Lapkas Sepsis Anak 2019
Lapkas Sepsis Anak 2019
SEPSIS
Disusun Oleh :
Siti Soleha
Pembimbing :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia,
rahmat kesehatan, dan keselamatan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul “Sepsis” yang diajukan sebagai
persyaratan untuk mengikuti KKS Ilmu Kesehatan Anak.
Terima kasih kami ucapkan kepada dokter pembimbing dr. Supriadi,
M.Ked (Ped)., Sp.A, yang telah bersedia membimbing kami, sehingga laporan
kasus ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini masih memiliki
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan laporan kasus ini.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat
kepada semua orang. Atas perhatian dan sarannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................. 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepsis merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada
anak di seluruh dunia. Sepsis awalnya didefinisikan sebagai kecurigaan atau
infeksi yang terbukti, disertai kondisi klinis SIRS (systemic inflammatory
response syndrome), tetapi definisi tersebut kini ditinggalkan. Sesuai konsensus
mengenai sepsis terbaru, sepsis didefinisikan sebagai keadaan disfungsi/gagal
organ yang mengancam nyawa, disebabkan oleh respon pejamu yang tidak
teregulasi terhadap infeksi.
Kejadian sepsis secara signifikan lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih
muda dan anak dengan komorbiditas yang mengakibatkan defisiensi imunitas,
seperti keganasan, transplantasi, penyakit konis, dan kelaianan jantung bawaan.
Penyebab tersering sepsis pada anak, yaitu infeksi saluran pernapasan, diikuti
dengan infeksi non-spesifik, bakterimia, infeksi saluran kemih, infeksi saluran
pencernaan, infeksi sistem saraf pusat, dan lainnya.
Data di Amerika Serikat menunjukkan kejadian sepsis pada pasien yang
dirawat di unit perawatan intensif anak (pediatrics intensive care unit/PICU)
mencapai lebih dari 42.000 kasus dengan angka kematian sebesar 10,3%. Data
statistik dari Center of Disease Control menunjukkan bahwa usia 1 tahun ke atas,
insidensi sepsis meningkat 13%. Untuk usia 1-4 tahun sepsis menduduki posisi ke
sembilan sebagai penyebab kematian dengan estimasi angka kematian pertahun
sebesar 0,5/100.000 populasi. Puncak insidensi sepsis menunjukkan distribusi
ganda yaitu puncak pertama pada periode neonatus dan puncak ke dua pada usia 2
tahun. Insidens sepsis pada perawatan di Pediatrics Intensive Care Unit (PICU)
adalah 24%. Sedangkan penelitian di Perancis yang dilakukan di 36 PICU-NICU
didapatkan insidens sepsis sebanyak 3%, dengan rata-rata mortalitas sebanyak 30-
60%. Dari penderita sepsis tersebut kira-kira 49% penderita yang mengalami
bakteremia yang terdiri dari 58% dengan bakteri gram (+), dan 42% dengan
bakteri gram (-). Sedangkan di Indonesia sendiri sumber infeksi berasal dari
infeksi saluran pernapasan (36%-42%) dengan insiden sepsis lebih tinggi pada
1
kelompok usia neonatus dan bayi <1 tahun dibandingkan dengan usia 1-18 tahun
(9,7 : 0,23 kasus per 1000 anak).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SEPSIS
2.2.1 Definisi
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam kehidupan (life-
threatening organ dysfunction) yang disebabkan oleh disregulasi imun
terhadap infeksi.
Sepsis atau septikemia adalah keadaan ditemukannya gejala klinis
terhadap suatu penyakit infeksi yang berat, disertai dengan ditemukannya
respons sistemik yang dapat berupa hipotermia, hipertermia, takikardia,
hiperventilasi, dan letargi. Sindrom sepsis adalah sepsis yang telah disertai
dengan gangguan perfusi organ seperti gangguan akut status mental,
oligouri, peninggian kadar asam laktat di dalam darah dan hipoksemia.
3
Asplenia fungsional/asplenik
Sepsis Salmonella (Salmonella osteomyelitis pada penyakit sickle cell).
Organisme berkapsul: streptococcus pneumonia, haemophillus influenzae
Organisme lain
Jamur (spesies Candida dan Aspergillus) dan virus (influenza, respiratory
syncytial virus, human metapneumovirus, varicella dan herpes simplex virus)
4
2.2.3 Patogenesis dan Patofisiologi
Pada sepsis, perubahan fisiologi tubuh diinduksi oleh
mikroorganisme atau produk mikroorgaisme yang beredar di dalam darah
maupun yang berasal dari suatu fokus infeksi. Untuk mempertahankan
suasana fisiologis, tubuh berupaya melalui sistem imunologik. Sebagai
contoh, sel retikuloendotelial dan fagosit membuang bakteri yang telah
diopsonisasi oleh komplemen dan antibodi, berbagai enzim dan substansi
di dalam serum melaksanakan fungsi detoksikasi, hidrolisis dan netralisasi
dari produk mikroorganisme. Substansi atau mediator penting yang
berperan penting di dalam mekanisme pertahanan tubuh diantaranya
adalah tumor necrosis factor (TNF), Interleukin-1 Beta, gamma interferon,
platelet activating factor (PAF) dan leucotrien.
Sepsis menggambarkan suatu kompleks imun yang timbul saat
sistem imunitas pejamu teraktifasi terhadap infeksi. Molekul patogen
mengktifkan sistem kekebalan tubuh, melepaskan mediator inflamasi dan
memicu pelepasan sitokin yang penting dalam mengeliminasi patogen.
Dengan demikian, proses eliminasi lebih efektif, sekaligus memicu
pelepasan sitokin anti-inflamasi, seperti interleukin-1 receptor antagonis
(IL-1 ra), IL-4, dan IL-10. Sitokin anti-inflamasi berperan menghentikan
proses inflamasi dengan memodulasi, koordinasi, atau represi terhadap
respon yang berlebihan (mekanise umpan balik). Sitokin pro-inflamasi
juga berperan dalam pelepasan nitrogen monoksida (nitric oxide, NO)
yang penting dalam eliminasi patogen, tetapi efek NO lainnya adalah
vasodilatasi vaskuler. Sehingga pada keadaan sepsis, produksi NO yang
berlebihan akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan menyebabkan
syok septik. Ketika sistem imun tidak efektif dalam megeleminasi antigen,
proses inflamasi menjadi tidak terkendali dan menyebabkan kegagalan
sistem organ.
5
Gambar 1. Patofisiologi Sepsis dan syok septik
2.2.5 Diagnosis
Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan adanya: (1) Infeksi,
meliputi (a) faktor predisposisi infeksi, (b) tanda atau bukti infeksi yang
6
sedang berlangsung, (c) respon inflamasi; dan (2) tanda disfungsi/gagal
organ.
Alur penegakan diagnosis sepsis dapat dilihat pada gambar 1.
2.2.5.1 Infeksi
Kecurigaan infeksi didasarkan pada predisposisi infeksi,
tanda infeksi, dan reaksi inflamasi. Faktor-faktor predisposisi
infeksi meliputi: faktor genetik, usia, status nutrisi, status
imunisasi, komorbiditas (asplenia, penyakit kronis, transplantasi,
keganasan, kelainan bawaan), dan riwayat terapi.
Tanda infeksi berdasarkan pemeriksaan klinis dan
laboratoris. Secara klinis dapat ditandai dengan adanya demam
atau hipotermia, atau adanya fokus infeksi. Secara laboratoris,
digunakan penanda (biomaker) infeksi: pemeriksaan darah tepi
(leukosit, trombosit, rasio netrofil: limfosit, shift to the left),
pemeriksaan morfologi darah tepi (granula toksik, double body,
dan vakuola dalam sitoplasma), c-reactive protein (CRP), dan
prokalsitonin. Sepsis memerlukan pembuktian adanya
mikroorganisme yang dapat dilakukan melalui pemeriksaan apus
Gram, hasil kultur (biakan), atau polymerasechain reaction (PCR).
Pencarian fokus infeksi lebih lanjut dilakukan dengan pemeriksan
7
analisis urin, feses rutin, lumbal pungsi, dan pencitraan sesuai
indikasi. Secara klinis respon inflamasi terdiri dari:
1. Demam (suhu inti >38,5°C atau suhu aksila >37,9°C) atau
hipotermia (suhu inti <36°C).
2. Takikardia: rerata denyut jantung di atas normal sesuai usia
tanpa adanya stimulus eksternal, obat kronis, atau nyeri; atau
peningkatan denyut jantung yang tidak dapat dijelaskan lebih
dari 0,5 sampai 4 jam.
