Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep komunikasi menejerial


1. Konsep Komunikasi
Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebuah
rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa yang
kongkret, yaitu satu istilah dapat mengandung dua pengertian yang
berbeda. Sedangkan komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami.
Dalam konsep komunikasi, seorang komunikator disini berperan
sangat penting, karena seorang komunikator itu harus mempunyai
kemampuan komunikasi yang baik supaya seorang komunikan dapat
menangkap pesan secara cepat dan tepat. Selain itu, seorang
komunikator yang handal adalah komunikator yang mempunyai
banyak pengetahuan. Dalam hal ini, adalah pengetahuan tentang pesan
yang ia sampaikan. Disini, bukan berarti seorang komunikator adalah
orang yang harus tau segalanya, tapi mengerti dan faham tentang apa-
apa yang sudah ia sampaikan kepada komunikan.
Media yang dipakai sebagai sarana menyampaikan pesan pun
harus disesuaikan. Karena itu, seorang komunikator yang handal harus
dapat memahami karakteristik media komunikasi. Sehingga, pada
akhirnya dapat memilih media apa yang tepat dan sesuai dengan
karakter pesan maupun karakter khalayaknya.
Pada akhirnya, konsep komunikasi adalah suatu proses
perencanaan atau suatu strategi yang dilakukan dalam proses
komunikasi. Dalam hal ini adalah proses penyampaian pesannya dan
jenis jenis penyampaian pesan dalam proses komunikasi itu sendiri.

3
4

2. Konsep Komunikasi Manajerial


Pada pengertiannya komunikasi manajerial adalah proses timbal
balik (resiprokal) pertukaran sinyal untuk memberi informasi,
membujuk atau memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan
dikondisikan oleh konteks hubungan para para komunikator dan
konteks sosialnya (Cutlip, 2007).
Komunikasi manajerial termasuk subdisiplin ilmu dari
manajemen, menurut Kaye (1994), kelahiran subdisiplin komunikasi
manajerial tidak terlepas dari adanya tuntutan untuk lebih
membumikan ilmu komunikasi di tataran dunia nyata. Komunikasi
manajerial lahir karena adanya tuntutan umtuk menjembatani antara
teoritisi komunikasi dengan praktisi komunikasi. Para teoritisi
menghadapai keterbatasan dalam mengaplikasikan pengetahuan yang
dimilkinya. Sementara para praktisi komunikasi mengalami
keterbatasan pada rujukan teoritis atau ilmu komunikasi.
Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli
Michael kaye (1994), Communication management is how
people manage their communication processes through construing
meanings about their relationships with others in various setting. They
are managing their communication and actions in a large of
relationship–some personal some professional. Bagaimana orang-
orang mengelola proses komunikasi dalam hubungannya dengan
orang lain dalam setting atau konteks komunikasi.
Menurut Parag Diwan (1999), Komunikasi manajerial adalah
proses penggunaan berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu
melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Menurut Antar Venus, Komunikasi manajerial adalah proses
pengelolaan sumber daya komunikasi yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas dan efektivitas pertukaran pesan yang terjadi
5

dalam berbagai konteks komunikasi. Konteks komunikasi yang


dimaksud disini berarti tataran komunikasi individual, interpersonal,
organisasional, governmental, sosial, atau bahkan internasional.

3. Konsep Komunikasi Manajerial Kelompok dan Keluarga


Perawat secara rutin bekerja tidak hanya dengan pasien tetapi
juga keluarganya. Sebagian besar orang merupakan bagian dari suatu
keluarga, dan mengeksplorasi komunikasi dengan keluarga mencakup
bekerja dalam sistem keluarga (Northouse, 1980). Hubungan di dalam
keluarga mempengaruhi komunikasi dan adaptasi pasien terhadap
perubahan kesehatan. Selain itu, anggota keluarga seringkali
merupakan pemberi perawatan bagi pasien yang sakit, menciptakan
masalah komunikasi lain antara pasien atau keluarga dengan penyedia
asuhan kesehatan.
Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan seringkali
merupakan isu keluarga Pola makan sehat, pola olahraga, dan bahkan
merokok merupakan contoh perilaku yang dipengaruhi kuat oleh
keluarga. Perawat dapat memasukkan pengetahuan ini ke dalam
pengajaran bagi mereka, tidak hanya saat bekerja dengan anak-anak,
tetapi juga saat berbicara dengan orang dewasa mengenai itengubah
perilaku (Wright & Leahey, 2005) Contohnya, saat bekerja dengan
pasien dengan herat badan berlebih dan tekanan darah tinggi serta
diabetes, perawat melibatkan keluarga dalam pengajarannya mengenai
pola makan sehat. kepatuhan terhadap pengobatan dan pemeriksaan
glukosa darah, dan olahraga rutin dengan memahami bahwa perilaku
keluarga mempengaruhi hasil akhir pasien. Mengenali penganuh
anggota keluarga terhadap adaptasi dan kesehatan pasien merupakan
bagian penting proses keperawatan.
6

4. Konsep Komunikasi Manajerial Keperawatan


a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman
tenteng siapa yang akan kena dampak dari pengambilan keputusan
yang telah dibuat.
b. Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat.
Nursalam (2001) mengemukakan prinsip komunikasi seorang
perawat profesional adalah CARE: Complete, Acurte, Rapid,
English. Artinya setiap melakukan komunikasi (lisan atau tulisan)
dengan teman sejawat atau profesi kesehatan lain harus memenuhi
ketiga unsur diatas. Profil perawat masa depan yang terpenting
adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa
inggris.
1) Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasidapat
diterima secara akurat, salah satu caranya bertanya atau
mengulangi pesan yang telah disampaikan.
2) Menjadi pendengar yang baik, menerima semua informasi yang
disampaikan orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan
ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.

