Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 3

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum .................................................................................... 4

2.2 Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan ..................................................... 5

2.3 Fungsi dan Peran Kurikulum......................................................................... 8

2.4 Komponen Kurikulum ................................................................................... 12

2.5 Hakikat Pengembang Kurikulum ..................................................................13

2.6 Fungsi dan Peranan Pengembangan Kurikulum ........................................... 14

2.7 Tim Pengembang Kurikulum ........................................................................ 17

2.8 Prinsip Pengembang Kurikulum ................................................................... 20

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 24

3.2 Saran ............................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 25

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi, pengembangan kurikulum 2013
diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kelulusan (SKL).
Penyusunan kurikulum 2013dimulai dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan
kesiapan peserta didik dan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum 2013 ditetapkan menjadi alat
penyelenggara pendidikan pertama kali pada tahun ajaran 2013/2014. Sebagai suatu konsep
kurikulum baru, kurikulum ini tidak dapat diterapkan dengan universal dan cepat, sehingga masih
sedikit sekolah yang menerapkan kurikulum 2013. Guru mempunyai peranan penting dalam
pelaksanaan kurikulum 2013, guru tidak dibebani dengan penyusunan silabus akan tetapi lebih
terarah untuk mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan pedoman kurikulum 2013 dan
melaksanakan pembelajaran sesuai kompetensi-kompetensi pembelajaran. Proses pembelajaran
pada kurikulum 2013 ini diharapkan adanya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, selain
itu merubah pembelajaran guru menuju berpusat pada siswa, jika dahulu biasanya yang terjadi
adalah guru berbicara dan siswa mendengar, menyimak, dan menulis, maka sekarang guru harus
lebih banyak mendengarkan siswanya saling berinteraksi, berargumen, berdebat, dan
berkolaborasi. Substansi perubahan dari kurikulum sebelumnya ke kurikulum 2013 ini adalah
perubahan proses pembelajaran, dari pola pembelajaran guru menulis di papan tulis dan murid
mencatat di buku serta guru menerangkan sedangkan murid mendengarkan menjadi proses
pembelajaran yang lebih mengubah murid untuk melakukan pengamatan, bertanya,
mengeksplorasi, mencoba, dan mengekspresikannya. Mengubah mindset guru tidak mudah,
karena sudah berpuluh tahun guru mengajar dengan model konvensionalmenjadi seorang guru
yang berperan sebagai fasilitator dan motivator. Kegagalan mengubah mindset guru akan menjadi
sumber kegagalan implementasi Kurikulum 2013.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa kedudukan kurikulum dalam pendidikan?
3. Apa fungsi dan peran kurikulum?
4. Apa saja komponen kurikulum?
5. Apa hakikat pengembang kurikulum?
6. Apa saja fungsi dan peranan pengembangan kurikulum?
2
7. Siapa saja tim pengembang kurikulum?
8. Apa saja prinsip pengembang kurikulum?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum.
2. Untuk mengetahui kedudukan kurikulum dalam pendidikan.
3. Untuk mengetahui fungsi dan peran kurikulum.
4. Untuk mengetahui komponen kurikulum.
5. Untuk mengetahui hakikat pengembang kurikulum.
6. Untuk mengetahui fungsi dan peranan pengembangan kurikulum.
7. Untuk mengetahui tim pengembang kurikulum.
8. Untuk mengetahui prinsip pengembang kurikulum.
9. Untuk memnuhi tugas mata kuliah telaah kurikulum.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Dalam pengertian kurikulum. Secara umum, Pengertian kurikulum adalah seperangkat
atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani
dalam aktivitas belajar mengajar. Secara etimologis, kurikulum berasal dari istilah curriculum
dimana dalam bahasa inggris, kurikulum adalah rencana pelajaran. Curriculum berasal dari
bahasa latin yaitu currere, kata currere memiliki banyak arti yaitu berlari cepat, maju dengan
cepat, menjalani dan berusaha untuk.
Dalam bahasa arab, kurikulum disebut dengan manhaj yang berarti jalan yang dilalui
manusia pada berbagai bidang kehidupan, dalam pengertian kurikulum pendidikan bahasa
arab yang dikenal dengan istilah manhaj al-dirasah yang jika dilihat artinya pada kamus
tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan sebagai acuan lembaga
pendidikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Dalam pengertian kurikulum, para
ahli mengemukakan pendapatnya dalam memberikan gambaran berupa definisi-definisi
pengertian kurikulum.
Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F (1968) adalah semua pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun berkelompok, baik disekolah maupun
diluar sekolah. Pengertian kurikulum menurut definisi Inlow (1966), mengemukakan
pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus
oleh pihak sekolah guna membimbing murid untuk memperoleh hasil dari pembelajaran yang
sudah ditentukan. Menurut definisi Neagley dan Evans (1967), pengertian kurikulum adalah
semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah. Menurut pendapat Beauchamp
(1968), pengertian kurikulum adalah dokumen tertulis yang kandungannya berisi mata
pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran,
pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian kurikulum
menurut definisi Good V.Carter (1973), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian
kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik. Menurut
UU No. 20 Tahun 2003, pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pengertian kurikulum menurut definisi Murray Print yang mengemukakan pendapatnya
bahwa pengertian kurikulum adalah sebuah ruang pembelajaran yang terencana, yang
4
diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman
yang dapat dinikmati oleh semua siswa pada saat kurikulum diterapkan.
Dari Pengertian Kurikulum secara umum dan pengertian kurikulum menurut definisi para
ahli dapat disimpulkan bahwa dari penjelasan diatas tentang pengertian kurikulum sangatlah
fundamental yang menggambarkan fungsi kurikulum yang sesungguhnya dalam sebuah
proses pendidikan. Dalam perkembangannya, sejarah indonesia mengenai kurikulum telah
berganti-ganti antara lain sebagai berikut
Tahun 1947 - Leer Plan (Rencana Pelajaran)
Tahun 1952 – Rencana Pelajaran Terurai
Tahun 1964 – Renthjana Pendidikan
Tahun 1968 – Kurikulum 1968
Tahun 1975 – Kurikulum 1975
Tahun 1984 – Kurikulum 1984
Tahun 1994 – dan Kurikulum 1999 – Kurikulum 1994 dan Sublemen Kurikulum 1999
Tahun 2004- Kurikulum Berbasis Kompetensi
Tahun 2006- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Tahun 2013- Kurikulum 2013.