3. Bradikardia (pada anak <1 tahun): rerata denyut jantung di
bawah normal sesuai usia tanpa adanya stimulus vagal
eksternal, beta-blocker, atau penyakit jantung kongenital; atau
penurunan denyut jantung yang tidak dapat dijelaskan selama
lebih dari 0,5 jam.
4. Takipneu: rerata frekuensi nafas di atas normal.
Secara laboratoris, respon inflamasi berdasarkan pada
jumlah leukosit, CRP, transaminase serum, dan prokalsitonin
(tabel 3).
Tabel 3. Penanda biologis infeksi
Penanda Kegunaan Keterbatasan Cut-off Validitas
Biologis
Leukosit • Diagnosis Tidak spesifik 0 hr–1 mgg : Sensitivitas:
untuk infeksi untuk >34.000/ 57,6%
dan sepsis menunjukkan mm3 Spesifitas:
infeksi 1 mgg-1 bln : 53,5%
>19.500 PPV: 55,2%
atau NPV: 55,7%
<5.000/mm3
1 bln-1 thn :
>17.500
atau
<5.000/mm3
2-5 thn :
>15.500 atau
<6.000/mm3
6-12 thn :
>13.500 atau
<4.500/mm3
13-18 thn :
>11.000
8
atau
<4.500/mm3
Limfosit • Limfopenia Dapat menurun <1300 /uL Sensitivitas:
menunjukkan pada infeksi 73,9%
diagnosis virus, penyakit Spesifitas:
bakteremia kritis, atau 57,6%
malnutrisi PPV: 63,6%
NPV: 68,8%
Rasio netrofil : • Peningkatan Dapat menurun >10 Sensitivitas:
limfosit rasio pada infeksi 77,2%
menunjukkan virus, penyakit Spesifitas:
diagnosis kritis, atau 63,0%
bakteremia malnutrisi PPV: 67,6%
NPV: 73,4%
C-reactive • Diagnosis Kinetik lambat, 1,56–110 mg/L Sensitivitas:
protein (CRP) untuk infeksi tidak spesifik 43-90%
dan sepsis untuk (infeksi); 31-
• Menentukan menunjukkan 82%
derajat infeksi (sepsis)
keparahan (meningkat Spesifitas: 33-
infeksi pada keadaan 88%
inflamasi) PPV: 31-100%
NPV: 81-97%
Prokalsitonin • Diagnosis dini Dapat 0,3–8,05 ng/ml Sensitivitas:
(PCT) sepsis meningkat pada 74,8-100%
• Faktor penyakit non- Spesifitas: 70-
prognostik infeksi (trauma 100%
(indikator berat, pasca PPV: 55-100%
perbaikan henti jantung, NPV: 56,3-
sepsis) pembedahan, 100%
• Menentukan karsinoma
lama pemberian tiroid medular,
antibiotika penyakit
autoimun)
PCT + CRP • Membedakan Belum ada Bakteri: CRP
infeksi bakteri, penelitian klinis >10 mg/L;
virus, dan PCT >0,3
jamur mg/mL
Jamur: CRP
10-100
mg/L; PCT 0,3-
2 ng/mL
Virus: CRP
<10mg/L;
PCT <2 ng/mL
9
2.2.5.2 Kecurigaan Disfungsi Organ
Kecurigaan disfungsi organ (warning signs) bila
ditemukan salah satu dari 3 tanda klinis: penurunan kesadaran
(metode AVPU), gangguan kardiovaskular (penurunan kualitas
nadi, perfusi perifer, atau tekanan arterial rerata), atau gangguan
respirasi (peningkatan atau penurunan work of breathing,
sianosis).
10
2.2.6 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan sepsis dan syok septik:
1) Tatalaksana infeksi
Segera setelah diagnosis ditegakkan penderita harus diberi
antibiotik inisial. Antibiotik yang dipilih harus mempunyai
spektrum luas yang diperkirakan bisa mengatasi bakteri Gram
–positif atau Gram-negatif yang paling sering menyebabkan
sepsis.
Bila telah didapatkan hasil biakan dan uji kepekaan, jenis
antibiotik dapat dirubah atau dipertahankan sesuai dengan
hasil tersebut dan atau dengan respons klinis.
Pada fase inisial antibiotik yang diberikan dapat berupa:
- Ampisilin (200 mg/kgBB/hari/i.v dalam 4 dosis)
dikombinasikan dengan aminoglikosida (garamisin 5-
7 mg/kgBB/hari/i.v atau amikasin 15-20 mg/kgBB
/hari/i.v atau netilmisin 5-6 mg/kgBB/hari/i.v dalam 2
dosis). Catatan: pada keadaan syok septik pemantauan
kadar aminoglikosida harus dilakukan dengan ketat,
mengingat pada syok septik sering disertai dengan
gangguan fungsi ginjal.
- Kombinasi lain adalah ampisilin dengan dosis di atas
dengan sefotaksim 100 mg/kgBB/hari/i.v dalam 3
dosis.
- Kombinasi kedua lebih disukai bila penderita mampu
atau bila tidak tersedia fasilitas pengukuran kdar
aminoglikosida atau bila ditemukan gangguan fungsi
ginjal.
- Bila didapatkan kecurigaan bakteri anaerob sebagai
penyebab, misalnya ditemukan fokus infeksi di
rongga abdomen, di rongga panggul, rongga mulut
11
atau di daerah rektum, maka metronidazol atau
klindamisin dapat diberikan bersama dengan
antibiotik lain untuk kuman enterik Gram-negatif.
2) Memperbaiki perfusi jaringan melalui resusitasi cairan,
koreksi asam basa dan pemberian farmakoterapi
kardiovaskular seperti dopamin dan dobutamin pada keadaan
syok septik.
3) Mempertahankan fungsi respirasi secara efisien, antara lain
dengan pemberian oksigen dan mengusahakan agar jalan
napas tetap terbuka. Pada keadaan shock lung yang biasanya
terjadi didalam 2 hari setelah onset syok, diperlukan peralatan
khusus seperti ventilator.
4) Renal support untuk mencegah gagal ginjal akut.
5) Kortikosteroid
- Manfaat pemberian kortikosteroid pada syok septik
masih kontroversi. Terdapatnya perbedaan dari hasil
penelitian mungkin disebabkan belum seragamnya
terminologi yang dipakai.
- Kortikosteroid dinyatakan bermanfaat bila diberikan
pada stadium dini sepsis, tetapi kortikosteroid harus
diberikan bila ditemukan perdarahan glandula adrenal.
- Kortikosteroid yang diberikan dapat berupa metil
prednisolon 30 mg/kgBB/dosis/i.v atau deksametason
3 mg/kgBB/dosis/i.v
- Dibeberapa pusat kesehatan, kortikosteroid diberikan
pada keadaan syok septik 15-20 menit setelah
didiagnosis dan dapat diulang 4 jam kemudian. Bila
tidak memberi respon obat dihentikan.
12
2.2.7 Prognosis
Angka kematian masih cukup tinggi terutama pada keadaan syok
septik. Pada keadaan ini angka kematian berkisar antara 40-70%, bila telah
disertai dengan gagal organ berganda seperti shock lung, gangguan fungsi
hati atau gagal ginjal kematian dapat mencapai 90-100%.
13
BAB III
STATUS PASIEN DAN FOLLOW-UP
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. FA
Umur : 27 Hari
Berat badan : 2,5 kg
Tinggi badan : 51cm
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan ayah/ibu : Buruh/IRT
Alamat : bumi ayu
Agama : Islam
No. RM : 436351
14
Riwayat persalinan : persalinan normal dibantu oleh bidan
Riwayat pasca lahir : Bayi lahir dengan BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah).
f. Riwayat makanan
Baru lahir – sekarang: ASI
g. Riwayat Imunisasi :
Ibu mengatakan bayi sudah mendapatkan imunisasi hep B 1 dan polio
0.
15
c. Status gizi
Berat badan : 2,5 kg
Tinggi badan :-
Umur : 27 hari
BB/U : < -2 SD s/d -3 SD (Gizi Kurang)
TB/U :-
BB/TB :-
d. Status generalisata :
Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Mata : Cekung (-), sklera ikterik (-), conjungtiva anemis (-), pupil
isokor, refleks cahaya (+/+)
Telinga : Bentuk normal, sekret pada liang telinga (-), darah (-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), napas cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir kering,pucat (-), sianosis (-), Lidah kotor (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Thorax (pulmo) :
Inspeksi : Bentuk dan gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri,
retraksi (+)
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas bronkial (+), rhonki(+/+), Wheezing(-/-)
Thorax (cor)
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba, kuat angkat, thrill tidak ada
Perkusi : paru: sonor
16
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : BU (+) Normal
Palpasi : Distensi (+), Turgor kulit abdomen lambat, hepar tidak
teraba membesar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan tidak ada.
