Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan seluruh karunia-Nya
kepada kita semua, terutama untuk penulis dan keluarga. Hanya kepada-Nyalah
kami memohon pertolongan dan ampunan, dan atas ridho-Nya sehingga penulis
mampu menyusun makalah ini dengan baik dan benar.
Pada mulanya makalah yang berjudul “K3 dan Lingkungan Tambang”
dibuat dengan tujuan untuk mengembangkan kreatifitas pembaca dalam menulis
dan meningkatkan pengetahuan bagi pembaca serta untuk memenuhi tugas dari
Mata Kuliah K3 dan Lingkungan Tambang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penulis membutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak. Maka atas
terselesaikannya makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Maulana Nur, S.T sebagai Dosen K3 dan Lingkungan Tambang
2. Orang tua penulis yang senantiasa mendoakan dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman yang telah membantu dan ikut memotivasi dalam menyelesaikan
makalah ini.
4. Layanan internet yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik isi, penyajian,
maupun pembahasannya. Semua ini disebabkan karena keterbatasan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang menyertai dari
semua pihak demi memperbaiki makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
pendengar dan khususnya bagi para siswa yang digunakan sebagai sarana
pembelajaran.

Pontianak, 22 Desember 2019

Aliifah Tiara Vidia

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) ............................. 4
2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja ......................................... 4
2.2 Sebab – Sebab Kecelakaan ....................................................................... 6
2.3 Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja ............................................ 7
2.4 Organisasi ................................................................................................. 9
2.5 Sarana Keselamatan Kerja ........................................................................ 9
2.6 Pembinaan Keselamatan Kerja ............................................................... 13
2.7 Kecelakaan Kerja Tambang ................................................................... 15
BAB III PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP .......................................... 17
3.1 Pengertian ............................................................................................... 17
3.2 Dasar-dasar dan Prinsip Pengelolaan Lingkungan Hidup ...................... 18
3.3 Isu – Isu Lingkungan Akibat Kegiatan Pertambangan ........................... 19
3.4 Aktifitas Pertambangan Ramah Lingkungan ......................................... 20
3.5 Aspek Lingkungan Dalam AMDAL Bidang Pertambangan .................. 21
3.6 Rencana Pelaksanaan Reklamasi ............................................................ 22
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh
terhadap faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar
tidak menjadikan hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya
kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa
sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi
fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini
kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya. Keselamatan dan
kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan
merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun rohani
sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin
keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat,
alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga
terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani
dan didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu
masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain
di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan,
baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain:
keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Memasuki era yang modern atau lebih dikenal dengan globalisasi,
masalah demi masalah muncul sebagai akibat yang ditimbulkan oleh era
tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap makhluk hidup utamanya
manusia tidak dapat lepas dari dampak globalisasi tersebut, karena makhluk
hiduplah pelaku utama dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu, setiap manusia
harus senantiasa waspada terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan oleh

1
kegiatan yang dilakukannya terutama dalam melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan lingkungan.
Aspek yang paling sensitif terhadap dampak era yang serba industri
seperti sekarang ini adalah lingkungan. Besar kecilnya kegiatan manusia pasti
akan berdampak pada kualitas lingkungan. Dengan demikian, manusia
sebagai pelaku utama lingkungan harus senantiasa mengendalikan dan
menjaga lingkungan agar tidak mengalami kerusakan.
Di Indonesia, masalah lingkungan merupakan masalah yang cukup
serius yang harus segera diatasi. Lingkungan hidup Indonesia yang dulu
dikenal sangat ramah dan hijau kini seakan berubah menjadi ancaaman bagi
masyarakatnya. Betapa tidak, tingkat kerusakan lingkungan di indonesia
sangat besar. Pencemaran lingkungan dan aktifitas penebangan hutan secara
illegal merupakan penyebab utamanya.
Banyaknya bencana yang sering terjadi di tanah air seperti banjir dan
tanah longsor merupakan bukti betapa pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan di era globalisasi. Kesadaran untuk hidup lebih baik harus
senantiasa dipegang oleh manusia khusunya yang tinggal di kota-kota besar
karena manusialah penyebab utama terjadinya bencana tersebut. Tanpa
manusia sadari, ketika membuang sampah di sembarang tempat, menebang
pohon tanpa perencanaan adalah suatu aktifitas yang membahayakan
kehidupannya.
Tingkat eksploitasi dan konsumsi energi fosil yang terlalu berlebihan
selama beberapa dekat ke belakang serta pengrusakan hutan dan rendahnya
usaha konservasi lahan menyebabkan terjadinya berbagai masalah
lingkungan yang parah di Indonesia. Masalah lingkungan yang terjadi
diantarannya global warming, polusi dan pencemaran lingkungan. Semua
masalah itu berujung pada terjadinya degradasi lingkungan yang mengancam
aktifitas kehidupan manusia. Lingkungan yang terdegradasi tidak mampu lagi
menyokong aktifitas kehidupan manusia dengan baik.
Oleh karena hal-hal tersebut, melalui makalah ini, saya akan mencoba
menguraikan kebijakan-kebijakan lingkungan di Indonesia dengan judul

2
makalah “Pengelolaan LingkunganHidup”. Dan berharap dengan hadirnya
makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang pentingnya lingkungan.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui Kecelakaan kerja tambang.
2. Untuk mengetahui peran K3 dalam mencegah kecelakaan kerja guna
meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Untuk mengetahui Sistem Manajemen K3 Pertambangan
4. Untuk mengetahui upaya pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.
5. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan lingkungan yang ada di
Indonesia dalam kaitannya dengan kegiatan pembangunan.
6. Untuk mengetahui manfaat dari pengelolaan dan kebijakan lingkungan
di Indonesia.

3
BAB II
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan
proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan
setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan
intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di
lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih
tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk
maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan
yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang
pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan
menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi
permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan
di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan
sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang
dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang
ada.

4
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja,
baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-
undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada
pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya
personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh
karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga
K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan
mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan
dengan baik.
Dalam kegiatan pertambangan, salah satu hal yang sangat di perhatikan
oleh pemerintah dan dunia pertambangan maupun masyarakat internasional
yaitu tingkat pelaksanaan bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam hal
ini tingkat kecelakaan tambang yang terjadi.
Untuk itu bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu usaha untuk
dapat melaksanakan pekerjaan tanpa kecelakaan, memberikan lingkungan
kerja yang aman, sehingga dapat mencapai hasil yang menguntungkan dan
bebas dari bahaya. Ini dilakukan guna mencegah agar karyawan tidak celaka
dan tidak menimbulkan kerugian pada alat/material produksi.
K3 harus perencanaan secara seksama oleh ahli yang berkepentingan dan
profesional (pihak manajemen K3) dengan mengikut sertakan karyawan.
Dalam pelaksanaannya diperlukan penyuluhan dan pengawasan yang ketat
dalam pelaksanaan peraturan-peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Terutama pada pihak manajemen dalam membuat kebijakan K3, prosedur
pelaksanaan K3, program K3 maupun perekrutan karyawan harus tertulis,

