Anda di halaman 1dari 19

TUGAS ASUHAN KEBIDAN

PENCEGAHAN INFEKSI PADA BAYI BARU LAHIR

Dosen :

Disusun oleh :

1. Hesti Puji Lestari (R0318037)


2. .Hildya Cicilia Pipit (R0318038)
3. Ilmannafi’a Azhar (R0318039)
4. Indah Triana Swastika (R0318040)
5. Jasmine Shofi Afifah (R0318042)
6. Laurensia C. Maylani (R0318045)
7. Liska Riski Septiani (R0318046)
8. Mellania Jannatul H (R0318047)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Neonatus banyak mengalami adaptasi antara kehidupan intra uterin dan extra
uterin, sehingga banyak hal yang harus diantisipasi agar neonatus bisa bertahan dan survive
dalam kehidupanya termasuk mencegah neonatus dari serangan berbagai kuman, bakteri
dan juga infeksi.
Infeksi merupakan salah satu penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada
bayi baru lahir. Sepsis berhubungan dengan angka kematian 13%-50% dan kemungkinan
morbiditas yang kuat pada bayi yang bertahan hidup. (Fanaroff & Martin, 1992).
Selama kehamilan bayi berada pada lingkungan steril, namun setelah lahir dia
dihadapkan pada sejumlah organism yang mengkoloni di kulit, nasofaring, dan saluran
gastrointestinal.
Asuhan bagi bayi baru lahir, selain imunisasi tetanus toksoid maternal sewaktu
hamil dan pengobatan untuk pencegahan sifilis kongenital, juga mencakup tindakan
preventif lain yang melindungi janin dan bayi baru lahir secara rutin. Pemeriksaan
laboratorium HIV pada masa perinatal dan pengobat
Bayi baru lahir mempunyai sekurang-kurangnya satu luka bedah terbuka (tali
pusat) yang masih sangat rentan terhadap infeksi. Sirkumsisi, jika dilakukan, juga dapat
menjadi akses mikroorganisme. Oleh sebab itu, untuk meminimalkan resiko infeksi pada
bayi baru lahir, semua tempat harus di bersihkan dengan menggunakan tehnik aseptik.
Pencegahan telah lama menjadi satu satunya alternatif dalam memerangi infeksi bayi baru
lahir yang menghancurkan (misal: Rubella kongental, CMV, Varicella, Sifilis, Toxoplas-
ma, dan tetanus).

Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) sering sekali menjalar ke infeksi umum sehingga
gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala tingkah laku BBL tersebut di atas adalah
malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat
badan tiba-tiba menurun, muntah dan diare.
Dunia hewan pada umumnya telah memberikan contoh nyata bagaimana induk dan
anaknya selalu bersama, disusui dan dilindungi sampai anak hewan tersebut mampu untuk
hidup sendiri. Bahkan pada binatang kanguru memberi contoh lebih ekstrim dengan cara
membawa anaknya kemana saja sambil menyusuinya dalam kantong alami yang telah
tersedia (lahir istilah cangaroo system).
Sepanjang sejarah peradaban manusia, dari manusia purba sampai sekarang, demikian
pula keadaannya. Tetapi perkembangan menunjukkan adanya perubahan-perubahan yang
justru memisahkan bayi dari ASI yang dimiliki ibunya. Peningkatan pamor susu formula di
tahun enam puluhan, serta rumor tentang tidak modernnya ASI serta kebijakan-kebijakan
rumah sakit dan sistem perawatan yang keliru, menyebabkan makin berkurangnya
penggunaan ASI. Dengan pernah adanya jam-jam tertentu untuk menyusui bayi, dan bayi-
bayi yang mempunyai kamar tersendiri yang terpisah dari ibunya serta adanya masa puasa
beberapa jam setelah bayi lahir sebelum diberikan ASI, menunjukkan betapa penyimpangan
telah terjadi dan jauh dari tujuan memanfaatkan ASI yang sudah diketahui mempunyai
banyak keunggulan.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian infeksi pada neonatus?
2. Bagaimana prinsip dasar dan pelaksanaan pencegahan infeksi neonatus?
3. Bagaimana langkah-langkah pemeriksaan fisik pencegahan infeksi neonatus?
4. Bagaimana langkah-langkah promotif/ preventif untuk pencegahan infeksi neonatus?
5. Apakah tanda /kecurigaan adanya sepsis pada neonatus?

3. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian infeksi pada neonatus
2. Menjelaskan prinsip dasar dan pelaksanaan pencegah infeksi neonatus
3. Mendeskripsikan langkah-langkah pemeriksaan fisik pencegahan infeksi neonatus
4. Menjelaskan langkah-langkah promotif/ preventif untuk pencegahan infeksi neonatus
5. Mengidentifikasi tanda /kecurigaan adanya sepis pada neonates
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN INFEKSI NEONATUS

Infeksi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi
baru lahir. Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok
septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang
disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya
yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat besar. Infeksi
merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan
lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab
dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi
pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering
menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, infeksi mulai timbul dalam
waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah
lahir. Infeksi yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan
disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
Infeksi neonatus pada bayi sering dijumpai, apalagi di daerah pedesaan dengan
persalinan dukun beranak. Menghadapi keadaan demikian bidan harus mampu
mengatasi dan segera melakukan rujukan sehingga bayi mendapat pengobatan yang
cepat dan tepat. Menurut Blame (1961) 3 Patogenesis infeksi pada neonatus:
1. Infeksi pre natal : rubella, sifilis, bakteri (melalui placenta)
2. Infeksi intranatal : KPD, PARTUS LAMA
3. Infeksi post natal : penggunaan alat atau perawatan yang tidak steril

Pembagian Infeksi :
1. Infeksi Dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik: sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,
biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Infeksi lanjutan/nosokomial
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan
pasca lahir.
Karakteristik: Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering
mengalami komplikasi.

Etiologi :
Etiologi terjadinya infeksi pada neonatus adalah dari bakteri, virus, jamur dan
protozoa (jarang). Penyebab yang paling sering dari infeksi awal adalah Streptokokus
grup B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Infeksi awitan
lanjut dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan
E.coli. Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, Candida dan Stafilokokus
koagulase-negatif (CONS), merupakan patogen yang paling umum pada infeksi
awitan lanjut.
Jika dikelompokan maka didapat:
1. Bakteri gram positif
a. Streptokokus grup B → penyebab paling sering.
b. Stafilokokus koagulase negatif → merupakan penyebab utama bakterimia
nosokomial.
c. Streptokokus bukan grup B.
2. Bakteri gram negatif
a. Escherichia coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak.
b. H. influenzae.
c. Listeria monositogenes.
d. Pseudomonas
e. Klebsiella.
f. Enterobakter.
g. Salmonella.
h. Bakteria anaerob.
i. Gardenerella vaginalis.

Walaupun jarang terjadi, terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat


menyebabkan pneumonia dan infeksi dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau
asfiksia neonatus. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang
perawatan atau di masyarakat merupakan mekanisme infeksi setelah lahir.
Adapun faktor yang berpengaruh terhadap infeksi pada neonatus antara lain:
1. Belum matangnya sistem imun terutama pada bayi prematur.
2. Prosedur invasif mengganggu barrier kulit normal misalnya intubasi, kateterisasi
dan jalur intravaskular.
3. Terlalu penuh dan kurangnya jumlah staf.
4. Penyalahgunaan antibiotik.
5. Ketidakpatuhan kebijakan pengendalian infeksi terutama cuci tangan. (Anik
Maryunani, 2011).

Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolik yang progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade
menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan
perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated
intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal
dari tiga kelompok, yaitu:

1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang
dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
c. Kurangnya perawatan prenatal
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius (berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor
resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan
lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui
plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,
konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan
kulit.
b. Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta
dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut,
aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi
sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun
dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi
perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
c. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh
E.coli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui beberapa. cara yaitu:
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain
malaria, sifilis dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena
kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion
akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui
umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion
yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus
digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada
lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat
terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir
yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan
gonorrea).
Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis,
melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik,
botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi
dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.

2. PRINSIP DASAR DAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI

1. Tanda awal sepsis pada BBL tidak spesifik


2. Mekanisme daya tahan tubuh neonatus masih imatur  memudahkan invasi
mikroorganisme
3. Infeksi pada neonatus bisa terjadi saat antenatal, intra natal dan pasca natal
4. Faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum : Ibu demam sebelum dan selama
persalinan, ketuban pecah dini, persalinan den- gan tindakan, timbul asfiksia pada saat
lahir, BBLR
5. Terapi awal pada BBL dgn infeksi harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil kultur

3. PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI

Pengkajian Data yang tepat akan menghasilkan data yang tepat dan akurat untuk
itu ada baiknya anda pelajari yang harus saudara lakukan pada pasien / bayi dengan infeksi
:
1. Riwayat ibu mengalami infeksi intra uterin, demam dengan kecurigaan infeksi berat
atau ketuban pecah dini
2. Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan, lingkungan persalinan yang kurang
higienis
3. Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir rendah
4. Riwayat air ketuban keruh, purulen atau bercampur mekonium
5. Riwayat bayi malas minum, penyakitnya cepat memberat
6. Riwayat keadaan bayi lunglai, mengantuk/aktifitas berkurang atau iritabel/rewel, bayi
malas minum, demam tinggi atau hipotermi, gangguan nafas, kulit ikterus,
sklerema,kejang

Penatalaksanaan yang agresif diberikan pada ibu yang dicurigai menderita:


1. Korioamnionitis dengan antibiotika sebelum persalinan,
2. Persalinan yang cepat bagi bayi baru lahir,
3. Kemoprofilaksis intrapartum
4. Selektif nampak dapat menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas pada infeksi
bakteri neonatus.
5. Personal hygiene pada bayi (mandi, membersihkan mata. kuku, telinga dan
hidung)
a. Memandikan Bayi
Memandikan bayi adalah salah satu upaya untuk mencegah infeksi pada
bayi. Selain itu mandi juga merangsang kelancaran peredaran darah bayi untuk
membantu relaksasi.
b. Membersihkan Mata
Ada kalanya pada mata atau kelopak mata bayi terdapat kotoran yang
menempel di selaput mata atau di sudut mata. Kondisi mata bayi baru lahir
seringkali bengkak dan sembab. Selain itu, seringkali matanya juga berair dan
mengeluarkan kotoran. Jika mata bayi hanya sedikit mengeluarkan kotoran dan
tidak membuat kedua kelopak matanya lengket, maka kondisi ini masih
normal. Namun, jika kotorannya cukup banyak dan menyebabkan mata bayi
menempel terus, kompreslah matanya dengan kapas yang telah dicelupkan ke
air hangat. Kotoran yang menumpuk pada mata bayi dapat menyebabkan
infeksi pada mata bayi.
c. Membersihkan Telinga
Hal ini berfungsi untuk mencegah adanya infeksi telinga pada bayi. Pada
infeksi telinga, kuman memasuki kerongkongan dan hidung lalu bepergian ke
tuba eustachius hingga ke telinga bagian tengah. Tuba eustachius
menghubungkan kerongkongan ke telinga bagian dalam dan bertugas untuk
menyamakan tekanan timbal balik di kedua sisi gendang telinga itu. Tanpa
tuba ini, telinga anda akan terasa sakit dan meletup-letup serat seperti tersumbat
untuk sementara waktu ketika anda memanjat ke tempat yang tinggi atau
terbang. Selain membuat tekanan tetap seimbang, tuba ini melindungi telinga
bagian tengah, membuka dan menutup sewajarnya, serta mengalirkan
akumulasi cairan serta kuman yang tidak diinginkan.
Tuba kecil inilah yang membuat lebih banyak mendapat infeksi telingan
dibanding anak-anak yang lebih tua. Bila tuba eustachius menutup, cairan di
dalam telinga bagian tengah ini menjadi terperangkap. Ada prinsip umum dari
tubuh manusia bahwa cairan yang terperangkap selalu mendatangkan infeksi.
Cairan yang terperangkap ini berperan sebagai bahan gizi untuk kuman yang
tumbuh di dalam cairan, membuatnya tebal seperti nanah. Cairan yang tebal ini
menyebabkan tekanan pada gendang telinga, memproduksi rasa nyeri,
terutama ketika anak sedang berbaring. Inilah alasan yang membuat infeksi
telinga lebih terasa menyakitkan pada malam hari ketika anak berbaring,
namun kadang-kadang tampak lebih baik pada siang hari.
6. Perawatan tali pusat,
7. Sterilisasi peralatan
8. Pencucian tangan sebelum kontak dengan bayi adalah hal yang sangat penting.