2.2 Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan


Kurikulum memiliki kedudukan yang penting dalam dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan adanya keterkaitan antara teori-teori pendidikan yang berkembang dengan
konsep-konsep kurikulum yang dikembangkan. Seiring perkembangan masyarakat modern,
pendidikan lebih banyak diselenggarakan secara formal terutama di sekolah-sekolah, hal ini
karena sekolah mempunyai kelebihan yaitu keluasan untuk memberikan isi pendidikan yang
tidak hanya nilai-nilai moral yang diajarkan tetapi juga mengenai perkembangan teknologi
dan kehidupan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas dan lebih
mendalam dibandinkan keluarga.
Berkembangnya pendidikan formal dalam bentuk lembaga pendidikan sekolah menuntut
adanya kurikulum yang dirancang dan dikembangkan secara tertulis dan pada akhirnya
kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahakan dari kegiatan pendidikan khususnya
pendidikan formal di sekolah. Dengan adanya kurikulum maka guru maupun siswa memiliki
arah dan pedoman untuk melakukan kegiatan pendidikan, pengajaran dan pembelajaran di
lembaga pendidikan di sekolah, mulai dari materi pelajaran yang harus diberikan, program
dan rencana pembelajaran yang harus dibuat, kegiatan dan pengalaman belajar yang harus

5
dilakukan dan penilaian terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan dalam bentuk hasil
belajar yang dicapai oleh siswa.
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya
membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat
berlangsung dalam lingkungan keluaraga, sekolah ataupun masyarakat. Dalam lingkungan
keluarga, interaksi pendidikan terjadi antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai
peserta didik. Interaksi ini berjalan tanpa rencana tertulis.
Sedangkan pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Guru sebagai
pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru.
Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi berbagai bentuk interaksi pendidikan, dari
yang sangat formal yang mirip dengan pendidikan disekolah dalam bentuk kursus-kursus,
sampai dengan yang kurang formal seperti ceramah, serasehan, dan pergaulan kerja. Gurunya
juga bervariasi dari yang memiliki latar belakang pendidikan khusus sebagai guru, sampai
dengan yang melaksanakan tugas sebagai pendidik karena pengalaman, kurikulumnya juga
bervariasi. Dari yang memiliki kurikulum formal dan tertulis sampai dengan rencana pelajaran
yang hanya ada pada pikiran penceramah atau moderator serasehan.
Dari hal-hal yang diuraikan itu, dapat ditarik kesimpulan berkenaan dengan pendidikan
formal. Pertama, pendidikan formal memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum tertulis
yang tersusun secara sistematis, jelas dan rinci. Kedua, dilaksanakan secara formal, terencana,
ada yang mengawasi dan menilai. Ketiga, diberikan oleh pendidik atau guru yang memiliki
ilmu dan ketrampilan khusus dalam bidang pendidikan. Keempat, interaksi pendidikan
berlangsung dalam lingkungan tertentu, dengan fasilitas dan alat serta aturan-aturan
permainan tertentu pula.
Pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibanding dengankan dengan
pendidikan informal dalam lingkungan keluarga. pertama, pendidikan formal disekolah
memiliki lingkup isi pendidikan yang lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan pembinaan
segi-segi moral tetapi juga ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Kedua, pendidikan disekolah
dapat memberikan pengetahuan yang lebih tinggi, lebih luas dan mendalam. Ketiga, karena
memiliki rancangan atau kurikulum secara formal dan tertulis, pendidikan disekolah
dilaksanakan secara berencana, sistematis, dan lebih disadari. Karena yang memiliki
rancangan atau kkurikulum formal dan tertulis adalah pendidikan disekolah.
Telah diuraikan sebelumnya, bahwa adanya rancangan atau kurikulum formal dan tertulis
merupakan ciri utama pendidikan disekolah. Dengan kata lain, kurikulum merupakan syarat
mutlak bagi pendidikan disekolah. Kalau kurikulum merupakan syarat mutlak , hal itu berarti
bahwa kurikulum merupakn bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran.
6
Dapat kita bayangkan, bagaimana bentuk pelaksanaan suatu pendidikan atau pengajaran
disekolah yang tidak memiliki kurikulum.
Kurikulum mengarahkan segala betuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-
tujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson kurikulum juga merupakan suatu rencana
pendidikan, memberikan pedoman dan pengangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta
proses pendidikan. Disamping itu kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang
ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau
memberian landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi
pendidikan. Dalam lingkungan sekolah pasti memiliki kurikulum. Pengajaran yang
direncanakan, terstruktur. Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal
dalam lembaga pendidikan guru. Sehingga peran guru dalam pengembangan kurikulum juga
sangat penting.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum
bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses
pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan
demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan
tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis
bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.
Kedudukan kurikulum dapat dilihat dari sistem pendidikan itu sendiri , pendidikan sebagai
sistem tentu memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling
ketergantungan, komponen-komponen pendidikan itu antara lain adalah tujuan pendidikan,
kurikulum pendidik, peserta didik, lingkungan, sarana dan pra sarana, manajemen, serta
teknologi. berdasarkan komponen-komponen ini jelas bahwa kurikulum mempunyai
kedudukan-kedudukan tersendiri dalam sistem pendidikan nasional .
Dalam Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional , bab X tentang kurikulum
pasal 36 dikemukakan bahwa :
ayat (1): pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
ayat (2): kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
ayat (3): kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka negara kesatuan
republik indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak
7
mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah
dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja,
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global
dan persatuan nasional serta nilai-nilai kebangsaan.

2.3 Fungsi dan Peranan Kurikulum

a) Fungsi Kurikulum

Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru berfungsi sebagai pedoman
dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Sementara bagi kepala sekolah dan
pengawas kurikulum berfungsi pedoman dalam melakukan supervisi atau pengawas. Bagi
orang tua kurikulum berfungsi sebagai pedoman guna membimbing anaknya belajar di
rumah. Bagi masyarakat kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan
bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi peserta didik berfungsi
sebagai pedoman belajar (Mida Latifatu, 2013) :

a. Fungsi kurikulum bagi siswa

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fumgsi
kurikulum (Mida Latifatu, 2013: 19-24) yaitu:

