Referat Hepatitis Virus Akut
Referat Hepatitis Virus Akut
I. PENDAHULUAN
Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
di seluruh dunia. Penyakit tersebut atau gejala sisanya bertanggung jawab atas
1-2 juta kematian setiap tahunnya.
1
Penyakit epidemi dengan penularan melalui air
Adanya transmisi maternal-neonatal
Zoonosis: babi
3. Virus hepatitis B (HBV)
Masa inkubasi 15-180 hari(rata-rata 60-90 hari)
virem0-90 hari)
viremia berlangsung selama beberapa minggu samapi bulan setelah
infeksi akut
sebanyak 1-5% dewasa,90% neonatus dan 50% bayi akan
berkembang menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten
infeksi persisten dihubungkan dengan hepatitis kronik, sirosis dan
kanker hati
HBV ditemukan di darah,semen,sekret servikovaginal,saliva,ciran
tubuh lainnya.
4. Hepatitis virus D (HDV)
Masa inkubasi 4-7 minggu
Insidensi berkurang dengan adanya peningkatan pemakaian vaksin
Endemis dimediterania,semenanjung balkan, bagian eropa bekas
rusia
Viremia singkat(infeksi akut)viremia memanjang 9infeksi kronik)
Infeksi HDV hanya terjadi pada individu dengan resiko infeksi
HBV ( koinfeksi atau superinfeksi: IVDU, homoseksual atau
biseksual, resipien donor darah, pasangan seksual
Cara penularan: melalui darah, transmisi seksual, penyebaran
maternal-neonatal.
5. Hepatitis virus C(HCV)
Masa inkubasi 15-160hari(puncak sekitar 50 hari)
Infeksi yang menetap dihubungkan dengan hepatitis kronik, sirosis,
dan kanker hati
2
Cara transmisi: darah (predominan) IVDU dan penetrasi jaringan
dan resepien produk darah, transmisi seksual,maternal-neonatal,
tak terdapat transmisi fekal oral.
III. ANATOMI
3
berbatasan dengan diaphragma (facies diaphragmatica hepatis) dan berbatasan
dengan organ-organ lain seperti gaster, pars superior duodeni suprarenalis
dextra, sebagian colon transversum, flexura coli dextra, vesica fellea,
oesophagus, dan vena cava inferior (facies viceralis hepatis).
Hepar terbagi atas 2 lobus yaitu lobus hepatis dextra dan lobus hepatis
sinistra oleh incisura umbilikalis, ligamentum falciforme hepatis, dan fossa
sagitalis sinistra. Pada lobus hepatis dextra terdapat fossa sagitalis sinistra,
fossa sagitalis dextra, dan porta hepatis. Fossa sagitalis sinistra hepatis terdiri
dari fossa ductus venosi dan fossa vena umbilicalis. Fossa sagitalis dextra
terdiri dari fossa vasiecae fellea dan fossa venae cava. Porta hepatis
membentuk lobus quadrates hepatis dan lobus caudatus hepatis.
4
venosi. Pada lobus caudatus hepatis ini terdapat tonjolan yaitu processus
caudatus dan processus papillaris.
Lobus hepatis sinistra adalah lobus hepar yang berada di sebelah kiri
ligamentum falciforme hepatis. Lobus ini lebih kecil dan pipih jika
dibandingkan dengan lobus hepatis dextra. Letaknya adalah di regio
epigastrium dan sedikit pada regio hyochondrium sinistra. Pada lobus ini,
terdapat impressio gastrica, tuber omentale, dan appendix fibrosa hepatis.
Sekarang, akan dibahas sedikit tentang facies hepatis. Facies hepatis terdiri
dari facies diaphragmatica dan facies visceralis hepatis. Facies diaphragmatica
(sisi yang berhadapan dengan diaphragma) pada facies anteriornya (sisi depan
facies diaphragmatica) terdiri dari margo anterior hepatis dan perlekatan
ligamentum falciforme hepatis, sedangkan pada facies superiornya (sisi atas
facies diaphragmatica) terdapat impressio cardiaca dan pars affixa hepatis (bare
area).
5
Gambar 3. Porta hepatis
Porta hepatis terdiri dari vena porta, ductus cysticus, ductus hepaticus, dan
ductus choledochus, arteri hepatica propria dextra dan arteri hepatica sinistra,
serta nervus dan pembuluh lymphe.
6
Omentum minus membentang dari curvatura ventriculi minor dan pars
superior duodeni menuju ke fossa ductus venosi dan porta hepatis.
Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenale merupakan
bagian dari omentum minus ini.
1. Circulasi portal
2. A. Hepatica communis
3. Vena portae hepatis
4. Vena hepatica
7
2. N. Vagus dexter et sinister (chorda anterior dan chorda posterior), dan
3. N. Phrenicus dexter (viscero-afferent)
a. Histologi Hepar
Secara mikroskopik terdiri dari Capsula Glisson dan lobulus hepar.
