BAB I ................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
1. Latar Belakang...................................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3
3. Tujuan .................................................................................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 4
1. Manajemen Proyek .......................................................................................................... 4
2. Manajemen Proyek Kontruksi.......................................................................................... 4
3. Manajemen Resiko .......................................................................................................... 6
4. Pengadaan barang dan Jasa ........................................................................................... 12
BAB III ............................................................................................................................................. 15
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 15
1. Metode penelitian ..................................................................................................... 15
2. Hasil dan Pembahasan ............................................................................................... 16
BAB IV............................................................................................................................................. 18
PENUTUP ........................................................................................................................................ 18
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 18
B. SARAN .................................................................................................................... 18
i
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dinas Pekerjaan Umum yang merupakan tangan dari pemerintah pusat yakni
Kementrian Pekerjaan Umum, kehadirannya sangat memberikan warna terhadap
pelayanan publik. Dinas Pekerjaan Umum adalah perangkat daerah yang
diserahkaan wewenang, tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan otonomi
daerah dalam bidang pekerjaan umum. Untuk mewujudkan tujuan pekerjaan
pemerintahan yang berkualitas manajemen sumber daya manusia harus benar-
benar dikelola.
Menurut Drs. Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber
Daya Manusia (2016:10), Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalalah ilmu
dan seni mengatur hubungan dan perananan tenaga kerja agar terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Dalam hal ini sumber daya manusia sebagai pegawai. Pegawai yang bergerak
di bidang jasa guna melayani masyarakat melalui pemeliharaan dan pembuatan
jalan. Dinas Pekerjaan Umum yang melaksanakan tugas sebagai penyusunan dan
perumusan rencana program kegiatan dan prosedur tetap dalam rangka
pelaksanaan kebijakan tehnis di bidang sarana dan prasarana diwilayah Kota
Cirebon, juga sebagai pelaksana penataan, pemenuhan dan evaluasi kebutuhan
sarana dan prasarana sesuai standar, prosedur dan norma yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah.
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Cirebon merupakan unsur
pelaksana teknis yang berada dibawah Pemerintah Kota Cirebon dan
bertanggung jawab langsung kepada Walikota Cirebon. Sebagai salah satu
lembaga teknis daerah dan memiliki tanggung jawab membantu Kepala Daerah
dalam melaksanakan kewenangan dibidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
sebagai pemenuhan kebutuhan sarana prasarana infrastruktur Kota Cirebon.
1
Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya tersebut Dinas Pekerjaan
Umum dan Tata Ruang senantiasa menghadapi tantangan akan peningkatan
kebutuhan sarana prasarana infrastruktur Kota Cirebon sejalan dengan
perkembangan Kota.
Pembangunan infrastruktur Kota Cirebon tetap memperhatikan dan
mempedomani visi dan misi Kota untuk menciptakan keseimbangan Kota
dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan mutu lingkungan
hidup menuju pembangunan yang berkelanjutan dengan kualitas dan kuantitas
sarana prasarana infrastruktur sesuai kebutuhan daerah.
Tugas pokok Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Cirebon adalah
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Pekerjaan Umum dan
Tata Ruang mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan Perencanaan, Pembinaan dan Bimbingan serta perizinan
sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah / Walikota;
2. Penyelenggaraan perencanaan pengawasan dan pengendalian teknis dibidang
Bina Marga, Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, dan Bidang Sumber Daya Air
sesuai dengan peraturan/ketentuan yang berlaku;
3. Penyelenggaraan Tata Usaha Dinas sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh Kepala Daerah / Walikota
4. Penyelenggaraan dan mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dibidang Bina
Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang, serta Sumber Daya Air untuk dijadikan
sebagai bahan pembuatan laporan;
5. Penyelenggaraan pembinaan, pengawasan, pengelolaan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Air Limbah.
2
2. Rumusan Masalah
1. Mengidentifikasi kejadian resiko pada proses pengadaan barang dan jasa ?
2. Mengetahui strategi – strategi yang akan diterpkan berdasarkan agen resiko
terbesar untuk meminimalisir proses pengadaan barang dan jasa ?
