Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Terapi medis
Terapi Non Konvensionel Merupakan Salah Satu Terapi Medis Al Ternatif Atau
Komplementer. Terapi Komplementer Adalah Semua Terapi Yang Di Gunakan Sebagai
Tambahan Untuk Terapi Konvensional Yang Di Rekomendasikan Oleh Penyelenggara
Pelayanan Kesehatan Indipidu Seperti Terapi Pijat Dapat Secara Efektif Di
Gunakan Untuk Mengurangi Ketegangan

Rehabilitasi merupakan semua tindakan yang bertujuan untuk mengurangi dampak


disability serta handicap agar individu lansia dapat berintegrasi dalam masyarakat.
Rehabilitasi adalah aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam pelayanan kesehatan lansia.(
British G. Society ).
Terapi medic adalah proses pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan fungsional dan fisikologik dan kalau perlu mengembangkan mekanisme
kompensasinya agar individu dapat mandiri.
Terapi medik adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk memulihkan
atau mengoptimalkan kemampuan seseorang setelah mengalami gangguan kesehatan yang
berakibat pada penurunan kemampuan fisik.
Reintegrasi adalah rentetan usaha untuk kembali pada kemampuan fungsional yang pernah
dimiliki. Reintegrasi terhadap kehidupan normal adalah hal yang samgat di dambakan oleh
seorang pasien. Harapan inilah yang mewakili kualitas hidup yang diinginkan . upaya
reintegrasi diartikan sebagai reorganisasi kondisi fisik, psikis, dan social serta spiritual
menuju kesatuan yang harmonis sehingga adaptasi terhadap kehidupan dapat diperoleh,
setelah mengalami sakit atau trauma.
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa inti upaya mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hidup seseorang yang menderita sakit adalah yang melaksanakan
upaya berdasarkan konsep rehabilitasi. Konsep rehabilitasi menyatu dan
berkesinambungan dengan proses penyembuhan penyakit, termasuk berbagai reaksi dan
efek samping terapi, khususnya pada penyakit geriatric.

Tujuan Rehabilitasi Medik pada Usia Lanjut:


1. Memberikan pelayanan rehabilitasi medik yang komprehensif.
2. Berperan dalam mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas hidup pasien (
kesehatan, vitalitas, fisik, dan fungsi).
3. Mencegah atau mengurangi keterbatasan (impairment ), hambatan (disability) dan
kecacatan (handicap ).

2.2 Terapi komplementer


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer adalah
pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan,
sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer
tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi Komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang Konvensional.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan Komplementer
tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv, preventive,
kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan, dan evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi
belum diterima dalam kedokteran konvensional. Dalam penyelenggaraannya harus
sinergis dan terintregrasi dengan pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga
pelaksanaanya dokter,dokter gigi, dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki
pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer tradisional-alternatif. Jenis
pengobatan komplementer tradisional-alternatif yang daoat diselenggarakan secara
sinergis dan terintergrasi harus di tetapkan oleh menteri kesehatan setelah memalui
pengkajian.
Terapi komplementer banyak menggunakan pada efektifitas dari
beberapa terapi (Snyder dan lindquist, 1998). Florence nightingale menggambarkan
penggunaan terapi komplementer, seperti musik, didalam perawatan holistik klien
(nigthingale, 1860/1969).
Surver di afrika mengemukakan bahwa 42% reponden menggunakan 1
atau lebih terapi komplementer (eisenberg dkk, 1998). Penggunaan terapi komplementer
meningkatkan hampir 10% berdasarkan hasil survei tahun 90 (eisenberg dkk, 1993).
Terapi komplementer lebih populer di Eropa daripada di Amerika Serikat (peletier, 2000).
Di jerman penggunaan herbal merupakan bagian dari keperawatan kesehatan. Hasil
penelitian tentang obat herbal menunnjukkan bahwa 70 – 90 % dari terapi kesehatan
diseluruh dunia menggunakan terapi komplementer secara rutin sebagai bagian perawatan
kesehatan ( kraitzer dan jansen, 2000).

2.2.1 Pengertian Terapi komplementer


Istilah terapi modalitas dalam ilmu keperawatan lebih dikenal dengan
terapi komplementer, terapi alternativ, terapi holistis, terapi nonbiomedis, pengobatan
integratif atau perawatan kesehatan, perawatan nanalopati, dan perawatan nontradisional.
Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi yang menggunakan kemampuan
fisik atau elektrik. Terapi modalitas bertujuan untuk membantu proses penyembuhan dan
mengurangi keluhan yang dialami klien ( lundy dan jenes , 2009). Terapi komplementer
adalah istilah untuk terapi yang bukan bagian dari tepi medis kofensional.
Terapi komplementer atau terapi modalitas di akui sebagai upaya
kesehatan nasional oleh nasional center for complementary/ alternative medicine
(NCCAM) di amerika. Penggunaan istilah komplementer disebabkan karena pemakaian
bersama terapi lain, bukan sebagai pengganti dan pengobatan biomedis. Terapi
komplementer juga digunakan dalam praktik keperawatan profesional sebagai terapi
alternativ di beberapi klinik keperawatan, misalnya latihan relaksasi oto progesif pada
penanganan klien dengan epilepsi yang menyertai penggunaan obat antiepilepsi. Study
menunjukkan bahwa penggunaan relaksasi otot progesif dapat meningkatkan kontrol
kejang ( whaitma dkk., 1990). Namun demikian, tera[i komplkementer dapat digunakan
mandiri atau tidak berhubungan dengan terapi biomedis karena di posisikan sebagai
upaya promosi kesehatan, misalnya klien dpijat secara rutin untuk mencegah munculnya
stres.
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi nonbiomedis.
Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa proses interaktif
pada manusia dengantubuh, pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan
seseorang. NCCAM. Menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar di
dasarkan sebagai kategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies)
sementara terapi biomedis lebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan berfokus pada
dampak terapi terhadap pengibatan atau penanganan masalah fisik. Sebagai contoh, pada
terapi biomedis, evaluasi efek obat antihipertensi hanya ditentukan melalui tekanan darah
dan tidak memperhatikan bagaimana obat mempengaruhi alam rohani dan psikologis.
NCCAM mendefinisikan terapi komplementer adalah suatu
penyembuhan yang mencakup sistem kesehatan, modalis, praktik dan teori serta
keyakinana dari masyarakat atau budaya dalam periode secara tertentu . CAM mencakup
semua praktik serta ide – ide yang dimaknai sebagai upaya mencegah atau mengobati
penyakit atau mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan .

2.2.2 Klasifikasi Terapi komplementer


Terdapat lebih dari 1800 terapi komplementer yang diidentifikasi
berdasarkan sistem perawatan , terapi yang cukup dikenal luas dan digunakan, variasi dari
terapi, praktik budaya asli yang tidak dikenal, dan mekanisme ang mendasari tindakan
terapi yang tidak diketahui.
Kategori terapi konmpkementer menurut NCCAM adalah sebagai berikut :
1. Terapi pikiran, tubuh ( mind – body terapies)
2. Terapi berbasis biologi ( biologokalli based terapies)
3. Terapi manipulatife dan berbasis tubuh(manipulatife and body based terapies)
4. Terapi energi yang termasuk dalam kategori energi hayati bioelektro magnetik( energi
and biofild terapies)
Menurut NCCAM terapi komplementer menjadi pengobatan untuk
kondisi tertentu dan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan ternasuk
profesi perawat.
Basis filosofi yang mendasari penggunaan terapi komplementer berbeda dengan
modal biomedis konfensional. Biomedis berusaha menghilangkan dan memperbaiki
etiologi atau masalah yang mendasari serta menekankan pada pengobatan trauma maupun
situasi darurat lainya (weil, 1995). Sementara itu tujuan terapi komplementer dalam
sistem keperawatan adalah untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan dalam diri
seseorang. Zollman dan vickers (1999)menyatakan tujuan dari intervensi terapeutik
adalah untuk mengembalikan keseimbangan dan memfasilitasi respon tubuh daripada
menyembuhkan proses penyakit atau penghentian gejala. Oleh karena itu, perawat
memberikan perawatan yang mencakup modifikasi gaya hidup, perubahan diet, olah raga,
pengobatan khusus, konseling, latihan, bimbingan, pada pernafasan, relaksasi, serta resep
herbal. Konsep ini menenkan pentingnya sistem perawatan yang menerapkan pendekatan
kepedulian holistik terhadap perawatan klien yang akan meningkatkan pelayanan
kesehatan.

