Landasan Teori Terjadi Nya Lasa PDF
Landasan Teori Terjadi Nya Lasa PDF
php/jkb/article/view/1672
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol. 29, Suplemen No. 3, 2016, pp. 235-244
Online Published First: 22 Agustus 2016
Article History: Received 22 Maret 2016, Accepted 23 Mei 2016
Suplemen
Kebijakan Sistem Penyimpanan Obat LASA, Alur Layanan, dan Formulir untuk Mencegah
Dispensing Error
The Policies on LASA Storage System, Service Flow, and Form to Prevent Dispensing Error
ABSTRAK
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) yang disebabkan oleh dispensing error pada instalasi farmasi RS di tempat studi terjadi pada
dua bulan berturut-turut pada Januari dan Februari 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi akar
masalah dispensing error tersebut sehingga terjadi KNC, identifikasi alternatif-alternatif solusi, pemilihan solusi dan
implementasi solusi yang terpilih. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan menggunakan bauran
metode yang melewati tahapan-tahapan diagnosa, recconnaissance, rencana tindakan, tindakan, dan evaluasi. Diagnosa
masalah adalah KNC yang disebabkan oleh dispensing error. Tahap recconnaissance dilakukan dengan mengumpulkan
data melalui wawancara, diskusi kelompok terarah, pengamatan, dan telaah dokumen. Wawancara tidak terstruktur
melibatkan 6 orang terdiri dari manajer, dokter, dan staf. Diskusi kelompok terarah melibatkan pimpinan rumah sakit,
jajaran manajemen, dan kepala instalasi farmasi. Observasi dilakukan terhadap fasilitas fisik dan layanan resep. Hasil
analisis data dituangkan dalam bentuk bagan tulang ikan. Faktor akar penyebab masalah terjadinya dispensing error
adalah belum terformulasikannya kebijakan yang kemudian berdampak pada klaster masalah individu, tim, fasilitas,
proses layanan, dan komunikasi. Jalan keluar utama dari berbagai penyebab akar permasalahan tersebut adalah formulasi
kebijakan. Formulasi kebijakan menciptakan perbaikan pada prosedur layanan farmasi rawat jalan yang meliputi
penerapan prinsip penyimpanan obat LASA, dan alur layanan farmasi rawat jalan yang berfokus pada pencegahan
dispensing error meliputi perbaikan alur layanan mulai dari prosedur peresepan, penerimaan resep, penyiapan, etiketing,
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) obat sampai dengan prosedur penyerahan obat. Prosedur tersebut dapat diterima
oleh instalasi farmasi sebagai prosedur pencegahan KNC.
Kata Kunci: Kejadian nyaris cedera, kesalahan penyiapan obat, penelitian tindakan
ABSTRACT
Near miss incident initiated by dispensing errors in hospital pharmacy unit occurred in two consecutive months, in January
and February 2015. This study aims to identify the causal root problem of dispensing error into near miss incidence, identify
alternative solutions, and select and implement the chosen solutions. The research method was action research using
mixed methods starting from diagnosis, reconnaissance, action planning, action, and evaluation. Problem diagnose was
near miss incident initiated by dispensing errors. Reconnaissance phase was done by collecting data through interviews,
focus group discussion, observation, and document study. Unstructured interview was involving 6 people consisting of
managers, physicians, and staffs. Focus group discussion was involving hospital manager, the management, and the head
of pharmacy unit. Observations was made to physical facilities and prescription services. Results of data analysis were put
into a fishbone chart. Root cause factor of problem on dispensing error was the absence of formulated policies that later
impacted on clusters of problems of individuals, teams, facilities, service process, and communications. The main way out
of these problems is policy formulation. Policy formulation creates improvements in outpatient pharmacy service
procedures that includes the application of drug storage LASA principle, and the flow of outpatient pharmacy services that
focus on prevention of dispensing errors including improving the service flow ranging from prescribing procedures,
prescription reception, preparation, e-ticketing, drug information communication and education and drug delivery
procedure. Those procedures were accepted by the pharmacy unit as a preventive procedure of near miss incident.
Keywords: Action research, dispensing error, near miss incident
Korespondensi: Achmad Zani P. Jl. Besar Ijen No.77C, Malang, Jawa Timur 65119 Tel. (0341) 551893 Email: zani_pit@yahoo.co.id
235
Kebijakan Sistem Penyimpanan Obat LASA... 236
Diagnosing
masalah saja tetapi juga hal-hal yang faktor-faktor kausal
Dispensing Error -> dengan menerapkan root cause analisis (RCA). Metode
Evaluation Kejadian Nyaris
Diterima Cedera RCA merupakan suatu proses yang dirancang digunakan
Dilaksanakan
Ada hambatan
dalam investigasi dan mengelompokkan penyebab
mendasar dari peristiwa dampak keamanan, kesehatan,
Recconnaissance
Observasi
lingkungan, kualitas, reliabilitas dan dampak produksi (16).
Acting
Formulasi kebijakan
Wawancara Hasil metode pengumpulan data dianalisis dalam suatu
FGD
Sosialisasi Prosedur Baru Studi dokumen cause effect diagram berbentuk fishbone. Sajian dalam
Prosedur
Formulir-formulir baru Planning bentuk fishbone merupakan alat untuk mengidentifikasi
Alternatif solusi
Pemilihan solusi :
semua kemungkinan penyebab dari suatu permasalahan,
Kebijakan sistem
penyimpanan obat LASA,
bukan hanya penyebab yang nyata saja, karena diagram
alur layanan resep, dan Tulang Ikan memper-tampak-kan lokasi dari “akar”
sistem pencatatan
(formulir dan permasalahan dari seluruh perspektif, bukan menimpakan
dokumentasi formulir)
kesalahan perorangan (17). Beberapa faktor masalah yang
satu sama lain membentuk konstelasi sebab akibat yang
Gambar 1. Proses pelaksanaan penelitian tindakan terkait mengarah kepada situasi dispensing error. Rantai sebab
masalah dispensing error yang mengarah kepada KNC di RS akibat masalah yang berhubungan satu sama lain yang
tempat studi di Malang membentuk gugus sebab akibat dan peneliti
mengkategorikan menjadi 6 kluster masalah, lihat Tabel 1.
3. Rencana Tindakan
1.Diagnosa Rencana tindakan didahului dengan formulasi alternatif-
Peneliti dan praktisi yaitu pihak manajemen RS alternatif strategi pemecahan masalah yang berpusat
berkolaborasi mengidentifikasi beberapa permasalahan pada penyebab masalah. Asumsi ke-1 adalah setiap
di rumah sakit yang membutuhkan solusi. Permasalahan masalah diatasi dengan meniadakan penyebab yang
kejadian nyaris cedera (KNC) yang disebabkan dispensing mendahuluinya. Tindakan mencegah masalah didasarkan
error diangkat sebagai masalah penting dan segera dari asumsi tersebut, oleh karena itu disusun daftar solusi
membutuhkan solusi segera karena menyangkut berpusat pada penyebab (Tabel 2). Daftar alternatif solusi
keselamatan pasien. disusun lebih dahulu tanpa melihat konteks, artinya
diasumsikan rumah sakit mempunyai sumber daya yang
2 .Recconnaissance
cukup untuk menerima dan melaksanakan semua potensi
Tahap recconnaissance atau fact finding (13) dilakukan solusi. Hal ini berangkat juga dari asumsi bahwa keadaan
dengan mengeksplorasi situasi dan kondisi instalasi ketiadaan masalah adalah keadaan yang ideal, maka
farmasi. Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi alternatif solusi dalam listing untuk mencapai keadaan
masalah-masalah pokok yang dilakukan dengan ideal juga harus ideal. Asumsi ke-2 adalah bahwa setiap
wawancara, focus group discussion (FGD), pengamatan, masalah bukanlah disebabkan oleh faktor tunggal, tetapi
dan studi dokumen internal RS. Subyek wawancara disebabkan oleh gugusan sebab-akibat yang “bekerja
diperoleh dengan snowball sampling berjumlah 7 orang sama” menyumbang untuk menciptakan situasi beresiko
terdiri dari wakil direktur, kepala unit gawat darurat terhadap medication error khususnya dispensing error
(UGD), kepala instalasi farmasi, wakil kepala instalasi yang berlanjut kepada KNC. Hal tersebut menjadi dasar,
farmasi, staf farmasi, dokter UGD, dan kepala ruang UGD. bahwa solusi hendaknya dipilih dari simpul rantai sebab
Data dianalisis secara kualitatif. Wawancara ditujukan akibat yang paling strategis dan sistemik.
untuk menginvestigasi proses terjadinya KNC, meliputi Selanjutnya tim menemukan tindakan apa yang bisa
kapan terjadi, bagaimana terjadinya, siapa terlibat, dilakukan untuk mencegah masalah muncul kembali,
mengapa terjadi, apa yang menjadi pendahulu atau latar bagaimana solusi yang telah dirumuskan dapat dijalankan,
belakang kejadian, kemungkinan-kemungkianan apa yang siapa yang akan bertanggungjawab dalam implementasi
menyebabkan dan mengkonfirmasi dari beberapa solusi, dan telaah adakah dampak yang harus ditanggung
informan. Triangulasi sumber data dan metode ketika solusi diimplementasikan. FGD dilakukan baik pada
digunakan untuk mengkorfirmasi temuan (15). Metode pemilihan alternatif solusi maupun solusi.
FGD dilakukan dengan melibatkan Direktur, dua wakil
direktur bidang umum dan bidang pelayanan, Ka Bid
Perawatan, Kepala dan Wakil Kepala Instalasi Farmasi. HASIL
FGD dilakukan untuk menentukan diagnosa masalah yang Faktor Penyebab KNC
dipilih dan berbagai masukan-masukan terkait KNC.