Tujuan utama perawatan bayi segera setelah lahir adalah membersihkan jalan
nafas, memotong tali pusat dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh
bayi, identifikasi dan pencegahan infeksi. Pencegahan infeksi yang dilakukan pada
bayi baru lahir adalah perawatan tali pusat dan pemberian salep mata.
Cara atau upaya pencegahan infeksi Menurut Depkes RI (2000), berbagai
upaya yang dilakukan untuk mencegah infeksi pada bayi baru lahir yaitu:
1. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Merawat tali pusat untuk menjaga luka tetap bersih. Jangan mengoleskan
bahan atau ramuan apapun ke tali pusat. Perawatan tali pusat dilakukan dengan
membungkus tali pusat memakai kasa steril dan kering.
2. Pencegahan infeksi pada kulit
Kontak kulit bayi dan ibu sedini mungkin setelah lahir menyebabkan
terjadinya kolonisasi mikro organisme ibu yang cenderung bersifat non pathogen,
dan juga antibodi yang terkandung di dalam air susu ibu. Di samping itu lakukan
rawat gabung ibu dan bayi dapat menghilangkan bahaya bayi terkena infeksi
silang
3. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Segera setelah lahir kedua mata bayi diberi salep mata tetrasiklin 1% atau
salep mata eritromisin 0,5% dalam 1 jam setelah lahir. Upaya profilaksasi untuk
gangguan pada mata tidak akan efektif jika pemberiannya lewat 1 jam pertama.
4. Imunisasi
Pada usia bayi neonatal perlu mendapatkan imunisasi untuk menghindari
penyakit. Imunisasi yang didapatkan adalah:
a. BCG
Mengandung kuman hidup dari biakan bacillus calmate quirine untuk
mencegah TBC. Diberikan pada bayi segera setelah lahir dengan dosis 0,05 ml
secara intracutan di daerah musculus deltoideus
b. Polio
Mengandung virus polio tipe 1,2,3 yang hidup dan sudah dilemahkan.
Tiap 2 tetes mengandung 0,1 ml tipe 1,2,3. Diberikan secara tetes ke dalam
mulut bayi sebanyak 2 tetes segera setelah lahir. Polio I, II, III, IV diberikan
dengan interval 4 minggu
c. Hepatitis B
Diberikan sedini mungkin, dapat diberikan bersamaan dengan
pemberian imunisasi BCG.
Kebijakan program pemerintah imunisasi HB 1 diberikan pada umur 0-7
hari. Dosis pemberian 0,5 ml diberikan secara IM pada antero lateral paha.
Imunisasi berikutnya diberikan dengan interval 4 minggu (Depkes RI dan
PATH, 2005)