3. Tujuan
1. Mengetahui kejadian resiko pada proses pengadaan barang dan jasa
2. Mengetahui status kejadian resiko terbesar
3. Mengetahui factor penyebab resiko yang harus ditangani,Mengetahui strategi
yang tepat untuk mengurangi resikoo dalam proses pengadaan barang dan jasa
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Manajemen Proyek
Manajemen Proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan
koordinasi suatu proyek dari awal ( gagasan ) hingga berakhirnya proyek untuk
menjain pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu
(Ervianto, 2005).
Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek
yang telah ditentukan. Lebih jauh manajemen proyek menggunakan pendekatan
system dan hierarki (arus kegiatan) vertical dan horizontal (kerzner, 1982).
Dari definisi yang diatas, konsep manajemen proyek mengandung hal-hal pokok
antara lain sebagai berikut:
a) Menggunakan, pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu
merencanaka,mengorganisir,memimpin dan mengendalikan sumber daya
perusahaan.
b) Kegiatan yang dikelola berjangjka pendek dengan sasaran yang telah
digariskan secara spesifik.ini memerlukan teknik dan metode pengelolaan
yang khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.
c) Memakai pendekatan system ( system approach to management )
d) Mempunyai hierarki (arus kegiatan) horizontal di samping hierarki vertical.
4
kegiatan tersebut tentunya akan melibatkan pihak-pihak yang terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan terlibatnya banyak pihak dalam
sebuah proyek konstruksi maka hal ini dapat menyebabkan potensi terjadinya
konflik juga sangat besar sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
proyek konstruksi sebenarnya mengandung konflik yang cukup tinggi juga.
Manajemen Konstruksi pada umumnya akan meliputi mutu fisik
konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material serta manjemen tenaga kerja.
Pada prinsipnya, dalam manajemen konstruksi, manajemen tenaga kerja
merupakan salah satu hal yang akan lebih ditekankan. Hal ini disebabkan
manajemen perencanaan hanya berperan sekitar 20% dari rencana kerja proyek.
Sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan
waktu proyek. Adapun fungsi dari manajemen konstruksi yaitu :
5
3. Manajemen Resiko
Menurut Versi Australia/New Zealand Standards (1999), manajemen risiko merupakan
suatu proses yang logis dan sistematis dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi,
mengendalikan, mengawasi, dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan segala
aktivitas, fungsi atau proses dengan tujuan perusahaan mampu meminimasi kerugian dan
memaksimumkan kesempatan. Implementasi dari manajemen risiko ini membantu perusahaan
dalam mengidentifikasi risiko sejak awal dan membantu membuat keputusan untuk mengatasi
risiko tersebut.
Manajemen resiko adalah penerapan secara sistematis dari kebijakan
manajemen, prosedur dan aktifitas dalam kegiatan identifikasi
bahya,analisa,penilaian,penanganan dan pemantauan serta review resiko.
Risiko Infrastruktur adalah peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi pada
Proyek Kerja Sama selama berlakunya Perjanjian Kerja Sama yang dapat
mempengaruhi secara negatif investasi Badan Usaha, yang meliputi ekuitas dan
pinjaman dari pihak ketiga.
Kategori Risiko
Risiko dikategorisasikan menjadi 11 kelompok yang dapat digunakan untuk
membantu mengidentifikasi risiko-risiko spesifik dalam setiap proyek KPBU. Kategori
risiko ini dapat digunakan lebih jauh dalam tahapan penilaian risiko dan
pengembangan alokasi serta mitigasi.
1. Risiko Lokasi
Risiko Lokasi adalah kelompok risiko dimana lahan proyek tidak tersedia atau tidak
dapat digunakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan dan dalam biaya yang
diperkirakan, atau bahwa lokasi dapat menimbulkan suatu beban atau kewajiban
bagi pihak tertentu.
6
c. Risiko Lingkungan Risiko
lingkungan adalah risiko kerugian terkait kerusakan lingkungan yang terjadi (1)
akibat kegiatan konstruksi dan operasi selama masa proyek, atau (2) dari kegiatan
sebelum pengalihan lahan proyek dari PJPK kepada BU atau pihak sub-kontraktor.
2. Risiko Desain
Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi adalah risiko desain, konstruksi atau uji
operasi suatu fasilitas proyek atau elemen dari prosesnya, dilakukan dengan cara
yang menyebabkan dampak negatif terhadap biaya dan pelayanan proyek.
a. Risiko Perencanaan
Risiko perencanaan adalah risiko bahwa penggunaan lokasi proyek yang diusulkan
dalam perjanjian KPS dan, khususnya, konstruksi fasilitas yang dibangun tidak sesuai
dengan regulasi yang berlaku terkait perencanaan, tata guna lahan atau bahwa
perijinan terlambat (atau tidak dapat) diperoleh atau, kalaupun diperoleh, hanya
dapat dilaksanakan dengan biaya yang lebih besar dari yang diperkirakan
b. Risiko Desain
Risiko desain adalah risiko dimana desain dari BU tidak dapat memenuhi spesifikasi
output yang ditentukan
c. Resiko Penyelesaian
Risiko penyelesaian adalah risiko dimana penyelesaian pekerjaan yang dibutuhkan
suatu proyek dapat (1) terlambat sehingga penyediaan layanan infrastruktur tidak
dapat dimulai sesuai Commercial Operation Date (COD) yang sudah ditetapkan, atau
(2) terlambat, kecuali biaya lebih besar harus dikeluarkan untuk mempertahankan
COD yang sudah terjadwal, atau (3) terlambat karena perubahan/variasi yang terjadi
d. Risiko Kenaikan Biaya
Risiko kenaikan biaya adalah risiko dimana pada tahap desain dan konstruksi, biaya
realiasi proyek melebihi proyeksi biaya proyek
e. Risiko Uji Operasi
Risiko uji operasi adalah risiko dimana uji operasi terlambat atau hasilnya tidak
memenuhi spesifikasi PJPK atau pihak otoritas lainnya.
3. Risiko Sponsor
Risiko sponsor adalah risiko dimana Badan Usaha (BU) dan/atau sub-kontraktornya
tidak dapat memenuhi kewajiban kontraktualnya kepada PJPK akibat tindakan pihak
investor swasta sebagai sponsor proyek.
4. Risiko Finansial
a. Risiko Struktur
Finansial Risiko struktur finansial adalah risiko bahwa struktur keuangan tidak cukup
7
baik untuk memberikan hasil yang optimal sesuai porsi hutang dan ekuitas selama
periode proyek dan karenanya dapat mengganggu keberlanjutan kelayakan proyek
b. Risiko Ketidakpastian Pembiayaan
Risiko ketidakpastian pembiayaan adalah risiko bahwa pihak penyedia dana (debt
dan equity) tidak akan atau tidak dapat melanjutkan komitmen untuk menyediakan
pendanaan proyek
c. Risiko Parameter Finansial
Risiko parameter finansial adalah risiko yang disebabkan berubahnya parameter
finansial (misalnya tingkat inflasi, nilai tukar, kondisi pasar) sebelum kontraktor
sepenuhnya berkomitmen untuk proyek ini, berpotensi memberikan dampak buruk
terhadap biaya proyek
d. Risiko Asuransi
Risiko asuransi adalah (i) bahwa risiko-risiko yang sebelumnya dapat diasuransikan
(insurable) pada tanggal penandatanganan sesuai dengan asuransi proyek yang
telah disepakati tetapi kemudian menjadi uninsurable atau (ii) tetap insurable tetapi
dengan kenaikan premi asuransi yang signifikan.
5. Risiko Operasional
a. Risiko Pemeliharaan
Risiko pemeliharaan adalah risiko dimana (i) realisasi biaya pemeliharaan aset
proyek lebih tinggi/berubah dari biaya pemeliharaan yang diproyeksikan, atau (ii)
terdapat dampak negatif akibat pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik Risiko
Cacat Tersembunyi (Latent Defect)
b. Risiko cacat tersembunyi (latent defect)
adalah risiko kehilangan atau kerusakan yang timbul akibat cacat tersembunyi pada
fasilitas yang termasuk sebagai aset proyek Risiko Teknologi Risiko teknologi dimana
(i) teknologi yang digunakan berpotensi gagal menghasilkan spesifikasi output yang
diperlukan, atau (ii) perkembangan teknologi membuat teknologi yang digunakan
menjadi usang (risiko keusangan teknologi)
c. Risiko Utilitas
Risiko utilitas risiko dimana (i) utilitas (misalnya air, listrik atau gas) yang diperlukan
untuk operasi proyek tidak tersedia, atau (ii) keterlambatan proyek karena
keterlambatan sehubungan dengan pemindahan atau relokasi utilitas yang terletak
di lokasi proyek
d. Risiko Sumber Daya atau Input Risiko
sumber daya atau input adalah risiko kegagalan atau kekurangan dalam penyediaan
input atau sumber daya (misalnya, batubara atau bahan bakar lainnya) yang
diperlukan untuk operasi proyek, termasuk kekurangan dalam kualitas pasokan yang
tersedia
8
e. Risiko Hubungan Industri
Risiko hubungan industri adalah risiko setiap bentuk aksi industri - termasuk
demonstrasi, larangan bekerja, pemblokiran, tindakan perlambatan dan pemogokan
- yang terjadi dengan cara yang, secara langsung atau tidak langsung, berdampak
negatif terhadap uji operasi, penyediaan layanan atau kelayakan proyek.
Risiko pendapatan (revenue) adalah risiko bahwa pendapatan proyek tidak dapat
memenuhi proyeksi tingkat kelayakan finansial, karena perubahan yang tak terduga
baik permintaan proyek atau tarif yang disepakati atau kombinasi keduanya.
8. Risiko Interface
Risiko interface adalah risiko dimana metode atau standar penyediaan layanan akan
menghalangi atau mengganggu penyediaan layanan yang dilakukan sektor publik
atau sebaliknya. Risiko ini termasuk ketika kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh
Pemerintah tidak sesuai/tidak cocok dengan yang dilakukan oleh BU, atau
sebaliknya
9. Resiko Politik
Risiko politik adalah risiko yang dipicu tindakan/tiadanya tindakan PJPK yang tidak
dapat diprediksi sebelumnya yang merugikan secara material dan mempengaruhi
pengembalian ekuitas dan pinjaman
Risiko kahar (force majeure) adalah risiko terjadinya kejadian kahar yang
sepenuhnya di luar kendali kedua belah pihak (misalnya bencana alam atau akibat
manusia) dan akan mengakibatkan penundaan atau default oleh BU dalam
pelaksanaan kewajiban kontraknya.
Aset Risiko kepemilikan aset adalah risiko terjadinya peristiwa seperti kejadian
kehilangan (misalnya hilangnya kontrak, force majeure), perubahan teknologi, dan
lainnya, yang menyebabkan nilai ekonomi aset menurun, baik selama atau pada
akhir masa kontrak.
9
Manajemen reisko sebaiknya dilakukan dalam suatu tim atau beberapa unsure
karyawanyang terlibat padapekerjaan tersebut dengan tujuan :
Lebih banyak informasi yang terkumpul
Diperoleh kesepakatan dari beberapa sudut pandang yang berbeda
Solusi yang diputuskan diterima oleh semua pihak yang terlibat
Kapan Manajemen resiko dilakukan ?
Pada tahap awal / perancangan / design
Pengembangan prosedur / intruksi kerja baru
Modifikasi proses
Ditemukan bahaya baru
10
Analisa dan Penilaian Resiko
Setelah bahaya identifikasi, tahap selanjutnya adalah melakukan analisa dan
penilaian resiko.
Dalam melakukan analisa dan penilaian resiko parameter yang digunakan adalah
AKIBAT ( consequences ) dan PELUANG ( frequency )
Akibat adalah tingkat keparahan yang mungkin terjadi dari suatu insiden yang
melibatkan manusia, property,lingkungan ataupun reputasi perusahaan.
Analisa resiko dibagi menjadi
Kualitatif
Menganalisa dan menilai resiko dengan membandingkan parameter akibat
dan peluang dengan membandingkan matriks yang telah ditetapkan.
Semikualitatif
Metode yang digunakan hamper sama dengan metode kuantitatif
perbedaannya terletak pada nilai / skor tertentu yang telah ditetapkan
sesuai resikonya
Kuantitatif
Dilakukan dengan menentukan nilai dari masing-masing parameter yang
didapat dari hasil analisa yang representative seperti analisa statistic ,
simulasi, fault tree analisa,dll.
Penanganan Resiko
Setelah dilakukan selanjutnya ditentukan apakah resiko tersebut dapat
diterima (acceptable) atau tidak. Apabila resiko tidak dapat diterima (non acceptable
risk) perusahaan harus menetapkan tindak lanjut perbaikan sampai resiko terendah
dengan prinsip hirarki pengendalisan sbb :
Eliminasi
Subtitusi
Engineering
Administrasi
Alat pelindung diri
11
Monitor dan Review
Manajemen resiko yang telah ditetpkan harus selalu di monitor, apakah
sudah sesuai dengan penerapan di aktifitas pekerjaan jika tidak harus dilalukan kaji
ulang atau review dan dipastikan selalu update.
12
Dalam rangka tertib administrasi, tertib anggaran dan pengendalian/pengawasan,
kegiatan pengadaan barang/jasa perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan swakelola adalah sebagai
berikut:
13
Pengiriman bahan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan
kapasitas penyimpanan.
Uang muka atau istilah lain yang dipersamakan dipertanggungjawabkan secara berkala
maksimal secara bulanan.
Pencapaian target fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu agar diketahui
apakah dana yang dikeluarkan sesuai dengan target fisik yang dicapai, sedangkan
pencapaian target non-fisik/perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan.
Pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh
pejabat pembuat komitmen, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.
Khusus Swakelola oleh instansi pemerintah lain pelaksana Swakelola, pembayaran
pengadaan dengan menggunakan uang persediaan, dilakukan oleh instansi pemerintah
pelaksana pengelola.
Khusus Swakelola yang dilaksanakan oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola,
penyaluran dana hibah khusus untuk pekerjaan konstruksi berupa rehabilitasi, renovasi
dan konstruksi sederhana dilakukan secara bertahap sebagai berikut:
40% apabila organisasi pelaksanaan penerimaan hibah telah siap.
30% sisanya apabila pekerjaan telah mencapai 30%.
30% sisanya apabila pekerjaan telah mencapai 60%.
Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan oleh
Instansi Pemerintah/Instansi Pemerintah lain/Kelompok Masyarakat pelaksana
swakelola kepada Pejabat Pembuat Komitmen setiap bulan.
Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan setiap bulan oleh Pejabat
Pembuat komitmen kepada Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah
Nonkementerian/Gubernur/Bupati/Walikota/Direktur Utama BUMN/BUMD terkait atau
pejabat yang disamakan.
14
BAB III
PEMBAHASAN
1. Metode penelitian
Metode penelitian merupakan cara dan tahan yang digunakan penelitian untuk
melakukan penelitian mulai dari perumusan masalah sampai menemukan solusi dari
permasalahan tersebut sesuai tujuan yang diinginkan. Dengan adanya tahapan –
tahapan yang jelas yang saling terkait dan sistematik.
Mengacu pada sistem ISO 31000, terdapat 4 tahapan yang saling berkaitan yaitu:
1. Identifikasi dan penilaian risiko untuk setiap infrastruktur bidang PUPR (risk register)
2. Analisis risiko berdasarkan best practice untuk setiap infrastruktur bidang PUPR
3. Pengembangan metode penanganan risiko untuk setiap infrastruktur bidang PUPR
agar mendapatkan rekomendasi mitigasi yang efektif, efisien dan implementatif
4. Pemantauan dan pengendalian risiko untuk setiap proyek KPBU bidang PUPR untuk
menjamin keberlangsungan proyek yang akhirnya dapat meningkatkan pasar
investasi di Indonesia.
15
2. Hasil dan Pembahasan
Risk Priority Index
Berikut beberapa Risk Priority :
16
2) Adanya kebijakan eksekutif dan dipahami
3) Ketersediaan informasi dan proses yang mudah
dipahami
4) Adanya tanggung jawab dari pelaksana/pemilik
kegiatan/pemilik risiko
5) Sumber daya yang memadai
6) Praktek yang sehat dan professional
7) Pelaporan yang baik
8) Sarana untuk mengukur hasil yang dicapai
9) Penegakan peraturan
10) Adanya regulasi manajemen risiko
11) Pemantauan yang berkesinambungan
17
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengadaan barang dan jasa adalah segala bentuk kegiatan atau proses efektif &
efesien transparan yang dilakukan dalam penyediaan kebutuhan barang dan jasa
dalam jumlah yang besar demi memenuhi kepentingan masyarakat luas yang
membutuhkannya.
B. SARAN
Makalah ini hanyalah sebagian cara untuk mendapat pengetahuan tentang manajemen
Resiko Pengadaan Barang dan jasa masih banyak ilmu tentang manajemen yang perlu
diketahui oleh karena itu penulis menyarankan pembaca untuk lebih giat mencari
sumber ilmu dari yang lain.
18