Observasi tidak terstruktur dilakukan terhadap aspek fisik Berbagai faktor penyebab KNC hasil penggalian data dan
analisis menunjukkan bahwa Dispensing error yang
farmasi, interior, dan cara pelayanan pasien rawat jalan
selanjutnya memicu kejadian nyaris cedera (KNC) di
dilakukan mulai pasien menunggu di ruang tunggu,
sokong oleh berbagai kategori permasalahan yaitu
penerimaan resep, entry data, penyiapan obat, etiketing
kebijakan, lingkungan, individual, metode, dan faktor-
(pemberian label), dan penyerahan obat ke pasien. Studi
faktor lain yang tumpang tindih dan komplementer.
dokumen internal dilakukan dengan menelaah dokumen
Kontribusi komponen metode berupa ada pedoman
berkaitan dengan prosedur layanan, tugas dan fungsi,
instalasi farmasi dan penerapan layanan yang bercelah
profil instalasi farmasi, dan formulir-formulir dan
terjadinya error. Celah ini antara lain adalah layanan yang
dokumen penunjang dalam proses layanan.
tidak estafet. Komunikasi tidak efektif juga menggiring
Peneliti menelusuri pertalian sebab akibat terkait dari terjadinya masalah dispensing error. Penyebab lain adalah
masalah utama dispensing error yang mengarah kepada lingkungan farmasi yang tidak mendukung kenyamanan
KNC. Eksplorasi diarahkan tidak hanya penyebab dan staf dan konsumen, yang kelanjutannya memicu keluhan
pelanggan. Penyebab berikutnya adalah keadaan diarahkan untuk mencegah timbulnya penyebab,
individual SDM (kelelahan) dan kebijakan RS. Secara lebih memperkecil, atau meniadakan penyebab. Motto value
detail kluster faktor penyebab dispensing error tertuang layanan dikembangkan untuk menanamkan nilai bahwa
dalam Tabel 1. Penyebab masalah dispensing error akurat dalam bekerja lebih penting dari pada sekedar
sehingga timbul KNC adalah kemampuan dan cara bekerja cepat bekerja. Solusi kebijakan SDM diperlukan untuk
yang tidak efektif dan efisien (pada kluster individu dan mencegah kelelahan bekerja. Kebijakan umum diperlukan
tim), rancangan fisik farmasi tidak mendukung suasana untuk mengembangkan prosedur yang menutup celah
yang nyaman bagi staf dan konsumen (pada kluster dispensing error yang disebabkan karana sistem layanan
fasilitas), ketidak-cermatan sistem layanan (pada dan penyimpanan obat. Disamping itu juga diperlukan
penyebab kluster proses), keterbukaan dan efektifivitas kebijakan terkait fasilitas dan prasarana untuk
komunikasi (pada kluster komunikasi), dan tidak menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi staf
tersedianya tata kerja (pada kluster kebijakan). farmasi dan pengunjung serta kebijakan terkait
komunikasi untuk mencegah terjadinya error yang
disebabkan buruknya kualitas komunikasi antar staf.
Tabel 1. Klaster penyebab masalah dispensing error Medication errors hanya dapat dicegah dan dikurangi
dengan memusatkan terhadap sistem sebagai suatu
Daftar Kluster Masalah keseluruhan, bukan atas perorangan (18). Melaksakan
1.Individu: 4.Proses : semua alternatif solusi sistemik secara bersama-sama
Bekerja semata-mata cepat. Layanan tidak estafet adalah mustahil mengingat keterbatasan sumber daya
Bekerja 2 shift langsung. Alur layanan tidak aman rumah sakit, karena itu dilakukan prioritas solusi masalah.
Kelelahan, tidak teliti. Sistem penyimpanan obat Hasil brainstorming dan diskusi kolaboratif dengan pihak
khususnya LASA RS disepakati prioritas solusi adalah formulasi kebijakan
2.Tim Tidak taat alur yang sudah prosedur layanan obat jalan di Instalasi Farmasi RS tempat
Bekerja secara soliter. disepakati untuk dipraktekkan.
studi yang aman berfokus pada pencegahan dispensing
Ketidak jelasan nilai dalam
bekerja 5.Komunikasi : error. Hal ini meliputi 3 aspek yaitu: 1) penyimpanan obat
komunikasi antar anggota Komunikasi terhadap customer : LASA, 2) alur layanan obat rawat jalan, 3) pencatatan
tim tidak efektif. Keterbukaan layanan terhadap (recording). Penyimpanan obat LASA meningkatkan
pasien kewaspadaan petugas dan mencegah kekeliruan
3.Fasilitas: Komunikasi terhadap kolega : penyiapan obat. Alur layanan menerapkan triple check dan
Ruang tunggu tidak Keterbukaan anggota tim tidak penerapan check list prosedur. Pencataan yang berprinsip
nyaman -> persepsi lama efektif
pada penyederhanaan: dokumen yang mudah dalam
> komplain
Desain ruangan tidak 6.Kebijakan : pengisian, penggunaan, penyimpanan, dan pengambilan
ergonomis Tidak ada kebijakan IFRS kembali (recall). Formulasi kebijakan Direktur RS tempat
TEMPAT STUDI, pedoman, dan studi untuk pencegahan dispensing error yang berlanjut
prosedur layanan. pada KNC pada layanan obat rawat jalan adalah dengan
Tidak ada SOP layanan melakukan perubahan praktek layanan yang telah
Tidak ada pedoman Patient berlangsung selama ini. Rencana tindakan sebagai solusi
Safety Layanan.
