Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH

KESELAMATAN KERJA DAN PROSES

DISUSUN OLEH:

1. Ainunniswah Ella F 21030111130048


2. M. Saddam Nashadaqu 21030111130095

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014
Empat Pekerja Tewas, Prosedur K3
Pabrik Gula Perlu dibenahi
REP | 28 December 2013 | 20:06 Dibaca: 417 Komentar: 2 0

Sebanyak empat pekerja lepas Pabrik Gula (PG) Kebon Agung Malang tewas setelah
menghirup gas beracun, Sabtu, 28 Desember 2013. Korban tewas adalah Hariyanto, Pujiono,
Pujianto, dan Armi, warga Kelurahan Pesantren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
Keempat korban tersebut mengalami sesak nafas setelah membersihkan sisa gula di
palung pendingin di pabrik tersebut. Menurut saksi, awalnya salah satu dari pekerja tersebut
mengalami kejang-kejang di lantai. Pekerja lainnya ikut berupaya menolongnya namun juga
mengalami hal serupa.
Para pekerja tersebut merupakan pekerja lepas (outsorcing) dari sebuah CV di Kediri.
Menurut Kepala TU PG Kebon Agung, CV tersebut telah berpengalaman dalam
membersihkan sisa gula pendingin. Menurut beliau, para pekerja juga telah dilengkapi oleh
alat keselamatan seperti masker, dan lainnya.
Sesak nafas para pekerja tersebut diduga adanya gas etanol dari sisa produksi gula.
Sekedar diketahui, jika gula dapat mengalami proses fermentasi menjadi etanol. Adanya
konsentrasi gas etanol yang tinggi menyebabkan para pekerja tersebut mengalami sesak
nafas. Gas etanol yang dihasilkan dari fermentasi gula seharusnya dialirkan keluar ruangan
dan masuk pengolahan limbah. Namun, hingga saat ini belum diketahui mengapa terjadi
peristiwa seperti ini.

Sumber berita:
http://www.tempo.co/read/news/2013/12/28/058540687/Hirup-Gas-Beracun-4-Pekerja-
Pabrik-Gula-Tewas
http://www.malang-post.com/metro-raya/78276-karyawan-krebet-meninggal-di-penggilingan

Analisa:

Peristiwa kecelakaan semacam ini tidak sekali terjadi. Dari sumber berita yang lain,
peristiwa yang sama juga pernah terjadi yakni seorang pekerja Pabrik Gula Krebet Malang
terjatuh di penggilingan. Pekerja tersebut tewas dengan luka yang cukup parah. Terulangnya
peristiwa kecelakaan seperti ini membuktikan ada yang salah dengan prosedur K3 di
lingkungan pabrik gula.
Kondisi pabrik gula di Indinesia cukup memprihatinkan dengan melihat berbagai
kecelakaan kerja di lingkungan pabrik. Rata-rata pabrik gula di Indonesia terkesan mengejar
setoran untuk mendapatkan kadar gula yang tinggi. Hampir di setiap sudut pabrik tempat
banyak ditulis slogan-slogan agar bekerja dengan maksimal sehingga didapatkan hasil
produksi yang melimpah. Slogan seperti “Tak setetes nira pun boleh jatuh ke lantai” atau
“Tak sebutir gula pun boleh terbuang sia-sia” memenuhi area pabrik.
Kondisi semacam itu tidak diimbangi oleh standar keselamatan kerja yang memadai.
Banyak diantara para pekerja yang saya amati tidak mengenakan perangkat keselamatan
kerja, semisal masker, sepatu bot, maupun helm. Perangkat tersebut hanya dikenakan para
pekerja yang memiliki jabatan tinggi, semisal mandor, kepala bagian pengolahan, kepala
Quality Contril, dan sebagainya. Para pekerja biasa rata-rata tidak mengenakan alat
keselamatan tersebut. Hal ini tidak dapat dimengerti mengapa hal ini bisa terjadi. Padahal,
para pekerja tersebut merupakan ujung tombak pabrik yang berperan penting dalam proses
produksi. Selain itu, jarang sekali ditemukan tanda peringatan di tempat kerja,
berupa gambar, kata-kata, maupun himbauan. Sangat kontras dengan slogan-slogan untuk
mendapat hasil produksi maksimal. Padahal adanya tanda peringatan sedikit banyak
meminimalisir kecelakaan kerja.

Mesin Penggilingan Tebu di Pabrik Gula


Resiko kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi. Adanya berbagai gas hasil produksi,
kemungkinan untuk jatuh di penggilingan, dan risiko lainnya dapat menghantui para pekerja.
Semoga dengan kejadian ini Pabrik Gula di Indonesia (dan pabrik-pabrik lainnya) dapat
mengambil pelajaran dan membenahi prosedur K3 (Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan)
Kerja agar kejadian sama tak terulang lagi.

Kesimpulan :
Berdasarkan berita di atas, telah disebutkan bahwa keempat pekerja tersebut tewas
karena terlalu banyak menghirup gas etanol. Meskipun berdasarkan pernyataan Kepala TU
Kebon Agung mengatakan bahwa para pekerja telah dilengkapi alat keselamatan kerja seperti
masker, dan yang lainnya namun pada kenyataannya kesadaran para pekerja sendiri yang
kuranglah yang menyebabkan kecelakaan tersebut terjadi.
Kebanyakan para pekerja terlalu meremehkan dampak yang akan terjadi ketika
mereka tidak menggunakan alat keselamatan kerja dengan benar. Hal ini dapat disebabkan
beberapa faktor. Faktor pertama adalah para atasan tidak memberikan contoh yang baik
kepada bawahannya. Ketika para atasan tidak memberi contoh yang baik dalam hal ini
memakai alat keselamatan kerja dengan baik, maka besar kemungkinan bawahannya akan
melakukan hal yang sama tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi. Kedua dapat juga
disebabkan kurangnya sosialisasi akan K3 (Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan) di
lingkungan pabrik. Selain itu dapat juga disebabkan oleh kondisi pabrik yang tidak tidak
optimal seperti terganggunya saluran pembuangan limbah contohnya pada kasus ini gas
etanol yang dihasilkan dari proses fermentasi gula dapat terhirup oleh pekerja padahal
seharusnya gas etanol tersebut tidak menyebar ke ruangan sekitar melainkan mengalir
melalui saluran pembuangan.
Jadi kecelakaan ini dapat dihindari jika para pekerjanya mematuhi aturab-aturan
yang ada. Selain itu pihak pengelola pabrik juga harus memberikan sosialisasi yang memadai
bagi para pekerjanya tentang K3 dan bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin terjadi. Alat-
alat keselamatan kerja juga harus dilengkapi. Tidak hanya para atasan yang memakai alat
keselamatan kerja namun seluruh para pekerja biasa juga harus diberikan alat keselamatan
kerja secara lengkap. Dan yang tak kalah penting yaitu selalu memeriksa kondisi pabrik serta
melakukan perawatan secara berkala seperti mengecek alat-alat proses dan produksi pada
pabrik.

Anda mungkin juga menyukai