahan EKG yang mencerminkan
aritmia
4) Perubahan EKG yang mencerminkan
iskemia
5) Ketidaknyaman setelah beraktivitas
6) Dispnea setelah beraktivitas
7) Menyatakan merasa letih
8) Menyatakan merasa letih
1) Tirah baring
2) Kelemahan umum
3) Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
1) Kram abdomen
2) Nyeri abdomen
3) Menghindari makan
4) Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
5) Kerapuhan kapiler
6) Diare
7) Kehilangan rambut berlebihan
8) Bising usung hiperaktif
9) Kurang makan
10) Kurang informasi
11) Kurang minat pada makanan
12) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
13) Kesalahan konsepsi
14) Kesalahan informasi
15) Membrane mukosa pucat
16) Ketidakmampuan memakan makanan
17) Tonus otot menurun
18) Mengeluh gangguan sensasi rasa
19) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance)
20) Cepat kenyang setelah makan
21) Sariawan rongga mulut
22) Steatore
23) Kelemahan otot pengunyah
24) Kelemahan otot untuk menelan
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Ketidakmampuan untuk
mengabsorpsi nutrisi
4) Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
5) Faktor psikologis
e. efisiensi Pengetahuan
Definisi : Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan
topic tertentu
Perilaku hiperbola
Ketidakdaruratan mengikuti perintah
Ketidakdaruratan melakukan tes
Perilaku tidak tepat (mis ; histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)
Pengungkapan masalah
Batasan Karakteristik
Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar
Kurang dapat mengingat
Tidak familiar dengan sumber informasi
Batasan Karakteristik
3. Intervensi Keperawatan
4 Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Setelah dilakukan tindakan 1100. Nutrition Management
keperawatan selama …. x 24
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme jam klien akan: Aktivitas keperawatan:
tubuh.
– 1008. Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi makanan
food and Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
Batasan karakteristik : – 1006. Weight : Body Mass, kalori dan nutrisi yang
yang dibuktikan dengan indikator dibutuhkan pasien.
sebagai berikut: 3. Anjurkan pasien untuk
Kram abdomen
meningkatkan intake Fe
Nyeri abdomen
(1-5 = tidak pernah, jarang, 4. Anjurkan pasien untuk
Menghindari makan meningkatkan protein dan
kadang-kadang, sering, atau
Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal vitamin C
selalu)
Kerapuhan kapiler 5. Berikan substansi gula
Diare 6. Yakinkan diet yang dimakan
Kehilangan rambut berlebihan Kriteria Hasil :
mengandung tinggi serat untuk
Bising usung hiperaktif mencegah konstipasi
Kurang makan – Adanya peningkatan berat 7. Berikan makanan yang terpilih
Kurang informasi badan sesuai dengan tujuan ( sudah dikonsultasikan
Kurang minat pada makanan dengan ahli gizi)
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat – Berat badan ideal sesuai 8. Ajarkan pasien bagaimana
Kesalahan konsepsi dengan tinggi badan membuat catatan makanan
Kesalahan informasi harian.
Membrane mukosa pucat – Mampu mengidentifikasi 9. Monitor jumlah nutrisi dan
Ketidakmampuan memakan makanan kebutuhan nutrisi kandungan kalori
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensasi rasa – Tidak ada tanda tanda 10. Berikan informasi tentang
Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended malnutrisi kebutuhan nutrisi
daily allowance) 11. Kaji kemampuan pasien untuk
Cepat kenyang setelah makan – Tidak terjadi penurunan mendapatkan nutrisi yang
Sariawan rongga mulut berat badan yang berarti dibutuhka
Steatore
Kelemahan otot pengunyah 1160. Nutrition Monitoring
Kelemahan otot untuk menelan
Aktivitas keperawatan:
Faktor yang berhubungan :
1. BB pasien dalam batas normal
Faktor biologis 2. Monitor adanya penurunan
Faktor ekonomi berat badan
Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi 3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
4. Monitor interaksi anak atau
Faktor psikologis
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarle
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan 1803. Kowledge : disease 1. Berikan penilaian tentang
topik tertentu. process tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang
Batasan karakteristik : 1805. Kowledge : health spesifik
behavior, yang dibuktikan dengan 2. Jelaskan patofisiologi dari
indikator sebagai berikut: penyakit dan bagaimana hal ini
Perilaku hiperbola
berhubungan dengan anatomi
Ketidakdaruratan mengikuti perintah
(1-5 = tidak pernah, jarang, dan fisiologi, dengan cara yang
Ketidakdaruratan melakukan tes tepat.
kadang-kadang, sering, atau
Perilaku tidak tepat (mis ; histeria, bermusuhan, agitasi, 3. Gambarkan tanda dan gejala
selalu)
apatis) yang biasa muncul pada
Pengungkapan masalah penyakit, dengan cara yang
Kriteria Hasil :
tepat
Faktor yang berhubungan : 4. Gambarkan proses penyakit,
- Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
menyatakan pemahaman
Keterbatasan kognitif tentang penyakit, kondisi,
5. Identifikasi kemungkinan
Salah interpretasi informasi penyebab, dengna cara yang
prognosis dan program tepat
Kurang pajanan pengobatan
Kurang minat dalam belajar 6. Sediakan informasi pada
- Pasien dan keluarga mampu pasien tentang kondisi, dengan
Kurang dapat mengingat melaksanakan prosedur yang cara yang tepat
Tidak familiar dengan sumber informasi dijelaskan secara benar 7. Hindari harapan yang kosong
- Pasien dan keluarga mampu 8. Sediakan bagi keluarga
menjelaskan kembali apa informasi tentang kemajuan
yang dijelaskan perawat/tim pasien dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya 9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing Interventions
Brunner & Suddarth. (1996). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 6. EGC. Jakarta
Price & Wilson (1995). Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta : EGC.
Soedarsono (2000). Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi. Lab. Ilmu Penyakit
Soemantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.