2.2.3 Penggunaan terapi komplementer


Foktor yang mempengaruhi perkembangan atau penggunaan terapi
komplementer (Astin, 1998:kaptchuk dan eisenberg 1998 : jobs,1998 : mitzdorf
dkk,1999) antara lain:
1. Adanya kenyakinan bahwa terapi biomedis tidak menyentuh seluruh dominan yang
dimiliki individu.
2. Adanya efek biomedis yang dianggap lebih buruk daripada efek terapi yang diharapkan;
3. Konsumen menginginkan penyedia layanan kesehatan yang pesuli (carig).
4. Konsumen menginginkan pengakuan dan perlakuan secarautuh atau holistis.
5. Konsumen menginginkan keterlibatandalam pengambilan keputusan dalam menangani
masalahkesehatan yang di hadapi.
6. Faktor lain yang telah meningkatkan penggunaan terapi komplementer adalah
peningkatan pengeseran budaya yang menggunakan pelayanan kesehatan selain sistem
biomedis.
Terapi komplementer sangat penting dalam klien dengan kondisi
kesahatan fonis yang meliputi spiritual, sosial, psikologi, dan masalah fisik (haines,
McKibbon dan Kanani, 1996).
Terapi komplementer keperawatan Nightingale menyerahkan penggunaan terapi
komplementer dalam perawatan klien. Fundamental of nursing menjelaskan beberapa
penggunaan prinsip terapi komplementer seperti pijat (massage), panas dan dingin, dan
gizi. Pada akhir 1950 – an, proses keperawatan diperkenalkan dengan menggunakan 5
langkah pendekatan pemecahan masalah untuk keperawatan yaitu pengakajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi. Keterampilan pengakajian sangat
penting karena berkaitan dengan langkah selanjutnya, yaitu intervensi. Perpedaan dalam
menyusun intervensi dipengaruhi oleh pengelompokan yangmeliputi tundakan dependen
(dependent), kolaborasi (interdependent), mandiri (independent).
Perawat memiliki otonomi yang luas dalam memberikan intervensi,
terutama tindakan mandiri, sebagai tindakan profesi yang ditunjang pendidikan tinggi.
Kondisi ini memberikan kesempatan kepada perawat untuk dapat memberikan praktik
keperawatan komplementer. Menurut Sydner, Bulechek, dan McCloskey (1985),
beberapa intervensi keperawatan mandiri yang termasuk terapi komplementer antara lain
musik, imagery, relaksasi otot progesif, jurnaling, reminis chance, dan pijat. Indetifikasi
dan klasifikasi intervensi keperawatan oleh internasional council of nurses poject (ICNP)
dan national intervention clssification project (NIC) telah memperluas ruang lingkup
intervensi yang mencangkup seluruh kegiatan keperawatan (ICNP, 1997; McCloskey, dan
bulechek. 1996). Dengan demikian berdasarkan konsep keperawatan, istilah intervensi
tidak membedakan terapi komplementer dengan tindakan keperawatan lainnya sperti
pemantauan status perawatan klien atau koordinasi. Perawat harus menggunakan terapi
komplementer yang lebih banyak untuk membantu klien mencapai hasil ksehatan yang
lebih optimal.

Tabel 1.1 klasifiskasi berdasarkan National Center for Complementary/Alternative


Medicine
Jenis Contoh
Terapi pikiran - Yoga, tah chi, internal qi – gong, meditasi ,
tubuh imagery,hipnosis, biofedback, dukungan
( mind – body) . kelompok, terapi seni , terapi musik, terapi dansa ,
Pendekatan prilaku journaling , humor, psikoterapi tubuh, dan
psikologi, sosial, dan pengakuan nonlocality, soul retrieval,
spiritual untuk penyembuhan spiritual, holistik nursing, plasebo
kesehatan . sweat lodges.
Terapi sistem Pengobatan tradisional cina (akupuntur, formula
pengobatan herbal, diet, exterlan dan internal qi-gong, tai chi,
alternatif ( alternatif pijatan dan manipulasi, acupotomy), sistem adat
medical sistem ). tradisional seperti pengobatan asli penduduk
pengobatan amerika, pengobatan ayuverda, unani-tibbi,
nonmedis yang pengobatan kampo, pengobatan tradisional afrika,
melibatkan teori dan pengobatan tradisional aborigin, curanderismo,
praktik dari sistem sistem pengobatan barat yang tidak konvensional
yang komplet. (hemeopati, radiestasia,, cayce-based systems,
radionics). Naturopati.
Terapi berbasis Herbal, diet khusus (pritkin, omishatki, tinggi serat,
biologi (biological makrobiotik), pengobatan orthomolecular (gizi),
based therapies). intervensi farmakologi/biologis/ instrumental
Terapi yang bersifat (kartilago ozon, cone therapy, sengatan
alami. lebahelektrodiasnostik, iridologi
Praktik, intervensi,
dan produknya
berbasis biologis
Terapi manipulatif Pengobatan kiropraktik pijatan dan gerakan tubuh
dan berbasis tubuh atau body work (kranial-sakrum astheopatic
(manipulative and manipulative treatment. Pijatan swedia,
body sistems) refleksologi metode pilates, polaritas, gerak tubuh
Sistem yang trager, teknik alexander, teknik feldenkrais. Pijatan
berdasarkan pada chinese tui Na, akupresur, ralfing), serta terapi
kegiatan manipulasi fisika nonkonvensional seperti hidroterapi,
dan atau gerakan distermi, terapi, cahaya dan warna, colonic,
anggota tubuh. pernafasan ;ubang hidung secara bergantian
(alternatenostrilbreathing).
Terapi energi Sentuhan terpeutik, sentuhan penyembuhan,
(energy therapies) penyembuhan natural, shen, reiki, huna, qi-gong
Sistem pengobatan external dan magnet
yang menggunakan
medan energi halus
di dalam dan sekitar
tubuh
Program Rehabilitasi
Untuk memulai program rehabilitasi pada penderita lansia,sebagai tenaga
professional harus mengetahui kondisi lansia saat itu,baik penyakit yang menyertai
maupun kemampuan fungsional yang mampu dilakukan.salah satunya di kemukakan oleh
Katz, DKK yang telah menetapkan Fungsional Assessment Instrument untuk
menggolongkan kemandian merawat diri pada lansia dengan berbagai macam penyakit,
misal fraktur collum femoris, infark cerebri, arthritis, paraplegia, keganasan, dll. adapun
aktivitas yang dinilai adalah Bathing, Dressing, Toileting, Transfering, Continence dan
Feeding.
1. Program Fisioterapi
Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang
paling ringan kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh individu
tersebut, misalnya :
a. Aktivitas di tepat tidur
- Positioning, alih baring, latihan pasif & aktif lingkup gerak sendi
b. Mobilisasi
- Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri, jalan
- Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari : mandi, makan, berpakaian, dll