5
terdistribusi, dan dilaporkan kepada pengawas dalam hal ini pemerintah
indonesia (Departemen Pertambangan).
Karyawan juga harus ditingkatkan faktor kemampuan dan
keterampilannya, faktor sikap dan mentalnya, faktor motivasinya dalam
pekerjaannya melalui penyuluhan dan pembinaan serta kursus-kursus di bidang
pekerjaannya.
Lingkungan kerja harus sangat diperhatikan yaitu desain fasilitas,
prosedur operasi, lokasi pekerjaan harus aman.
Upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan tambang antara lain yaitu
dengan mencegah tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman antara lain
dengan:
 Mempelajari seluruh daerah tambang untuk diadakan deteksi atau kontrol
lingkungan yang berbahaya.
 Mempelajari semua metode yang dipakai di dalam operasi kegiatan yang
dilakukan atau Job safety Analisis (JSA) dan membuat Standart Operasi
Prosedur (SOP).
 Melakukan diklat, intruksi,intruksi, training, dan menanamkan disiplin.
 Peneguran dan peringatan bila terjadi kesalahan prosedur atau
pelaksanaannya meskipun kecil.
 Pengadaan dan penggunaan peralatan keamanan (safety) standar sesuai
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan karyawan.
 Mengevaluasi setiap hasil kerja dan kejadian K3.
2.2 Sebab – Sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan
yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan
merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang
mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau
berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi
kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan
pabrik.

6
Penyebab dasar kecelakaan kerja :
a. Faktor Personil
 Kelemahan Pengetahuan dan Skill
 Kurang Motivasi
 Problem Fisik
b. Faktor Pekerjaan
 Standar kerja tidak cukup Memadai
 Pemeliharaan tidak memadai
 Pemakaian alat tidak benar
 Kontrol pembelian tidak ketat
Penyebab Langsung kecelakaan kerja :
a. Tindakan Tidak Aman
 Mengoperasikan alat bukan wewenangnya
 Mengoperasikan alat dg kecepatan tinggi
 Posisi kerja yang salah
 Perbaikan alat, pada saat alat beroperasi
b. Kondisi Tidak Aman
 Tidak cukup pengaman alat
 Tidak cukup tanda peringatan bahaya
 Kebisingan/debu/gas di atas NAB
 Housekeeping tidak baik
Penyebab Kecelakaan Kerja (Heinrich Mathematical Ratio) dibagi atas 3 bagian
Berdasarkan Prosentasenya:
a. Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%)
b. Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%)
c. Diluar kemampuan manusia (2%)
2.3 Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan
merupakanresultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja yangdapat merupakan beban tambahan pada
pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu
derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya

7
bila terdapat ketidak serasian dapatmenimbulkan masalah kesehatan kerja
berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas kerja.
a. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya
belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa
30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia
gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti
ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan
produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa
angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan
dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk
dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama
menyangkut masalah PAHKdan kecelakaan kerja.
b. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 – 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan
kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilir dan
tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan
kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik
(irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain
tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang
berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan.
Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
c. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat
mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja
(Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).

8
2.4 Organisasi
Dalam organisasi K3 diperlukan divisi K3 dan lingkungan. Divisi
inilah yang bertanggung jawab terhadap :
 Keselamatan dan kesehatan kerja para buruh / pekerja.
 Mengontrol dan mencegah dampak – dampak negatif yang timbul dari
aktivitas penambangan dan merehabnya dengan melakukan reklamasi
(penghijauan kembali).
 Perawatan kendaraan (sarana penunjang) dan peralatan yang digunakan
untuk menunjang operasi tambang.
 Perawatan infrastruktur bangunan yang ada
2.5 Sarana Keselamatan Kerja
Untuk mencapai tujuan keselamatan kerja maka diperlukan hal – hal
sebagai berikut :
a. Niat pimpinan terhadap keselamatan keselamatan kerja.
Dukungan pimpinan perusahan sangat penting dan sangat menentukan
berhasilnya program keselamatan kerja.
b. Pengawas yang terlatif dan terampil.
Peranan pengawas sangat penting dalam program keselamatan
kerja.Fungsi pengawas selain untuk mengawasi kelancaran produksi,
pengawas juga berfungsi untuk mengawasi keselamatan para pekerja
bawahannya dan peralatan kerja serta lingkungan kerjanya.
c. Program kerja yang memadai
Maksudnya adalah agar tujuan/target produksi yang ditetapkan dapat
tercapai maka didalam pelaksanaan program keselamatan kerja diperlukan
program yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.
d. Peralatan keselamatan kerja
Peralatan keselamatan kerja sangat penting artinya dalam keselamatan
kerja, hal ini mengingat :
 Dengan dilengkapi peralatan keselamatan kerja, baik alat pelindung diri
maupun alat keselamatan kerja lainnya menunjukkan bahwa pimpinan
perusahaan sangat memperhatikan keselamatan kerja bagi para
karyawan.