1. Fungsi penyesuaian (the adjustive or adaptive function)

Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mengarahkan setiap peserta didik agar memiliki sifat well adjusted yaitu
kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, baik lingkunganfisik
maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan
bersifat dinamis. Oleh karena itu, peserta didik pun harus memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Tanpa bekal yang
cukup, susah bagi peserta didik untuk melakukan penyesuaian diri padahal jika ingin
konsisten maka dibutuhkan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

2. Fungsi integrasi (the Integrating Function)

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu menghasilkan pribadi – pribadi yang utuh. Setiap peserta didik pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, peserta didik pun
harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan
8
masyarakat. Sehingga dengan demikian peserta didik tidak asing di tempat di mana ia
tinggal.

3. Fungsi diferensiasi (The Differentiating Function)

Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu peserta didik. Setiap peserta
didik memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan
dilayani dengan baik. Karena itu seorang guru dibutuhkan kesabaran dan wawasan yang luas
guna menampung setiap peserta didiknya. Tanpa bekal yang baik sulit bagi seorang guru
untuk memahami setiap karakter atau sifat yang melekat pada setiap peserta didiknya.

4. Fungsi persiapan ( The Propaedeutic Funcion )

Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
berikutnya. Selain itu, kurikulum juga juga diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena suatu hal, tidak dapat melanjutkan
pendidikannya. Sebab banyak pula diantara masyarakat Indonesia yang hidupnya masih
menengah kebawah sehingga dengan demikian sangat sulit bagi mereka untuk bisa
membiayai putra putrinya guna mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi .hal ini
dikarenakan keterbatasan ekonomi. Karenanya dengan kurikulum yang direncanakan
dengan baik maka akan menghasilkan pribadi yang baik yang siap menghadapi kehidupan
yang sebenarnya di masyarakat.

5. Fungsi pemilihan ( The Selective Funcion )

Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai
dengan kemampuan dan minatnya. Sebab setiap peserta didik memiliki minat dan bakatnya
masing-masing, sehingga dengan demikian peserta didik dapat mengasah potensi yang ia
miliki dan bisa mengembangkan bakat yang menonjol bagi mereka. Fungsi pemilihan ini
juga sangat erat hubungannya dengan fungsi difererensiasi, karena pengakuan atas adanya
perbedaan individual peserta didik berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut
untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan
kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.

6. Fungsi diagnostik ( The Diagnostic Funcion )

9
Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan
( potensi ) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memhami
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan
peserta didiknya dapat mengembangngkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau
memperbaiki kelemahan-kelemahnnya.

b. Fungsi kurikulum bagi guru

Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap
perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan (hendyar
soetopu dan wasty soemanto, 1993:18)

Sedangkan menurut zulfanur z. firdaus dan rosmid rosa (1997:1.10) fungsi kurikulum bagi
guru yaitu sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pelajaran.

c. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah

Adapun fungsi kurikulum bagi kepala sekolah yang diungkapkan oleh Hendyat Soetopo dan
Wasty soemanto (Zulfanur Z. Firdaus dan Rosmid Rosa (1997:1.10) adalah sebagai berikut:

1. Pedoman dalam mengatakan fungsi supervise yaitu memperbaiki situasi belajar.

2. Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam memberikan bantuan kepada guru
untuk memperbaiki situasi belajar.

3. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar.

4. Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi untuk


menunjang situasi belajar anak yang lebih baik.

5. Sebagai seorang administrator. Kurikulum dapat di jadikan pedoman untuk


memperkembangkan kurikulum lebih lanjut.

b) Peranan kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang


sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Apabila dirinci secara
detail terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting, yaitu peranan konservatife, peranan
kreatif, dan peranan krisis/evaluatif.

1. Peranan konservatif

10
Peranan konsrvatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan
masa kini kepada generasi muda. Peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan
kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi lebih mendasar,
disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah proses social.

2. Peranan kreatif

Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senan tiasa terjadi setiap saat.
Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan suatu yang
baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada
masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat
membantu semua siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk
memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara
berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.