B. Komunikasi menejarial kelompok dan Keluarga


1. Pengertian Keluarga dan Kelompok
Lestari (2012) menjelaskan pengertian keluarga ditinjau dari tiga
sudut pandang, yaitu keluarga secara struktural, fungsional, dan
transaksional. Pengertian keluarga secara struktural didasarkan pada
kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua,
anak, dan kerabat lainnya. Definisi ini memfokuskan pada siapa yang
menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif ini, dijelaskan bahwa
keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of
procreation), sebaga asal usul (families of origin), dan keluarga batih
(extended family).
7

Pengertian keluarga secara fungsional menekankan pada


terpenuhinya tugastugas dan fungsi-fungsi psikososial meliputi
perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, serta
pemenuhan peran-peran tertentu. Pengertian keluarga secara
transaksional menekankan bahwa keluarga sebagai kelompok yang
mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang
memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity), berupa
ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan.
Pengertian kelompok, menurut De Vito (1997), adalah
sekumpulan individu yang cukup kecil untuk berkomunikasi dengan
relatif mudah, yaitu para anggota saling berhubungan satu sama lain
dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi
atau struktur di antara mereka. Kelompok mengembangkan norma-
norma atau peraturan yang mengidentifikasi apa yang dianggap
sebagai perilaku yang diinginkan bagi semua anggotanya.

2. Karakteristik Keluarga dan Kelompok


Karakteristik dan ciri-ciri suatu lembaga disebut sebagai
keluarga sebagai berikut.
a. Hubungan batiniah melalui perkawinan.
b. Lembaga keluarga dibentuk secara disengaja dengan tujuan
tertentu.
c. Memiliki garis keturunan sesuai dengan norma yang berlaku.
d. Memiliki fungsi ekonomi dalam rangka mencapai kebutuhannya.
e. Memiliki fungsi reproduksi untuk melanjutkan keturunan dan
membesarkan anak.
f. Mempunyai tempat tinggal bersama sebagai tempat berkumpulnya
anggota keluarga.
Karakteristik kelompok sebagai berikut.
a. Terdiri atas dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik.
8

b. Masing-masing anggota mempunyai pengaruh satu sama lain


supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok.
c. Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga
anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.
d. Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau
minat yang sama.
e. Individu yang tergabung dalam kelompok saling mengenal satu
sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan
anggota kelompoknya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
unit sosial (masyarakat) terkecil yang mempunyai perbedaan nyata
dengan organisasi sosial yang lain dan mempunyai arti yang lebih
mendalam. Keluarga di masyarakat merupakan satu kesatuan anggota
yang hidup bersama dan berkelompok yang didasarkan pada
hubungan persaudaraan atau hubungan darah. Keberhasilan dalam
keluarga atau kelompok sangat ditentukan dari pola komunikasi dan
interaksi yang terjalin di antara mereka.
Berdasarkan pemahaman ini, diketahui bahwa komunikasi
adalah hal yang penting untuk mencapai tujuan bersama. Dapat
disimpulkan bahwa komunikasi keluarga atau masyarakat adalah
proses penyampaian ide atau pernyataan dalam lingkup masyarakat
(keluarga atau kelompok) yang hidup bersama dalam satu komunitas
yang teratur.

3. Fungsi Komunikasi dalam Keluarga dan Kelompok


Berdasarkan pengertian dan karakteristik keluarga dan
kelompok, merujuk dari DeVeto (1997), dapat dijelaskan fungsi
komunikasi dalam keluarga atau kelompok sebagai berikut:
a. Pengembangan diri anggota dan kelompok,
b. Penyelesaian masalah,
c. Pengambilan keputusan,
9

d. Pencapaian tujuan keluarga/kelompok,


e. Sarana belajar.

4. Penerapan Strategi Komunikasi Komunikasi Terapeutik pada


Keluarga dan Kelompok
Melakukan komunikasi dalam keluarga atau kelompok tidaklah
mudah. Komunikator harus mempunyai cara-cara strategis sebagai
upaya agar tujuan komunikasi tercapai. Berikut upaya meningkatkan
komunikasi dalam keluarga atau kelompok.
a. Saling memahami antaranggota kelompok agar dapat diketahui
komunikasi seperti apa yang harus ia lakukan demi lancarnya
komunikasi tersebut.
b. Pemimpin kelompok dapat mengatur dengan baik setiap anggota
kelompok agar proses komunikasi antaranggota kelompok dapat
berkembang dengan baik.
c. Berkomunikasi yang jelas, sopan, dan sesuai etika yang berlaku
agar tidak terjadi salah paham dan saling menyinggung antara
anggota kelompok.
d. Saling menghargai anggota kelompok lain.
e. Jangan menyela pembicaraan orang lain.
f. Selalu memperhatikan orang yang mengajak bicara.
g. Berikan respons yang baik, mendukung, dan tidak menyinggung
ketika ada yang mengajak bicara.

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi Kelompok


a. Ukuran kelompok: kelompok yang efektif mempunyai jumlah
anggota yang tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar.
b. Tujuan kelompok: tujuan yang telah disepakati bersama akan
mudah dicapai karena semua anggota mempunyai tujuan yang
sama. Satukan tujuan dalam kelompok, minimalkan sifat
10

individualisme yang dapat mengganggu pencapaian tujuan


bersama.
c. Kohesivitas anggota kelompok adalah penting karena menunjukkan
kekuatan dan kekompakan kelompok untuk mencapai tujuan
bersama.
d. Jaringan komunikasi (networking) diperlukan untuk mendapatkan
e. Peluang dalam mencapai tujuan bersama.
f. Kepemimpinan kelompok diperlukan pemimpin yang bisa
mengayomi
g. Seluruh anggota, tidak berpihak, dan akomodatif sehingga bisa
h. Meningkatkan kohesivitas kelompok.

6. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni untuk membantu
masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal, yaitu
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual.
Ini bukan sekadar pengubahan gaya hidup, tetapi berkaitan dengan
pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung
dalam membuat keputusan yang sehat. Pengubahan gaya hidup dapat
difasilitasi melalui penggabungan dari penciptaan lingkungan yang
mendukung, mengubah perilaku, dan meningkatkan kesadaran.
Promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO,
1984). Sementara itu, dalam Piagam Ottawa (1986) dijelaskan bahwa
promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
orang dalam mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya.
Kegiatan ini dilakukan untuk mencapai keadaan sehat sehingga
diharapkan setiap orang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi
kebutuhan, dan mengubah atau mengendalikan lingkungan.
Bentuk promosi kesehatan dapat dilakukan melalui pendidikan
11

kesehatan, pencegahan penyakit, dan perlindungan kesehatan. Untuk


melakukan ini, pemahaman komunikasi dan strategi komunikasi
dalam kelompok perlu dikuasai perawat agar dapat mencapai hasil
yang maksimal. Membina hubungan saling percaya adalah hal yang
esensial agar tujuan promosi kesehatan dapat mencapai hail yang
optimal.