9
 Peralatan keselamatan kerja adalah alat untuk melindungi karyawan
secara langsung dari bahaya kecelakaan, seperti :
o Helm (Helmet)
Helm digunakan untuk melindungi kepala para pekerja dari runtuhan
batuan yang terjadi secara tidak sengaja, melindungi dari matahari,
dan bahaya kecelakaannya lainnya yang dapat terjadi tanpa diduga.

Gambar 2.1 Helm (Helmet)


o Kacamata
Kacamata berfungsi untuk melindungi mata para pekerja dari debu
yang timbul dari aktifitas penambangan bagi pekerja (operator
peralatan mekanis) dan berfungsi juga sebagai kacamata las untuk
para mekanik bengkel perusahaan yang memperbaiki alat mekanis.

Gambar 2.2 Pelindung Mata / Kacamata

10
o Pelindung pada telinga (Head Seet)
Berfungsi untuk melindungi pendengaran para pekerja dari
kebisingan yang ditimbulkan oleh peralatan mekanis yang sedang
beroperasi.

Gambar 2.3 Pelindung Telinga (Head Seet)


o Sepatu lapangan (Safety Shoes)
Berfungsi untuk melindungi kaki para pekerja dari jatuhan batuan
yang tidak disengajai pada saat kegiatan pembongkaran, pemuatan,
dan pengangkutan berlangsung.

Gambar 2.4 Sepatu Lapangan (Safety Shoes)


o Kacamata las (Topen Las)
Berfungsi untuk melindungi wajah dari serpian las dan sekaligus
melindungi mata.

Gambar 2.5 Kacamata Las (Topeng Las)

11
o Pelindung dada ( Apron )
Menjaga kondisi ( kesehatan ) dada pekerja pada saat melakukan
aktifitas penambangan.

Gambar 2.6 Pelindung Dada (Apron)


o Sarung tangan
Untuk menlindungi tangan dan jari dan kenyamanan dalam bekerja.

Gambar 2.7 Sarung Tangan

12
o Pakaian Pekerja
Untuk menlindungi tubuh para pekerja pada saat aktivitas
penambangan.

Gambar 2.8 Pakaian Pekerja


2.6 Pembinaan Keselamatan Kerja
Dalam usaha pembinaan keselamatan kerja, pemerintah dalam hal ini
Direktorat Teknik Pertambangan melaksanakan hal – hal sebagai berikut :
a. Melaksanakan inspeksi keselamatan kerja secara teratur, minimum setahun
sekali.
b. Melaksanakan pemeriksaan kecelakaan tambang yang berakibat mati.
c. Menyatakan pedoman – pedoman kerja serta publikasi keselamatan kerja
seperti :
 Administrasi keselamatan kerja
 Pedoman keselamatan kerja
 Fakta kecelakaan, seperti :
- Luka – luka
- Mati ( kematian )
- Alat rusak
- Penderitaan ( cacat ), dll.
d. Menyelenggarakan pekerja terampil, seperti :
 Kursus keselamatan kerja
 Kursus operator alat berat.
Terlepas dari apa yang telah dibahas diatas, dalam pelaksanaan program
keselamatan kerja tidak dilakukan atau berlangsung begitu saja tetapi ada