Lobulus hepar dibagi-bagi menjadi: Lobulus klasik, Lobulus portal dan Asinus
hepar. Lobulus-lobulus itu terdiri dari Sel hepatosit dan sinusoid. Sinusoid
memiliki sel endotelial yang terdiri dari sel endotelial, sel kupffer, dan sel fat
storing.
Sistem duktuli hati (sistem saluran empedu), terdiri dari kanalikuli biliaris
dan kanal hering. Termasuk apparatus excretorius hepatis: Vesica fellea
1. Metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling
berkaitan satu sama lain. Hepar mengubah pentosa dan heksosa yang
diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut
glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hepar kemudian hepar akan
memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen
menjadi glukosa disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hepar
merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hepar
mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah
pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan:
Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP,
8
dan membentuk/biosintesis senyawa 3 karbon (3C) yaitu pyruvic acid
(asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).
2. Metabolisme lemak
Hepar tidak hanya membentuk/mensintesis lemak tapi sekaligus
mengadakan katabolisis asam lemak Asam lemak dipecah menjadi
beberapa komponen :
a. Senyawa 4 karbon – KETON BODIES
b. Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam
lemak dan gliserol)
c. Pembentukan cholesterol
d. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Hepar merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi
cholesterol. Di mana serum cholesterol menjadi standar pemeriksaan
metabolisme lipid.
3. Metabolisme protein
Hepar mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses
deaminasi, hepar juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.
Dengan proses transaminasi, hepar memproduksi asam amino dari bahan-
bahan non nitrogen. Hepar merupakan satu-satunya organ yang
membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi
produksi urea. Urea merupakan end product metabolisme protein. ∂ -
globulin selain dibentuk di dalam hepar, juga dibentuk di limpa dan
sumsum tulang. β – globulin hanya dibentuk di dalam hepar. Albumin
mengandung ± 584 asam amino dengan BM 66.000.
4. Fungsi hepar sehubungan dengan pembekuan darah
Hepar merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang
berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen,
protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing menusuk kena pembuluh
darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada hubungan dengan
katup jantung – yang beraksi adalah faktor intrinsik. Fibrin harus isomer
biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit
9
K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan beberapa faktor
koagulasi.
5. Metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hepar khususnya vitamin A, D, E, K
6. Detoksikasi
Hepar adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada
proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap
berbagai macam bahan seperti zat racun, obat over dosis.
7. Fagositosis dan imunitas
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai
bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut
memproduksi ∂ - globulin sebagai immune livers mechanism.
8. Fungsi hemodinamik
Hepar menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hepar yang
normal ± 1500 cc/ menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir
di dalam a.hepatica ± 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran
darah ke hepar. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis,
pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu
exercise, terik matahari, shock. Hepar merupakan organ penting untuk
mempertahankan aliran darah.
V. PATOGENESIS 1,2,3
Hepatitis A
Secara umum hepatitis diakibatkan karena adanya reaksi imun dari tubuh
terhadap virus yang dipacu oleh replikasi virus di hati. Replikasi virus hepatitis A
termasuk ke dalam jalur lisis. Pertama-tama virus akan menempel di reseptor
permukaan sitoplasma, RNA virus masuk, pada saat yang sama kapsid yang
tertinggal di luar sel akan hilang, di dalam sel RNA virus akan melakukan
translasi, hasil dari translasi terbagi dua yaitu kapsid baru dan protein prekusor
untuk replikasi DNA inang, DNA sel inang yang sudah dilekati oleh protein
prekusor virus melakukan replikasi membentuk DNA sesuai dengan keinginan
10
virus, DNA virus baru terbentuk, kapsid yang sudah terbentuk dirakit dengan
DNA virus menjadi sebuah virion baru, virus baru yang sudah matang keluar dan
mengakibatkan sel lisis oleh sel-sel fagosit.
Hepatitis B
11
persistensi akibat imunotoleransi terhadap HBeAg yang masuk ke dalam tubuh
janin mendahului invasi HBV. Dalam keadaan normal, saat fase replikatif tengah
berlangsung, titer HBsAg ditemui sangat tinggi, HbeAg positif, serta anti-HBe
yang negative. Konsentrasi DNA HBV juga tinggi. Mutasi di gen P
bermanifestasi kepada tingginya kadar DNA namun tidak ditemui nilai HBeAg
akibat dari tidak dapat diproduksinya antigen tersebut.