3. Peranan kritis dan evaluatif

Peranan ini dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang
hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai
dan budaya masalalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada
masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa yang
akan mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, peranan
kurikulum tidak hanya mewariskan nilai budaya yang ada atau menerapkan hasil
perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan
memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam
hal ini, kirukulum harus terus aktif berpartisipasi dalam control atau filter social. Nilai-nilai
social yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntunan masa kini dihilangkan
modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.

Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus berjalan secara seimbang dan harmonis
agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi penimpangan-penimpangan
yang menyebabkan peranan kurikulum persekolahan menjadi tidak optimal.
Menyelaraskan ketiga kurikulum tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak yang
terkait dalam proses pendidikan, di antaranya guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua,
siswa, dan masyarakat. Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait tersebut idealnya dapat
memahami betul apa yang menjadi tujuan da nisi dari kurikulum yang diterapkan sesuai
dengan bidang tugas masing-masing.
11
2.4 Komponen-komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu.


Sistem kurikulum tebentuk oleh empat komponen, yaitu; Komponen tujuan, isi kurikulum,
komponen metode atau strategi pencapaian tujuan,dan komponen evaluasi. Sebagai suatu
sistem, setiap komponen harus saling barkaitan satu sama lai. Manakala salah satu komponen
yang membetuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen
lainnya,maka sistem kurikulum secara keseluruhan akan terganggu.

 Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala
makro,rumusan tujuan kurikulum erat kaiatannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-
citakan, misalkan, filsafat atau nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka
tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang
pancasilais. Dalam sekala mikro, tujuan kurikulum berhuungan dengan visi dan misi sekolah
serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses
pembelajaran.

 Komponen Isi atau Materi Pelajaran


Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar
yang harus dimiliki pesrta didik. Isi kurikulum menyangkut semua aspek baik yang
berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi
setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan peserta didik. Baik
materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

 Komponen Metode atau Strategi


Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum.
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peranan yang sangat penting, sebab
berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi meliputi rencana, metode dan
perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang
telah disusun tercapai secara optima dinamakan metode.

12
 Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi,
dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian-bagain mana yang harus
disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan.
Dlam konteks kurikulum,evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui pakah tujuan yang telah
detetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam
perbaikan strategi yang ditetapkan.

2. 5 Hakikat Pengembangan Kurikulum

Dalam proses pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan


pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yang diinginkan. Sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan,
kurikulum hendaknya adaptip terhadap perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta
canggihnya teknologi. Kurikulum berkembang sejalan dengan pengembangan teori dan praktik
pendidikan.

Kurikulum harus bisa memberikan arahan dan patokan keahlian kepada peserta didik
setelah menyelesaikan suatu program pengajaran pada suatu lembaga. Oleh karena itu, wajar
bila kurikulum selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedang terjadi.

Macam-macam definisi yang diberikan tentang kurikulum. Lazimnya kurikulum


dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di
bawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya.

Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya
meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi
dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang
tak formal, yang akhir ini disebut kegiatan ekstra-kurikuler. Ekstra-kurikuler terdiri atas
kegiatan-kegiatan yang juga direncanakan, akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan
pelajaran akademis dan kelas tertentu. Kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap kurikulum
formal.

13
Definisi kurikulum yang akan digunakan yaitu kurikulum yang dipandang sebagai
suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah
tujuan pendidikan tersebut. Kurikulum diartikan 2 macam, yaitu:

1. Sejumah materi yang harus ditempuh atau dipelajari di sekolah/perguruan tinggi


untuk memperoleh ijazah tertentu.

2. Sejumlah materi pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau
jurusan.

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan


rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan
pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar - mengajar, antara lain penetapan jadwal
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan,
sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-
sumber unit, dan rencana unit untuk memudahkan proses belajar mengajar.

Hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta
didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, sasaran strategi belajar
mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup
pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar.
Kurikulum merupakan syarat mutlak dan ciri utama pendidikan sekolah atau pendidikan
formal, sehingga kurikulum adalah bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan dan
pembelajaran.

Kurikulum Pendidikan islam mengandung makna sebagai suatu rangkaian program


yang mengarahkan kegiatan belajar mengajar yang terencana dengan sistematis dan berarah
tujuan, serta menggambarkan cita-cita ajaran Islam. Dalam definisi luas , kurikulum
pendidikan Islam berisikan materi untuk pendidikan seumur hidup dan yang menjadi materi
pokok kurikulum Pendidikan Islam adalah bahan-bahan, aktivitas, dan pengalaman yang
mengandung unsur ketauhidan.

