PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Dalam kehidupan sehari - hari, kita banyak menggunakan minyak, terutama untuk
memasak. Sebagian besar minyak berasal dari kelapa. Pembuatan minyak kelapa secara
tradisional dilakukan dengan pemanasan pada suhu tinggi. Pembuatan minyak kelapa
secara tradisional ini banyak menimbulkan kerugian. Sebagai contoh pemanasan yang
tinggi dapat mengubah struktur minyak serta menghasilkan warna minyak kurang baik.
Dewasa ini telah ditemukan suatu metode pembuatan minyak kelapa yang dapat
mengurangi kerugian kerugian tersebut di atas. Metode ini didasarkan pada penemuan
bioteknologi sederhana, yaitu penggunaan Saccharomyces sp. untuk memisahkan minyak
darikarbohidrat dan protein yang terdapat dalam sel-sel endosperm biji kelapa. Metode
ini lebih dikenal dengan pembuatan minyak kelapa secara fermentasi. Pembuatan minyak
kelapa secara fermentasi ini memiliki banyak keuntungan bila dibandingkan dengan cara
tradisional yaitu prosedurnya lebih mudah, dapat mengehmat bahan bakar, dan
menghasilkan minyak yang berwarna jernih dengan kualitas memenuhi standar minyak
Indonesia (Diana Rochintaniawati, 2010).
Trigliserida terdiri dari 90% asam lemak, sehingga sifat fisika dan kimia minyak
ditentukan oleh sifat asam lemaknya paling banyak. Minyak kelapa termasuk larutan
karena mengandung asam laktat dalam jumlah paling banyak (40-50%). Sekitar 90% asam
lemak pada minyak kelapa termasuk dalam asam lemak jenuh. Minyak hanya mengandung
sedikit zat bukan minyak. Seperti pesticide fitosferol (0,06 – 0,08%) dan 0,05%. Minyak
kelapa termasuk stabil karena asam lemak tak jenuhnya hanya sekitar 8,5 – 11,8%
(Anna,2009).
3.2.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Pipet tetes
3. Gelas ukur
4. Cuvet
5. Kompor listrik
6. Pengaduk
7. Beaker glass
8. Autoclave
9. Kain peras kelapa
10. Neraca analitik
3.3. Gambar Rangkaian Alat
3.3.1. 3.3.2. Pipet tetes 3.3.3. Gelas ukur 3.3.4. Cuvet 3.3.5. Kompor
Erlenmeyer listrik
3.3.6. Pengaduk 3.3.7. Beaker 3.3.8. Autoclave 3.3.9. Kain 3.3.10. Neraca
glass peras kelapa analitik
2. Pembuatan Starter
a. Campur skim dengan air kelapa dalam erlenmeyer dengan perbandingan
tertentu kemudian tambah nutrient sesuai variabel.
b. Aduk campuran hingga homogen dan sterilisasi dalam autoclave
c. Setelah steril, ke dalam media tersebut diinokulasikan campuran biak murni dalam
Erlenmeyer steril pada ruang aseptis
d. Tutup dengan kapas steril, inkubasi dalam ikubator goyang pada suhu kamar selama
waktu yang ditentukan
3. Fermentasi Santan
a. Campur krim santan yang telah bebas air sebanyak volume tertentu dan starter dengan
% V sesuai variabel dalam Erlenmeyer pada ruang aseptis.
b. Atur pH menggunakan asam asetat dan ditutup dengan kapas steril
c. Inkubasikan dalam inkubator selama waktu tertentu.
4. Analisa Hasil Minyak Kelapa
a. Santan yang telah selesai difermentasi akan terlihat menjadi 3 lapisan (minyak,
protein, dan air)
b. Masukan campuran yang telah dibebaskan dari air ke dalam cuvet untuk
disentrifugasi pada putaran tertentu selama waktu tertentu
c. Minyak kelapa dapat diambil dari cuvet dan diukur volumenya, minyak kelapa
selanjutnya dapat dikenakan analisa yang lain.
4.2 Hubungan pH dengan Waktu
4 variabel 1
pH
3 variabel 2
variabel 3
2
variabel 4
1
0
1 2 3
Hari ke-
Berdasarkan Gambar 4.2. dapat dilihat bahwa pada variabel 1, 2, 3, dan 4 terjadi
penurunan pH yang sama. pH mula-mula pada tiap variabel adalah 6.5, dan pada hari ke-2
menurun menjadi pH 4. Dan pada hari terakhir ph yang didapat turun lagi menjadi 3.5. Nilai
pH ini berubah selama fermentasi karena terjadi proses pemecahan emulsi santan. Sel-sel
bakteri selanjutnya akan memecah gula menjadi asam-asam organik yang akhirnya
menyebabkan turunnya nilai pH 4-4,5 (Yurnaliza, 2007). Namun pada praktikum kami
penurunan pH ini tidak sesuai dengan teori dimana hal tersebut disebabkan proses
fermentasi menggunakan S. cerevisiae tidak sempurna. Sehingga asam organik yang
dihasilkan tidak dapat menurunkan pH krim sampai 4-4,5 (Miftah,2007).
0.99
0.985
0.98
Densitas (gr/ml)
0.975
0.97 variabel 1
0.965 variabel 2
0.96 variabel 3
0.955 variabel 4
0.95
0.945
1 2 3
Hari ke-
Berdasarkan Gambar 4.3. dapat dilihat bahwa terjadi penurunan densitas pada
variabel 1, 2, 3 dan 4. Berdasarkan teori Khrisna (2006), pada hari pertama starter masih
dapat tumbuh dengan baik pada media air kelapa dengan kandungan gula yang paling tinggi,
sehingga pertumbuhan mikroorganisme diduga paling tinggi dan ini mempengaruhi jumlah
mikrorganisme yang dimasukkan ke dalam media fermentasi (krim santan), pertumbuhan
maksimum dari yeast tersebut sesuai kondisi lingkungannya (ketersediaan nutrisi dan
pengaruh metabolit yang dihasilkannya sendiri). Semakin tinggi enzim yang ditambahkan
maka semakin banyak ikatan peptida dalam protein santan yang menyelubungi minyak. Hal
ini juga tidak sesuai dengan teori, semakin tinggi penambahan ragi, maka VCO yang
dihasilkan semakin menurun. Hal ini karena pada hari ketiga enzim sudah rusak karena
mengalami death fase sehingga menyebabkan densitas nya turun (Nurwahyuning, 2002).