Hepatitis C
Hepatitis D
HDV merupakan virus yang tergantung dengan HBV untuk melakukan
replikasi dan siklus hidupnya. Ketergantungan ini disebabkan oleh RNA virion
memiliki defek sehingga membutuhkan HBsAg untuk transmisi. Oleh karena itu,
proses transmisinya nyaris sama, kebanyakan melalui parenteral. Infeksi hepatitis
D dapat terjadi melalui beberapa kondisi:
1. Koinfeksi akut HDV dan HBV (membutuhkan HBsAg)
2. Superinfeksi yang terjadi pada carrier HBV kemudian terinfeksi oleh HDV
12
VI. GAMBARAN KLINIS 1
13
VII. DIAGNOSIS 1,2
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan serologi kita bisa dapatkan :
Gejala biasanya muncul secara tiba-tiba
Penurunan nafsu makan
Merasa tidak enak badan
Mual
Muntah
Demam
Kadang terjadi nyeri sendi dan timbul biduran (gatal-gatal pada kulit)
Ikterus
Urin berubah warna menjadi lebih gelap
Diagnosis secara serologis
1. Transmisi infeksi secara enterik.
a. HAV
IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan
setelahnya.
Anti HAV yang positif tanpa igM anti HAV mengindikasikan infeksi
lampau.
b. HEV
Belum tersedia pemeriksaan serologi komersial yang telah disetujui
FDA.
IgM dan igG anti HEV baru dapat dideteksi oleh pemeriksaan untuk
riset.
IgM anti HEV dapat bertahan selama 6 minggu setelah puncak dari
penyakit.
IgG anti HEV dapat tetap terdeteksi selama 20 bulan.
14
2. Infeksi melalui darah.
a. HBV
Diagnosis serologis telah tersedia dengan mendeteksi keberadaan
dari igM antibody terhadap antigen core hepatitis (IgM anti HBc dan
HBsAg).
Keduannya ada saat gejala muncul
HBsAg mendahului IgM anti HBc
HBsAg merupakan petanda yang pertama kali diperiksa secara
rutin
HBsAg dapat menghilang biasanya dalam beberapa minggu
sampai bulan setelah kemunculannya, sebelum hilangnya IgM
anti HBc
HbeAg dan HBV DNA
HBV DNA di serum merupakan petanda yang pertama muncul,
akan tetapi tidak rutin diperiksa.
HbeAg biasanya terdeteksi setelah kemunculan HbsAg
Kedua petanda menghilang dalam beberapa minggu atau bulan
pada infeksi yang sembuh sendiri. Selanjutnya akan muncul anti
HBs dan anti Hbe menetap.
Tidak diperlukan untuk diagnosis rutin.
IgG anti HBc
Menggantikan IgM anti HBc pada infeksi yang sembuh.
Membedakan infeksi lampau atau infeksi yang berlanjut.
Tidak muncul pada pemberian vaksin HBV.
Antibodi terhadap HbsAg (anti HBs)
Antibodi terakhir yang muncul
Merupakan antibody penetral
Secara umum mengindikasikan kesembuhan dan kekebalan
terhadap reinfeksi
Dimunculkan dengan vaksinasi HBV
15
b. HDV
Pasien HBsAg positif dengan:
Anti HDV dan atau HDV RNA sirkulasi (pemeriksaan belum
mendapatkan persetujuan)
IgM anti HDV dapat muncul sementara.
Koinfeksi HBV/HDV
HBsAg positif
IgM anti HBc positif
Anti HDV dan atau HDV RNA
Superinfeksi HDV
HBsAg positif
IgG anti HBc positif
Anti HDV dan atau HDV RNA
Titer anti HDV akan menurun sampai tak terdeteksi dengan adanya
perbaikan infeksi.
c. HCV
Diagnosis serologi
Deteksi anti HCV
Anti HCV dapat dideteksi pada 60% pasien selama fase akut
dari penyakit, 35% sisanya akan terdeteksi pada beberapa
minggu atau bulan kemudian.
Anti HCV tidak muncul pada <5% pasien yang terinfeksi (pada
pasien HIV, anti HCV tidak muncul dalam persentase yang
lebih besar).
Pemeriksaan igM anti HCV dalam pengembangan. (belum
disetujui FDA)
Secara umum anti HCV akan tetap terdeteksi untuk periode
yang panjang, baik pada pasien yang mengalami kesembuhan
spontan maupun yang berlanjut menjadi kronik.
16
HCV RNA
Merupakan petanda yang paling awal muncul pada infeksi akut
hepatitis C.
Muncul setelah beberapa minggu infeksi.
Pemeriksaan yang mahal. Untuk mendiagnosis penyakit tidak
rutin dilakukan, kecuali pada keadaan dimana dicurigai adanya
infeksi pada pasien dengan anti HCV negatif.
