Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau
sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah
dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin
kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan
anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12
g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi yang
mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
(Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
turun dibawah normal.(Wong, 2003)

B. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik Penyebab:
1) agen neoplastik/sitoplastik
2) terapi radiasi
3) antibiotic tertentu
4) obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
5) benzene
6) infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala:
1) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
2) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
3) Morfologis: anemia normositik normokromik b. Anemia pada penyakit ginjal
4) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
5) Hematokrit turun 20-30%
6) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritopoitin

b. Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini
meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan.
c. Anemia defisiensi besi Penyebab:
1) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi.
2) Gangguan absorbsi (post gastrektomi).
3) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.

gangguan eritropoesis


Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)

sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:
1) Atropi papilla lidah
2) Lidah pucat, merah, meradang
3) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
4) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik e. Anemia megaloblastik
5) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
6) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik factor Infeksi parasit, penyakit usus dan
keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita,
7) makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
1) Pengaruh obat-obatan tertentu
2) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik.
3) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
4) Proses autoimun
5) Reaksi transfusi
6) Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI

Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0


g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
jiwa) < 6.5 g/dL

C. ETIOLOGI:

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)


2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi
dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. 4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia
karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumo atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat
proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti
yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
E. PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2002)

F. TANDA DAN GEJALA


1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare
G. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)

2. Anemia pada penyakit ginjal


a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan

3. Anemia pada penyakit kronis


Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

4. Anemia pada defisiensi besi


a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.

5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelah
3) Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Kunang-kunang
4) Peka rangsang
5) Proses berpikir lambat
6) Penurunan lapang pandang
7) Apatis
8) Depresi
9) Syok (anemia kehilangan darah)
10) Perfusi perifer buruh
11) Kulit lembab dan dingin
12) Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
13) Peningkatan frekwensi jatung
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG MUNGKIN
MUNCUL
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb
dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

K. PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIANGOSA
TUJUAN DAN KRITERIA
NO KEPERAWATAN DAN HASIL INTERVENSI
KOLABORASI
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
keperawatan selama ………
efektif b/d penurunan jam Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan perfusi jaringan klien adekuat sensasi perifer)
darah, suplai oksigen dengan kriteria : § Monitor adanya daerah
berkurang - Membran mukosa merah tertentu yang hanya peka
- Konjungtiva tidak anemis terhadap
- Akral hangat panas/dingin/tajam/tumpul
- Tanda-tanda vital dalam § Monitor adanya paretese
rentang normal § Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika
ada lesi atau laserasi
§ Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
§ Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
§ Monitor kemampuan BAB
§ Kolaborasi
pemberian
analgetik
§ Monitor
adanya
tromboplebitis
§ Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :


Nutrition
nutrisi kurang dari keperawatan selama ………. Management
kebutuhan tubuh b/d status nutrisi klien adekuat § Kaji adanya alergi makanan
intake yang kurang, dengan kriteria § Kolaborasi dengan ahli gizi
anoreksia v Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah
badan sesuai dengan kalori dan nutrisi yang
Definisi : Intake nutrisi tujuan dibutuhkan pasien.
tidak cukup untuk v Beratbadan ideal sesuai § Anjurkan pasien untuk
keperluan metabolisme dengan tinggi badan meningkatkan intake Fe
tubuh. v Mampumengidentifikasi § Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan
Batasan karakteristik : v Tidk ada tanda tanda vitamin C
Berat badan 20 %
- atau malnutrisi § Berikan substansi gula
lebih di bawah ideal v Menunjukkan peningkatan § Yakinkan diet yang dimakan
- Dilaporkan adanya fungsi pengecapan dari mengandung tinggi serat
intake makanan yang menelan untuk mencegah konstipasi
kurang dari RDA v Tidak terjadi penurunan § Berikan makanan yang
(Recomended Daily berat badan yang berarti terpilih ( sudah
Allowance) v Pemasukan yang adekuat dikonsultasikan dengan ahli
Membran mukosa
- dan v Tanda-tanda malnutri si gizi)
konjungtiva pucat v Membran konjungtiva dan § Ajarkan pasien bagaimana
- Kelemahan otot yang mukos tidk pucat membuat catatan makanan
digunakan untuk v Nilai Lab.: harian.
menelan/mengunyah Protein total: 6-8 gr% § Monitor jumlah nutrisi dan
- Luka, inflamasi pada Albumin: 3.5-5,3 gr % kandungan kalori
rongga mulut Globulin 1,8-3,6 gr % § Berikan informasi tentang
- Mudah merasa HB tidak kurang dari 10 gr % kebutuhan nutrisi
kenyang, sesaat § Kaji kemampuan pasien
setelah mengunyah untuk mendapatkan nutrisi
makanan yang dibutuhkan
- Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan Nutrition Monitoring
makanan § BB pasien dalam batas
- Dilaporkan adanya normal
perubahan sensasi § Monitor adanya penurunan
rasa berat badan
- Perasaan § Monitor tipe dan jumlah
ketidakmampuan aktivitas yang biasa
untuk mengunyah dilakukan
makanan
- Miskonsepsi § Monitor interaksi anak atau
Kehilangan BB
- dengan orangtua selama makan
makanan cukup § Monitor lingkungan selama
- Keengganan untuk makan
makan § Jadwalkan pengobatan dan
- Kram pada abdomen tindakan tidak selama jam
- Tonus otot jelek makan
- Nyeri abdominal § Monitor kulit kering dan
dengan atau tanpa perubahan pigmentasi
§ Monitor turgor
patologi kulit
- Kurang berminat § Monitor kekeringan, rambut
terhadap makanan kusam, dan mudah patah
- Pembuluh darah § Monitor mual dan muntah
kapiler mulai rapuh § Monitor kadar albumin, total
- Diare dan atau protein, Hb, dan kadar Ht
steatorrhea § Monitor makanan kesukaan
- Kehilangan rambut § Monitor pertumbuhan dan
yang cukup banyak perkembangan
(rontok) § Monitor pucat, kemerahan,
- Suara usus hiperaktif dan kekeringan jaringan
Kurangnya
- informasi, konjungtiva
misinformasi § Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Faktor-faktor yang § Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
berhubungan : papila
Ketidakmampuan lidah dan cavitas oral.
pemasukan atau § Catat jika lidah berwarna
mencerna makanan atau magenta, scarlet
mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan
dengan
faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