Kebijakan manajemen
praktek layanan tertuang pada Tabel 2. Rencana tindakan
complaint. terdiri dari satu rangkaian penerbitan kebijakan, pedoman,
prosedur dan standar operasional prosedur (SOP). Sasaran
kebijakan adalah penyempurnaan sistem penyimpanan
obat, perbaikan alur layanan, dan pencatatan. Sistem
Solusi penyimpanan dibuat untuk meningkatkan kewaspadaan
Alternatif solusi dirancang sesuai dengan kluster masalah perlakuan terhadap obat LASA. Alur layanan (Lampiran)
penyebab KNC pada Tabel 1. Tindakan sebagai solusi dibuat untuk menutup celah error demikian pula
Tabel 2. Keadaan layanan farmasi rawat jalan RS tempat studi dan rencana solusi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
dispensing errors
1 Penyimpanan Obat Penyimpanan Obat LASA Stiker tidak tersedia. Kebijakan penyediaan stiker
Tidak ada kebijakan LASA
penunjukkan petugas Rekomendasi SK
penanggung jawab LASA penunjukkan petugas
penanggung jawab LASA
2 Alur Alur umum Tidak ada dan belum Kebijakan dan formulasi alur
disediakan umum layanan resep rawat
jalan yang aman
Tabel 2. Keadaan layanan farmasi rawat jalan RS tempat studi dan rencana solusi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
dispensing errors (lanjutan)
Tabel 3. Prinsip formulasi dalam tindakan pencegahan dispensing errors pada layanan obat rawat jalan Instalasi
Farmasi RS tempat studi
Prinsip Keterangan
Penyimpanan dan pengelolaan Obat Kebijakan SK penunjukan penanggung jawab identifikasi obat
Prinsip: ada petugas khusus identifikasi dan penyimpanan. khusus (LASA)
Penempatan dan penandaan yang jelas untuk meningkatkan Syarat tempat penyimpanan
kewaspadaan pada obat tertentu (LASA) Syarat penandaan
Prosedur
Penetapan prosedur layanan farmasi rawat jalan yang baru. (lampiran) SK Kebijakan prosedur layanan obat rawat jalan
Prinsip prosedur baru : Adanya telaah Resep, telaah obat oleh 2 – 3 Penyimpanan
orang yang berbeda (double check) , bukti KIE dan pernyataan bahwa Prosedur umum / alur umum layanan resep
pasien telah faham. Langkah telaah Resep
Taat prosedur yang aman. Langkah telaah Obat
Langkah Komunikasi Informasi & Edukasi (KIE)
Recording
Prinsip : dokumen mudah dalam penggunaannya (mudah dan cepat Kebijakan pemberlakuan formulir
dalam mengisi form), sederhana, mudah dalam menyimpan, mudah Format Resep Bagian belakang
mencari dan menemukan dokumen, dan mudah penyimpanan kembali. Etiket Tablet Antibiotik
Recording mencegah terlewatnya suatu titik layanan yang semuanya Etiket Tablet Non Antibiotik
penting patient safety pasien pengguna obat, dan lengkap dengan bukti Etiket Puyer
keterlaksanaan. Etiket Sirup
Etiket Obat Luar
Resep, telaah obat, telaah resep, dan KIE dalam satu lembar
bolak-balik.
Evaluasi Penerapan duplikasi, alergi, dan interaksi obat, berat badan, dan
Evaluasi menunjukkan beberapa keberhasilan rencana kontra indikasi) bagi petugas yang ada masih
tindakan (Tabel 4). Rencana pengelolaan obat LASA membingungkan. Telaah resep memerlukan tambahan
dengan penempelan stiker LASA dapat diterima dan tenaga seorang apoteker untuk mengerjakannya.
langsung dilaksanakan di lapangan, sayangnya
penunjukkan petugas khusus identifikasi obat LASA yang DISKUSI
diterima di farmasi dari gudang dan penandaan obat LASA Dispensing Error
tidak terealisasi. Walaupun demikian pengamatan di
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kasus
lapangan menunjukkan identifikasi obat LASA telah
dispensing error yang terjadi pada layanan farmasi rawat
dilakukan oleh petugas yang ada pada saat terjadi
jalan instalasi farmasi RS tempat studi adalah salah obat,
penerimaan obat dari gudang obat, termasuk penandaan salah kekuatan obat, dan salah kuantitas. Hal ini selaras
berupa penempelan stiker LASA pada obat. Sementara dengan beberapa penelitian lain antara lain Aldhwaihi (2),
alur layanan obat rawat jalan dapat diterima oleh RS, dan James (20). Sementara yang paling sering terjadi di RS
tetapi untuk implementasi masih menghadapi kendala ini adalah salah obat. Salah obat adalah jenis error paling
fasilitas, skill dan pengetahuan. Alur layanan resep pada umum dari dispensing error di farmasi rumah sakit,
prinsipnya dapat diterima, tetapi masih terjadi tawar- sementara error lain adalah kekeliruan kekuatan obat
manawar khususnya pada telaah resep. Penggunaan box (wrong medicine), dosis (wrong drug strength), dan jumlah
container memerlukan meja dispensing obat yang lebih obat (wrong quantity) (2,20) selaras dengan temuan
lebar. Formulir telaah resep (berisi check list kejelasan penelitian tersebut. Ada juga rumah sakit dengan kejadian
tulisan, tepat obat, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu, kekeliruan dosis angkanya jauh lebih banyak dari pada
Tabel 4. Ringkasan hasil evaluasi rencana tindakan pencegahan dispensing error pada layanan obat jalan
Instalasi Farmasi RS tempat studi pada akhir Bulan Oktober 2015
5 Resep bagian Didesaian untuk recording telaah Dapat diterima, tetapi tidak terlaksana. Perlu
belakang resep, telaah obat, dan KIE , dicetak sesi pelatihan telaah resep, telaah obat, dan
permanen (bukan stempel) KIE. Perlu peningkatan latar belakang
pendidikan SDM.
Berkaitan dengan KIE, perlu perubahan
bentuk loket yang kecil, dan kurang
memungkinkan terjadi komunikasi yang
leluasa antara petugas obat pemberi KIE dan
customer
kekeliruan obat salah satunya adalah hasil penelitian Al- kebijakan khusus instalasi farmasi yang berfokus kepada
Khani S (21). Sulit menyimpulkan mengapa penelitian Al pencegahan dispensing error yang mengarah kepada KNC,
Khani menunjukkan angka yang berbeda. Penyebab sehingga belum ada langkah-langkah cermat untuk
tersebut bisa karena staf tidak mempunyai pengetahuan menemukan faktor-faktor dispensing error dan
atau ketrampilan yang benar tentang berbagai ukuran dan penyelesaian yang tepat. Penyelesaian yang dimaksud
ketrampilan kemampuan mengkonversi ke unit antara lain adalah penyelesaian untuk mencegah celah
pengukuran lain. Hal ini sangat penting untuk mencegah dan kesalahan yang sebenarnya dapat ditutup atau
kekeliruan dosis. dicegah. Hal inilah yang menjadi faktor-faktor dispensing
Penyebab Dispensing Error error yang mengarah kepada KNC. Penelitian-penelitian
sebelumnya lebih banyak meneliti untuk mengetahui
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang terkait hubungan penyebab langsung dengan dispensing error
dengan kejadian dispensing error meliputi kelelahan, (25), sementara penelitian ini mengidentifikasi baik
komunikasi yang tidak efektif antar staf, dan tidak penyebab-penyebab yang terdekat maupun mata rantai
dilakukan KIE. Kelelahan terjadi karena petugas sebab akibat–sebab akibat yang lebih mendahului. Hal ini
melakukan overtime (kerja 2 shift langsung) dan beban terjadi karena penelitian ini menggunakan pendekatan
kerja relatif tinggi. Faktor lain adalah obat LASA. Hal ini action research sementara penelitian-penelitian
selaras dengan hasil penelitian Aldhwaihi (2) yang sebelumnya menggunakan metode kuantitatif cross
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berkaitan sectional survay (25). Pendekatan action research dalam
dengan dispensing errors adalah beban tinggi pekerjaan, penelitian ini melibatkan multi metode dan multi sumber
jumlah staf yang kurang, obat LASA, kemasan yang mirip, dengan pendekatan kualitatif sehingga memungkinkan
sistem penyimpanan obat LASA dan gangguan lingkungan memotret faktor-faktor dan kaitan sebab akibat yang tidak
(antara lain distraksi, interupsi). Jadi berbagai hal yang dapat dipotret dengan penelitian kuantitatif survei apalagi
ditemukan dalam penelitian ini selaras dengan sytematic secara cross sectional.
review Aldhwaihi tersebut. Temuan penelitian lain yang
b. Sistem Penyimpanan Obat LASA
dilakukan Aronson juga menguatkan kenyataan dari
faktor-faktor kontributor dispensing error ini yaitu: Temuan baru dalam penelitian ini adalah kenyaataan
melakukan tugas overtime dengan sumber daya yang relatif mudah dan cepatnya adopsi sistem penyimpanan
tidak adekuat, dukungan yang kurang, distraksi staf, obat LASA oleh instalasi farmasi RS tempat penelitian. Hal
kesibukan pekerjaan, tidak cukup waktu untuk konseling ini menunjukkan betapa mudahnya penerapan sistem
pasien, dan kelelahan (22,19). Hal baru dari hasil layanan obat LASA. Pengadaan stiker, label LASA, dan rak-
penelitian ini adalah bahwa penyebab dispensing error rak. Rak di atur pada ketinggian pandangan mata dan
adalah tidak adanya kebijakan, pedoman, dan protokol menghadap ke muka (26). Sistem penyimpanan relatif
(Standart Operating Procedure) layanan farmasi rawat murah, sehingga rumah sakit hanya membutuhkan
jalan. Penelitian lain sejauh penelusuran penulis tidak ada kemauan mengeluarkan kebijakan untuk menerapkan
yang menyebut kesatuan paket ini sebagai penyebab sistem layanan obat LASA yang aman dan selanjutnya akan
dispensing error (3,5,18, 22). berpengaruh terhadap budaya layanan.
Solusi Pencegahan Dispensing Error Temuan lain dari penelitian ini adalah adopsi alur atau
prosedur layanan resep membutuhkan waktu yang relatif
a.Kebijakan lebih lama. Prosedur baru terlihat lebih rumit. Hal ini
Kebijakan merupakan solusi yang paling tepat karena terjadi karena prosedur baru berimplikasi pada
penerbitan kebijakan menjadi dasar perumusan bertambahnya formulir yang harus diisi dan
pedoman, dan protokol. Protokol memberikan batas- ditandatangani, serta perubahan format-format label obat
batas dan cara dalam pelayanan di instalasi farmasi. dan resep. Implikasinya diperkenalkannya protokol dan
Kebijakan layanan farmasi yang dimaksud di sini adalah penggunaan recording baru membutuhkan serangkaian
kebijakan yang menitikan beratkan kepada pencegahan sosialisasi, pelatihan, dan evaluasi. Hal ini juga
dispensing error/KNC. Hal ini meliputi formulasi sistem menyangkut peningkatan pengetahuan ketrampilan staf
layanan obat LASA, sistem layanan obat rawat jalan, dan serta tingkat pendidikan formal. Pelatihan yang tepat
kebijakan pemberlakuan formulir-formulir. Sistem-sistem kepada tenaga kesehatan merupakan prioritas dalam
tersebut membangun budaya layanan obat instalasi kompleksitas menuju budaya safety (27). Pelatihan dan
farmasi yang aman untuk memperkecil kejadian sosialisasi penting untuk keberhasilan solusi, karena
dispensing error. Jadi kebijakan sangat penting dalam prosedur baru ini membutuhkan penyesuaian-
mengubah menuju budaya layanan yang aman. Hal ini penyesuaian berupa kesiapan SDM dan umpan balik dari
sesuai dengan yang disampaikan oleh Barnsteiner bahwa mereka.
kultur yang aman membutuhkan kepemimpinan yang c. Tulisan
teguh dan kuat seiring dengan keterlibatan dan penguatan
semua staf (23). Lamb dkk seperti di kutip Barnsteiner (23) Temuan baru dalam penelitian ini menunjukkan tulisan
menyimpulkan bahwa elemen utama dalam budaya aman dokter bukan merupakan penyebab dispensing error,
dalam suatu organisasi mencakup penegakan safety karena dokter di RS tempat penelitian sudah membiasakan
sebagai prioritas organisasi. Prioritas ini sama dengan agar tulisan dapat di baca oleh pihak farmasi. Apalagi
praktik layanan resep selama ini telah melakukan telaah
yang direkomendasikan oleh IOM (Institut of Medicine)
kesesuaian obat menurut resep. Telaah obat menguji obat
(24). Sementara itu suatu prioritas pastilah memerlukan
apakah sesuai resep dalam hal obat, jumlah dan dosis,
payung kebijakan dari manajemen. Tidak diragukan lagi
rute, dan waktu serta frekuensi. Semua hal ini dicatat
bahwa solusi paling tepat dan efektif dari permasalahan
dalam formulir dan ditanda-tangani. Hal ini penting untuk
dispensing error adalah kebijakan.
mencegah komplikasi, kematian, pengobatan yang
Temuan baru dalam penelitian ini adalah belum adanya rasional, meningkatkan kepatuhan dan mencegah biaya
yang tidak perlu bagi pihak lain (28). Pencatatan belakang resep yang selama ini kosong. Dampaknya
intervensi-intervensi petugas adalah hal penting untuk adalah penyederhanan metode pencatatan dan
justifikasi layanan oleh farmasi kepada pasien, penyimpanan. Solanki & Shah (22) berkesimpulan bahwa
administrasi layanan kesehatan, penyedia, pemberi “mekanisme untuk mengurangi medication error“ antara
perawatan, untuk memperkuat profesi dan masyarakat lain adalah penyederhanaan. Selain itu hal ini
secara keseluruhan (29). Secara khusus dokumentasi meningkatkan nilai dokumen resep tidak hanya sekedar
sangat erat terkait dengan proses akreditasi RS. resep tetapi lebih dari itu akan menjadi bukti layanan
Alur kerja layanan perlu di tetapkan sebagai kebijakan farmasi yang bermutu untuk kepentingan administratif,
rumah sakit lengkap dengan kebijakan pemasangan hukum (legal), edukasi, dan dokumentasi.