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen
Ekstremitas :
- Superior : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik
- Inferior : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik
- Rontgent
Bronkopneumoniae (+)
V. DIAGNOSIS KERJA
- Bronkopneumoniae + Sepsis
VI. PENATALAKSANAAN
Etiologi Cefotaxim 125 mg/12jam/iv
Gentamicin 12,5 mg/24jam/iv
Dexamethason 1 mg/8jam/iv
Meropenem 50 mg/8 jam/iv
Simptomatik Paracetamol syr 3x ½ cth
Omeprazole 6 mg/24 jam/iv
Nebulizer: ventolin ½ ampul + 2cc Nacl/12jam
17
Suportif D5 ¼ NS 15cc/jam
O2 nasal 1L
VII. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Follow up
Tgl SOAP
Subjek (S) Objek (O) Assesment (A) Planning (P)
2/10/ -Demam (+) KU: tampak sakit berat Bronkopneumonia + - Inj. Cefotaxime
19 -Batuk (+) RR : 80 x/menit Sepsis 125 mg/12 jam
-Sesak napas N : 160x/menit - Inj. Gentamicin
(+) SPO2: 89 % 12,5 mg/24jam
T : 38oc - Inj.
BB: 2,5kg Dexamethasone
Pemeriksaan fisik 1 mg/8 jam
Kepala : CA(-). SI(-), mata - Ivfd D5 ¼ NS
cekung (-), bibir kering (-),napas 15cc/jam
cuping hidung(-) - O2 nasal 1L
Thorak - Paracetamol syr
I: simetris, retraksi (+) 30 mg/8jam.
P: fremitus taktil simetris, ictus - Nebulizer:
cordis kuat angkat ventolin ½
P: sonor pada kedua lapangan ampul + 2cc
paru Nacl/12jam
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+), - Pasang Cpap
wheezing (-/-) FiO2 40% PEEP
Abdomen 7 Flow 7
I: datar - Puasa
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
3/10/ -Demam (+) KU: tampak sakit berat Bronkopneumonia + - Inj. Cefotaxime
19 -Batuk (+) RR : 78x/menit Sepsis 125 mg/12 jam
-Sesak napas N : 130 x/menit - Inj. Gentamicin
(+) T : 37,9oc 12,5 mg/24jam
SP O2:90% - Inj.
18
Dexamethasone
Pemeriksaan fisik 1 mg/8 jam
Kepala : CA(-). SI(-), mata - Ivfd D5 ¼ NS
cekung (-), bibir kering (-),napas 15cc/jam
cuping hidung(-) - O2 nasal 1L
Thorak - Paracetamol syr
I: simetris, retraksi (+) 30 mg/8jam.
P: fremitus taktil simetris, ictus - Nebulizer:
cordis kuat angkat ventolin ½
P: sonor pada kedua lapangan ampul + 2cc
paru Nacl/12jam
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+), - Pasang Cpap
wheezing (-/-) FiO2 40% PEEP
Abdomen 7 Flow 7
I: datar - puasa
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat CRT
<2’
4/10/ -Demam (-) KU: tampak sakit berat Bronkopneumonia + - Inj. Cefotaxime
19 -Batuk RR : 75x/menit Sepsis 125 mg/12 jam
berkurang N : 131 x/menit - Inj. Gentamicin
-Sesak napas T : 36,8oc 12,5 mg/24jam
(+) SP O2:90% - Inj.
Dexamethasone
Pemeriksaan fisik 1 mg/8 jam
Kepala : CA(-). SI(-), mata - Ivfd D5 ¼ NS
cekung (-), bibir kering (-),napas 15cc/jam
cuping hidung(-) - O2 nasal 1L
Thorak - Paracetamol syr
I: simetris, retraksi (+) 30 mg/8jam.
P: fremitus taktil simetris, ictus - Nebulizer:
cordis kuat angkat ventolin ½
P: sonor pada kedua lapangan ampul + 2cc
paru Nacl/12jam
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+), - Pasang Cpap
wheezing (-/-) FiO2 40% PEEP
Abdomen 7 Flow 7
I: datar - puasa
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat CRT
<2’
5/10/ -Batuk KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Cefotaxime
19
19 berkurang RR : 69x/menit Sepsis 125 mg/12 jam
-sesak N : 148 x/menit - Inj. Gentamicin
berkurang T : 36,2oc 12,5 mg/24jam
-demam (-) - Inj.
