Anda di halaman 1dari 2

Komsumsi atau asupan masyarakat NTB terhadap garam beryodium masih rendah.

Data dari Badan


Pengawas obat dan makanan (BPOM) menunjukkan bahwa asupan garam yodium di NTB masih di bawah
30 ppm. Atau sebesar 54,67 % masih jauh dari standard Nasional sebesar 77,10 %. Inilah salah satu yang
ditengarai ikut menyebabkan masih tingginya angka stunting di NTB. Data terakhir BPS menunjukan
kasus stunting di NTB masih mencapai angka 33,49%.

Untuk mengatasi stunting tersebut, kini Pemda NTB bersama seluruh elemen terkait terus mendorong
dan mengedukasi masyarakat agar meningkatkan kosumsi garam Beryodium. Disamping juga mendorong
pembangunan industri garam rakyat pada minapolitan Bima untuk memproduksi garam beryodium
dengan kualitas yang baik.

Karena dengan membiasakan masyarakat mengkonsumsi garam Beryodium, dapat menjadi investasi
terhadap tumbuh kembang anak. Selain dapat mengurangi Stunting, juga anak-anak akan tumbuh
menjadi Generasi Emas NTB atau GEN tahun 2025. Yakni generasi yang sehat cerdas, sebagaimana
menjadi misi pembangunan dalam pencapsian visi NTB Gemilang.

Asisten III Setda NTB, Ir. Hj. Hartina M.Si., saat membuka Focus Group Discussions mengenai Pengawasan
Garam Beryodium di tingkat produsen di Hotel Santika Mataram, (14/8-2019) menegaskan bahwa

untuk memperbaiki masalah gizi (stunting) pemerintah kini melakukan program fortifikasi pada sejumlah
pangan di Indonesia.

Fortifikasi pangan atau pengayaan zat gizi mikro pada bahan makana, kata Hartina adalah proses
penambahan mikronutrien (vitamin dan unsur renik esensial) pada makanan. Fortifikasi pangan di
Indonesia sendiri terdapat pada tiga makanan yang kerap dikomsumsi masyarakat: garam, tepung terigu,
dan minyak goreng sawit.

Kandungan yodioum pada garam sangat penting bagi tubuh. Zat yodium di dalam garam berfungsi
membantu tubuh memproduksi hormon tiroid. Sebagai pengatur keberlangsungan proses metabolisme
tubuh secara ideal dan fungsi organ tubuh lainnya. Sehingga, garam beryodium ini memiliki peran
penting dalam melawan Stunting.

PROGRAM MEMBUMIKAN GARAM YODIUM

Berbagai upaya akan dilakukan Pemprov NTB untuk kembali membumikam garam Beryodium.
Kepala BPOM Mataram Dra. Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih mengungkapkan upaya membumikan
garam xodium itu akan dimulai dari tingkat produsen. Diantaranya akan diadakan peningkatan Quality
Control Pabrik termasuk menjamin ketersediaan garam Beryodium di masyarakat.

Foto: Kepala BPOM Mataram Dra. Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih saat menjelaskan upaya konsumsi
garam beryodium pada FGD di Hotel Santika Mataram, (14/8-2019)

Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) NTB siap memberikan Bimbingan Teknis kepada produsen
garam. Di tahun 2020-2021 nanti ditargetkan produsen garam di NTB telah mampu memproduksi garam
KW 1.

"Selain meningkatkan Quality Control, akan ada penegakan hukum dalam menghentikan garam bodoh
atau garam yang tidak berydiom di kalangan masyarakat," tambahnya.

Lebih jauh, Suarningsih meminta agar seluruh perangkat daerah dapat bekerjasama dalam membumikan
kembali garam Beryodium dalam program KGBS atau Komsumsi Garam Beryodium untuk Semua. Balai
POM Mataram dapat berperan sebagai penguji, pengawasan peredaran garam berydiom akan diampu
Dinas Perdagangan NTB, Dinas Perindustrian akan berupaya menghadirkan mesin pembuat garam
berydiom, sementara Desa dan PKK dalam berperan dalam melakukan sosialisasi secara masif hingga ke
dalam posyandu.

"Kami juga akan menerapkan 4P, yaitu Product, memastikan kualitas produk garam berydiom yang
beredar telah sesuai standar. Price, memastikan harga produk garam berydiom terjangkau masyarakat.
Place, tersedia di semua tempat. Dan Promosi, memastikan promosi dilakukan secara masif, " tandas
Suarningsih.

Anda mungkin juga menyukai