gambar alur layanan. Gambar alur layanan memberikan Solusi dari dispensing error pada rumah sakit tempat
gambaran isntruksi step by step kepada staf farmasi dalam penelitian adalah diperlukannya kebijakan. Hal ini terjadi
melakukan tugasnya. Berbeda hasilnya jika hanya karena kebijakan menjadi dasar formulasi pedoman,
disosialisasikan secara umum misalnya lewat rapat atau panduan, dan protokol / SOP. Kebijakan bersifat mengikat
mengingatkan walaupun berulang-ulang tetapi secara dan memaksa. Hal tersebut mendorong terjadinya
umum. Instruksi khusus step-by-step lebih efektif perubahan sistem penyimpanan obat LASA, alur layanan,
daripada mengingatkan secara abstrak & umum. Hal ini sistem layanan, dan pada kelanjutannya terciptalah iklim
jauh lebih efektif untuk membantu mengetahui error. yang aman dari dispensing error.
d. Penyederhanaan Isi Formulir dan Penyimpanan Penelitian mengidentifikasi kesalahan obat menjadi jenis
Temuan dalam penelitian ini adalah perlunya dilakukan dispensing error yang terbesar pada rumah sakit tempat
penyederhanaan formulir dan sistem penyimpanannya. studi dengan akar masalah faktor kelelahan, komunikasi
Petugas menghadapi kesulitan dalam semakin banyaknya dan praktek KIE yan tidak adekuat. Solusi yang diterapkan
lembaran-lembaran formulir yang harus di isi dan diawali dari aspek kebijakan, yang ditindaklanjuti dengan
disimpan. Sistem penyimpanan juga berarti harus pengembangan sistem, alur, dan metode praktis sesuai
membuat sistem yang mudah dalam penelusuran dengan karakteristik rumah sakit.
dokumen formulir tersebut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Jalan keluar untuk kerumitan tersebut adalah menyatukan
formulir telaah resep, telaah obat, dan bukti KIE dengan Silfie Daniyah: Apoteker pengelola farmasi pada Rumah
mencetak menjadi satu halaman format pada bagian Sakit X, informan, dan fasilitator pada saat studi.
DAFTAR PUSTAKA 8. Anacleto TA, Perini E, Rosa MB, and César CC.
1. Adrini TM, Harijanto T, and Woro E. Faktor-faktor Medication Errors and Drug-Dispensing Systems in a
yang Mempengaruhi Rendahnya Pelaporan Insiden di Hospital Pharmacy. Clinics. 2005; 60(4): 325-332.
Instalasi Farmasi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Jurnal 9. Taylor JA, Loan LA, Kamara J, Blackburn S, and Whitney
Kedokteran Brawijaya. 2015; 28(2): 214-220. D. Medication Administration Variances Before and
2. Aldhwaihi K, Schifano F, Pezzolesi C, and Umaru N. After Implementation of Computerized Physician
Systematic Review of the Nature of Dispensing Errors Order Entry in a Neonatal Intensive Care Unit.
in Hospital Pharmacies. Integrated Pharmacy Pediatrics. 2008; 121(1): 123–128.
Research and Practice. 2016; 5: 1-10. 10. Cina JL, Gandhi TK, Churchil W, et al. How Many
3. Knudsen P, Herborg H, Mortensen AR, Knudsen M, Hospital Pharmacy Medication Errors Go Undetected?
and Hellebek A. Preventing Medication Errors in Joint Commission Journal on Quality and Patient
Community Pharmacy: Frequency and Seriousness of Safety. 2006; 3(2):73-80.
Medication Errors. Quality and Safety in Health Care. 11. Lingard L, Albert M, and Levinson W. Qualitative
2007; 16(4): 291–296. Research. Grounded Theory, Mixed Methods, and
4. Perwitasari DA, Abror J, and Wahyuningsih I. Action Research. The BMJ. 2008; 337: 459-461.
Medication Errors in Outpatients of a Government 12. BaumF, MacDougall C, and Smith D. Participatory
Hospital in Yogyakarta Indonesia. International Action Research. Journal of Epidemiology &
Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Community Health. 2006; 60(10): 854–857.
Research. 2010; 1(1): 8-10.
13. Ivankova NV. Mixed Methods Applications in Action
5. Szeinbach S, Vazquez ES, Parekh A, and Herderick M. Research. London: Sage Publication; 2014; p. 51.
Dispensing Errors in Community Pharmacy: Perceived
Influence of Sociotechnical Factors. International Journal 14. Hampshire A, Blair M, Crown N, Avery A, and Williams
for Quality in Health Care. 2007; 19(4): 203-209. I. Action Research: A Useful Method of Promoting
Change in Primary Care? Family Practice. 1999; 16(3):
6. Cheung KC, Bouvy ML, and Smet PAGMD. Medication 305-311.
Errors: The Importance of Safe Dispensing. British
Journal of Clinical Pharmacology. 2009: 67(6): 15. Miles MB, Huberman AM, and Saldana J. Qualitative
676–680. Data Analysis. A Methods Sourcebook. 3rd ed.
Washington DC: Sage Publishing Company; 2014; p. 299.
7. Keers RN, Williams SD, Cooke J, and Ashcroft DM.
Causes of Medication Errors in Hospital: A Systemic 16. Tomić B and Brkić VS. Effective Root Cause Analysis and
Review of Quantitative and Qualitative Evidence. Corrective Action Process. Journal of Engineering
Drug Safety. 2013; 36(11): 1045–1067. Management and Competitiveness. 2011; 1(1/2): 16-20.
17. Phillips J, and Simmonds L. Using Fishbone Analysis to 24. Donaldson MS. An Overview of to Err is Human: Re-
Investigate Problems. Nursing Times. 2013; 109 (15): emphasizing the Massage of Patient Safety. In: Hughes
18-20. RG (Ed). Patient Safety and Quality: An Evidence Based
18. Allard J, Carthey J, Cope J, Pitt M, and Woodward S. Handbook for Nurses. Rockville; AHRQ Publication:
Medication Errors: Causes, Prevention and Reduction. 2008: pp. 1-9.
British Journal of Haematology. 2008; 116 (2): 255-265. 25. Soerensen AL, Lisby M, Nielsen LP, Poulsen BK, Mainz J.
19. Schnoor J, Rogalski C, Frontini R, Engelmann N, and The Medication Process in A Psychiatric Hospital: Are
Heyde CE. Case Report of a Medication Error by Errors a Potential Threat To Patient Safety? Risk
Lookalike Packaging: A Classic Surrogate Marker of an Management and Healthcare Policy. 2013; 6: 23-31.
Unsafe System. Patient Safety in Surgery. 2015; 9: 12. 26. Rahman Z and Parvin R. Medication Errors Associated
20. James KL, Barlow D, Burfield R, Hiom S, Roberts D, and with Look-alike/Sound-alike Drugs: A Brief Review.
Whittlesea C. A Study of Unprevented Dispensing Journal of Enam Medical College. 2015; 5(2): 110-117.
Incidents in Welsh NHS Hospitals. International 27. Manasse HR, Eturnbull J, and Diamond LH. Patient
Journal of Pharmacy Practice. 2007; 16(3): 175-188. Safety: Review of the Contemporary American
21. Al-Khani S, Moharram A, and Aljadhey H. Factors Experience. Singapore Medical Journal. 2002;
Contributing to the Identification and Prevention of 43(5):254-262.
Incorrect Drug Prescribing Errors in Outpatient 28. Solanki ND and Shah C. Root Cause Analysis of
Setting. Saudi Pharmaceutical Journal. 2014; 22(5): Medication Errors at a Multi-specialty Hospital in
429-432. Western India. International Journal of Basic & Clinical
22. Aronson JK. Medication Errors: What They are, How Pharmacology. 2013; 2(6): 819-823.
They Happen, and How to Avoid Them. An International 29. Al Rahbi HAM, Al Sahbri RM, and Chitme HR.
Journal of Medicine. 2009; 102(8): 513-521. Intervention by Pharmacist in Out-patient
23. Barnsteiner J. Teaching the Culture of Safety. Online Pharmaceutical Care. Saudi Pharmaceutical Journal.
Journal of Issues in Nursing. 2011; 16(3): 1-13. 2014; 22(2): 101-106
Lampiran
MULAI
Petugas Menerima Resep
1
Apakah Obat
YA
tersedia ?
YA
Telpon
TIDAK dokter, apakah
Kalkulasi Harga ganti obat ?
Copy
Resep YA
Apakah
Pasien BPJS ?
TIDAK
TIDAK Apakah Apakah
setuju TIDAK ambil ½ dahulu TIDAK
YA bayar? ?
VERIFIKASI
YA SELESAI
TIDAK
TIDAK
14
Verifikasi Apakah
apa LENGKAP telah Bayar di kasir
? Obat diserahkan
?
YA
YA
paraf
PENYEDIAAN OBAT
TIDAK
SESUAI RESEP
12
Apakah obat
TIDAK 5
sesuai resep ?
Apakah sesuai
Ya
resep ?
66 Pasien
paraf paraf
ETIKETING
YA
TIDAK 7 Apak faham hasil KIE
TIDAK
?
Apakah sesuai 11
resep ? 10
KIE
8 9 kepada PIHAK
paraf
PASIEN
YA paraf
Rekomendasi alur layanan obat rawat jalan Instalasi Farmasi RS tempat studi untuk mencegah dispensing errror yang
mengarah kepada KNC