SP O2:95% Dexamethasone
1 mg/8 jam
Pemeriksaan fisik - Ivfd D5 ¼ NS
Kepala : CA(-). SI(-), mata 15cc/jam
cekung (-), bibir kering (-),napas - O2 nasal 1L
cuping hidung(-) - Paracetamol syr
Thorak 30 mg/8jam.
I: simetris, retraksi (+) - Nebulizer:
P: fremitus taktil simetris, ictus ventolin ½
cordis kuat angkat ampul + 2cc
P: sonor pada kedua lapangan Nacl/12jam
paru - Pasang Cpap
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+), FiO2 40% PEEP
wheezing (-/-) 7 Flow 7
Abdomen - Puasa
I: datar
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:
- Hemoglobin: 13,4 gr/dL
- Leukosit: 30.400
- Hematokrit: 39%
- Trombosit: 284.000
6/10/ -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
19 -Batuk (-) RR : 59x/menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas(- N : 157 x/menit (iv)/8 jam
) T : 36,5oc - Inj.
SP O2:96% Dexamethasone
1 mg/8 jam
Pemeriksaan fisik - Ivfd D5 ¼ NS
Kepala : CA(-). SI(-), mata 15cc/jam
cekung (-), bibir kering (-),napas - Paracetamol syr
cuping hidung(-) 30 mg/8jam.
Thorak - Nebulizer:
I: simetris, retraksi (+) ventolin ½
P: fremitus taktil simetris, ictus ampul + 2cc
cordis kuat angkat Nacl/12jam
20
P: sonor pada kedua lapangan - Puasa
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
7/10/ -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
19 -Batuk (-) RR : 50x/menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 157 x/menit (iv)/8 jam
) T : 36,5oc - Inj.
SP O2:97% Dexamethasone
1 mg/8 jam
Pemeriksaan fisik - Ivfd D5 ¼ NS
Kepala : CA(-). SI(-), mata 15cc/jam
cekung (-), bibir kering (-),napas - Paracetamol syr
cuping hidung(-) 30 mg/8jam.
Thorak - Nebulizer:
I: simetris, retraksi (+) ventolin ½
P: fremitus taktil simetris, ictus ampul + 2cc
cordis kuat angkat Nacl/12jam
P: sonor pada kedua lapangan - Puasa
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:
- Hemoglobin: 16,2 gr/dL
- Leukosit: 28.200
- Hematokrit: 52%
- Trombosit: 188.000
8/10/ -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
19 -Batuk (-) RR : 47x/menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 144 x/menit (iv)/8 jam
21
) T : 37,0oc - Inj.
SP O2:95% Dexamethasone
1 mg/8 jam
Pemeriksaan fisik - Ivfd D5 ¼ NS
Kepala : CA(-). SI(-), mata 15cc/jam
cekung (-), bibir kering (-),napas - Paracetamol syr
cuping hidung(-) 30 mg/8jam.
Thorak - Nebulizer:
I: simetris, retraksi (+) ventolin ½
P: fremitus taktil simetris, ictus ampul + 2cc
cordis kuat angkat Nacl/12jam
P: sonor pada kedua lapangan - Diit ASI/PASI
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
9/10/ -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
19 -Batuk (-) RR : 47x/menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 136 x/menit (iv)/8 jam
) T : 36,3oc - Inj.
SP O2:97% Dexamethasone
1 mg/8 jam
Pemeriksaan fisik - Ivfd D5 ¼ NS
Kepala : CA(-). SI(-), mata 15cc/jam
cekung (-), bibir kering (-),napas - Paracetamol syr
cuping hidung(-) 30 mg/8jam.
Thorak - Nebulizer:
I: simetris, retraksi (+) ventolin ½
P: fremitus taktil simetris, ictus ampul + 2cc
cordis kuat angkat Nacl/12 jam
P: sonor pada kedua lapangan - Diit ASI/PASI
paru 5-10 cc/3 jam
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
22
CRT <2’
10/10 -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
/19 -Batuk (-) RR : 48x/menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 142 x/menit (iv)/8 jam
) T : 37,0oc - Inj.