Ditemukan pada infeksi kronik HCV
Diagnosis banding
Penyakit hati karena obat atau toksin
Hepatitis iskemik
Hepatitis autoimun
Hepatitis alkoholik
Obstruksi akut traktus biliaris
VIII. PENGOBATAN
1. Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi
2. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
Tidak ada rekomendasi diet khusus.
Makan pagi dengan porsi yang cukup besar merupakan makanan
yang paling baik ditoleransi.
Menghindari konsumsi alcohol selama fase akut
3. Aktivitas fisis yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari
4. Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan
malaise.
5. Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A, E, D. pemberian
interferon-alfa pada hepatitis C akut dapat menurunkan resiko kejadian
infeksi kronik. Peran lamivudin adefovir pada hepatitis B akut masih
belum jelas. Kortikosteroid tidak bermanfaat.
6. Obat-obat yang tidak perlu harus dihentikan.
17
IX. PENCEGAHAN 1
A. Pencegahan terhadap infeksi hepatitis dengan Penularan Secara
Enterik HAV
1. Imunoprofilaksis sebelum paparan
a. Vaksin HAV yang dilemahkan
Efektifitas tinggi (angka proteksi 94-100%)
Sangat imunogenik (Hampir 100% pada subyek sehat)
Antibody protektif terbentuk dalam 15 hari pada 85-95% subjek
Aman, toleransi baik
Efektifitas proteksi selama 20-50 tahun
Efek samping utama adalah nyeri di tempat penyuntikan
b. Dosis dan jadwal vaksin HAV
>19 tahun. 2 dosis of HAVRIX® (1440 Unit Elisa) dengan
interval 6-12 bulan
Anak > 2 tahun. 3 dosis HAVRIX® (360 unit Elisa), 0, 1 dan 6-12
bulan atau 2 dosis (720 Unit Elisa), 0, 6-12 bulan
c. Indikasi vaksinasi
Pengunjung ke daerah resiko tinggi
Homoseksual dan biseksual
IVDU
Anak dan dewasa muda pada daerah yang pernah mengalami
kejadian luar biasa
Anak oada daerah dimana angka kejadian HAV lebih tinggi dari
angka nasional
Pasien yang rentan dengan penyakit hati kronik
Pekerja laboratorium yang menangani HAV
Pramusaji
Pekerjaan pada bagian pembuangan air
2. Imunoprofilaksis pasca paparan
Keberhasilan vaksin HAV pada pasca paparan belum jelas
18
Keberhasilan immunoglobulin sudah nyata akan tetapi tidak
sempurna
Dosis dan jadwal pemberian immunoglobulin :
Dosis 0,02ml/kg, suntikan pada daerah deltoid
sesegera mungkin setelah paparan
Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan
Indikasi : kontak erat dan kontak dalam rumah tangga
dengan infeksi HAV akut
B. HEV
Kemunculan IgG anti HEV pada kontak dengan pasien hepatitis E dapat
bersifat proteksi, akan tetapi efektifitas dari immunoglobulin yang
mengandung anti HEV masih belum jelas.
Pengembangan immunoglobulin titer tinggi sedang dilakukan
Vaksin HEV sedang dalam penelitian klinik pada daerah endemik.
C. HBV
Pencegahan pada infeksi yang ditularkan melalui darah
Dasar utama imunoprofilaksis adalah pemberian vaksin hepatitis B sebelum
paparan.
1. Imunoprofilaksis vaksin hepatitis B sebelum paparan
a. Vaksin rekombinan ragi
Mengandung HBsAg sebagai imunogen
Sangat imunogenik, menginduksi konsentrasi proteksi anti
HBsAg pada >95% pasien dewasa muda sehat setelah
pemberian komplit 3 dosis.
Efektifitas sebesar 85-95% dalam mencegah infeksi HBV.
Efek samping utama
1. Nyeri sementara pada tempat suntikan pada 10-25%
2. Demam ringan dan singkat pada <3%
Booster tidak direkomendasikan walaupun setelah 15 tahun
imunisasi awal
19
Booster hanya untuk individu dengan imunokompremais
jika titer dibawah 10mU/ml
Peran imunoterapi untuk pasien hepatitis B kronik sedang
dalam penelitian
b. Dosis dan jadwal vaksinasi HBV, pemberian IM (deltoid) dosis
dewasa untuk dewasa, untuk bayi, anak sampai umur 19 tahun
dengan dosis anak (1/2 dosis dewasa), diulang pada 1 dan 6 bulan
kemudian
c. Indikasi
Imunisasi universal untuk bayi baru lahir
Vaksinasi catch up untuk anak sampai umur 19 tahun (bila belum
divaksinasi)
Grup resiko tinggi: 1. Pasangan dan anggota keluarga yang
kontak dengan karier hepatitis B, 2. Pekerja kesehatan dan
pekerja yang terpapar darah, 3. IVDU, 4. Homoseksual dan
biseksual pria, 5. Individu dengan banyak pasangan seksual, 6.
Resipien transfuse darah, 7. Pasien hemodialisis, 8. Sesama
narapidana, 9. Individu dengan penyakit hati yang sudah ada (
missal hepatitis C kronik).
2. Imunoprofilaksis pasca paparan dengan vaksin hepatitis B dan
immunoglobulin hepatitis B (HBIG)
Indikasi:
Kontak seksual dengan individu yang terinfeksi hepatitis akut:
o Dosis 0,04-0,07mL/kg HBIG sesegera mungkin stelah
paparan
o Vaksin HBV pertama diberikan saat atau hari yang sama
pada deltoid sisi lain
o Vaksin kedua dan ketiga diberikan 1 dan 6 bulan kemudian
Neonates dari ibu yang diketahui mengidap HBsAg positif:
o Setengah mili liter HBIG diberikan dalam waktu 12 jam
setelah lahir dibagian anterolateral otot paha atas
20
o Vaksin HBV dengan dosis 5-10 ug, diberikan dalam waktu
12 jam pada sisi lain, diulang pada 1 dan 6 bulan.
o Efektifitas perlindungan melampaui 95%
REKOMENDASI UMUM
Pasien dapat dirawat jalan selama terjamin hidrasi dan intek kalori yang
cukup
Tirah baring tidak lagi disarankan kecuali bila pasien mengalami kelelahan
yang berat
Tidak ada diet yag spesifik atau suplemen yang memberikan hasil efektif
Protein dibatasi hanya pada pasien yang mengalami ensefalopati hepatik
Selama fase rekonvalesen diet tinggi protein dibutuhkan untuk proses
penyembuhan
Alkohol harus dihindari dan pemakaian obat-obatan dibatasi
Obat-obat yang dimetabolisme di hati harus dihindari akan tetapi bila
sangat diperlukan dapat diberikan dengan penyesuaian dosis
Pasien diperiksa tiap minggu selama fase awal penyakit dan terus evaluasi
sampai sembuh
Harus terus dimonitor terhadap kejadian ensefalopati seperti kesadaran
somnolen, mengantuk dan asterisk
Masa protombin serum merupakan petanda yang baik untuk menilai
dekompensasi hati dan menentukan saat yang tepat untuk dikirim ke pusat
transplantasi
Memonitoring konsentrasi transaminase serum tidak membantu dalam hal
menilai fungsi hati pada keadaan hepatitis fulminal karena konsentrasinya
akan turun setelah ada kerusakan sel hati massif
Anti mual muntah dapat membantu keluah mual dan muntah
Pasien yang menunjukan gejala hepatitis fluminal harus segera dikirim ke
pusat transplantasi
Transplantasi hati bisa merupakan prosedur penyelamtan hidup untuk
pasien yang mengalami dekompensasi setelah serangan akut hepatitis
21
Pasien dengan hepatitis akut tidak memerlukan perawatan isolasi
Orang yang merawat pasien hepatitis virus akut A dan E harus selalu
mencuci tangan dengan sabun dan air
Orang yang kontak erat dengan pasien hepatitis B akut seharusnya
menerima vaksin hepatitis B
22
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn.IJ
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Loci
Nomor RM : 631562
Tanggal MRS : 05 Oktober 2013
ANAMNESIS
Autoanamnesis
KELUHAN UTAMA : Mata kuning
ANAMNESIS TERPIMPIN :
Mulai diperhatikan sejak 2 hari terakhir ini. Demam (-), riwayat
demam (+) 2 minggu yang lalu tidak terus-menerus,terutama malam hari
dan menurun jika diberi obat penurun demam, menggigil (-). Pasien juga
mengeluh nyeri ulu hati yang dialami sejak 1 minggu SMRS memberat 3
hari terakhir. Nyeri dirasakan hilang timbul muncul terutama setelah
makan dan nyeri tidak menjalar ke daerah lain. Mual (+),muntah (+) jika
pasien makan. Riwayat muntah terakhir tadi malam berisi sisa makanan
dan cairan. Nafsu makan menurun. Pasien sempat di opname 1 minggu
yang lalu dan didiagnosis dengan demam thypoid
BAB: tidak teratur,warna kecoklatan
BAK: lancar, warna coklat pekat seperti teh
RPS : - Riwayat sakit kuning sebelumnya disangkal
- Riwayat kontak dengan orang sakit kuning (+) teman kerja dan
tetangga kamar kost
- Riwayat pengunaan obat-obatan (-)
- Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria (-)
23
II. STATUS PRESENT
A. Keadaan Umum :sakit sedang/gizi cukup/Composmentis
B. Tanda Vital dan Antropometri
a. Tekanan darah : 100/70 mmHg
b. Nadi : 88 x/ menit
c. Pernapasan : 20x/menit, Tipe :
Thorakoabdominal
d. Suhu : 36,6 ºC
e. BB : 49 kg
f. TB : 163 cm
g. IMT : 18,44 Kg/m² (kurang)
24
Mulut
Bibir : kering (-), stomatitis (-)
Gigi : normal, caries (-)
Gusi : normal, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-)
Tonsil : T1-T1
Faring : hiperemis (-)
Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
DVS : R-2 cm H2O
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada
Inspeksi :
Bentuk : normochest, simetris kiri = kanan
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Buah dada : simetris kiri = kanan
Sela iga : dalam batas normal
Lain – lain : (-)
Paru
Palpasi
Sela iga : kiri sama dengan kanan
Fremittus raba : kiri sama dengan kanan
Nyeri tekan : (-)
Massa tumor : (-)
Perkusi
Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
Batas paru-hepar : ICS VI dextra anterior
Batas paru belakang kanan : CV Th. XI dextra
Batas paru belakang kiri : CV Th. X sinistra
Auskultasi
Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh- Rh- Wh- Wh-
Rh - Rh- Wh- Wh-
Rh- Rh- Wh- Wh-
25
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak,
batas atas jantung: ICS II sinistra
batas kanan jantung : ICS III-IV
linea parasternalis dextra
batas kiri jantung : ICS V linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular,
bunyi tambahan (-)
Perut
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : NT (+) epigastrium, MT (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Punggung / paru belakang
Inspeksi : Gerakan napas simetris kiri dan
kanan.
Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-)
Perkusi :
Batas paru belakang kanan : setinggi vertebra Th.X
Batas paru belakang kiri : setinggi vertebra Th.XI
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : BP : vesikuler,
BT : Rh -/-, Wh -/-
Alat Kelamin : tidak diperiksa
Anus dan rektum : tidak diperiksa
Ekstremitas : edema -/-
26
Laboratorium
Hasil pemeriksaan darah tgl 05-10-2013
IV. ASSESSMENT
Hepatitis virus akut
V. DIAGNOSIS BANDING
Demam tifoid
Hepatitis tifosa
Malaria
VI. PLANNING
Pengobatan
Non Farmakologis :
- Tirah baring
- Diet hati III
Farmakologis :
- IVFD Asering 20 tpm
- Inj. Metoclopramide 1 amp/8 jam/iv
27
- Omeprazole 40 mg/12 jam/iv
- Maxiliv 2x1
- Sistenol 2x1 (KP)
Rencana Pemeriksaan
- IgM AntiHAV
- Tes widal
- USG Abdomen
- Rencana konsul GEH
VII. PROGNOSIS
Quad ad functionam : Bonam
28
VIII. FOLLOW UP
Subjective (S), Objektive (O),
Tanggal Planning (P)
Assesment (A)
6/6102013 Perawatan hari ke-1 Tirah baring
T: 100/70 S : mata kuning (+), Nyeri Ulu Diet hepar
mmHg hati (+), Demam (-) IVFD Nacl 0,9% 20
N : 88x/menit BAK : Kesan Lancar, warna tpm
P:20x/menit kuning pekat Inj.metoclopramide
S: 36,6ºC BAB : Biasa, warna kuning 1amp/8jam/iv
O: SS/GK/CM Omeprazole
Kep: Anemis (-), ikterus (+), 40mg/12jam/iv
sianosis (-) Maxiliv 2x1
DVS : R-2cm H2O Sistenol 3x1 (KP)
Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-) P:
- Cek IgM Anti HAV
Cor: BJ I/II murni reguler
- Tes widal
Abd: H/L TTB, NT (-),
- Cek Urinalisis
peristaltic (+) N
- Rencana konsul GEH
Ext: edema (-)
A: Hepatitis virus akut
29
7/10/2013 Perawatan hari ke-2 Tirah baring
T: 90/60 mmHg S : mata kuning (+), Nyeri Ulu Diet hepar
N :100x/menit hati (+), Demam (-) IVFD asering 20 tpm
P:20x/menit BAK : Kesan Lancar, warna Inj.metoclopramide
S: 36,7ºC kuning pekat 1amp/8jam/iv
BAB : Biasa, warna kuning Maxiliv 2x1
O: SS/GK/CM Sistenol 2x1 (KP)
Kep: Anemis (-), ikterus (+), P:
sianosis (-) - kontrol GOT/GPT
DVS : R-2cm H2O /Albumin/bil.total/
Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-) bil/direct
Cor: BJ I/II murni reguler - Tes IgM Anti HAV
Abd: H/L TTB, NT (-), - Tes widal
peristaltic (+) N - USG abdomen
Ext: edema (-) - Rencana konsul GEH
A: Hepatitis virus akut
30
Ext: edema (-) widal
A: Hepatitis virus akut - USG abdomen
- Rencana konsul GEH
31
10/10/2013 Perawatan hari ke-5 Tirah baring
T:120/70mmHg S : mata kuning (+), nyeri ulu Diet hepar
N :80x/menit hati (+), Demam (-) Aff Infus
P:20x/menit BAK : Kesan Lancar, warna Maxiliv 2x1
S: 36,5ºC kuning pekat Sistenol 2x1 (KP)
BAB : Biasa, warna kuning P:
O: SS/GK/CM - tunggu hasil urinalisis,
Kep: Anemis (-), ikterus (+), Tes IgM Anti HAV,Tes
sianosis (-), DVS : R-2cm H2O widal
Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-) - Cek GOT/GPT
Cor: BJ I/II murni reguler - Boleh rawat jalan dan
Abd: H/L TTB, NT (-), kontrol poli
peristaltik (+) kesan Normal
Ext: edema (-)
A: Hepatitis virus akut
IX. RESUME
Seorang wanita, 21 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan mata
kuning mulai diperhatikan sejak 2 hari terakhir ini. Demam (-), riwayat
demam (+) 2 minggu yang lalu tidak terus-menerus,terutama malam hari
dan menurun jika diberi obat penurun demam, menggigil (-). Pasien juga
mengeluh nyeri ulu hati yang dialami sejak 1 minggu SMRS memberat 3
hari terakhir. Nyeri dirasakan hilang timbul muncul terutama setelah
makan dan nyeri tidak menjalar ke daerah lain. Mual (+),muntah (+) jika
pasien makan. Riwayat muntah terakhir tadi malam berisi sisa makanan
dan cairan. Nafsu makan menurun. Pasien sempat di opname 1 minggu
yang lalu dan didiagnosis dengan demam thypoid BAB: tidak
teratur,warna kecoklatan, BAK: lancar, warna coklat pekat seperti teh
Pada pemeriksaan fisis didapatkan pasien sakit sedang, gizi kurang
serta komposmentis.Tekanan darah 100/70 mmHg dan nadi 88x/menit,
32
pernapasan 20x/menit dan suhu dalam batas normal. Pada pemeriksaan
fisis didapatkan konjunctiva ikterus (+/+), nyeri tekan (+) daerah
epigastrium. Pada pemeriksaan laboratorium peningkatan kadar bilirubin
total, bilirubin direk, SGOT, SGPT dan penurunan kadar albumin.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang lainnya, maka pasien ini didiagnosis dengan Hepatitis virus
akut
X. DISKUSI
Pada anamnesis didapatkan demam 2 minggu SMRS demam tidak
terus menerus, dan demam menurun jika minum obat penurun panas.
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh akibat dari infeksi atau
peradangan. Sebagai respon terhadap invasi mikroba, sel darah utih
mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yang
menyebabkan pengeluaran prostaglandin yang meningkatkan termostat di
hipotalamus sehingga menimbulkan demam.
Pasen juga mulai juga mengaku mata terlihat kuning. Ikterus atau
jaundice adalah perubahan warna kulit, sklera mata, atau jaringan lainnya
seperti membran mukosa yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh
bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Timbulnya
jaundice pada pasien maka harus dipikirkan penyebabnya yang dapat
terjadi akibat proses di pre-hepatik, intra-hepatik, dan post-hepatik.
Penyebab ikterus pre-hepatik adalah hemolisis, sindrom Gilbert, sindrom
Crigler-Najjar. Semua penyakit tersebut memiliki kesamaan dimana
terdapat hiperbilirubinemia indirek. Penyebab ikterus intra-hepatik adalah
hepatitis, keracunan obat, penyakit hati karena alkohol, dan penyakit
hepatitis autoimun. Penyebab ikterus post-hepatik adalah batu duktus
koledokus, kanker pankreas, striktur pada duktus koledokus, karsinoma
duktus koledokus, dan kolangitis sklerosing. Pada pasien ini terjadi ikterus
akibat proses di intra hepatik sehingga memberikan keluhan mata
berwarna kuning.
33
Keluhan nyeri ulu hati yang namun terus menerus tetapi tidak
menjalar, mual dan muntah sering di temukan pada pasien hepatitis. Buang
air kecil lancar namun berwarna coklat seperti air teh ini biasanya di
temukan pada ikterus intra-hepatik yang diantaranya penyebabnya adalah
hepatitis.