7. Komunikasi kelompok beda usia


Berkomunikasi dengan kelompok usia yang berbeda
memerlukan teknik khusus dan pemahaman mengenal perkembangan
manusia. Walaupun buku ini membahas terutams mengenal
berkomunikasi dengan pasien dewasa, perawat seringkali memiliki
pasien dengan usia yang berbeda-beda yang memerlukan pendekatan
yang berbeda untuk penilalan dan penanganan. Walaupun keseluruhan
buku dicurahkan untuk berbicara dengan pasien pediatri atau geriatri,
bab ini membahas konsep dasar berkomunikasi dengan pasien dari
usia yang berbeda-beda.
Anak-anak mengembangkan keterampilan komunikasi dan
membentuk hubungan bergantung pada tahap perkembangannya.
Seorang teoretikus, Erik Erikson mengkategorikan tahap-tahap
perkembangan (lihat Bab 2). Teoretikus lain, lean Piaget (1972),
menguji perkembangan kognitif bayi dan anak-anak. Piaget melihat
pertumbuhan intelektual sebagai hasil interaksi antara anak dan
lingkungan. la mengeluarkan teori bahwa perkembangan kognitif
terdiri dari empat tahap:
a. Tahap Sensorimotorik, bayi hingga usia 24 bulan: Bayi
menggunakan indra dan aktivitas motorik untuk menyelesaikan
masalah dengan lingkungan dan mendapat kontrol motorik saat
belajar mengenai lingkungan fisik.
b. Tahap Praoperasional, usia 2 hingga 7 tahun: Analk-anak pada
tahap ini mengembang kan keterampilan verbal. Suatu subtahapan.
12

yaitu prakonseptual. menjelaskan bahwa anak-anak mulai


menggunakan kata-kata sebagai simbol. Pada subtahapan
selanjutnya, yaitu intuitif, anak-anak makin banyak menggunakan
simbol tetap pemikirannya sangat konkret. Tahap ini bercirikan
egosentrisme; contohnya, anak tidak mampu mengambil sudut
pandang orang lain Pada skema Erikson, tujuan tahap ini adalah
untuk mengembangkan rasa inisiatif melalui mencoba tindakan dan
ide baru.
c. Tahap Operasional Konkret, usia 7 hingga 12 tahun: Pada tahap ini
anak-anak berhadapan dengan konsep yang lebih abstrak, seperti
matematika dan hubungan kooperatif.
d. Tahap Operasional Formal, usia 12 hingga 15 tahun: Remaja muda
pada tahap inl mengembangkan pemikiran logis dan kemampuan
untuk berpikir mengenal kemungkinan dan tidak hanya kenyataan.
Remaja juga mengembangkan perilaku tertentu, seperti intoleransi
dan introspeksi.
Terlihat jelas dari tahap-tahap dasar perkembangan anak
tersebut bahwa komunikasi di lokasi asuhan kesehatan perlu
disesuaikan dengan usia. Orangtua merupakan sumber informasi yang
baik mengenai anak-anak-kepribadian, ketakutan, dan kebutuhannya
Mereka dapat memberikan petunjuk bagi anak yang lebih muda,
seperti kata-kata yang biasanya digunakan untuk ke kamar mandi
Orangtua juga merupakan penyedia asuhan terbaik bagi bayi dan
batita dan dapat memberikan bantuan yang tak ternila bagi perawat
selama intervensi Berikut ini beberapa strategi sesuai-usia dalam
berkomunikasi dengan kelompon usia yang berbeda.
a. Bayi (lahir sampai 12 bulan)
- Usahakan memenuhi kebutuhan bayi secepat mungkin.
- Gunakan komunikasi nonverbal: mengelus, menyentuh,
menggenggam. dan gerakan (seperti mengayun-ayun) untuk
memberikan kenyamanan dan menenangkan bayi.
13

- Berbicaralah dengan lembut dan sering tersenyunm karena bayi


memberi respons terbaik pada suara nadatinggi, yang lembut.
- Usahakan mempertahankan rutinitas normal bayi, seperti jam
makan dan jadwal tidur
- Pertahankan agar orangtua berada dekat sehingga bayi dapat
melihat mereka terutama bagi bayi berusia 9 sampai 18 bulan
saat "kecemasan terhadap orang asing" seringkali menjadi
masalah.
- Libatkan orangtua dalam menenangkan bayi. serta saat memberi
makan, menggant baju, dan memandikan.
- Berkomunikasilah dengan bermain (cilukba, mainan berbunyi)
jika bayi menerima.
- Hindari stimulasi berlebihan saat bayi dalam distres fisik atau
menarik diri. Batita (usia 1 sampai 2 tahun)
- Panggil anak sesuai nama yang digunakan anak tersebut bagi
dirinva.
- Pelajari dan gunakan kata-kata yang dipakai anak untuk ke
kamar mandi, makan dan mandi .
- Gunakan pesan yang pendek dan jelas
- Izinkan mobilitas, duduk. atau berjalan, terutama setelah
prosedur.
- Tawarkan pilihan untuk mengizinkan anak memiliki kontrol dan
kemandirian.
- Ingatlah bahwa perilaku protes (seperti perilaku tantrum (atau
mengamuk) dapat digunakan untuk mengatasi tekana.
- Izinkan anak untuk menggunakan benda yang dikenalnya,
seperti selimut atau boneka, untuk membuatnya merasa aman,
terutama selama situasi yang menekan
- persiapkan batita untuk saat yang menyakitkan sebelum terjadi,
dan dukung. serta tenangkan setelahnya.
14