2. Program Okupasi terapi


Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada aktiviats yang
diinginkan. Misalnya latihan jongkok-berdiri di WC yang dipunyai adalah harus jongkok,
namun bila tidak memungkinkan maka dibuat modifikasi.

3. Program Ortotik-prostetik
Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka seorang
ortotis-prostetis akan membuat alat penopang, atau alat pengganti bagian tubuh yang
memerlukan sesuai dengan kondisi penderita. Dan untuk lansia hal ini perlu pertimbangan
lebih khusus, misalnya pembuatan alat diusahakan dari bahan yang ringan, model alat
yang lebih sederhana sehingga mudah dipakai, dll.

4. Program Terapi Wicara


Program ini kadang-kadang tidak selalu ditujukan untuk latihan wicara saja, tetapi
perlu diperlukan untuk memberi latihan pada penderita dengan gangguan fungsi menelan
apabila ditemukan adanya kelemahan pada otot-otot sekitar tenggorokan. Hal ini sering
terjadi pada penderita stroke, dimana terjadi kelumpuhan saraf vagus, saraf lidah, dll

5. Program Sosial-Medik
Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal
bersama lansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang berkaitan dengan
aktivitas yang dibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi. Hal ini sangat penting
sebagai masukan untuk mendukung program lain yang ahrus dilaksanakan, misalnya
seorang lansia yang tinggal dirumahnya banyak trap/anak tangga, bagaimana bisa dibuat
landai atau pindah kamar yang datar dan biasa dekat dengan kamar mandi, dll

6. Program Psikologi
Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan emosionalnya,
yang mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya apakah seorang yang tipe agresif,
atau konstruktif, dll. Juga untuk memberikan motivasi agar lansia mau melakukan latihan,
mau berkomunikasi, sosialisasi dan sebgainya. Hal ini diperlukan pula dalam pelaksanaan
program lain sehingga hasilnya bisa lebih baik.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Terapi medis adalah meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien. Optimalisasi
terapi medis harus aman, efektif, pemilihan terapi secara bijak dan pelayanan kesehatan
secara akurat serta adanya kesepakatan antara pasien dan pemberi pelayanan berdasarkan
informasi terkini.
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi nonbiomedis. Hasil
penelitian tentang psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa proses interaktif pada
manusia dengantubuh, pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan seseorang.
NCCAM. Menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar di dasarkan sebagai
kategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies) sementara terapi biomedis
lebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan berfokus pada dampak terapi terhadap
pengibatan.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi medik dan terapi
komlementer diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat dapat memperoleh manfaat dari
makalah yang kami buat. Jika ada pengembangan yang bermanfaat mohon untuk dilayangkan
pada penulis makalah ini karena masukan dari pembaca atau bapak/ ibu dosen sangat
mendukung demi kesempurnaan makalah yang kami buat.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumanto, R., Iskandar, Y., 1981. Depresi, Suatu problema Diagnosa dan Terapi pada praktek
umum. Jakarta: Yayasan Dharma Graha
Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 3, Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta: Rajawali Pers.
Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut).Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.J akarta :
Salemba Medika
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC
Setyoadi, Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas keperawatan pada klien psikogeriatik. Jakarta :
Salemba medika
Stockslager, Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik. Edisi II. Jakarta : EGC
Tarigan, C., Julita 2003. Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia Fungsional dan Dispepsia
Organik. Diakses dalam http://www.usu.go.id.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai