Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN: HIPERBILIRUBIN PADA NEONATUS

Mei 29, 2015

I. DEFINISI

Menurut Slusher (2013) Hiperbilirubin merupakan suatu kondisi di mana produksi


bilirurin yang berlebihan di dalam darah. Menurut Lubis (2013), Hiperbilirubinemia merupakan
salah satu fenomena klinis tersering ditemukan pada bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh
proses fisiologis, atau patologis, atau kombinasi keduanya.

Ikterus neonatorum adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin
serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama dengan ditandai adanya ikterus yang
bersifat patologis (Alimun,H,A : 2005). Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan
bahwa hiperbilirubin merupakan suatu kondisi di mana kadar bilirubin yang berlebihan dalam
darah yang biasa terjadi pada neonatus baik secara fisologis, patologis maupun keduanya.

II. DERAJAT HIPERBILIRUBIN MENURUT KRAMER

RATA-RATA SERUM INDIREK


ZONA BAGIANs TUBUH
(Umol/L)

1 Kepala sampai leher 100

2 Kepala, leher, sampai umbilikus 150

3 Kepala, leher, pusar sampai paha 200

4 Lengan + tungkai 250

5 Kepala sampai ke tumit kaki >250

(Sumber : Pengantar Ilmu Kesehatan Anak I, 2005)

III. KLASIFIKASI

1. Ikterus Fisiologis.

Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak
mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau
mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada
bayi. Ikterus patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubin.
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah ikterus yang
memiliki karakteristik sebagai berikut menurut (Hanifah, 1987), dan (Callhon, 1996),
(Tarigan, 2003) dalam (Schwats, 2005):

a) Timbul pada hari kedua - ketiga.

b) Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup
bulan dan 10 mg% pada kurang bulan.

c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.

d) Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.

e) Ikterus hilang pada 10 hari pertama.

f) Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan dengan


keadaan patologis tertentu.

g) Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan


karakteristik sebagai berikut Menurut (Surasmi, 2003) bila:

 Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.

 Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.

 Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulan dan 12,5 mg%
pada neonatus cukup bulan.

 Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD


dan sepsis).

 Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia,
sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas
darah.

2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia.

Menurut (Tarigan, 2003) adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin
dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan
yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12
mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg%
dan 15 mg%.

(Sumber: Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, 2005)

IV. ETIOLOGI

Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena keadaan sebagai berikut;
1. Polychetemia (Peningkatan jumlah sel darah merah)

2. Isoimmun Hemolytic Disease

3. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah

4. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol)

5. Hemolisis ekstravaskuler

6. Cephalhematoma

7. Ecchymosis

8. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu (atresia


biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia, hipotiroid jaundice ASI

9. Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan albumin; lahir


prematur, asidosis.

(Sumber: IDAI, 2011)

V. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah;

1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.

2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.

3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada
hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh
yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.

4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak
kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak
berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus
yang berat.

5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul

6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati

7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar

8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap

9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental

10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus, kejang,
stenosis yang disertai ketegangan otot.
(Sumber: Fundamental Keperawatan, 2005)

VI. PATOFISIOLOGI

Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan sel
darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya kan masuk sirkulasi, diimana
hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. Gloobin {protein} digunakan kembali oleh tubuh
sedangkan heme akan diruah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan albumin.

Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebab bilirubin
pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi,
meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y
terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia,
ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii transferase) atau bayi
menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran
empedu intra/ekstra hepatika.

Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak.
Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang memungkinkan
efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan
yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris.

Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung
dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin
indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas.
Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang
karena trauma atau infeksi.

Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar
yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit,
Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi
hipoksia, asidosis.

Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila


ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan
merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat
sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek
patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang
terjadi pada otak disebut kernikterus.

Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan
timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar Bilirubin
melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin
Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan BBLR , hipoksia,
dan hipoglikemia.

(Sumber: IDAI,2011)

VII. PATHWAY

(Sumber: Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, 2005)

VIII. KOMPLIKASI

1. Bilirubin encephahalopathi
2. Kernikterus ;kerusakan neurologis ; cerebral palis, retardasi mental, hyperaktif, bicara
lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan yang melengking.

3. Asfiksia

4. Hipotermi

5. Hipoglikemi

(Sumber: Fundamental Keperawatan, 2005)

IX. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)

a) Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 14 mg/dl
dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan yang tidak
fisiologis.

b) Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.

c) Protein serum total.

2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.

3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan atresia
billiari.

(Sumber: Fundamental Keperawatan, 2005)

X. PENATALAKSANAAN

1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian ASI).

2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa
furokolin.

3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.

4. Fenobarbital

Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.


Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan
billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak
begitu sering digunakan.

5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.

6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan berfungsi untuk
menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada billirubin
dari billiverdin.

7. Transfusi tukar.

Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.

(Sumber: IDAI, 2011)

XI. ASUHAN KEPERAWATAN (Sumber: NANDA NOC NIC, 2012)

A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas / Istirahat

Letargi, malas.

