Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam, karena
alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup.Karena itu setiap makhluk
hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam untuk dapat
menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali perubahan lingkungan yang
terjadi, Tuhan memberikan indera kepada setiap makhluk hidup.
Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang
terjadi di dalam maupun di luar tubuh.Indera yang ada pada makluk hidup, memiliki
sel-sel reseptor khusus.Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan yang terjadi.berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi
menjadi 2, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.
Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang terjadi
didalam tubuh.Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi,
dinding pembuluh darah, dinding saluran pencernaaan, dan lain sebagainya. Sel-sel ini
dapat mengenali berbagai perubahan yang ada di dalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri
didalam tubuh, kadar oksigen menurun, kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan
lain sebagainya
Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk
mengenali perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi diluar tubuh. Yang termasuk
eksoreseptor yaitu : (1). Indera penglihat (mata), indera ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti sinar, warna, dan lain sebagainya (2). Indera pendengar
(telinga), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti suara. (3)
indera peraba (kulit), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan
seperti panas, dingin, dan lain sebagainya. (4), indera pengecap (lidah), indera ini
berfungsi untuk mengenal perubahan lingkungan seperti mengecap rasa manis, pahit,
dan lain sebagainya. (5) indera penciuman (hidung), indera ini berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan seperti mencium bau. Kelima indera ini biasa kita
kenal dengan sebutan panca indera.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana ganngguan pada sistem indra pengelihatan (mata) pada manusia?
2. Bagaimana gangguan pada sistem indra pendengar (telinga) pada manusia?
3. Bagaimana gangguan pada sistem indra penciuman (hidung) pada manusia?
4. Bagaimana gangguan pada sistem indra pengecap (lidah) pada manusia?
5. Bagaimana gangguan sistem indra peraba (kulit) pada manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana gangguan sistem indra pengelihat (mata) pada
manusia.
2. Untuk mengetahui bagaimana gangguan sistem indra pendengar (telinga) pada
manusia.
3. Untuk mengetahui bagaimana gangguan sistem indra peraba (kulit) pada manusia.
4. Untuk mengetahui bagaimana gangguan sistem indra pengecap (lidah) pada
manusia.
5. Untuk mengetahui bagaimana gangguan sistem indra penciuman (hidung) pada
manusia.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya,
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang mungkin sangat sederhana.
Makalah ini berisikan tentang “Gangguan Sistem Sensori Persepi” Makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, di harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat untuk menambah
pengetahuan para pembaca .

Jeneponto, 10 Oktober 2019

RAHMAWATI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gangguan Pada Mata
a. Definisi neuritis
Neuritis optik adalah penyakit karena adanya peradangan pada bagian
saraf optik yang berupa kumpulan syaraf yang berfungsi untuk
menghubungkan informasi dari mata ke otak.Penyakit ini pada awalnya
sering ditandai dengan rasa sakit pada bagian mata dan penglihatan
mengalami gangguan sementara. Penyakit ini juga berhubungan dengan
penyakit lain yaitu multiple sclerosis.

b. Penyebab neuritis :
Degenerasi terjadi sebagai akibat dari kerusakan pada epitel pigmen
retina.Epitel pigmen retina adalah lapisan pemisah antara retina dan koroid
(lapisan pembuluh darah di belakang retina).Fungsi dari epitel pigmen retina
adalah sebagai penyaring yang menentukan zat gizi dari koroid yang sampai
ke retina.Bagian dari darah yang berbahaya bagi retina di buang atau
dijauhkan dari retina oleh epitel pigmen retina.Kerusakan pada epitel pigmen
retina mempengaruhi metabolisme pada retina, Terjadi penipisan retina
sehingga memungkinkan masuknya bahan yang berbahaya dari darah ke
dalam retina dan menyebabkan kerusakan serta pembentukan jaringan parut.
Degenerasi makula terjadi pada usia lanjut, cenderung di turunkan, lebih
banyak ditemukan pada orang kulit putih dan tampaknya lebih sering
ditemukan pada perokok.
c. Gejala neuritis :
 Rasa sakit atau nyeri pada bagian belakang mata
 Gangguan penglihatan yang terjadi dalam sementara waktu atau jangka
yang lebih panjang.
 Tidak bisa mengenali warna dengan baik.
 Melihat bayangan lampu berkedip
d. Patofisiologi
Neuritis retrobulbar adalah salah satu bentuk neuritis optikus dimana
inflamasi mengenai nervus yang terletak di belakang mata. Daerah
inflamasi terletak di antara belakang mata dan otak. Nervus optikus
mengandung serabut-serabut syaraf yang mengantarkan informasi visual
dari sel-sel nervus retina ke dalam sel-sel nervus di otak. Retina
mengandung sel fotoreseptor, merupakan suatu sel yang diaktivasi oleh
cahaya dan menghubungkan ke sel-sel retina lain disebut sel ganglion.
Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi yang disebut akson ke dalam otak.
Melalui rute ini, nervus optikus mengirimkan impuls visual ke otak.
Sehingga ketika nervus tersebut inflamasi, sinyal visual yang dihantarkan
ke otak menjadi terganggu dan pandangan menjadi lemah.
e. Pemeriksaan Penunjang
 Tes darah:tujuannya untuk memeriksa kemungkunan adanya
neuromielitis optik pada kasus neuritis optik yang berat
 MRI tujuannya untuk mengetahui dimana area kerusakan pada otak
 OCT:dilakukan untuk mengetahui ketebalan serabut saraf retina
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung dari gangguan yang ditimbulkan, neuritis
optik retrobulbar yang mengakbatkan penurunan visus bisa diterapi dengan
steroid dosis tinggi 1000 mg prednisolone oral selama 3 hari. Dan 1
mg/kgbb untuk oral prednisolone untuk hari ke 4-14.Pada keadaan akut,
apabila visus sama atau lebih baik dari 20/40 dilakukan pengamatan saja.
Dan apabila visus sama atau kurang dari 20/50 dilakukan pengamatan dan
metilprednison 250 mg intravena, disusul dengan prednison tablet
g. Komplikasi
 Penglihatan kabur
 Bintik/bercak buta, terutama pertengahan lapang pandang
 Nyeri saat pergerakkan bola mata
 Sakit kepala
 Buta warna mendadak
 Gangguan penglihatan pada malam hari gangguan ketajaman
penglihatan
2. Gangguan Pada Telinga
a. Definisi tinnitus
Tinnitus adalah sensasi telinga berdengung yang bisa berlangsung dalam
waktu yang lama atau dalam waktu singkat,telinga berdengung dapat terjadi
hanya ditelinga kanan,telinga kiri atau pada kedua telinga.
b. Penyebab tinnitus
 Tinnitus karena kelainan somatic daerah leher dan rahang
 Tinnitus akibat kerusakan n.vestibulokoklearis
 Tinnitus karena kelainan vaskuler
 Tinnitus karena kelainan metabolic
 Tinnitus akibat kelainan neurologis
c. Gejala tinnitus
 Dengung
 Desis
 Detak
 Gemuruh
 Raung
d. Patofisiologi
Pada tinnitus terjadi aktifitas elektrik pada area auditoris yang
menimbulkan perasaan adanya bunyi,namun implus yang ada bukan berasal
dari bunyi eksternal yang ditransformasikan melainkan berasal dari sumber
impuls abnormal didalam tubuh pasien sendiri.Impuls abnormal itu dapat
ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga,tinnitus dapat terjadi dalam
berbagai intensitas.Tinnitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau
nada tinggi seperti berdenging dan tinnitus dapat terus menerus atau hilang
timbul.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat menjadi pilihan adalah pemeriksaan
pendengaran,pemeriksaan audiologi,pemeriksaan seperti computerized
tomography (CH) dan magnetic resonance imaging (MRI).
f. Penatalaksanaan
1. Elektrofisiologik
2. Psikologik
3. Terapi medikamentosa
4. Tindakan bedah
g. Komplikasi
 Depresi
 Sulit tidur
 Sulit berkonsentrasi
 Mudah marah
3. Gangguan Pada Hidung
a. Definisi polip hidung
Polip hidung merupakan salah satu kelainan pada hidung yakni berupa
tumor kecil yang terdapat pada hidung.Ini merupakan tumor jinak yang
terletak di hidung anda. Tumor ini perlu anda waspadai, meskipun statusnya
jinak, akan tetapi tumor ini bisa menjadi tumor ganas seperti layaknya
kanker. Polip ini merupakan suatu massa patologis yang terdapat pada
rongga sinus hidung yang licin dan lunak. Warna dari polip ini adalah putih
keabu-abuan dan mengkilat.
b. Penyebab polip hidung :
Polip disebabkan oleh reaksi alergi atau reaksi radang.Bentuknya
bertangkai, tidak mengandung pembuluh darah.Di hidung polip dapat
tumbuh banyak, apalagi bila asalnya dari sinus etmoid. Bila asalnya dari
sinus maksila, maka polip itu tumbuh hanya satu, dan berada di lubang
hidung yang menghadap ke nasofaring (konka). Keadaan ini disebut polip
konka.Polip konka biasanya lebih besar dari polip hidung.Polip itu harus
dikeluarkan, oleh karena bila tidak, sebagai komplikasinya dapat terjadi
sinusitis. Polip itu dapat tumbuh banyak, sehingga kadang-kadang tampak
hidung penderita membesar, dan apabila penyebarannya tidak diobati setelah
polip dikeluarkan, ia dapat tumbuh kembali. Oleh karena itu janganlah bosan
berobat, oleh karena seringkali seseorang dioperasi untuk mengeluarkan
polipnya berulang-ulang.
c. Gejala polip hidung :
 Daya penciuman yang menurun
 Hidung yang mampet, yang biasanya tingkat kemampetannya dilihat dair
besar kecilnya polip
 Ngorok ketika anda tidur.
 Pilek yang terus-terusan.
 Suara bindeng.
d. Patofisiologi
Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas cairan
interseluler dan kemudian terdorong ke dalam rongga hidung dan gaya
berat. Polip dapat timbul dari bagian mukosa hidung atau sinus paranasal dan
seringkali bilateral.Polip hidung paling sering berasal dari sinus maksila
(antrum) dapat keluar melalui ostium sinus maksilla dan masuk ke ronga
hidung dan membesar di koana dan nasopharing.Polip ini disebut polip
koana.Secara makroskopik polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna
putih atau keabu-abuan. Sedangkan secara mikroskopik tampak submukosa
hipertropi dan sembab.Sel tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari
sel eosinofil, limfosit dan sel plasma sedangkan letaknya berjauhan
dipisahkan oleh cairan interseluler.Pembuluh darah, syaraf dan kelenjar
sangat sedikit dalam polip dan dilapisi oleh epitel throrak berlapis semu.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada polip adalah:
1. Endoskopi, untuk melihat polip yang masih kecil dan belum keluar dari
kompleks osteomeatal. Memberikan gambaran yang baik dari polip,
khususnya polip berukuran kecil di meatus media. Polip stadium 1 dan 2
kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi
tampak dengan pemeriksan naso-endoskopi. Pada kasus polip koanal
juga dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus
maksila. Dengan naso-endoskopi dapat juga dilakukan biopsi pada
layanan rawat jalan tanpa harus ke meja operasi.
2. Foto polos rontgen & CT-scan, untuk mendeteksi sinusitis. Foto polos
sinus paranasal (posisi water, AP, caldwell, dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di
dalam sinus, tetapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat pada pada kasus
polip. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan
jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan
anatomi, polip, atau sumbatan pada komplek osteomeatal. CT scan
terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan
medikamentosa.
3. Biopsi, kita anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia
lanjut, menyerupai keganasan pada penampakan makroskopis dan ada
gambaran erosi tulang pada foto polos rontgen.
f. Penatalaksanaan
1. Terapi Medis
Tujuan utama pengobatan adalah mengatasi polip dan menghindari
penyebab atau faktor pendorong polip. Ada 3 macam terapi polip hidung,
yaitu medikamentosa : kortikosteroid, antibiotik & anti alergi.
a. Terapi medikamentosa ditujukan pada polip yang masih kecil yaitu
pemberian kortikosteroid sistemik yang diberikan dalam jangka
waktu singkat, dapat juga diberiksan kortikosteroid hidung atau
kombinasi keduanya. Tujuan utama pengobatan adalah mengatasi
polip dan menghindari penyebab atau faktor pemicu terjadinya polip.
b. Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid.
Berikan kortikosteroid pada polip yang masih kecil dan belum
memasuki rongga hidung. Caranya bisa sistemik, intranasal atau
kombinasi keduanya. Gunakan kortikosteroid sistemik dosis tinggi
dan dalam jangka waktu singkat. Berikan antibiotik jika ada tanda
infeksi.
c. Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita
berikan sebelum dan sesudah operasi. Berikan antibiotik bila ada
tanda infeksi dan untuk langkah profilaksis pasca operasi.Berikan
anti alergi jika pemicunya dianggap alergi.obat kortikosteroid berupa
:
1) Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10
hari, kemudian dosis diturunkan perlahan – lahan (tappering off)
2) Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon
0,5 cc, tiap 5 – 7 hari sekali, sampai polipnya hilang.
3) Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan
obat untuk rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai
lanjutan pengobatn kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini
sangat kecil, sehingga lebih aman. Polip cenderung tumbuh kembali
jika penyebabnya (alergi maupun infeksi) tidak terkontrol.
Pemakaian obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid
bisa memperlambat atau mencegah kekambuhan dan kadang bisa
memperkecil ukuran polip atau bahkan menghilangkan polip.
g. Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran
besar atau dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau
infeksi sinusitis kronis, mengorok dan bahkan sleep apnea – kondisi serius
nafas dimana akan stop dan start bernafas beberapa kali selama tidur. Dalam
kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab penglihatan
ganda/berbayang.
4. Gangguan Pada Lidah
a. Definisi kanker lidah
Kanker lidah adalah suatu neoplasma malignant yang timbul dari
jaringan epitel mukosa lidah dengan selberbentuk squamous cell carcinoma
(sel epitel gepeng berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun, juga
beberapa penyakit-penyakit tertentu (premalignant).Kanker ganas ini dapat
menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan
metastase secara limfogen dan hematogen.
b. Penyebab kanker lidah
Penyebab kanker lidah secara jelas belum dapat diketahui, para ahli
belum dapat memberikan pernyataan yangtegas.Namun ada beberapa dugaan
bahwa kanker lidah terjadi karena ada hubungan dengan beberapa gangguan
tertentu atau penyakittertentu yang bersifat multifaktorial dan menyangkut
faktor ekstrinsik dan intrinsik.Faktor ekstrinsik adalah agen eksternal seperti
tembakau, alkohol dan paparan sinar ultraviolet. Sedangkan faktor intrinsik
termasuk keadaan sistemik seperti genetik, malnutrisi dan defisiensi zat
besi.Infeksi yang dikaitkan dengan inflamasi adalah faktor resiko utama
terjadinya tumor, hampir semua virus yang terkait dengan tumor
memperlihatkan akanmengaktifkan marker inflamasi, NF-kB sehingga
mencapai keadaan patofisiologis seperti displasia, leukoplakia, dan menjadi
malignan.Selain faktor-faktor diatas, tumor pada lidah dapat dipicu oleh
pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai, iritasi kronis dari restorasi,
kebersihan rongga mulut yang buruk.
c. Gejala kanker lidah
 Sakit tenggorokan dan nyeri saat menelan yang berlangsung terus
menerus muncul benjolan didaerah mulut dan leher ,akibat
pembengkakan kelenjar getah bening
 Rasa kebas dalam mulut yang tak kunjung hilang
 Perdarahan pada lidah tanpa sebab yang jelas
 Sulit menggerakkan rahang
d. Patofisiologi
Squamous Cell Carcinoma pada lidah sering timbul pada daerah
epithelium yang tidak normal, tetapi selain keadaan tersebut dan mudahnya
dilakukan pemeriksaan mulut, lesi sering tumbuh menjadi lesi yang besar
sebelum pasien akhirnya datang ke dokter.
e. Pemeriksaan Penunjang
 Ultrasound yaitu dipakai untuk menilai massa sepervisial.
 Scan CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) yaitu digunakan untuk
lesi lebih dalam dan menilai struktur lebih dalam pada tumor dan
menunjukkan apakah terdapat metastase atau tidak.
 Penggunaan lingkup (tabung serat optik yang tipis dengan kamera keci)l
digunakan untuk memeriksa pangkal lidah.
 X-Ray dada dipakai untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke
paru-paru.
f. Penatalaksanaan
Cara mengobati kanker lidah seperti radioterapi dan kemoterapi
dilakukan untuk membantu proses pencegahan sel kanker.Sedangkan jika
kanker sudah menyebar kebagian tubuh lain,misalnya kelenjar getah bening
pada leher,maka peluang untuk bisa sembuh sangat kecil.
g. Komplikasi
 Metastasis
 Nyeri
 Mual muntah
 Penurunan BB
 Gangguan sistem organ
 Infeksi
 Kambuh
5. Gangguan Pada Kulit
a. Definisi dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh factor eksogen dan endogen menimbulkan kelainan klinis
berubah eflo-resensi polimorfik(eritema,edema,papul,vesikel, skuama dan
keluhan gatal).Dermatitis atau eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai
jenis,terutama kulit yang kering umumnya berupa pembengkakan, memerah
dan gatal pada kulit.
b. Penyebab dermatitis
Penyebab dermatitis berasal dari luar (eksogen), misalnya (bahan kimia
contoh :detergen,asam,basa,oli,semen),fisik (sinar dan suhu), microorganism
(bakteri,jamur),dapat pula dari dalam (endogen) misalnya dermatitis atopic
c. Gejala dermatitis
 Kalor
 Rubor
 Edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit
d. Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel
yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik,bahan
iritan merusak lapisan tanduk dalam beberapa menit atau jam bahan-bahan
iritan akan berdifusi melaui membrane untuk merusak lisosom, mitokondria,
dan komponen-komponen intisel. Dengan rusaknya membrane lipid
keratinosid maka fosfolipaseakan diaktifkan dan membebaskan asam
arikidonik akan membeskan prostaglandin dan leukotrin yang akan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari factor sirkulasi
dari komplemen dan sistem kinin.
e. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
 Histopatologi
f. Penatalaksanaan
 Pencegahan
 Pengobatan
 Siklosporin A
 Antibiotika dan antimikotika
 Imunosupresif
g. Komplikasi
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
 Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
 Hipergmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
 Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam sistem sensori pasti akan mengalami gangguan pada setiap sistem
sensori tersebut dimana sistem sensori meliputi :
 Sistem indra penglihatan (mata) yang mengalami gangguan seperti
neuritis
 Sistem indra pendengaran (telinga) yang mengalami gangguan seperti
tinnitus
 Sistem indra penciuman (hidung) yang mengalami gangguan seperti
polip hidung
 Sistem indra pengecapan (lidah) yang mengalami gangguan seperti
kanker lidah
 Sistem indra perabaan (kulit) yang mengalami gangguan seperti
dermatitis
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan mohon maaf jika
masih banyak kekurangan di karenakan masih dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Sloane, E., 1994, Anatomi dan Fisiologi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Regillo, Carl D. 2011-2012. Retina and Vitreous : Age Related Macular Degeneration.
American Academy of Ophtalmology.

Frandson, 1992.Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gajah Mada Press.


Yogyakarta

Jenny, Rahmalita. 2011. Prevalensi Kebutaan Akibat Kelainan Retina di Kabupaten


Langkat.

Anda mungkin juga menyukai