SP O2:95% Dexamethasone
1 mg/8 jam
Pemeriksaan fisik - Ivfd D5 ¼ NS
Kepala : CA(-). SI(-), mata 15cc/jam
cekung (-), bibir kering (-),napas - Nebulizer:
cuping hidung(-) ventolin ½
Thorak ampul + 2cc
I: simetris, retraksi (+) Nacl/12 jam
P: fremitus taktil simetris, ictus - Diit ASI/PASI
cordis kuat angkat 5-10 cc/3 jam
P: sonor pada kedua lapangan
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:
- Hemoglobin: 12,8 gr/dL
- Leukosit: 18.600
- Hematokrit: 40%
- Trombosit: 254.000
11/10 -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
/19 -Batuk (-) RR : 41x /menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 140 x/menit (iv)/8 jam
) T : 37,0oc - Inj.
SP O2:95% Dexamethasone
1 mg/8 jam
Pemeriksaan fisik - Ivfd D5 ¼ NS
Kepala : CA(-). SI(-), mata 15cc/jam
cekung (-), bibir kering (-),napas - Nebulizer:
cuping hidung(-) ventolin ½
Thorak ampul + 2cc
I: simetris, retraksi (+) Nacl/12 jam
23
P: fremitus taktil simetris, ictus Diit ASI/PASI
cordis kuat angkat 10 cc/3 jam
P: sonor pada kedua lapangan
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
12/10 -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
/19 -Batuk (-) RR : 41x /menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 128 x/menit (iv)/8 jam
) T : 37,0oc - Inj.
SP O2:97% Dexamethasone
1 mg/8 jam
Pemeriksaan fisik - Ivfd D5 ¼ NS
Kepala : CA(-). SI(-), mata 15cc/jam
cekung (-), bibir kering (-),napas - Nebulizer:
cuping hidung(-) ventolin ½
Thorak ampul + 2cc
I: simetris, retraksi (+) Nacl/12 jam
P: fremitus taktil simetris, ictus - Diit ASI/PASI
cordis kuat angkat 10 cc/3 jam
P: sonor pada kedua lapangan
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
13/10 -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
/19 -Batuk (-) RR : 48x /menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 126 x/menit (iv)/8 jam
) T : 37,0oc - Inj.
SP O2:97% Dexamethasone
1 mg/8 jam
Pemeriksaan fisik - Ivfd D5 ¼ NS
Kepala : CA(-). SI(-), mata 15cc/jam
24
cekung (-), bibir kering (-),napas - Nebulizer:
cuping hidung(-) ventolin ½
Thorak ampul + 2cc
I: simetris, retraksi (+) Nacl/12 jam
P: fremitus taktil simetris, ictus - Diit ASI/PASI
cordis kuat angkat 10 cc/3 jam
P: sonor pada kedua lapangan
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
14/10 -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
/19 -Batuk (-) RR : 40x /menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 128 x/menit (iv)/8 jam
) T : 36,6oc - Inj.
SP O2:98% Dexamethasone
1 mg/8 jam
Pemeriksaan fisik - Ivfd D5 ¼ NS
Kepala : CA(-). SI(-), mata 15cc/jam
cekung (-), bibir kering (-),napas - Nebulizer:
cuping hidung(-) ventolin ½
Thorak ampul + 2cc
I: simetris, retraksi (+) Nacl/12 jam
P: fremitus taktil simetris, ictus - Diit ASI/PASI
cordis kuat angkat 15 cc/3 jam
P: sonor pada kedua lapangan
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
15/10 -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
/19 -Batuk (-) RR : 46x /menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 144 x/menit (iv)/8 jam
) T : 36,5oc - Ivfd D5 ¼ NS
25
-Muntah setiap SP O2:98% 15cc/jam
kali diberi ASI - Nebulizer:
(+) Pemeriksaan fisik ventolin ½
- kembung (+) Kepala : CA(-). SI(-), mata ampul + 2cc
cekung (-), bibir kering (-),napas Nacl/12 jam
cuping hidung(-) - Diit ASI/PASI
Thorak 15 cc/3 jam
I: simetris, retraksi (+) - Inj. Omeprazole
P: fremitus taktil simetris, ictus 6 mg/24 jam
cordis kuat angkat (iv)
P: sonor pada kedua lapangan
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: distensi, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
16/10 -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
