LAPORAN PENDAHULUAN
CA ENDOMETRIUM
A. DEFINISI
Ca endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim.
Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim. Ca endometrium tumbuh
pada ovarium, tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Ca ini bukan merupakan penyakit
akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit ini.
Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua. Tumbuhnya jaringan
endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk kembali
ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan
tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan endometrium
terbawa ke luar rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Ca endometrium adalah yang terjadi pada organ endometrium atau pada dinding rahim.
Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam
dan berkembangnya janin. Ca endometrium kadang-kadang disebut Ca rahim, tetapi ada sel-
sel lain dalam rahim yang bisa menjadi Ca seperti otot atau sel miometrium. Ca endometrium
sering terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara
periode menstruasi atau setelah menopause (Whoellan 2009)
Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma, terdapat di dalam
endometriumnataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam
miometrium disebut adenomiosis, bila berada di luar uterus disebut endometriosis.
Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik, ataupun etiologic
adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis secara klinis lebih banyak
persamaan dengan mioma uteri. Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam masa
premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang
infertile (Sarwono.2007). Terdapat kurang lebih 15% wanita reproduksi dan pada 30% dari
wanita yang mengalami infertilitas. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium,
ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum,
tuba fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal ( serviks, vagina, vulva, dan kelenjar-
kelenjar limfe).
Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau kista yang
berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu, luka tersebut berubah
menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka dapat berkisar dari luka kecil dari 10
cm. (Rayburn, F. William.2001)
B. ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab Ca endometrium, tetapi beberapa
penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa
menyebabkan Ca endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan
munculnya Ca endometrium :
a. Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi
androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20
kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada Ca endometrium sebanyak 2 sampai
20 kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai
resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan
lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
b. Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6
kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari
12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor
resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion
span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena Ca
endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
c. Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena Ca endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum
dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25%
penderita Ca endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya
juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada
jumlah melahirkan (paritas).
d. Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan
hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko Ca endometrium.
e. Hiperplasia endometrium
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan
selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang
berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika
hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi Ca
endometrium sebesar 23%.
f. Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko
keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita
karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang
abnormal berkisar antara 17-64%.
g. Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3
populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan
endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi kontrol.
h. Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian
keganasan endometrium lenih tinggi daripada di ngara-negara yang sedang
berkembang. Kejadian keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih tinggi
daripada angka kejadian keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan
mil disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan
adanya perbedaan yang menyolok dari keganasan endometrium pada golongan kaya
dan golongan miskin. Keadaan ini tampak pada orang-orang negro yang pindah dari
daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang Asia yang
pindah ke negara industri dan merubah menu makanannya dengan cara barat seperti
misalnya di Manila dan Jepang, angka kejadian keganasan endometrium lebih tinggi
daripada di negara-negara Asia lainnya
i. Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena Ca endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang
terkena Ca ini, meskipun prosentasenya sangat kecil
j. Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan
meningkatkan angka kejadian Ca endometrium.
Jenis- jenis endometriosis
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium
yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama
dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial
ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh
lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi
siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan
progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada
saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan
endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan
nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan
menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan
nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat
latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus
mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung
fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan
terjadinya infertil pada endometriosis.
D. MANIFESTASI KLINIS
Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila
datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau berdarah
ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala endometriosisi datangnya
berkala dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bias menetap. Banyak penderita
endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala
dengan beratnya penyakit.
Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :
a. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid
(dismenore)
Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang
semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui secara pasti
tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang
endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Jika kista endometriumnya besar
dan terdapat perlengketan ataupun jika lesinya melibatkan peritoneum usus, keluhan
dapat berupa nyeri abdomen bawah atau pelvis yang konstan dengan intensitas yang
berbeda-beda. (Derek Llewellyn-Jones.2002)
b. Dispareunia
Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya
endometriosis di kavum douglasi.
c. Nyeri pada saat defekasi
Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena
adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
d. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)
Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya
sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat pada 60% wanita
penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi, perdarahan
menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi menstruasi yang lebih
sering dan banyak mengeluarkan darah. (Jones. Derek Llewellyn.2001)
e. Infertilitas
Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40% wanita
dengann endometriosis menderita infertilitas. Factor penting yang menyebabkan
infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis
dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada pemeriksaaan ginekologik khususnya
pemeriksaan vagina-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis ringan benda-
benda padat seperti butir beras sampai butir jagung di kavum douglas dan pada
ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam posisi retrofleksi dan terfiksasi.
(Wiknjosastro, hanifa.2007.)
Tanda-tanda fisik dari endometriosis yaitu rahim yang terfiksasi ke belakang, terdapat
benjolan pada ligamentum sakrouterina dan dalam kavum douglasi, massa adneksa yang
asimetris, dan nyeri pada pemeriksaan bimanual. Luka yang terlihat pada pemeriksaan
speculum adalah sangat menunjukan endometriosis, dan jika ada harus dilakukan
pemeriksaan biopsy. (Rayburn, F. William.2001).
E. KOMPLIKASI
a. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat
dengan kolon atau ureter
b. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma
c. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :
a. Laparoskopi
Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis yang
akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per laparoskopi.
Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis yang berwarna
kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk
mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan diagnosis banding antara
radang panggul dan keganasan di daerah pelviks. Moeloek mendiagnosis pasien dengan
adneksitis pada pemeriksaam dalam, ternyata dengan laparoskopi kekeliruan
diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap pasien yang dicurigai endometriosis, kesesuaian
dengan pemeriksaan laparoskopi adalah 70,8%.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi
Secar pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya endometriosis,
kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada pemeriksaan USG
didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa gambaran yang spesifik
untuk endometriosis.
G. PENATALAKSANAAN
a. Medis
a. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan
hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan
atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang
berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan
endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis
yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta
mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan
rasa nyeri karena rangsangan peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi
progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan
endomeetriosis. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
b. Pembedahan
adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak
tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat
menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini ,
pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan.
Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya
pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang
endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang
sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula
dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil
pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka
pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak
dianjurkan. (Wiknjosastro, hanifa.2007)
c. Radiasi
pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (Wiknjosastro,
hanifa.2007.)
b. Keperawatan
a. pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik
/ tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka
operasi.
b. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi.
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa
sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan.
Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi,
penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional ibu.
DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
Tingkatkan istirahat
Identifikasi tingkat
kecemasan
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Hindari aspirin
Post Operasi
DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
Tingkatkan istirahat
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Dorong istirahat
DAFTAR PUSTAKA