13
undang – undang dan instansi terkait yang mengatur dan bertanggunggung
jawab atasnya.
Adapun beberapa undang – undang tersebut dan instansi terkait yang
dapat mengawasi / bertanggung jawab terhadap program keselamatan kerja,
yaitu :
1. Dasar Hukum Keselamatan Kerja
Dalam negara indonesia terdapat banyak hukum parsial mengenai
keselamatan kerja, dalam pembahasan mengenai program pelaksanaan
keselamatan kerja pada perencanaan penambangan marmer ini kita tidak
membahas telalu rinci mengenai hukum – hukum yang mengaturnya.
Namun sebagai bukti hukum, salah satu hukum yang bertanggung jawab
terhadap keselamatan kerja adalah UU Keselamatan Kerja No.1 Tahun
1970, pasal 12 dan pasal 14, serta PP No.19 Tahun 1973, pasal 2.
Adapun hukum – hukum lain yang mengatur tentang program keselamatan
kerja, seperti :
a. Kepmen 555.K/26/M.PE/1995 mengenai K3 Pertambangan Umum
b. PUIL ( Peraturan Umum, Instansi Listrik ) 1977
c. Surat keputusan bersama Manaker dan PU No.Kep 174/Men/86
No.104/KPTS/1986.tentang K3 kegiatan konstruksi.
d. UU No.14 Tahun 1992 tentang lalu lintas dan jalan raya
e. Keputusan Dirjen Pertambangan Umum No.1245 dan 1247 mengenai
peraturan pelaksanaan K3 pada kegiatan pertambangan umum.
2. Instansi Pemerintah Terkait
Ada beberapa instansi pemerintah terkait yang bertanggung jawab terhadap
program keselamatan kerja, yaitu :
a. Departemen Tenaga Kerja ( Depnaker )
Depnaker merupakan salah satu departemen pemerintah yang
membawahi bidang ketenagakerjaan, termasuk permasalahan
keselamatan dan kesehatan kerja seluruh tenaga kerja Indonesia. Salah
satu produk perundang – perundang dari lembaga ini adalah UU No.1
Tahun 1970, tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

14
b. Departemen Pertambangan dan Energi
Dunia pertambangan diindonesia diawasi dan dibina langsung oleh
depertamen ini. Produk perundang – undang mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja yang dihasilkan dari depertamen ini adalah
555.K/M.PE/26/1995.
c. Departemen Pekerjaan Umum
Departemen ini bertanggung jawab terhadap pengawasan pekerjaan –
pekerjaan yang bersifat umum, termasuk sektor konstruksi. Beberapa
peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja telah dikeluarkan
oleh lembaga ini, yaitu surat keputusan bersama manaker dan PU No.
Kep 174/Men/86 No.104/KPTS/1986 tentang K3 kegiatan konstruksi.
2.7 Kecelakaan Kerja Tambang
a. Pengertian Kerja Tambang
Pengertian adalah Setiap tempat pekerjaan yang bertujuan atau berhubungan
langsung dengan pekerjaan penyelidikan umum, eksplorasi, study
kelayakan, konstruksi, operasi produksi, pengolahan/ pemurnian dan
pengangkutan bahan galian golongan a, b, c, termasuk sarana dan fasilitas
penunjang yang ada di atas atau di bawah tanah/air, baik berada dalam satu
wilayah atau tempat yang terpisah atau wilayah proyek.
Yang dimaksud kecelakaan tambang yaitu :
 Kecelakaan Benar Terjadi
 Membuat Cidera Pekerja Tambang atau orang yang diizinkan di
tambang oleh KTT
 Akibat Kegiatan Pertambangan
 Pada Jam Kerja Tambang
 Pada Wilayah Pertambangan
b. Penggolongan Kecelakaan tambang
 Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan)
Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan
kurang dari 3 minggu.
 Cidera Berat (Kecelakaan Berat)
Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu.