2. Sirkulasi

a. Mungkin pucat, menandakan anemia

b. Bertempat tinggal di atas ketinggian 500 ft

3. Eliminasi

a. Bising usus hipoaktif

b. Pasase mekonium mungkin lambat

c. Feses mungkin lunak / coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin

d. Urine gelap pekat; hitam kecoklatan (sindroma bayi bronze)

4. Makanan / Cairan

a. Riwayat pelambatan / makan oral buruk, lebih mungkin disusui dari pada
menyusu botol

b. Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limpa, hepar

5. Neurosensori

a. Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal
yang berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran ekstraksi vakum.

b. Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin ada dengan


inkompatibilitas Rh berat.

c. Kehilangan reflex Moro mungkin terlihat.

d. Opistotonus dengan kekuatan lengung punggung, fontanel menonjol, menangis


lirih, aktivitas kejang (tahap krisis).
6. Pernapasan

a. Riwayat asfiksia.

b. Krekels, mucus bercak merah muda (edema pleura, hemoragi pulmonal)

7. Keamanan

a. Riwayat positif infeksi/sepsis neonates.

b. Dapat mengalami ekimosis berlebihan, petekie, perdarahan intra cranial

c. Dapat tampak ikterik pada awalnya pada wajah dan berlanjut pada bagian distal
tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze) sebagai efek samping
fototerapi.

8. Seksualitas

a. Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan reterdasi
pertumbuhan intrauterus (IUGR), atau bayi besar untuk usia gestasi (LGA), seperti
bayi dengan ibudiabetes.

b. Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin, asfiksia, hipoksia,
asidosis, hipoglikemia, hipoproteinemia.

c. Terjadi lebih sering pada bayi pria dari pada bayi wanita.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Hidayat A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba medika.

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012.Nursing Interventions
Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.

Doengoes, E Marlynn & Moerhorse, Mary Fraces. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi. EGC.
Jakarta

Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis ,Missouri ;
Mosby.

NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-2014. Jakarta :
EGC
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta

Prawirohadjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Pedoman Praktek Klinik: Ikatan Dokter Anak Indonesia (2011)

Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta

Slusher, et all (2013). Treatment Of Neonatal Jaundice With Filtered Sunlight In Nigerian Neonates:
Study Protocol Of A Non-Inferiority, Randomized Controlled
Trial. http://www.trialsjournal.com/content/14/1/446: TRIALS

Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter Pratama. Jakarta.

Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sap Diare Anak
    Sap Diare Anak
    Dokumen11 halaman
    Sap Diare Anak
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Leflet Ibu Hamil
    Leflet Ibu Hamil
    Dokumen2 halaman
    Leflet Ibu Hamil
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Sap Hamilfix
    Sap Hamilfix
    Dokumen11 halaman
    Sap Hamilfix
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Endometrium
    Endometrium
    Dokumen14 halaman
    Endometrium
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • DHF
    DHF
    Dokumen10 halaman
    DHF
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • SOPROM
    SOPROM
    Dokumen9 halaman
    SOPROM
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • SOPROM
    SOPROM
    Dokumen9 halaman
    SOPROM
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Sap Hamilfix
    Sap Hamilfix
    Dokumen11 halaman
    Sap Hamilfix
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen9 halaman
    Dokumen
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Leflet Ibu Hamil
    Leflet Ibu Hamil
    Dokumen2 halaman
    Leflet Ibu Hamil
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • POSTPARTUM
    POSTPARTUM
    Dokumen7 halaman
    POSTPARTUM
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Sap Hamil
    Sap Hamil
    Dokumen12 halaman
    Sap Hamil
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • DHF
    DHF
    Dokumen10 halaman
    DHF
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen9 halaman
    Dokumen
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • KB PENGKAJIAN
    KB PENGKAJIAN
    Dokumen4 halaman
    KB PENGKAJIAN
    Siti Rodiyah
    100% (1)
  • Endometrium
    Endometrium
    Dokumen14 halaman
    Endometrium
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Endometrium
    Endometrium
    Dokumen14 halaman
    Endometrium
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Sap Hamil
    Sap Hamil
    Dokumen12 halaman
    Sap Hamil
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • INTRANATAL
    INTRANATAL
    Dokumen7 halaman
    INTRANATAL
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen9 halaman
    Dokumen
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • DHF
    DHF
    Dokumen10 halaman
    DHF
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • GINEKOLOGI
    GINEKOLOGI
    Dokumen5 halaman
    GINEKOLOGI
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Makalah Hiperbilirubinemia
    Makalah Hiperbilirubinemia
    Dokumen26 halaman
    Makalah Hiperbilirubinemia
    Wira Yuana Oktavia
    Belum ada peringkat
  • GINEKOLOGI
    GINEKOLOGI
    Dokumen5 halaman
    GINEKOLOGI
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Bilirubin
    Bilirubin
    Dokumen11 halaman
    Bilirubin
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Manajemen
    Manajemen
    Dokumen2 halaman
    Manajemen
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Bilirubin
    Bilirubin
    Dokumen11 halaman
    Bilirubin
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen3 halaman
    Dokumen
    Yuni
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin DGN D
    Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin DGN D
    Dokumen60 halaman
    Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin DGN D
    Arya
    Belum ada peringkat