/19 -Batuk (-) RR : 44x /menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 130x/menit (iv)/8 jam
) T : 36,4oc - Ivfd D5 ¼ NS
-Muntah setiap SP O2:98% 15cc/jam
kali diberi ASI - Nebulizer:
(-) Pemeriksaan fisik ventolin ½
- kembung (+) Kepala : CA(-). SI(-), mata ampul + 2cc
cekung (-), bibir kering (-),napas Nacl/12 jam
cuping hidung(-) - Diit ASI/PASI
Thorak 15 cc/3 jam
I: simetris, retraksi (+) - Inj. Omeprazole
P: fremitus taktil simetris, ictus 6 mg/24 jam
cordis kuat angkat (iv)
P: sonor pada kedua lapangan
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: distensi, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
26
17/11 -Demam (-) KU: tampak sakit sedang Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
/19 -Batuk (-) RR : 46x /menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 138x/menit (iv)/8 jam
) T : 37,1oc - Ivfd D5 ¼ NS
-Muntah setiap SP O2:98% 15cc/jam
kali diberi ASI - Nebulizer:
(-) Pemeriksaan fisik ventolin ½
- kembung (-) Kepala : CA(-). SI(-), mata ampul + 2cc
cekung (-), bibir kering (-),napas Nacl/12 jam
cuping hidung(-) - Diit ASI/PASI
Thorak 15 cc/3 jam
I: simetris, retraksi (+) - Inj. Omeprazole
P: fremitus taktil simetris, ictus 6 mg/24 jam
cordis kuat angkat (iv)
P: sonor pada kedua lapangan
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
18/11 -Demam (-) KU: baik Bronkopneumonia + - Inj. Meropenem
/19 -Batuk (-) RR : 46x /menit Sepsis 50 mg amp
-Sesak napas (- N : 138x/menit (iv)/8 jam
) T : 36,8oc - Inj. Omeprazole
-Muntah setiap SP O2:98% 6 mg/24 jam
kali diberi ASI (iv)
(-) Pemeriksaan fisik - Ivfd D5 ¼ NS
- kembung (-) Kepala : CA(-). SI(-), mata 15cc/jam
cekung (-), bibir kering (-),napas - Nebulizer:
cuping hidung(-) ventolin ½
Thorak ampul + 2cc
I: simetris, retraksi (-) Nacl/12 jam
P: fremitus taktil simetris, ictus - Diit ASI/PASI
cordis kuat angkat 15 cc/3 jam
P: sonor pada kedua lapangan
paru
A :Vesikuler (+), Rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen
I: datar
A: BU (+) normal
27
P: supel, H/L tidak teraba,
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat
CRT <2’
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:
- Hemoglobin: 12,4 gr/dL
- Leukosit: 10.600
- Hematokrit: 42%
- Trombosit: 247.000
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang bayi perempuan usia 27 hari datang ke RSUD Dumai pada tanggan
1 Oktober dengan keluhan demam tinggi sejak 4 hari yang lalu. Demam timbul
mendadak dan terus menerus. Selain demam pasien juga mengeluhkan batuk
berdahak sejak 4 hari yang lalu. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien terlihat
membiru jika batuk. Riwayat muntah disangkal, dan mencret disangkal. Ibu
pasien mengatakan bahwa pasien menjadi rewel dan susah tidur. Nafsu makan
pasien juga berkurang. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah berobat namun
tidak kunjung sembuh. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien sakit berat. Nadi
teraba 172x/menit, pernafasan 75x/menit, suhu 38,5˚C dan akral teraba hangat.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya leukositosis. Penatalaksanaa pada
pasien ini diberikan O2 nasal 1L, cairan infus D5 ¼ NS 15cc/jam, Cefotaxim 125
mg/12jam/iv, Gentamicin 12,5 mg/24jam/iv, Dexamethason 1 mg/8jam/iv,
Paracetamol syr 30 mg/8jam, Nebulizer: ventolin ½ ampul + 2cc Nacl/12jam dan
Pasang Cpap FiO2 40% PEEP 7 Flow 7. Kemudian pemberian cefotaxim dan
gentamicin diberhentikan pada hari ke 4 perawatan dan terapi diganti dengan
Meropenem 50 mg/8 jam/iv. Dan pada hari ke 13 perawatan terapi ditambah
dengan Omeprzole 6 mg/24 jam/iv. Prognosis pasien ini buruk bila tidak ditangani
secara cepat.
29
BAB V
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
31