Anda di halaman 1dari 6

CRITICAL APPRAISAL

HYPOCALCEMIA POSTHYROIDECTOMY:
PREVENTION, DIAGNOSIS AND MANAGEMENT

Disusun oleh:

Stevania Nugralia Thielmanuela Izaak

406182006

Pembimbing:

dr. Devi Astri, Sp. PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI

PERIODE 14 OKTOBER – 22 DESEMBER 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA


LEMBAR PENGESAHAN

Journal Reading:

Hypocalcemia Posthyroidectomy: Prevention, Diagnosis and Management

Disusun oleh:

Stevania Nugralia Thielmanuela Izaak (406182006)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Ciawi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ciawi, 13 Desember 2019

dr. Devi Astri, Sp. PD


LEMBAR PENGESAHAN

Journal Reading:

Hypocalcemia Posthyroidectomy: Prevention, Diagnosis and Management

Disusun oleh:

Stevania Nugralia Thielmanuela Izaak (406182006)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Ciawi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Mengetahui,

Kepala SMF Ilmu Penyakit Dalam

dr. Devi Astri, Sp. PD


Pembacaan Literatur Journal of Translational Science 2018
Rabu, 11 Desember 2019
Stevania Nugralia Thielmanuela Izaak

Hypocalcemia Posthyroidectomy: Prevention, Diagnosis and Management


Mejia MG, Gonzalez-Devia D, Fierro F, Tapiero M, Rojas L, and Cadena E

Hipokalsemia adalah komplikasi yang sering terjadi pada pasien yang menjalani operasi tiroid.
Ini membahayakan kualitas hidup pasien dan meningkatkan waktu rawat inap, biaya dan
kematian. Penggunaan faktor prediktif untuk mendiagnosis hipokalsemia pasca-bedah,
memungkinkan penatalaksanaan dini, menghindari komplikasi, dan mengurangi biaya
perawatan.
Metode yang digunakan adalah basis data MEDLINE/Pubmed dan EMBASE yang
dicari pada Mei 2017. Meta-analisis, systematic review, penelitian observasional dan tinjauan
naratif dimasukkan. Pencarian diperkuat dengan meninjau daftar referensi dari publikasi yang
dipilih dan menentukan sumber yang relevan untuk dimasukkan secara manual dalam publikasi
ini.
Hasil untuk menilai pasien dengan hipoparatiroidisme, hormon paratiroid intak (iPTH),
kadar total kalsium serum (TSC) dan albumin, harus diukur selama 24 jam pertama setelah
operasi. Pasien dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: risiko rendah, risiko
sedang/tidak dapat ditentukan, dan risiko tinggi.
Memulai kalsium elemental oral profilaksis, hari pertama setelah operasi dapat
mengurangi insidensi hipokalsemia pasca operasi, lama tinggal di rumah sakit dan kebutuhan
kalsium parenteral. Peresepan vitamin D (VD) juga dianjurkan.
Hipokalsemia sekunder akibat hipoparatiroidisme, merupakan komplikasi yang sering
terjadi setelah tiroidektomi. Diagnosis dini dengan menilai faktor-faktor prediktif dapat
mencegah hipokalsemia dan menurunkan mobilitas dan mortalitas. Evaluasi awal iPTH dan
kalsium serum terkoreksi (CSC) setelah operasi leher, adalah tes yang paling tepat untuk
mendiagnosis hipoparatiroidisme sementara dan permanen.
CRITICAL APPRAISAL

1. Did the study address a clearly focused question?


Penelitian ini adalah penelitian ulasan naratif, sehingga topik yang dibahas terlalu
luas.

2. Was a comprehensive literature search conducted using relevant research databases?


Penelitian ini diambil dari pangkalan data yang relevan (MEDLINE/Pubmed dan
EMBASE).

3. Is the search systemic and reproducible?


Penelitian ini tidak dibahas secara sistematik dan spesifik terhadap satu masalah
melainkan membahas suatu topik secara general sehingga menghasilkan publikasi yang
lebih mengarah pada rangkuman dari hasil-hasil temuan penelitian dan juga publikasi
lainnya.

4. Has publication bias prevented as far as possible?


Bias penelitian dimana blinding tidak dapat dilakukan karena perbedaan yang nampak
jelas dari perawatan luka yang diberi madu, diberi minyak zaitun, dan tidak diberikan
apa-apa. Pemilihan sampling juga dilakukan secara non-random, dan menghasilkan
ukuran sampel dalam penelitian ini relatif kecil.

5. Are the inclusion and exclusion clearly defined?


Kriteria inklusi dan eksklusi tidak dibahas secara jelas pada penelitian ini.

6. Was the methodological quality of each study assessed using predetermined quality
criteria?
Kualitas metodologi dari penelitian ini sulit dinilai karena penelitian ini merupakan
penelitian ulasan naratif yang dalam hierarki penelitian berada dalam tingkatan
terbawah karena bentuknya yang kurang terstruktur dan kurangnya keseragaman
maupun panduan mengenai tata cara penulisannya.

7. Are the key features of the included studies described?


Kata kunci hipokaratiroidisme hipokalsemia, evaluasi pra-operasi tiroidektomi total,
pencegahan dideskripsikan pada penelitian ini.

8. Has the meta-analysis conducted correctly?


Definisi dan variabel penting dikemukakan. Akan tetapi ethnical clearance, batas
kemaknaan, power penelitian tidak dibahas secara relevan.

9. Were the results similar from study to study?


Hasil penelitian lebih mengarah pada rangkuman dari hasil-hasil temuan penelitian dan
juga publikasi lainnya yang hasilnya sama.

10. Is the effect size practical relevant?


Effect size dari penelitian ini tidak relevan.

11. How precise is the estimate of the effect? Were confidence intervals given?
Penelitian memberikan tingkat bukti yang paling rendah.

12. Can the results be applied to your organization?


Penelitian ini merupakan ulasan naratif yang memberikan tingkat bukti yang paling
rendah dalam hierarki level of evidence. Namun bila dilakukan dengan baik bukti-bukti
yang telah dikumpulkan dari publikasi lainnya dapat memberikan masukan yang
relevan secara klinis. Publikasi ini juga memberikan beberapa rekomendasi mengenai
manajemen dari hipokalsemi pasca tiroidektomi yang secara umum mudah dipahami
dan dapat diterapkan di banyak rumah sakit besar di Indonesia yang memiliki fasilitas
untuk pengukuran kadar PTH intak total kalsium serum terkoreksi, albumin dan
pemeriksaan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai