Anda di halaman 1dari 5

PROSES BISNIS KPPN YOGYAKARTA

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta selaku instansi vertikal di


lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pencairan dana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), penatausahaan penerimaan negara dan pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran. Wilayah kerja KPPN Yogyakarta meliputi Instansi pemerintah seluruh
Kementerian/Lembaga yang ada di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten
Bantul, yang menangani 339 satuan kerja (Satker).

Tugas Pokok KPPN

adalah melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan bendahara umum, penyaluran


perbendaharaan atas beban anggaran dan penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran
melalui dan dari kas negara.

Fungsi KPPN yaitu :

1. Pengujian terhadap dokumen surat perintah membayar;


2. Penerbitan SP2D dari kas negara atas nama Menteri Keuangan (BUN);
3. Penyaluran pembiayaan atas beban APBN;
4. Penilaian dan Pengesahan terhadap penggunaan uang yang telah disalurkan;
5. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui dan dari kas negara;
6. Pengiriman dan penerimaan kiriman uang;
7. Penyususnan laporan pelaksanaan APBN;
8. Penyususnan laporan realisasi pembiayaan yang berasal dari PHLN;
9. Penatausahaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
10. Penyelenggaraan verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi;
11. Pembuatan tanggapan dan penyelesaian temuan hasil pemeriksaan;
12. Pelaksanaan kehumasan;
13. Menjamin kelancaran pencairan dana APBN secara tepat sasaran, waktu dan jumlah;
14. Mengelola penerimaan negara secara profesional dan akuntabel;
15. Mewujudkan pelaporan pertanggungjawaban APBN yang akurat dan tepat waktu.

Proses pencairan dana di KPPN menggunakan dua sistem yaitu melalui pencairan dana
melalui UP (Uang Persediaan) / TUP (Tambahan Uang Persediaan) dan Pencaiaran Dana
Langsung (LS).
UP / TUP

UP (Uang Persediaan)

Uang persediaan digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari


perkantoran dan membiayai pengeluaran yang tidak adapat dilakukan melalui mekanisme
pembayaran langsung (LS). UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa Bendaharawan Umum
Negar (BUN) kepada Bendaharan Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya
(revolving).

Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh bendahara pengeluaran (BP) kepada satu
penerima barang atau jasa paling banyak sebesar Rp.50.000.000,-- kecuali untuk pembayaran
honorarium dan perjalanan dinas.

Pada setiap akhir hari kerja uang tunai yang berasal dari up pada kas BP paling banyak sebesar
RP.50.000.000,-

UP dapat diberikan untuk pengeluanan belanja barang, belanja modal dan belanja lain-lain

Pembayaran dengan UP oleh BP kepada satu penerima barang atau jasa dapat melebihi
Rp.50.000.000,- setelah mendapat persetujuan dari Menkeu Cq. DJPB.

BP melakukan penggantian UP yang telah digunakan sepanjang dana yang dapat digunakan
dengan UP masih tersedia dalam DIPA . Penggantian UP dilakukan apabila UP yang telah
digunakan paling sedikit 50%.

Besaran UP yang diberikan KPPN kepada Bendahara Pengeluaran diatur pada PMK.
190/PMK.05/2012 pasal 46

TUP (Tambahan Uang Persediaan)

TUP adalah uang muka kerja yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk kebutuhan
yang sangat mendesak dalam satu bulan melebihi pagu UP yang telah ditetapkan.

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal
sisa UP dalam BP tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan yang sifatnya mendesak dan
tidak dapat ditunda.

Syarat penggunaan TUP:

Digunakan dan dipertanggung jawabkan selama satu bulan sejak SP2D diterbitkan;

Tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksakan dengan pembayaran LS.
LS (Pembayaran Langsung )

Pembayaran langsung (LS) adalah pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat keputusan, surat tugas atau
surat perintah kerja melalui penerbitan SPM-LS.

Yang dapat dilakukan dengan pembayaran SPM-LS yaitu :

- Belanja pegawai

Pembayaran belanja pegawai secara LS antara lain untuk : gaji Induk, gaji susulan, kekurangan
gaji, uang duka wafat, gaji terusan, uang muka gaji, uang lembur, uang makan, honorarium - -
tetap atau vakasi.

- Belanja non Pegawai

Pembayaran secara LS untuk belanja non pegawai antara lain untuk langganan daya dan jasa,
perjalanan dinas, pengadaan tanah, konstruksi dan belanja modal lainnya serta bansos.
Data-data terlampir :

1. Realisasi satker kementerian/lembaga untuk tahun anggaran 2015 dan 2016


2. Struktur Organisasi KPPN Yogyakarta;
3. PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata cara pembayaran dalam rangka
pelaksanaan APBN;
4. Undang-undang No.17 tahun 2004 tentang keuangan negara
5. Undang-undang no.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan negara .
DAFTAR PERMASALAHAN SATKER :

1. Perencanaan realisasi satker yang kurang baik setelah DIPA diterima;


2. Pelelangan yang terlambat karena berbagai faktor
3. SK pejabat pengelola terlambat diterbitkan
4. Dana dalam DIPA masih ada yang diblokir (*)
5. Adanya perubahan pagu karena APBN-P yang waktunya sangat dekat dengan tutup
tahun anggaran

Anda mungkin juga menyukai