- Kenali langkah mundur dan kecemasan perpisahan sebagai


respons normal batita terhadap situasi yang menekan.
b. Prasekolah (usia 3 sampai 5 tahun)
- Gunakan kata-kata yang sederhana dan kalimat pendek karena
anak prasekolah memiliki rentang perhatian yang pendek.
- . Bicaralah dalam suara yang lembut, bernada rendah.
- Pertahankan sejumlah kontak mata jika dapat diterima oleh anak
tersebut
- Pandanglah kecemasan akan perpisahan, langkah mundur,
permainan khayalan dan proyeksi sebagai respons umum anak
prasekolah terhadap tekanan.
- Jelaskan intervensi menggunakan permainan terapi atau
imajinasi: "Boneka akan merasakan cairan dingin di tungkainya.
- Berikan pilihan misalnya, "Kamu mau sereal atau orak-arik telur
untuk sarapan .
- Izinkan anak menggambar apa yang ada dipikirannya
c. Usia sekolah (usia 6 sampai 12 tahun)
- Gunakan beberapa kosa kata anak dalam penjelasan.
- Buatlah gambar untuk mendemonstrasikan anatomi dan
prosedur.
- Libatkan anak dalam diskusi mengenai asuhannya.
- Hargai privasi anak Mungkin terdapat topik yang tidak ingin ia
diskusikan saat ini.
- Gunakan percakapan orang-ketiga untuk mempercepat
komunikasi ("Beberapa anak tidak suka untuk..
- Nilailah persepsi anak mengenai situasi sebelum memulai
penjelasan Remaja.
d. Remaja (usia 13 sampai 18 tahun)
- Luangkan waktu untuk menciptakan hubungan dengan
mendengarkan dan tetap tidak menghakimi
- Yakinkan remaja akan kerahasiaan, dalam batas tertentu.
15

- Izinkan remaja untuk berpartisipasi dalam keputusan mengenai


asuhannya. metigganakan istilah konkret dan abstrak,
mendukung mereka untiuk bertanggung jawab akan tubuhnya
- Gunakan istilah anatomi yang benar mengenal kondisi dan
pemeriksaan.
- Hindari gaya otoriter, izinkan remaja berbicara.
- Hargai privasi remaja, lzinkan privasi fisik dan kesopanan
- Pandanglah setiap remaja sebagai individu yang unik tanpa
memperhitungkan pakaian atau penampilannya.
- Dukunglah tetapl jangan pernah memaksa remaja untuk
mengungkapkan masalah Akesehatannya kepada keluarga.
Evaluasilabh perlunya mengungkapkan jika remaja berada
dalam bahaya mendesak.

e. Dewasa Usia Laniut


- Kenali bahwa mungkin terdapat perbedaan antargenerasi antara
pasien dan perawat: hargai sudut pandang pasien.
- Dengarkan narasi riwayat pasien, sesuai ketersediaan waktu Hal
ini akan meng gambarkan pengalaman, kepribadian, kekuatan,
dan tantangan pasien tersebut.
- Hindari istilah teknis berlebihan dengan menilal pemahaman
pasien da mengulang kemball penjelasan istilah medis dan
intervensi sesual tinglas pemahaman pasien Hindari nama yang
merendahkan seperti " Nenek dan "Sayang Selalu mhule secara
formal (Tn., Ny, atau Nn.) dan kernudian tanya pasien dengan
nama ap ia lebih suka dipanggil.
- Sadari bahwa beberapa orang dewasa mungkin menggunakan
nada merendahkan terhadap perawat yang lebih muda.
Hargailah tetapi tunjukkan pengetahuan Anda yang luas,
menegaskan latihan dan keahlian Anda.
16

- Luangkan waktu lebih untuki mengajarkan mengenai


pemeriksaan atau pem bedahan dan pengobatan. Lakukan
dengan kecepatan yang lebih lambat dan nilal ulang
pemahamannya secara berkala.
- Berikan pasien kesempatan untuk membuat keputusan secara
mandiri, sesual kebutuhan.

8. Komunikasi dengan Keluarga


Perawat secara rutin bekerja tidak hanya dengan pasien tetapi
juga keluarganya. Sebagian besar orang merupakan bagian dari suatu
keluarga, dan mengeksplorasi komunikasi dengan keluarga mencakup
bekerja dalam sistem keluarga (Northouse, 1980). Hubungan di dalam
keluarga mempengaruhi komunikasi dan adaptasi pasien terhadap
perubahan kesehatan. Selain itu, anggota keluarga seringkali
merupakan pemberi perawatan bag pasien yang sakit, menciptakan
masalah komunikasi lain antara pasien/keluarga dengan penyedia
asuhan kesehatan.
Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan seringkali
merupakan isu keluarga Pola makan sehat, pola olahraga, dan bahkan
merokok merupakan contoh perilaku yang dipengaruhi kuat oleh
keluarga. Perawat dapat memasukkan pengetahuan ini ke dalam
pengajaran bagi mereka, tidak hanya saat bekerja dengan anak-anak,
tetapi juga saat berbicara dengan orang dewasa mengenai itengubah
perilaku (Wright & Leahey, 2005) Contolnya, saat bekerja dengan
pasien dengan herat badan berlebih dan tekanan darah tinggi serta
diabetes, perawat melibatkan keluarga dalam pengajarannya mengenai
pola makan sehat. kepatuhan terhadap pengobatan dan pemeriksaan
glukosa darah, dan olahraga rutin dengan memahami bahwa perilaku
keluarga mempengaruhi hasil akhir pasien. Mengenali penganuh
anggota keluarga terhadap adaptasi dan kesehatan pasien merupakcan
bagian penting proses keperawatan.
17