15
Berdasarkan cedera korban, yaitu :
a. Retak Tengkorak kepala, tulang punggung pinggul, lengan bawah/atas,
paha/kaki
b. Pendarahan di dalam atau pingsan kurang oksigen
c. Luka berat, terkoyak
d. Persendian lepas
Berdasarkan penelitian heinrich:
Perbuatan membahayakan oleh pekerja mencapai 96% antara lain berasal
dari:
a. Alat pelindung diri (12%)
b. Posisi kerja (30%)
c. Perbuatan seseorang (14%)
d. Perkakas (equipment) (20%)
e. Alat-alat berat (8%)
f. Tata cara kerja (11%)
g. Ketertiban kerja (1%)

16
BAB III
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
3.1 Pengertian
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan
pengendalian lingkungan hidup.
Lingkungan hidup sendiri memiliki arti kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, temasuk manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.
Pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan bertujuan untuk
mengelola dan memantau dampak, terutama dampak negatif yang mungkin
akan timbul serta mengelola dan memantau kegiatan-kegiatan yang merupakan
sumber dampak.
Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan perlu dilaksanakan
agar dampak negatif yang mungkin akan timbul oleh kegiatan dapat dihindari
atau minimal dapat dikurangi.Rencana kegiatan penambangan deposit diorit
akan berlangsungdiDesa Gunung Gajah. Deposit diorithasil penambangan
diangkut melalui jalan tambang ke tempat pengolahan yang letaknya tidak jauh
dari lokasi penambangan masih dalam satu wilayah IUP.
Setiap tahap kegiatan pertambangan deposit diorit menimbulkan
dampak terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi
dan budaya. Sebagaimana diketahui bahwa di bumi terdapat bermacam-macam
tumbuhan, hewan, dan manusia serta mahkluk hidup lainnya yang hidup secara
berdampingan dengan benda-benda yang tidak hidup seperti udara, air, dan
tanah. Kesemuanya itu terdapat dalam satu lingkungan yang disebut
lingkungan hidup.
Untuk menjaga dan mengurangi hal-hal yang menimbulkan dampak
negatif terutama pada pengupasan tanah penutup sebaiknya dipisahkan.
Tujuannya supaya pada akhir penambangan (pasca penambangan) tanah
tersebut dapat ditimbun kembali pada lokasi yang telah digali.Hal ini bertujuan
untuk mempertahankan tata guna lahan, agar lebih effisien, maka lapisan tanah

17
penutup ditimbun pada daerah sekitar lokasi penambangan yang letaknya
masih dalam WIUP agar tidak mengganggu jalannya operasi penambangan itu
sendiri atau dilakukan penimbunan ke bawah dengan menggunakan bidang
luncur.

3.2 Dasar-dasar dan Prinsip Pengelolaan Lingkungan Hidup


Prinsip pengelolaan lingkungan hidup :
a. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup
sehingga dapat membangun manusia seutuhnya.
b. Mewujudkan manusia sebagai bagian lingkungan hidup dan tidak akan
dapat dipisahkan.
c. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana dan diolah
secara optimal semata demi kesejahteraan masyarakat.
d. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk generasi
yang akan datang.
Dasar-dasar pengelolaan lingkungan hidup :
Untuk memberikan dasar hukum yang kuat tentang usaha pemerintah dan
lembaga swadaya masyarakat dalam melaksanakan pelestarian alam maka di
buat peraturan perundang-undangan tentang lingkungan.
a. UU RI No.5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya.
b. UU RI No.51 tahun 1993 tentang analisis mengenai dampak
lingkungan.Untuk memperkecil pencemaran, pada saat ini pemerintah
menyusun dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
bagi kegiatan yang diduga menimbulkan pencemaran. AMDAL pada
prinsipnya adalah cara mengidentifikasi, memprediksi dan
mengomunikasikan pengaruh dari kegiatan manusia terutama pembangunan
fisik lingkungan. Dasar hukum pemberlakuan AMDAL yaitu PP No.22
tahun 1999 tentang AMDAL yang berlaku efektif mulai tanggal 7
November 2000. Jenis-jenis kegiatan yang harus dilengkapi dengan
AMDAL di atur dalam keputusan menteri No.3 tahun 2000. Implikasi PP
ini adalah diserahkannya sebagian besar kewenangan penilaian AMDAL

18
kepada daerah/Prov/Kab/Kota dan diwajibkan keikutsertaan masyarakat di
dalamnya. Penyesuaian dokumen AMDAL sebagai berikut :
 Memperkecil pengaruh negative
 Memaksimalkan pengaruh positif kegiatan manusia bagi lingkungan
 Mendeteksi secara dini terjadinya pencemaran
3.3 Isu – Isu Lingkungan Akibat Kegiatan Pertambangan
Kegiatan pertambangan, selain menimbulkan dampak lingkungan,
ternyata menimbulkan dampak sosial yang komplek. Oleh sebab itu, AMDAL
suatu kegiatan pertambangan harus dapat menjawab dua tujuan pokok (World
Bank, 1998) :
1. Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan kesehatan
dipertimbangkan dalam menentukan kelayakan ekonomi dan penentuan
alternatif kegiatan yang akan dipilih.
2. Memastikan bahwa pengendalian, pengelolaan, pemantauan serta
langkah-langkah perlindungan telah terintegrasi di dalam desain dan
implementasi proyek serta rencana penutupan tambang.
United Nations Environment Programme (UNEP, 1999)
menggolongkan dampak-dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan
sebagai berikut :
1. Kerusakan habitat dan biodiversity pada lokasi pertambangan
2. Perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi
pertambangan.
3. Perubahan landskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan
4. Stabilisasi site dan rehabilitasi
5. Limbah tambang dan pembuangan tailing
6. Kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing
7. Peralatan yang tidak digunakan , limbah padat, limbah rumah tangga
8. Emisi Udara
9. Debu
10. Perubahan Iklim
11. Konsumsi Energi
12. Pelumpuran dan perubahan aliran sungai

19
13. Buangan air limbah dan air asam taminasi
14. Perubahan air tanah dan kontaminasi
15. Pengelolaan bahan kimia, keamanan, dan pemaparan bahan kimia di
tempat kerja
16. Kebisingan
17. Radiasi
18. Keselamatan dan kesehatan kerja
19. Toksisitas logam berat
20. Peninggalan budaya dan situs arkeologi
21. Kesehatan masyarakat dan pemukiman sekitar tambang
3.4 Aktifitas Pertambangan Ramah Lingkungan
Kalangan usaha pertambangan sebenarnya dapat berbuat banyak untuk
mendukung mewujudkan masa depan kehutanan Indonesia yang lestari.
Dukungan perusahaan pertambangan dapat dimulai sejak awal beroperasinya
perusahaan tersebut yang telah menyatakan komitmennya sebagai perusahaan
pertambangan yang ramah lingkungan. Perusahaan pertambangan sebagai
perusahaan yang mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya alam
seharusnya sejak awal mempertimbangkan aspek lingkungan dan aspek sosial
masyarakat dalam kegiatan usahanya.
Perusahaan pertambangan seharusnya tidak hanya mengupayakan
aspek ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan dan aspek sosial.
greenmining- Ketiga aspek yang menjadi pilar utama dalam pembangunan
berkelanjutan yang ramah lingkungan tersebut harus menjadi perhatian yang
seimbang oleh pelaku usaha pertambangan.
Dalam aspek lingkungan, perusahaan pertambangan sejak awal
seharusnya memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) yang telah dibuatnya, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No: 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL. Kegiatan usaha pertambangan
umum dengan luas perizinan (KP) di atas 200 hektar atau luas daerah terbuka
untuk pertambangan di atas 50 hektar kumulatif per tahun wajib dilengkapi

