HYPOCALCEMIA POSTHYROIDECTOMY:
PREVENTION, DIAGNOSIS AND MANAGEMENT
Disusun oleh:
406182006
Pembimbing:
Journal Reading:
Disusun oleh:
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Ciawi
Journal Reading:
Disusun oleh:
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Ciawi
Mengetahui,
Hipokalsemia adalah komplikasi yang sering terjadi pada pasien yang menjalani operasi tiroid.
Ini membahayakan kualitas hidup pasien dan meningkatkan waktu rawat inap, biaya dan
kematian. Penggunaan faktor prediktif untuk mendiagnosis hipokalsemia pasca-bedah,
memungkinkan penatalaksanaan dini, menghindari komplikasi, dan mengurangi biaya
perawatan.
Metode yang digunakan adalah basis data MEDLINE/Pubmed dan EMBASE yang
dicari pada Mei 2017. Meta-analisis, systematic review, penelitian observasional dan tinjauan
naratif dimasukkan. Pencarian diperkuat dengan meninjau daftar referensi dari publikasi yang
dipilih dan menentukan sumber yang relevan untuk dimasukkan secara manual dalam publikasi
ini.
Hasil untuk menilai pasien dengan hipoparatiroidisme, hormon paratiroid intak (iPTH),
kadar total kalsium serum (TSC) dan albumin, harus diukur selama 24 jam pertama setelah
operasi. Pasien dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: risiko rendah, risiko
sedang/tidak dapat ditentukan, dan risiko tinggi.
Memulai kalsium elemental oral profilaksis, hari pertama setelah operasi dapat
mengurangi insidensi hipokalsemia pasca operasi, lama tinggal di rumah sakit dan kebutuhan
kalsium parenteral. Peresepan vitamin D (VD) juga dianjurkan.
Hipokalsemia sekunder akibat hipoparatiroidisme, merupakan komplikasi yang sering
terjadi setelah tiroidektomi. Diagnosis dini dengan menilai faktor-faktor prediktif dapat
mencegah hipokalsemia dan menurunkan mobilitas dan mortalitas. Evaluasi awal iPTH dan
kalsium serum terkoreksi (CSC) setelah operasi leher, adalah tes yang paling tepat untuk
mendiagnosis hipoparatiroidisme sementara dan permanen.
CRITICAL APPRAISAL
6. Was the methodological quality of each study assessed using predetermined quality
criteria?
Kualitas metodologi dari penelitian ini sulit dinilai karena penelitian ini merupakan
penelitian ulasan naratif yang dalam hierarki penelitian berada dalam tingkatan
terbawah karena bentuknya yang kurang terstruktur dan kurangnya keseragaman
maupun panduan mengenai tata cara penulisannya.
11. How precise is the estimate of the effect? Were confidence intervals given?
Penelitian memberikan tingkat bukti yang paling rendah.