C. Komunikasi Kesehatan Masyarakat


Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber ke
penerima melalui saluran atau media. Sehingga terbentuk interaksi dalam
masyarakat yang membentuk suatu sistem sosial. Interaksi yang terjadi
dalam masyarakat melibatkan berbagai aspek misalnya pendidikan,
kebudayaan, keagamaan, kesehatan dan lain-lain. Aspek yang akan dibahas
di makalah ini adalah aspek kesehatan. Hal Hal yang perlu diperhatikan
dalam komunikasi pada masyarakat
a. Setiap orang memiliki potensi komunikasi
Dalam bidang kesehatan, petugas kesehatan harus paham dengan
apa yang dilakukan masyarakat, karena mereka memiliki body language.
Misalnya, disaat menyampaikan informasi kesehatan, seorang tenaga
kesehatan harus dapat melihat respon mereka. Apakah mereka senyum,
atau diam saja, atau malah menunjukkan muka yang kurang sedap.
Dengan demikian dapat diketahui tindakan apa yang dapat dilakukan.
Misalnya jika respon audien hanya diam saja atau menunjukkan respon
yang kurang baik seperti menggerutu, bicara sendiri atau memandang
dengan tatapan sinis, mungkin cara penyampaian informasi harus diubah.
Menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga penyampaian
informasi menjadi lebih efektif.
b. Komunikasi memiliki dimensi isi dan hubungan
Hal ini berhubungan dengan bagaimana cara menyampaikan suatu
pesan. Ada kalanya satu pesan artinya sama, namun karena cara
menyampaikannya berbeda, pesan tersebut dimaknakan berbeda pula.
Contohnya: Dalam bidang kesehatan masyarakat adalah proses
penyampaian informasi kesehatan kepada anak kecil dan orang dewasa.
Seorang tenaga kesehatan harus dapat membedakan pesan kepada anak
kecil dan orang dewasa. Misalnya, “adek, jangan buang sampah
sembarangan”, akan berbeda artinya dengan, “bapak, jangan buang
sampah sembarangan”. Anak kecil akan menanggapi perkataan itu
mungkin dengan biasa saja dan mengikuti perintah tersebut yaitu tidak
18

membuang sampah sembarangan. Namun, orang dewasa atau bapak-


bapak akan menanggapi pesan itu mungkin dengan perasaan negatif.
Mungkin merasa dirinya dianggap kurang disiplin dan dianggap seperti
anak kecil. Sehingga si penyampai informasi tersebut akan dianggap
kurang sopan. Dengan demikian, seorang tenaga medis harus
memperhatikan cara penyampaian pesan. Jangan sampai menimbulkan
salah persepsi pada masyarakat.
c. Komunikasi juga berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Hal ini juga termasuk dalam prinsip komunikasi. Kadang seseorang
bermaksud untuk tidak melakukan komunikasi, namun orang lain
menganggapnya melakukan komunikasi. Inilah yang dimaksud
komunikasi yang tidak disengaja. Sedangkan komunikasi yang disengaja,
merupakan komunikasi yang real, dimana adanya timbal balik yang jelas
antara komunikator dan komunikan. Misalnya, seorang petugas
kesehatan sebelum makan selalu mencuci tangan. Dan hal tersebut
diamati oleh seorang masyarakat yang kebetulan memang memiliki
hubungan yang dekat. Pada awalnya, kegiatan mencuci tangan ini
merupakan bentuk rutinitas yang memang sudah biasa dilakukan sang
petugas kesehatan. Namun tanpa sengaja, masyarakat yang
mengamatinya menjadi terpengaruh untuk meniru kegiatan tersebut.
Dengan demikian, hendaknya kesengajaan ini terjadi dalam hal-hal
positif yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.
d. Komunikasi bersifat irreversible
Artinya tidak dapat kembali. Maksudnya, apa yang telah diucapkan
tidak akan bisa ditarik lagi dan dianggap ucapan itu tidak ada. Mungkin
memang kadang terjadi seseorang menarik kembali ucapannya. Namun,
ucapan itu tetaplah pernah diucapkan dan tidak dapat lenyap begitu saja.
Sehingga sebagai seorang tenaga medis dalam menyampaikan informasi
kesehatan kepada masyarakat harus selalu berhati-hati. Jangan sampai
informasi-informasi tersebut disampaikan dengan cara yang kurang
sopan atau mungkin menyakiti hati audience. Sekali hati seseorang
19

terluka, akan sulit untuk mengobatinya. Dengan demikian untuk


mencapai sebuah komunikasi yang efektif, prinsip yang satu ini juga
harus diperhatikan.
e. Komunikasi bukan panasea
Komunikasi bukan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah
kesehatan. Memang komunikasi penting dalam menyelesaikan masalah.
Namun komunikasi saja tidak cukup. Perlu adanya tindakan untuk
menyelesaikan masalah. Misalnya, dalam menanggulangi penyakit DBD
di masyarakat, tidak cukup hanya memberikan penyuluhan di puskesmas.
Tapi juga harus dilakukan tindakan seperti melakukan kegiatan 3M
secara masal dengan pengawasan dari petugas kesehatan.

1. Hubungan Komunikasi Kesehatan Masyarakat


Hubungan masyarakat (public relations) mempunyai ruang
lingkup (scope) kegiatan yang menyangkut banyak manusia (public,
masyarakat, khalayak), baik di dalam (public intern) dan di luar
(publik ekstern). Humas sebagai komunikator mempunyai fungsi
ganda yaitu keluar memberikan informasi kepada khalayak dan ke
dalam menyerap reaksi dari khalayak. Organisasi atau instansi atau
lembaga mempunyai tujuan dan berkehendak untuk mencapai tujuan
itu.
Hubungan masyarakat dalam suatu organisasi melaksanakan
fungsi manajemen. Humas merupakan salah satu fungsi sebagai unsur
pimpinan. Dengan demikian fungsinya adalah untuk menumbuhkan
hubungan yang baik dan serasi antara publik intern dan publik ekstern
dalam rangka memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi dan
partisipasi.
20

2. Penerapan Prinsip Komunikasi dalam Bidang Kesehatan


Masyarakat
Manusia dalam kehidupannya memiliki tiga fungsi, sebagai
makhluk Tuhan, individu dan sosial budaya. Yang saling berkaitan
dimana kepada Tuhan memiliki kewajiban untuk mengabdi pada
Tuhan, sebagai individu harus memenuhi segala kebutuhan pribadinya
dan sebagai makhluk sosial budaya harus hidup berdampingan dengan
orang lain dalam kehidupan selaras dan saling membantu. Dalam
menjalani kehidupan selaras dengan manusia lain, diperlukan adanya
komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari
sumber ke penerima melalui saluran atau media. Sehingga terbentuk
interaksi dalam masyarakat yang membentuk suatu sistem sosial.
Interaksi yang terjadi dalam masyarakat melibatkan berbagai
aspek misalnya pendidikan, kebudayaan, keagamaan, kesehatan dan
lain-lain. Aspek yang akan dibahas di artikel ini adalah aspek
kesehatan. Khususnya tindakan pencegahan terhadap penyakit yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan di masyarakat. Masalah
kesehatan pada dasarnya merupakan masalah semua manusia. Karena
tidak ada satu manusiapun yang dapat terbebas dari penyakit. Namun,
terkadang ada beberapa orang yang kurang memperhatikan kesehatan
sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi dirinya
maupun orang lain disekitarnya. Masalah kesehatan juga dapat timbul
dari faktor penyakit (agent) yang dapat menyebabkan seseorang
menderita sakit. Oleh karena itu, diperlukan tenaga ahli dalam bidang
kesehatan masyarakat, yang dapat membawa masyarakat ke hidup
yang lebih sehat. Tenaga ahli tersebut salah satunya adalah sarjana
kesehatan masyarakat atau biasa disebut SKM.
Prinsip yang kedua menyatakan bahwa setiap perilaku memiliki
potensi komunikasi. Dalam bidang kesehatan masyarakat, seorang
SKM harus paham dengan apa yang dilakukan masyarakat, karena
mereka memiliki body language. Misalnya, disaat menyampaikan
21

informasi kesehatan, seorang SKM harus dapat melihat respon


mereka. Apakah mereka senyum, atau diam saja, atau malah
menunjukkan muka yang kurang sedap. Dengan demikian dapat
diketahui tindakan apa yang dapat dilakukan. Misalnya jika respon
audience hanya diam saja atau menunjukkan respon yang kurang baik
seperti menggerutu, bicara sendiri atau memandang dengan tatapan
sinis, mungkin cara penyampaian informasi harus diubah. Menjadi
lebih menarik dan menyenangkan sehingga penyampaian informasi
menjadi lebih efektif.
Prinsip yang selanjutnya menyatakan bahwa komunikasi
memiliki dimensi isi dan hubungan. Hal ini berhubungan dengan
bagaimana cara menyampaikan suatu pesan. Ada kalanya satu pesan
artinya sama, namun karena cara menyampaikannya berbeda, pesan
tersebut dimaknakan berbeda pula. Contohnya dalam bidang
kesehatan masyarakat adalah proses penyampaian informasi kesehatan
kepada anak kecil dan orang dewasa. Seorang SKM harus dapat
membedakan pesan kepada anak kecil dan orang dewasa. Misalnya,
“adek, jangan buang sampah sembarangan”, akan berbeda artinya
dengan, “bapak, jangan buang sampah sembarangan”. Anak kecil akan
menanggapi perkataan itu mungkin dengan biasa saja dan mengikuti
perintah tersebut yaitu tidak membuang sampah sembarangan.
Namun, orang dewasa atau bapak-bapak akan menanggapi pesan itu
mungkin dengan perasaan negatif. Mungkin merasa dirinya dianggap
kurang disiplin dan dianggap seperti anak kecil. Sehingga si
penyampai informasi tersebut atau SKM akan dianggap kurang sopan.
Dengan demikian, seorang SKM harus memperhatikan cara
penyampaian pesan. Jangan sampai menimbulkan salah persepsi pada
masyarakat.
Komunikasi juga berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan. Hal ini juga termasuk dalam prinsip komunikasi. Kadang
seseorang bermaksud untuk tidak melakukan komunikasi, namun
22

orang lain menganggapnya melakukan komunikasi. Inilah yang


dimaksud komunikasi yang tidak disengaja. Sedangkan komunikasi
yang disengaja, merupakan komunikasi yang real, dimana adanya
timbal balik yang jelas antara komunikator dan komunikan. Prinsip ini
juga penting dalam bidang kesehatan masyarakat. Misalnya, seorang
petugas kesehatan sebelum makan selalu mencuci tangan. Dan hal
tersebut diamati oleh seorang masyarakat yang kebetulan memang
memiliki hubungan yang dekat. Pada awalnya, kegiatan mencuci
tangan ini merupakan bentuk rutinitas yang memang sudah biasa
dilakukan sang petugas kesehatan. Namun tanpa sengaja, masyarakat
yang mengamatinya menjadi terpengaruh untuk meniru kegiatan
tersebut. Dengan demikian, hendaknya kesengajaan ini terjadi dalam
hal-hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.
Komunikasi bersifat irreversible yang artinya tidak dapat
kembali. Maksudnya, apa yang telah diucapkan tidak akan bisa ditarik
lagi dan dianggap ucapan itu tidak ada. Mungkin memang kadang
terjadi seseorang menarik kembali ucapannya. Namun, ucapan itu
tetaplah pernah diucapkan dan tidak dapat lenyap begitu saja.
Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai
masalah, khususnya masalah kesehatan. Komunikasi bukan satu-
satunya cara untuk menyelesaikan masalah kesehatan. Memang
komunikasi penting dalam menyelesaikan masalah. Namun
komunikasi saja tidak cukup. Perlu adanya tindakan untuk
menyelesaikan masalah. Misalnya, dalam menanggulangi penyakit
DBD di masyarakat, tidak cukup hanya memberikan penyuluhan di
puskesmas. Tapi juga harus dilakukan tindakan seperti melakukan
kegiatan 3M secara masal dengan pengawasan dari petugas kesehatan.

D. Komunikasi Dalam Manajemen Keperawatan


Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer
keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses manajemen
23

keperawatan bergantung pada posisi manajer dalam struktur organisasi.


Berdasarkan hasil penelitian Swansburg (1990), bahwa lebih dari 80%
waktu digunakan manajer untuk berkomunikasi, 16% untuk membaca, dan
9% untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam komunikasi
merupakan kiat sukses bagi seorang manajer keperawatan. Mengingat
banyaknya waktu yang digunakan oleh manajer untuk berkomunikasi
(mendengar dan berbicara), sehingga jelas bahwa manajer harus mempunyai
keterampilan komunikasi interpersonal yang baik. Manajer harus
berkomunikasi dengan staf, pasien, dan atasan setiap hari. Praktik
keperawatan adalah praktik yang berorientasi pada kelompok atau hubungan
interpersonal dalam mencapai suatu tujuan organisasi. Oleh sebab itu, untuk
menciptakan komitmen dan rasa kebersamaan, perlu ditunjang keterampilan
manajer dalam berkomunikasi.
1. Proses Komunikasi Dalam Manajemen Keperawatan
Tappen (1995) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu
pertukaran pikiran, perasaan, pendapat, dan pemberian nasihat yang
terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama. Komunikasi
juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan
suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat
mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, sehingga banyak
model yang digunakan dalam menjelaskan bagaimana cara organisasi
dan orang berkomunikasi. Dasar model umum proses komunikasi
menunjukkan bahwa dalam setiap komunikasi pasti ada pengirim
pesan dan penerima pesan. Pesan tersebut dapat berupa verbal,
tertulis, maupun nonverbal. Proses ini juga melibatkan suatu
lingkungan internal dan eksternal, di mana komunikasi dilaksanakan.
Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai, kepercayaan, temperamen,
dan tingkat stres pengirim pesan dan penerima pesan, sedangkan
faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan
waktu. Kedua belah pihak (pengirim dan penerima pesan) harus peka
24

terhadap faktor internal dan ekternal, seperti persepsi dari komunikasi


yang ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.

2. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan


Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi sangat kompleks,
manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa
tahap berikut.
a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman
tentang siapa yang akan terkena dampak dari pengambilan
keputusan yang telah dibuat. Jaringan komunikasi formal dan
informal perlu dibangun antara manajer dan staf.
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai
bagian proses yang tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi.
Jika ada pihak lain yang akan terkena dampak akibat komunikasi,
manajer harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta
umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu
perubahan atau tindakan.
c. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat. Nursalam (2008)
menekankan bahwa prinsip komunikasi seorang perawat
profesional adalah CARE: Complete, Acurate, Rapid, dan English.
d. Ciri khas perawat profesional di masa depan dalam memberikan
pelayanan keperawatan adalah dapat berkomunikasi secara
lengkap, adekuat, dan cepat. Artinya, setiap melakukan komunikasi
(lisan maupun tulis) dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan
lainnya harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan didukung
suatu fakta yang memadai. Profil perawat masa depan yang lain
adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa
Inggris. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya
persaingan pasar bebas pada abad ini.
e. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat. Salah satu cara untuk melakukannya adalah
25

meminta penerima pesan untuk mengulangi pesan atau instruksi


yang disampaikan.
f. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi
manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua
informasi yang disampaikan orang lain, dan menunjukkan rasa
menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.

3. Model Komunikasi Dalam Manajemen Keperawatan


a. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam
organisasi. Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap
organisasi telah mengembangkan metode penulisan dalam
mengomunikasikan pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi
perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal.
Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis, khususnya
kepada stafnya. Komunikasi tertulis dan memo dalam suatu
organisasi meliputi:
1) Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai
menulis;
2) Menulis nama orang dalam tulisan Anda dan perlu
dipertimbangkan dampaknya;
3) Gunakan kata aktif, di mana akan mempunyai pengaruh yang
baik;
4) Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, karena
akan lebih mudah dipahami dan memungkinkan untuk dibaca
orang lain;
5) Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting dan
temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan
sehingga orang lain mudah mengerti;
26

6) Tulis kalimat di bawah 20 kata, dan masukan satu ide setiap


kalimat, tuliskan kalimat yang penting dan menjadi topik
utama;
7) Berikan pembaca petunjuk, konsistensi penggunaan istilah dan
pesan;
8) Atur isi tulisan secara sistematis;
9) Gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca; untuk memo
antara 8–10 baris, dan untuk surat tidak lebih dari enam baris
setiap paragraf;
10) Komunikasi dilakukan secara jelas dan fokus.
b. Komunikasi Secara Langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan
dan bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga
melakukan komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik
kepada individu dalam kelompok dan presentasi secara formal.
Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Perilaku asertif
adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan
individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung,
jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan
orang lain yang diajak berkomunikasi.
Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif
adalah pasif dan agresif, khususnya agresif yang tidak langsung.
Komunikasi pasif terjadi jika individu tidak tertarik terhadap topik
atau karena enggan berkomunikasi, sedangkan komunikasi agresif
terjadi jika individu merasa superior terhadap topik yang
dibicarakan.
c. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan
menggunakan ekspresi wajah gerakan tubuh, dan sikap tubuh (body
language). Menurut Arnold dan Boggs (1989) komunikasi
nonverbal lebih mengandung arti yang signifikan dibandingkan
27

komunikasi verbal karena mengandung komponen emosi terhadap


pesan yang diterima atau disampaikan. Tetapi, akan menjadi
sesuatu yang membahayakan jika komunikasi nonverbal
disalahartikan tanpa adanya penjelasan secara verbal. Manajer yang
efektif akan melakukan komunikasi verbal dan nonverbal, supaya
individu (atasan atau bawahan) dapat menerima pesan secara jelas.
Di bawah ini adalah komponen utama komunikasi nonverbal
yang dapat terjadi tanpa atau dengan komunikasi verbal:
1) Lingkungan, yaitu tempat di mana komunikasi dilaksanakan
merupakan bagian penting pada proses komunikasi;
2) Penampilan, misalnya pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang
menarik, merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu
diidentifikasi;
3) Kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan seseorang
untuk berkomunikasi;
4) Postur tubuh dan gesture: bobot suatu pesan bisa ditunjukkan
dengan orang yang menudingkan telunjuknya, berdiri, atau
duduk;
5) Ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan respons
wajah yang setuju terhadap pesan yang disampaikan;
6) Suara: intonasi, volume, dan refleksi cara tersebut menandakan
bahwa pesan dapat ditransfer dengan baik.
d. Komunikasi Via Telepon
Pada era global ini, komunikasi manajer bergantung pada
telepon. Dengan kemudahan sarana komunikasi tersebut,
memungkinkan manajer untuk merespons setiap perkembangan dan
masalah dalam organisasi. Oleh karena itu, untuk menjaga citra
organisasi, manajer dan semua staf harus belajar dan sopan serta
menghargai setiap menjawab telepon. Jika orang lain harus
menunggu untuk berbicara, maka waktu yang diperlukan harus
singkat untuk menghindari kesan yang negatif.
28

4. Strategi Komunikasi dalam Praktik Keperawatan di Rumah Sakit


Komunikasi pada tahapan ini tidak hanya ditujukan secara
spesifik melalui strategi perencanaan. Tetapi tiga komponen, yaitu
struktur, budaya, dan teknologi harus mendapat perhatian yang sama.
Struktur dalam suatu organisasi bertujuan untuk mencapai status
praktik komunikasi efektif yang dapat direncanakan dan diterapkan
oleh kelompok kerja. Setiap struktur yang ada harus memiliki
kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip-prinsip
asuhan keperawatan kepada pasien, keterampilan yang baik, dan dapat
membantu penyelesaian masalah organisasi.
Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah
untuk diubah dalam waktu sesaat. Kita percaya bahwa kita akan
bekerja dengan lingkungan dan individu yang mempunyai budaya
yang berbeda. Keadaan ini penting untuk diperhatikan mengingat
perubahan suatu budaya dalam manajemen adalah aspek yang penting
pada proses perubahan yang efektif.
Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik
komunikasi yang efektif. Komunikasi interpersonal dan organisasi
sering memerlukan perantara yang akan sangat bermanfaat di masa
akan datang, yaitu teknologi elektronik dan penggunaan media. Setiap
suatu perubahan di rumah sakit harus selalu didukung oleh
perencanaan Health Information System (HIS) yang efektif.
Komunikasi melalui teknologi akan selalu dipantau dan dievaluasi
pada setiap tahap proses perubahan.

5. Aplikasi Komunikasi dalam Asuhan Keperawatan


Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan
unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
untuk mencapai hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang
memerlukan komunikasi adalah sebagai berikut.
a. Komunikasi Saat Serah Terima Tugas (Overan)
29

Pada saat overan antarperawat, diperlukan suatu komunikasi


yang jelas tentang kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan
yang belum dilaksanakan, serta respons yang terjadi pada pasien.
Perawat melakukan overan bersama dengan perawat lainnya
dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan menyampaikan
kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara ini akan lebih
efektif daripada harus menghabiskan waktu orang lain sekadar
untuk membaca dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga
akan membantu perawat dalam menerima overan secara nyata.
b. Wawancara atau Anamnesis
Anamnesis pasien merupakan kegiatan yang selalu dilakukan
oleh perawat kepada pasien pada saat pelaksanaan asuhan
keperawatan (proses keperawatan). Perawat melakukan anamnesis
kepada pasien, keluarga, dokter dan tim kerja lainnya. Wawancara
adalah metode komunikasi dengan digunakan untuk memperoleh
data tentang keadaan pasien. Data tersebut akan digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien dengan
melaksanakan tindakan secara tepat. Data yang didapatkan harus
akurat tanpa bias, sehingga wawancara sebaiknya dilaksanakan
secara terencana. Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat pada
komunikasi ini adalah:
1) Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat,
ciptakan suasana yang hangat, dan kekeluargaan;
2) Hindari interupsi atau gangguan yang timbul akibat dari
lingkungan yang gaduh, wawancara merupakan proses
komunikasi aktif yang membutuhkan fokus dan perhatian
terhadap pertanyaan;
3) Hindari respons dengan hanya “ya” dan “tidak” karena akan
mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi dengan baik,
perawat kelihatan kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan
dan enggan untuk berkomunikasi;
30

4) Tidak memonopoli pembicaraan dengan cara menyampaikan


kata-kata “ya” dan “tidak” meskipun kata-kata tersebut
meninggalkan kesan negative ditambah kata-kata sesuai dengan
topik yang dibicarakan
5) Hindari hambatan personal keberhasilan suatu komunikasi
sangat ditentukan oleh subjektivitas seseorang jika perawat
menunjukkan rasa tidak senang kepada pasien sebelum
komunikasi, maka akan berdampak terhadap hasil yang didapat
selama proses komunikasi.
c. Komunikasi melalui Komputer
Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat dan akurat
pada sistem manajemen keperawatan saat ini. Penulisan data-data
pasien melalui komputer akan mempermudah perawat lain dalam
mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan intervensi yang
akurat. Melalui komputer, informasi-informasi terbaru dapat cepat
diperoleh dengan menggunakan Internet, yang akan memudahkan
perawat saat mengalami kesulitan dalam menangani masalah
pasien.
d. Komunikasi tentang Kerahasiaan
Pasien yang masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan
mempercayakan datanya yang bersifat rahasia kepada institusi.
Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema dalam menyimpan
rahasia pasien. Di satu sisi dia membutuhkan kebenaran informasi
yang diberikan pasien dengan cara mengonfirmasi ke orang lain. Di
lain sisi, dia harus memegang janji untuk tidak menyampaikan
informasi tersebut kepada siapapun.
e. Komunikasi melalui Sentuhan
Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan
metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat.
Sentuhan yang diberikan oleh perawat juga dapat berguna sebagai
terapi bagi pasien, khususnya pasien dengan depresi, kecemasan,
31

dan kebingungan dalam mengambil suatu keputusan. Tetapi yang


perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik sentuhan tersebut
adalah perbedaan jenis kelamin antara perawat dan pasien. Dalam
situasi ini perlu adanya suatu persetujuan.
f. Dokumentasi Sebagai Alat Komunikasi
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan
dalam komunikasi keperawatan dalam memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antartim kesehatan lainnya, dan
merupakan dokumen paten dalam pemberian asuhan keperawatan.
Menurut Nursalam (2011) kapan saja perawat melihat
pencatatan kesehatan, maka perawat dapat memberi dan menerima
pendapat serta pemikiran. Dalam kenyataannya, dengan semakin
kompleksnya pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas
keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan
mutu pelayanan tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan
secara benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif
memungkinkan perawat untuk mengomunikasikan kepada tenaga
kesehatan lainnya, dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan
akan dikerjakan oleh perawat.

6. Manfaat komunikasi dalam pendokumentasian


a. Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat;
b. Mengomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga
kesehatan, apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien;
c. Manfaat dan data pasien yang akurat, dan dapat dicatat;
d. Komunikasi perawat dan tim kesehatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai