ABSTRAK
Pengembangan industri rumput laut di Indonesia menurut Kementerian Perindustrian (kemenperin) Republik Indonesia
memiliki prospek yang cerah karena teknik pembudidayaan rumput laut yang relatif mudah dikusai oleh masyarakat
sehingga usaha tersebut dapat dilakukan secara massal. Metode pengeringan yang dilakukan yaitu secara manual dan
buatan. Pengeringan secara manual merupakan metode yang memanfaatkan energi panas dari matahari sebagai sumber
pengeringnya sedangakan cara buatan salah satunya memanfaatkan sumber panas dari gas LPG sehingga suhu
pengeringan dan kelembapannya dapat terjaga dalam ruang pengeringan serta berlangsung secara cepat tanpa
menimbulkan kerusakan namun cara ini cukup berat sehingga membutuhkan tenaga yang cukup besar dalam
pembuatannya. Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah perancangan dan pembuatan prototype oven pengering
rumput laut dangan kadar air yang tersisa dengan perbandingan berat 10 bagian berat rumput laut basah menjadi 1
bagian berat rumput laut kering atau dengan kata lain 10:1. Dari hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan
prototype oven pengering rumput laut dan berfungsi dengan baik mengeringkan dengan kapasitas 2 kg per proses
dengan waktu pengeringan 100 menit jika dibandingkan dengan pengeringan menggunakan panas matahari kapasitas
yang sama 2 kg dikeringkan dalam waktu 330 menit sehingga untuk prototipe ini dianggap berhasil.
Kata kunci: rumput laut, oven pengering, pengeringan buatan, pemanasan konvensional, kadar air.
1. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat Rumput laut merupakan salah satu komoditi yang
luas dan berpotensi besar untuk pengembangan potensial dan dapat menjadi andalan bagi upaya
industri perikanan berbasisumput laut. pengembangan usaha skala kecil maupun
Pengembangan industri rumput laut di Indonesia menengah atau sering disebut sebagai UKM.
memiliki prospek yang cerah[4]. Hal ini Dasar dari penanganan rumput laut adalah dalam
disebabkan karena teknik pembudidayaan rumput hal pengeringan yang bertujuan mengurangi kadar
laut yang relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, air pada rumput laut tersebut [2].
sehingga usaha tersebut dapat dilakukan secara
massal. Disamping itu permintaan terhadap Salah satu permasalahan yang ada di daerah
rumput laut dan produk olahannya baik di pasar kabupaten Luwu Timur dalam hal pengeringan
domestik maupun internasional selalu rumput laut, dimana masih menggunakan cara
menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Dalam konvensional yakni dengan cara dijemur.
rangka peningkatan nilai tambah serta nilai Pengerjaan ini tentu memiliki kendala yang cukup
jualnya, maka pengembangan usaha budidaya banyak, mulai dari pengerjaannya yang cukup
rumput laut, harus berbanding lurus dengan berat karena bobotnya yang sangat tinggi
pengembangan industri pengolahannya[1]. sehingga tenaga yang dibutuhkan untuk
47
Vol. 10, No. 1, November 2018 ISSN: 2085-8817
mengangkut cukup besar. Selain itu dengan jenis rumput laut ekonomis. Saat ini, sekitar 1 juta
pengerjaan manual yang dilakukan membutuhkan ton rumput laut basah dipanen dan diekstrak untuk
waktu yang cukup lama dan juga tergantung pada memproduksi hidrokoloid. Total produksi
cuaca [5]. hidrokoloid mencapai 55.000 ton dengan harga
mencapai US$ 600 juta [6]. Rumput laut memiliki
Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan manfaat yang banyak, diantaranya bermanfaat
tersebut adalah dengan pembuatan alat pengering untuk menurunkan tekanan darah dan kolesterol,
rumput laut yang jauh lebih efisen dan efektif dari mengobati kanker payudara dan kanker usus besar
segi waktu dan segi tenaga yang dibutuhkan. serta edema dan tiroid, menyembuhkan
Tujuan dari penelitian ini adalah perancangan dan pembengkakan, dapat mengurangi mucus dan
pembuatan prototype oven pengering rumput laut melancarkan pencernaan [3].
dangan kadar air yang tersisa dengan
perbandingan berat 10 bagian berat rumput laut b. Potensi Ekspor Rumput Laut
basah menjadi 1 bagian berat rumput laut kering Sektor kelautan dan perikanan Sulsel hingga
atau dengan kata lain 10:1. triwulan III terus bergairah, seiring dengan
terbukanya pasar ekspor yang menanti hasil
Kajian Pustaka produksi khususnya rumput laut di sejumlah
a. Rumput Laut negara tujuan. Sesuai data yang diperoleh di
Rumput laut adalah tanaman laut yang termasuk Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel
ke dalam kelas makroalga. Rumput laut ini sampai dengan Oktober 2014 ekspor rumput laut
sebenarnya merupakan tanaman tingkat rendah mencapai 95.462 ton dengan nilai dalam dollar
yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka mencapai USD 114,718. Menurut Kepala Bidang
seperti akar, batang dan daun. Meskipun Perikanan Budidaya DKP Sulsel Sulkaf S. Latief,
wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi pencapaian tersebut dapat terus meningkat hingga
sesungguhnya merupakan bentuk thallus. rumput akhir tahun mencapai USD 120 juta, bahkan dapat
laut terbagi kedalam tiga kelompok berdasarkan memenuhi target pencapaian hingga USD 180
pigmen yang terkandung dalam rumput laut, yaitu juta. “Dengan besarnya daerah penghasil rumput
Rhodophyceae (merah), Phaeophyceae (coklat) laut di kawasan Indonesia timur semakin
dan Chlorophyceae (hijau), sedangkan menurut membuat ekspor Sulsel meningkat hingga USD
Glicksman, rumput laut dikelompokkan menjadi 300 juta pada 2018 [6].
empat kelas berdasarkan pigmen yang
dikandungnya yaitu Rhodophyceae (merah), c. Metode Pengeringan Rumput Laut
Cyanophyceae (hijau biru), Chlorophyceae (hijau) Pengeringan merupakan kegiatan yang penting
dan Phaeophyceae (coklat) [11]. artinya dalam pengawetan bahan atau untuk
tujuan industri pengolahan hasil pertanian.