Pencegahan infeksi saluran pernafasan


Dalam bulan-bulan pertama kehidupannya, bayi tidak boleh dibawa berpergian
keluar, di rumah hubungan dengan orang dewasa harus sedikit mungkin. Jika salah
satu anggota keluarga ada yang menunjukkan tanda- tanda flu atau pilek, Ia tidak
boleh mengurus bayi atau perlengkapan bayi sampai benar-benar sembuh.
Biasanya anak-anak di rumah harus diajari agar tidak memegang bayi,
terutama bayi hanya boleh dipegang atau dicium pada kakinya dan tidak boleh pada
tangan atau mukanya. Kebersihan itu sendiri sangat diperlukan untuk mencegah
infeksi pada bayinya. Ketelitian ibu untuk mencuci tangan sebelum memegang bayi
dan kebersihan akan pakaiannya dan pakaian bayi amat penting.
Ada sumber lain yang menyebutkan, jika penatalaksanaan pencegahan infeksi
dapat dilakukan dengan cara:

1. Suportif
a. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
b. Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia
c. Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik Hormon)
batasi cairan
d. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
e. Awasi adanya hiperbilirubinemia
f. Lakukan transfuse tukar bila perlu
g. Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi
enteral.
2. Kausatif
Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya
digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida
seperti Gentamicin. Pada infeksi nasokomial, antibiotic diberikan dengan
mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial
biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi
ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis diberikan antibiotic yang
sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi Meningitis, antibiotic
diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk Meningitis.
Pada masa Antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi
yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan. Pada masa
Persalinan. Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik. Pada masa
pasca persalinan rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga
lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

4. HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN/ DIKAJI DALAM PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum: Suhu tubuh tidak normal, Letargi, Aktifitas berkurang, Malas minum,
Iritabel atau rewel, Kondisi memburuk secara cepat
b. Gastro intestinal: Muntah, Diare, Perut kembung, Hepatomegali mulai muncul mulai
hari ke empat
c. Kulit Perfusi kulit kurang, Sianosis, Pucat, Petekie, Ruam, Sklerema, ikterik
d. Kardiopulmo Tachipnea, Gangguan nafas, Tachicardia, Hipotensi
e. Neurologis Iritabilitas, Penurunan kesadaran, Kejang, Ubun-ubun menonjol, Kaku
kuduk sesuai dengan meningitis
f. Kelompok temuan yang berhubungan dengan infeksi neonatorum Kategori A
a. Kesulitan bernafas (missal: Apnea, RR meningkat, retraksi dinding dada, grunting
pada waktu inspirasi, sianosis sentral).
b. Kejang
c. Tidak sadar
d. Suhu tubuh tidak normal (suhu tidak normal sejak lahir dan tidak memberi respon
terhadap pasien, suhu tidak stabil dan menyokong ke arah sepsis)
e. Persalinan di lingkungan yg kurang higienis (menyokong ke arah sepsis)
g. Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis (menyokong ke arah sepsis) Kategori B
a. Tremor
b. Letargi atau lunglai
c. Mengantuk atau aktivitas berkurang
d. Iritabel atau rewel
e. Muntah (menyokong ke arah sepsis)
f. Perut kembung (menyokong ke arah sepsis)
g. Tanda-tanda mulai muncul sesudah hari ke empat (menyokong ke arah sepsis)
h. Air ketuban bercampur mekonium
i. Malas minum sebelumnya minum dengan baik( menyokong ke arah sepsis)

 Contoh kasus : Bayi N muntah, kembung, lemah, lunglai, dan tidak mau minum, rewel,
dan cengeng seharian.

Untuk menentukan kasus tersebut masuk kedalam kategori A atau B saudara harus belajar
dan faham tentang klasifikasi / pengkagtegorian infeksi neonatus.

o Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis secara serial lekositosis atau leko- penia,
trombositopenia
2. Ditemukan kuman pada pemeriksaan gram dari darah
3. Gangguan metabolik: hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolic
4. Peningkatan kadar bilirubin Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis
neonatorum
a. Kejang
b. Hipotermia
c. Hiperbilirubinemia
d. Gangguan nafas
e. Gangguan minum

5. LANGKAH-LANGKAH PROMOTIF/ PREVENTIF


1. Mencegah dan mengobati ibu demam dengan kecurigaan infeksi berat atau in- feksi
intrauterine
2. Mencegah dan pengobatan ibu dengan ketuban pecah dini
3. Perawatan antenatal yang baik dan berkualitas
4. Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
5. Mencegah asfiksia neonatorum
6. Melakukan resusitasi dengan benar
7. Melakukan identifikasi awal terhadap faktor risiko sepsis dan pengelolaan yang efektif

6. TANDA ATAU KECURIGAAN ADANYA SEPSIS


Coba anda cermati tanda dan ciri-ciri sepsis pada bayi usia kurang sama dengan 3 hari atau
lebih dari 3 hari !
o Manajemen umum
1. Dugaan sepsis
a. Jika tidak ditemukan riwayat intra uterin, ditemukan satu kategori A dan satu
atau dua kategori B maka kelola untuk tanda khususnya (mis.kejang), lakukan
pemantauan
b. Jika ditemukan tambahan tanda sepsis, maka dikelola sebagai kecurigaan besar
sepsis
c. Kecurigaan besar sepsis Pada bayi umur sampai dengan 3 hari: Bila ada riwayat
ibu dengan infeksi ra- him, demam dengan kecurigaan infeksi berat atau
(ketuban pecah dini) atau bayi mempunyai 2 atau lebih kategori A, atau lebih
kategori B. Pada bayi umur lebih dari tiga hari Bila bayi mempunyai dua atau
lebih temuan kategori A atau tiga atau lebih temuan kategori B
2. Antibiotik
a. Antibiotik awal diberikan Ampisilin dan gentamisin, bila organisme tidak dapat
ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti
ampisilin dan beri sefotaksim disamping tetap beri gentamisin.
b. Jika ditemukan organisme penyebab infeksi, digunakan antibiotik sesuai uji ke-
pekaan kuman. Diberikan sampai 7 hari setelah ada perbaikan
c. Pada sepsis dengan meningitis, pemberian antibiotik sesuai pengobatan men-
ingitis
3. Respirasi
a. Menjaga jalan nafas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia
b. Pada kasus tertentu membutuhkan ventilator mekanik
4. Kardiovaskuler
Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta pemantauan dan perfusi
jaringan untuk mencegah syok.

o Manajemen spesifik
Manajemen spesifik lanjut adalah Pengobatan terhadap tanda khusus lain atau
penyakit. Penyerta serta komplikasi yang terjadi seperti :
a. Kejang, hipoglikemia
b. Gangguan nafas
c. Ikterus
o Rujukan
a. Persiapan untuk merujuk bayi yang menderita infeksi neonatal dengan komplikasi,
b. Setelah keadaan stabil.
c. Pengelolaan bersama dengan sub bag neurologi anak, pedsos, bagian mata, be- dah
syaraf dan rehabilitasi medik.
d. Pemantauan tumbuh kembang

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
 PENGERTIAN INFEKSI NEONATUS
Infeksi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh
bayi baru lahir. Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda
klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
3 Patogenesis infeksi pada neonatus:
1. Infeksi pre natal : rubella, sifilis, bakteri (melalui placenta)
2. Infeksi intranatal : KPD, PARTUS LAMA
3. Infeksi post natal : penggunaan alat atau perawatan yang tidak steril
 PELAKSANAAN ATAU PENCEGAHAN INFEKSI
Cara atau upaya pencegahan infeksi Menurut Depkes RI (2000) :
a) Pencegahan infeksi pada tali pusar
b) Pencegahan infeksi pada kulit
c) Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir\
d) Imunisasi
 TANDA ATAU KECURIGAAN ADANYA SEPSIS
- Manajemen umum
Adanya sepsis , antibiotic , respirasi, kardiovaskuler
- Manajemen spesifik
Kejang ,hipoglikemia , gangguan nafas , icterus
- Rujukan

DAFTAR PUSTAKA
https://www.coursehero.com/file/32265944/makalah-sepsis-neonatoriumdocx/

Aditya, Nana. 2014. Handbook for Newmom. Jogjakarta: CV Diandra Primamitra Media
Ai Yeyeh Rukiyah. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Trans info Media

Anda mungkin juga menyukai