20
dengan AMDAL. Hal ini sangat diperlukan untuk menghindari bukaan lahan
yang terlalu luas.
Potensi dampak penting terhadap lingkungan dari usaha pertambangan
umum antara lain merubah bentang alam, ekologi dan hidrologi. Kemudian,
lama kegiatan usaha tersebut juga akan memberikan dampak penting terhadap
kualitas udara, kebisingan, getaran apabila menggunakan peledak, serta
dampak dari limbah cair yang dihasilkan. Untuk eksploitasi produksi
batubara/gambut lebih dari 250.000 ton/tahun, bijih primer lebih dari 250.000
ton/tahun dan bijih sekunder/endapan alluvial lebih dari 150.000 ton/tahun
semuanya wajib dilengkapi dengan AMDAL.
Selain hal di atas, ada beberapa hal penting yang perlu mendapatkan
perhatian perusahaan pertambangan agar dapat menjadi perusahaan yang
ramah lingkungan. Pertama, perusahaan pertambangan harus mengelola
sumber daya alam dengan baik dan memelihara daya dukungnya agar
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.
Kedua, perusahaan pertambangan perlu meningkatkan pemanfaatan
potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan melakukan
konservasi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan, dengan menerapkan
teknologi ramah lingkungan. Ketiga, perusahaan pertambangan perlu
mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan dan
keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan,
kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal, serta penataan ruang, yang
pengusahaannya diatur dengan undang-undang. Keempat, perusahaan
pertambangan perlu menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan
pelestarian kemampuan keterbaharuan dalam pengelolaan sumber daya alam
yang dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat pulih.
3.5 Aspek Lingkungan Dalam AMDAL Bidang Pertambangan
Kegiatan pertambangan untuk mengambil bahan galian berharga dari
lapisan bumi telah berlangsung sejak lama. Selama kurun waktu 50 tahun,
konsep dasar pengolahan relatif tidak berubah, yang berubah adalah skala
kegiatannya. Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan skala

21
pertambangan semakin membesar. Perkembangan teknologi pengolahan
menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga
semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus di gali. Hal ini menyebabkan
kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan
bersifat penting.
3.6 Rencana Pelaksanaan Reklamasi
Penambangan dapat merubah lingkungan secara fisik, kimia dan
biologi, seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu,
getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan-perubahan
ini harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan yang merugikan
seperti erosi, sedimentasi, drainase yang buruk, masuknya
gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air tanah oleh
bahan beracun dan lain-lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan reklamasi adalah
sebagai berikut :
 Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.
 Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.
 Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan
mengatur sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi nantinya.
 Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak.
 Mengembalikan lahan seperti keadaan semula atau sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
 Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.
 Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas
penambangan.
 Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan
sebaiknya ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus
tanah yang keras.
 Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.

22
Selain hal-hal diatas, ada beberapa bagian penting yang harus
diperhatikan dalam rencana pelaksanaan reklamasi yaitu pemeriaan lahan,
pemetaan dan peralatan yang akan digunakan.

23
BAB IV
KESIMPULAN

Kecelakaan kerja tambang adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau
tidak dikehendaki yang benar-benar terjadi dan membuat cidera pekerja tambang
atau orang yang diizinkan di tambang oleh KTT sebagai akibat kegiatan
pertambangan pada jam kerja tambang dan pada wilayah pertambangan.

Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi
upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-
hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang
digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi,
dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti
kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem,
dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar
akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya di
tempat kerja. Pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen
yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen
perusahaan yang lain. Integrasi tersebut diawali dengan kebijakan dari perusahaan
untuk mengelola K3 dengan menerapkan suatu Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Menurut UU No. 23 Tahun 1997, lingkunganhidup aalah kesatuan ruang
dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnua manusia
dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya

24
DAFTAR PUSTAKA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan


Tujuan Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(http://anandasekarbumi.files.wordpress.com/2010/11/sap-9-msdm-10-11.ppt)

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan


dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial


Tenaga Kerja.

Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.

Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji


Masagung

Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta


:Gunung Agung, 1985.
Anonym. 2009. Lingkungan Hidup dan Pelestarian
http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/linkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-
pengertian-kerusakan-lingkungan-dan-pelestarian-

25

Anda mungkin juga menyukai