2.6 Fungsi Pengembangan Kurikulum

Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah atau madrasah berfungsi sebagai berikut:

14
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah
SWT yang telah ditanamkan lingkungan keluarga.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik fisik
maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran
Islam.

d. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan


kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman
ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya
lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju
manusia indonesa seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan


fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang
agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri serta bagi orang lain.

Dalam proses belajar mengajar kedudukan kurikulum menjadi sangat penting, karena
dengan kurikulum anak sebagai individu yang berkembang akan mendapat manfaat. Namun
disamping kepentingan anak didik, krikulum juga berfungsi bagi kepentingan-kepentingan
yang lain antara lain:

1) Fungsi Kurikulum Dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan

Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang didiinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan krusial untuk
dicapai. Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah meninjau kembali tujuan yang
selama ini digunakan oleh sekolah bersangkutan. Dalam pencapaian tujuan pendidikan yang
dicita-citakan, tujuan-tujuan tersebut harus dicapai secara bertahap yang saling mendukung.
Sedangkan keberadaan kurikulum disini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan.

2) Fungsi Kurikulum Bagi Anak Dididik


15
Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar merupakan suatu persiapan bagi
anak didik. Kalau kita kaitkan dengan pendidikan Islam, pendidikan mesti diorientasikan
kepada kepentingan peserta didik, dan perlu diberi pengetahuan untuk hidup pada zamannya
kelak. Nabi Muhammad Saw bersabda: “didiklah anak-anakmu, karena mereka diciptakan
untuk menghdapi zaman yang lain dari zamanmu.”

Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan mampu


menawarkan program-program pada anak didik yang akan hidup pada zamannya, dengan latar
belakang sosihistoris dan cultural yang berbeda dengan zaman di mana kedua orang tuanya
berada.

3) Fungsi Kurikulum Bagi Pendidik

Guru merupakan pendidik, ia telah dibekali dengan pengetahuan tentang seluk beluk
dan teori-teori pendidikan anak. Seperti pengembangan kurikulum, ilmu jiwa belajar, dan
strategi belajar mengajar dan lain-lain. Guru juga telah diberi ketrampilan praktis untuk
memiliki kepribadian yang baik sebagai pendidik. Ia telah diberikan kepercayaan dan
pengakuan baik oleh pemerintah maupun masyarakat, dan menjalankan tugasnya secara
profesional dengan menyiapkan rencana yang matang melalui kurikulum yang tertulis.

Adapun fungsi kurikulum bagi pendidik adalah:

· Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman belajar para anak
didik.

· Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka
menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

4) Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah/ Pembina Sekolah


Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai tanggung
jawab terhadap kurikulum. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah adalah:
· Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni memperbaiki situasi
belajar.
· Sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise dalam menciptakan situasi untuk
menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik.
· Sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi dalam memberikan bantuan
kepada guru atau pendidik agar dapat memperbaiki situasi mengajar.
· Sebagai seorang administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman untuk
mengembangkan kurikulum pada masa mendatang.

16
· Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar mengajar.
5) Fungsi Kurikulum Bagi Orang Tua
Bagi orang tua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya partisipasi orang tua
dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Bantuan yang
dimaksud dapat berupa konsultasi langsung ke sekolah atau guru mengenai masalah-
masalah menyangkut anak-anaknya. Adapun bantuan berupa materi dari orang tua anak
dapat melalui lembaga BP-3. Dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah, para
orang tua dapat mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak-anak mereka.
Sehingga partisipasi orang tua inipun tidak kalah pentingnya dalam menyukseskan proses
belajar-mengajar di sekolah.
Meskipun orang tua telah menyerahkan anak-anak mereka kepada sekolah supaya
diajarkan ilmu pengetahuan dan dididik menjadi orang yang bermanfaat bagi dirinya,
orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama. Namun demikian, tidak berarti
tanggung jawab kesuksesan anaknya secara total diserahkan kepada sekolah atau
pendidik. Sebenarnya, keberhasilan tersebut merupakan hasil dari dari sistem kerjasama
berdasarkan fungsi masing-masing, meliputi: orang tua, sekolah, dan guru. Oleh karena
itu, pemahaman orang tua mengenai kurikulum merupakan hal yang mutlak.
6) Fungsi bagi Sekolah Tingkat di Atasnya
Fungsi kurikulum dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua, sebagai berikut:
a. Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan.
b. Penyiapan tenaga guru.
7) Fungsi Bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan Sekolah
Kesesuaian antara program kurikulum dengan kebutuhan masyarakat harus benar-
benar diusahakan. Hal itu mengingat seringnya terjadi kenyataan bahwa lulusan sekolah
belum siap pakai atau tidak sesuai dengan tenaga yang dibutuhkan dalam lapangan
pekerjaan. Akibatnya, walaupun semakin menumpuk tenaga kerja yang ada, kita tidak
dapat mengisi lapangan pekerjaan yang tersedia karena ketrampilan yang dimilikinya
tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pada lapangan pekerjaan.

2.7 Tim Pengembang Kurikulum

Dalam pengembangan suatu kurikulum hendaknya Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam


Pengembangan Kurikulum tersebut, adalah :

a. Peranan Para Administrator Pendidikan

17
Peranan para administrator di tingkat pusat dalam pengembangan kuriku-lum
adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta program inti
kurikulum (Sukmadinata, 2004). Kerangka dasar dan program inti tersebut akan
menentukan minimum course yang dituntut. Atas dasar kerangka dasar dan program inti
tersebut para administrator daerah dan administrator lokal mengembangkan kurikulum
sekolah bagi daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan daerah. Administrator pendidikan
terdiri dari:

Administrator Pusat : direktur dan kepala pusat.Administrator Daerah: Kepala


Kantor Wilayah.Administrator Lokal: Kepala Kantor Kabupaten, Kecamatan dan Kepala
Sekolah.

b. Peranan Para Ahli

Pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli


pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu. Dengan mengacu pada
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditetap-kan pemerintah, baik kebijaksanaan
pembangunan secara umum maupun pembangunan pendidikan, perkembangan tuntutan
masyarakat dan masukan dari pelaksanaan pendidikan dan kurikulum yang sedang
berjalan, para ahli pendidikan memberikan alternative konsep pendidikan dan model
kurikulum yang dipandang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat.

c. Peranan Guru

Guru adalah sebagai perencanan, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi


kelasnya. Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang kurikulum, guru
merupakan penerjemah kurikulum.Dia yang mengolah, meramu kembali kurikulum dari
pusat untuk disajikan dikelasnya. Oleh karena itu guru bisa dikatakan sebagai barisan
pengem-bangan kurikulum yang terdepan. Adapun peran guru dalam mengem-bangkan
kurikulum antara lain:

Guru sebagai perencana pengajaran. Artinya, guru harus membuat perencanaan


pengajaran dan persiapan sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.Guru sebagai
pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi belajar yang memungkinkan tujuan
belajar yang telahditentukan.Guru sebagai evaluator. Artinya, guru melakukan pengukuran
untuk mengetahui apakah anak didik telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.

18
Guru merupakan titik sentral suatu kurikulum berkat usaha guru, maka timbul
kegairahan belajar siswa. Sehingga memacu belajar lebih keras untuk mencapai tujuan
belajar mengajar yang bersumber dari tujuan kurikulum, untuk itu guru perlu memiliki
ketrampilan belajar mengajar. Penguasaan ketrampilan tersebut bergantung pada bahan
yang dimilikinya dan latihan keguruan yang telah dialaminya. Pengembangan kurikulum
dari segi pengelolaannya dibedakan menjadi :

Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi: Disini guru
tidak mempunyai peranan dalam perancangan, dan evaluasi yang bersifat makro, mereka
berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim khusus, guru
menyusun kurikulum dalam jangka waktu 1 tahun, atau 1 semester. Menjadi tugas guru
untuk menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan
pelajaran sesuai kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memilih metode dan
media mengajar yang bervariasi, kurikulum yang tersusun sistematis dan rinci akan
memudahkan guru dalam implementasinya.

Peranan guru dalam pengembangan kurikulum desentralisasi: Kurikulum


desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu
wilayah. Pengembangan kurikulum ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan,
perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Jadi kurikulum terutama isinya
sangat beragam, tiap sekolah punya kurikulum sendiri. Peranan guru lebih besar daripada
dikelola secara sentralisasi, guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran
dalam program tahunan/semester/satuan pengajaran, tetapi didalam menyusun kurikulum
yang menyeluruh untuk sekolahnya.

d. Peranaan Orang Tua Peserta Didik

Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal, pertama dalam penyusunan
kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta
hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar
belakang yang memadai. Kedua, dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang
sangat erat antara guru dengan para orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar yang
dituntut kurikulum dilaksanakan dirumah. Dan orang tua mengikuti atau mengamati
kegiatan belajar anakanya dirumah.

e. Peran Komite Sekolah

19
Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu Penyelenggara
Pendidikan (BP3). Secara substansial kedua istilah tersebut tidak begitu mengalami
perbedaan. Yang membedakan hanya terletak pada pengoptimalan peran serta masyarakat
dalam mendukung dan mewujud-kan mutu pendidikan. Komite Sekolah adalah badan
mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada
pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah.

Mengacu pada peranan Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan, sudah
barang tentu memerlukan dana. Dana dapat diperoleh melalui iuran anggota sesuai
kemampuan, sumbangan sukarela yang tidak mengikat, usaha lain yang tidak bertentangan
dengan maksud dan tujuan pembentukan Komite Sekolah. Sekolah bukanlah suatu
lembaga yang terpisah dari masyarakat. Sekolah merupakan lembaga yang bekerja dalam
konteks sosial. Sekolah mengambil siswanya dari masyarakat setempat, sehingga
keberadaannya tergantung dari dukungan sosial dan finansial masyarakat. Oleh karena itu,
hubungan sekolah dan masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam
keseluruhan kerangka penyelenggaraan pendidikan.

f. Peran Pengusaha

Berkaitan dengan peranan masyarakat dalam pendidikan dalam UU No.20/2005


Sisdiknas pasal 54 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan menyebutkan : (1)
Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok,
keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat
berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. (3) Ketentuan
mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

2.8 Prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada


dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam
kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu,
dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi

20
penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga
pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan
dalam suatu pengembangan kurikulum.

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip


pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum :
relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip
berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan,
prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan
pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan
penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu :

1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-
komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara
eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik
(relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi
sosilogis).

2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan


memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu
berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.

3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal,


maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum
harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang
pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.

4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat


mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat
dan tepat sehingga hasilnya memadai.

5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai


tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

21
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan
dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.

b. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,


kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya
dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta
disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum


dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang
secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan


pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan
kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi


kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan
keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan

22
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah
pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan


dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan
daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

h. Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali
terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum.

Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada
pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum. Padahal jauh lebih penting adalah
perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam
pengembangan kurikulum.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kurikulum merupakan sebuah ruang pembelajaran yang terencana, yang diberikan


secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat
dinikmati oleh semua siswa pada saat kurikulum diterapkan.

Kurikulum memiliki kedudukan yang penting dalam dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan adanya keterkaitan antara teori-teori pendidikan yang berkembang dengan konsep-
konsep kurikulum yang dikembangkan.

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum


bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses
pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan
demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesalahan. Oleh karena
itu, kepada teman-teman, para pembaca, dan dosen pembimbing, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pena. 2013. Telaah Kurikulum. Surabaya: Solusi Distribusi

https://www.asikbelajar.com/pihak-
yhttps://www.google.com/url?q=https://www.academia.edu/11643524/Kedudukan_Kurikulum_dal
am_Pendidikan

https://www.google.com/url?q=https://www.academia.edu/35673569/Pengertian_Kurikulum_Fungs
i_manfat_dan_Landasan_Pengembangan_Kurikulum

ang-terlibat-dalam-pengembangan-kurikulu/

http://lesmananugraha.blogspot.com/2014/09/pengertian-kurikulum-dan-komponen.html?m=1

https://www.academia.edu/31676607/Makalah_Prinsip-Prinsip_Pengembangan_Kurikulum

http://educasimerko.blogspot.com/2013/04/makalah-fungsi-dan-peranan-pengembangan.html?m=1

25

Anda mungkin juga menyukai