Rumput laut merah dan rumput laut coklat Metode pengeringan secara umum dilakukan
memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena dengan dua cara yaitu pengeringan secara
merupakan rumput laut penghasil hidrokoloid alami (nature drying) dan pengeringan buatan
(agar,karagenan dan alginat) yang digunakan (artificial d1ying). Pengeringan alami
sebagai pengental (thickening) dan pembuatgel merupakan metode pengeringan yang
(gelling agent) di berbagai industri terutama memanfaatkan energi matahari sebagai energi
industri pangan[4]. Eucheuma,Gracilaria dan pengeringnya.
Gelidium adalah rumput laut yang telah
dimanfaatkan di Indonesia dan merupakan jenis-
48
Vol. 10, No. 1, November 2018 ISSN: 2085-8817
Pengeringan ini biasanya dilakukan dengan cara Beberapa indikasi umum apabila rumput laut telah
menjemur bahan di bawah terik cahaya matahari mencapai kekeringan yang optimum:
dimana umumnya penjemuran ini dilakukan di 1. Mengeluarkan garam pada thallus-thallus nya.
atas jemuran yang terbuat dari berbagai bahan 2. Perubahan bentuk dan warna. Warna bening
padat. Metode pengeringan dengan penjemuran seperti botol menjadi pucat keriput dan
ini cukup sederhana dan murah dengan mengecil.
persediaan energi yang ada sepanjang tahun. 3. Susut yang mencapai 1:10 atau 1:12 artinya
Sinar infra merah matahari mempunyai 1000 kg rumput laut basah yang baru dipanen
kemampuan dapat menembus ke dalam sel bahan menjadi 100 kg rumput laut kering dengan
yang dikeringkan. Pengeringan dengan kadar ideal 30 – 35 %.[8].
mempergunakan alat pengering (pengeringan
buatan) memiliki kelebihan dimana suhu, e. Perhitungan Kadar Air & Energi
kelembaban nisbi udara dan kecepatan Penentuan kadar air dilakukan berdasarkan
pengeringan dapat diatur dan dikontrol dengan perbedaan sampel rumput laut sebelum dan
baik. sesudah pengeringan. Sampel sebanyak (a - b)
gram dipanaskan dalam oven pada suhu (x)°C
Suatu cara lain dari pengeringan yaitu dengan selama beberapa jam sampai beratnya konstan
memanfaatkan radiasi matahari sehingga lalu ditimbang. Kadar air dihitung dengan
energinya dapat terperangkap dan tidak keluar ke menggunakan rumus sebagai berikut:
udara bebas. Metode pengeringan ini merupakan
modifikasi dari penjemuran dengan memiliki ( - )
( )= 100 %...(2.1)
tingkat pemanasan yang tinggi karena mampu
mengumpulkan panas dan mencegah keluarnya
Keterangan :
panas menuju udara bebas. Pada umumnya
a = bobot awal sampel rumput laut (gram)
media untuk menyerap panas matahari
b = bobot akhir sampel rumput laut (gram) Energi
mempergunakan udara, hal ini dikarenakan
yang dibutuhkan dalam penjemuran manual
udara jumlahnya banyak, mudah digunakan
menggunakan rumus sebagai berikut:
dan panas yang berlebihan terhadap bahan dapat
dikendalikan. Fungsi udara dalam proses
pengeringan tersebut adalah untuk = . . . . ……...……….(2.2)
menghantarkan panas ke bahan sehingga
menyebabkan air dari dalam bahan menguap dan Keterangan:
kemudian membawa uap air ke luar dari ruang E = Energi [Joule]
pengering[9]. e = Emisivitas permukaan [0<e<1]
T = Suhu pengeringan [ºK]
d. Kandungan Uap Air (Moisture Content) A = Luas permukaan [m2]
Kandungan Uap Air adalah presentase kadar t = Waktu pengeringan [sec]
kekeringan rumput laut atau biasa disebut kadar =Konstanta umum Stefan – Boltzmann
air. Presentase kadar air sangat dipengaruhi pada [5,67 ∙ 10 / ]
saat penanganan pasca panen yaitu pada saat
penjemuran. Presentase Kandungan Uap Air
idealnya 25% s/d maksimum 36% dengan asumsi Energi yang dibutuhkan dalam pengeringan
lama penjemuran mencapai 3-7 hari tergantung menggunakan oven menggunakan rumus sebagai
dari cuaca dan fisik rumput laut. berikut:
49
Vol. 10, No. 1, November 2018 ISSN: 2085-8817
50
Vol. 10, No. 1, November 2018 ISSN: 2085-8817
Dari tabel hasil uji coba Oven, dapat dibuat grafik perbandingan antara waktu dan penurunan massa dan
grafik antara kadar air yang keluar dan penurunan massa.
51
Vol. 10, No. 1, November 2018 ISSN: 2085-8817
52
Vol. 10, No. 1, November 2018 ISSN: 2085-8817
54