Pada pasien didapatkan hasil pemeriksaan penunjang SGOT : 355 u/L,
SGPT 824 u/L. SGOT dikeluarkan kedalam darah ketika hati rusak dan
level SGOT darah dihubungkan dengan kerusakan sel hati. Hati dapat
dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari
kadar normalnya, seperti pada hepatitis akibat virus. SGPT adalah enzim
yang terdapat dalam hepatosit. Ketika sel-sel hati mengalami kerusakan
maka ALT akan bocor ke sirkulasi darah sehingga terdeteksi dan terjadi
peningkatan kadar ALT.
Pada pasien juga di dapatkan bilirubin total: 10,1 mg/dl yang artinya
melebihi batas normal. Metabolisme bilirubin melalui empat langkah yaitu
produksi, transportasi, konyugasi, dan ekresi. Bilirubin diproduksi dari
hasil pemecahan heme yaitu bagian dari hemoglobin yang nantinya
membentuk bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin untuk
ditransportasi ke hepar yang bertanggungjawab atas clearance dari
bilirubin melalui proses konjugasi agar lebih larut air untuk disekresi ke
empedu kemudian diekskresi ke lumen usus. Bakteri usus mereduksi
bilirubin terkonyugasi menjadi serangkaian senyawa yang dinamakan
sterkobilin atau urobilinogen. Zat-zat ini menyebabkan feses berwarna
coklat. Dalam usus bilirubin direk ini tidak diabsorpsi; sebagian kecil
bilirubin direk dihid-rolisis menjadi bilirubin indirek dan direabsorpsi.
Siklus ini disebut siklus enterohepatis. Sekitar 10% sampai 20%
urobilinogen mengalami siklus entero-hepatik, sedangkan sejumlah kecil
diekskresi dalam kemih. Kadar bilirubin total akan meningkat ketika ada
kelainan pada empat tahap metabolisme tersebut diantaranya yaitu pada
pasien hepatitis.
34
Diagnosis banding yang pertama adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Salmonella thypi atau Salmonella parathypi A, B, atau C.
Penyakit ini ditularkan lewat saluran pencernaan. Masa tunas rata-rata 10-
20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,
sedangkan yang terlama adalah 30 hari jika infeksi melalui minuman.
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat. Kemuadian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan
yaitu demam, pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung >7 hari ,
Bersifat febris remitten dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat tiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam.
Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga. Tetapi pada pasien mengalami gejala
demam tidak mengarah ke tifoid pasien mengalami demam yang demam
tidak terus menerus.
Pada demam tifoid terdapat gangguan pada system saluran pencernaan
yang diantaranya pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir
kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan
perut kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri
pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula
normal bahkan dapat terjadi diare. Diagnosis dapat di lakukan pemeriksaan
biakan empedu untuk menemukan Salmonella typhii dan pemeriksaan
Widal. Kedua pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada waktu masuk
dan setiap minggu berikutnya. Walau gejala-gejala klinis tidak mengarah
ke demam tifoid tetapi perlu dilakukan pemeriksaan widal pada pasien ini
untuk menyingkirkan dugaan demam tifoid
Diagnosis banding berikutnya adalah hepatitis tifosa yang merupakan
komplikasi dari demam tifoid. Pada hepatitis tifosa keadaan dimana
35
demam tifoid disertau gejala-gejala ikterus, hepatomegali dan kelainan test
fungsi hati dimana didapatkan peningkatan SGPT, SGOT dan bilirubin
darah. Pada pemeriksaan histopatologi hati didaptkan nodul tifoid dan
hiperplasi sel kuffer.
Diagnosis banding selanjutnya adalah malaria, Malaria adalah
penyakit infeksi dengan demam priodik, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopheles , pada malaria
Terjadi demam periodik yang di selingi hari tanpa demam dan terdapat
gejala klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan menggigil,
demam, berkeringat. Yang pertama yaitu periode menggigil biasanya
disertai kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan
selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar
dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur. Kedua yaitu periode panas disertai muka merah,
kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 400C atau
lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-
muntah, dapat terjadi syok. Periode ini lebih lama dari fase menggigil,
dapat sampai 2 jam atau lebih. Yang ketiga yaitu Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai
basah, temperature turun, penderita merasa capai. Tipe demam seperti ini
tidak di temukan pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik biasanya di temukan gejala anemia pada
malaria, yang di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan.
Eritrosit pada pasien malaria juga tidak dapat hidup lama, pada malaria
juga di temukan gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang. Pada pasien ini tidak ditemukan gejala
anemia dan kadar pemeriksaan hemoglobin juga dalam batas normal.
Ikterus juga sering terdapat pada pasien malaria berat disebabkan oleh
lisisnya sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada
destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat
36
mengkonjugasikan semua bilirubin yang dihasilkan. Pada pasien tidak di
temukan tanda gejala malaria berat keadaan umum masih tampak baik.
37
DAFTAR PUSTAKA
38