Defisit perawatan diri


3 b/d Setelah dilakukan tindakan NIC :
keperawatan selama ……….
kelemahan fisik jam Self Care assistane : ADLs
kebutuhan mandiri klien § Monitor kemempuan klien
Definisi : terpenuhi dengan kriteria untuk perawatan diri yang
Gangguan kemampuan v Klien terbebas dari bau mandiri.
untuk melakukan ADL badan § Monitor kebutuhan klien
pada diri v Menyatakan kenyamanan untuk alat-alat bantu untuk
terhadap kemampuan kebersihan diri, berpakaian,
Batasan karakteristik : untuk melakukan ADLs berhias, toileting dan
ketidakmampuan untuk v Dapat melakukan ADLS makan.
mandi,
ketidakmampuan dengan bantuan § Sediakan bantuan sampai
untuk berpakaian, klien mampu secara utuh
ketidakmampuan untuk untuk melakukan self-care.
makan,
ketidakmampuan § Dorong klien untuk
untuk toileting melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
Faktor yang
berhubungan kemampuan yang dimiliki.
: kelemahan, kerusakan § Dorong untuk melakukan
kognitif atau
perceptual, secara mandiri, tapi beri
kerusakan bantuan ketika klien tidak
neuromuskular/ otot-
otot mampu melakukannya.
§ Ajarkan klien/ keluarga
saraf untuk
mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
§ Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
§ Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :


keperawatan selama ……….
jam Infection Control (Kontrol
Definisi : Peningkatan status imun klien meningkat infeksi)
resiko masuknya dengan kriteria · Bersihkan lingkungan
organisme patogen v Klien bebas dari tanda dan setelah dipakai pasien lain
gejala infeksi · Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko : v Menunjukkan kemampuan · Batasi pengunjung bila
- Prosedur Infasif untuk mencegah perlu
- Ketidakcukupan timbulnya infeksi · Instruksikan pada
pengetahuan untuk v Jumlah leukosit dalam pengunjung untuk mencuci
menghindari
paparan batas normal tangan saat berkunjung dan
v Menunjukkan perilaku
patogen hidup setelah berkunjung
- Trauma sehat meninggalkan pasien
- Kerusakan jaringan · Gunakan sabun
dan peningkatan antimikrobia untuk cuci
paparan lingkungan tangan
- Ruptur membran · Cuci tangan setiap
amnion sebelum dan sesudah
- Agen farmasi tindakan kperawtan
(imunosupresan) · Gunakan baju, sarung
- Malnutrisi tangan sebagai alat
- Peningkatan pelindung
paparan
lingkungan patogen · Pertahankan lingkungan
- Imonusupresi aseptik selama
- Ketidakadekuatan pemasangan alat
imum buatan · Ganti letak IV perifer dan
- Tidak adekuat line central dan dressing
pertahanan sekunder sesuai dengan petunjuk
(penurunan Hb, umum
Leukopenia, · Gunakan kateter intermiten
penekanan respon untuk menurunkan infeksi
inflamasi) kandung kencing
- Tidak adekuat · Tingktkan intake nutrisi
pertahanan tubuh · Berikan terapi antibiotik
primer (kulit tidak bila perlu
utuh, trauma
jaringan,
penurunan kerja Infection
silia, Protection (proteksi
terhadap
cairan tubuh statis, infeksi)
perubahan sekresi · Monitor tanda dan gejala
pH, perubahan infeksi sistemik dan lokal
peristaltik) · Monitor hitung granulosit,
- Penyakit kronik WBC
· Monitor kerentanan
terhadap infeksi
· Batasi pengunjung
· Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
· Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
· Pertahankan teknik isolasi
k/p
· Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
· Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
· Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
· Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
· Dorong masukan cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
· Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
· Ajarkan cara menghindari
infeksi
· Laporkan kecurigaan
infeksi
· Laporkan kultur positif

Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


keperawatan selama ……..
ketidakseimbangan klien 1. Menentukan penyebab
suplai dan kebutuhan dapat beraktivitas dengan intoleransi
oksigen kriteria aktivitas&menentukan
- Berpartisipasi dalam aktivitas apakah penyebab dari fisik,
fisik dgn TD, HR, RR yang
sesuai psikis/motivasi
-Menyatakan gejala 2. Observasi adanya
memburuknya efek dari pembatasan klien dalam
OR&menyatakan onsetnya beraktifitas.
segera 3. Kaji kesesuaian
-Warna kulit aktivitas&istirahat klien
normal,hangat&kering sehari-hari
Memverbalisa-sikan pentingnya 4. ↑ aktivitas secara bertahap,
aktivitasseca-ra bertahap biarkan klien berpartisipasi
Mengekspresikan pengertian dapat perubahan posisi,
pentingnya keseimbangan berpindah & perawatan diri
latihan&istira 5. Pastikan klien mengubah
Hat posisi secara bertahap.
- Peningkatan toleransi aktivitas Monitor gejala intoleransi
aktivitas
6. Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat menoleransi
aktivitas
8. Bantu klien memilih aktifitas
yang mampu untuk dilakukan
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey:
Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai