Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gerak laju perjalanan manusia dalam mencapai kepuasan yang “sempurna” cukup
panjang, pelik, dan berliku-liku. Adapun kepuasan itu sendiri adalah sangat relatif. Puas bagi
seseorang belum tentu puas bagi orang lain. Hal itu disebabkan oleh karena kepuasan dapat
ditinjau dari berbagai sudut, yaitu dapat ditinjau dari sudut kebendaan dan dari sudut non
kebendaan. Sedangkan perbedaannya ada pada cara memperoleh pemenuhan kepuasan itu.
Ada cara pemenuhan kepuasan yang objektif dan adapula cara yang subjektif, cara yang
objektif dipakai dalam ilmu dan dinamakan dengan cara kerja ilmiah. Artinya, cara kerja
yang dilakukan dengan menggunakan kemampuan berpikir, baik berpikir secara teoritis,
mendalam, dan luas, maupun dengan penelitian yang terencana dan terarah. Meskipun
manusia belum dapat menjamah keseluruhan persoalan hidup dengan cara kerja ilmiah,
usaha dengan cara kerja ilmiah itu sudah membawa perkembangan dan kemajuan yang pesat
bagi ilmu dan teknologi dewasa ini.

Pada dasarnya terjadinya perkembangan ilmu dan teknologi dengan pesat itu
dikarenakan oleh hasrat/rasa ingin tahu (curiosity) yang dimiliki oleh manusia dan dapat
dinyatakan sebagai “modal” nya yang sangat berharga. Betapa tidak, dapat pula
dibayangkan “bagaimana jadinya” bila manusia tidak memiliki rasa ingin tahu, ia akan
statis, jumud dan tidak akan dapat berkembang sebagai manusia normal. Dalam
kehidupannya dapat dikatakan manusia penuh dengan “pergumulan” antara munculnya
pertanyaan dan pencarian jawaban atas pertanyaannya itu, betapapun sederhana bentuk dan
kualitas pertanyaan itu. Sehingga secara filosofis para filsuf menyebut manusia sebagai
makhluk tukang tanya2 dan itulah bedanya antara – menurut mereka – manusia dengan yang
bukan manusia. Hasrat ingin tahu itu, memungkinkan manusia untuk mempergunakan indera
dan kemampuan berpikirnya bagi kepentingan mengenal dan memahami segala sesuatu yang
“ada” dan “yang mungkin ada” dilingkungan sekitarnaya. Persentuhan indera manusia
dengan alam akan menghasilkan pengetahuan-pengalaman. Pengalaman-pengalaman khusus
dan dialami oleh banyak manusia sebagai pengalaman yang sama menjadi pengalaman yang
bersifat umum dan akan berlaku umum pula. Pengalaman umum tersebut tidak hanya
bersifat individual

Secara historis dalam analisis Auguste Comte - menurut Koento Wibisono


Siswomiharjo – umat manusia, jiwanya baik secara individual maupun keseluruhan
berkembang menurut hukum tiga tahap, yaitu tahap teologi/fiktif, tahap metafisis/abstrak
dan tahap posotif atau riil. Oleh karena itu, dalam versi Auguste Comte, pada masyarakat
yang sudah maju seperti sekarang ini, sesuatu (jawaban/statemen ataupun informasi) itu
disebut benar sebagai kenyataan ilmiah, apabila ia dapat digolongkan positif dalam arti
bermuatan filsafat, sebagaimana yang jelas, pasti, kongkrit, akurat dan bermanfaat.
1|Teori Tentang Pengetahuan - Humaniora
Nampaknya Auguste comte sangat menyakini kerangka kebenaran dengan hukum tiga
tahapnya itu, dimana ia kemudian dikenal sebagai bapak aliran filsafat positivisme. Untuk
memahami, mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya, manusia menggunakan
beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah filsafat, ilmu pengetahuan,
seni dan agama. Filsafat adalah berusaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal
makna dan nilai-nilainya. Artinya, filsafat sangat luas dan mencakup secara keseluruhan
sejauh dapat dijangkau oleh pikiran manusia.6 Sedangkan filsafat ilmu ialah menyelidiki
tentang pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Pengetahuan yang
memuaskan, pada gilirannya akan menjadi pengalaman yang benar, yang kemudian disebut
dengan istilah kebenaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan dan keyakinan?
2. Apa saja sumber pengetahuan?
3. Apa itu kebenaran ilmiah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud pengetahuan dan keyakinan.
2. Untuk mengetahui sumber-sumber pengetahuan.
3. Untuk mengetahui kebenaran ilmiah.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Tentang Pengetahuan

2|Teori Tentang Pengetahuan - Humaniora


A. Pengetahuan dan Keyakinan

Keyakinan itu Subjektif Sedangkan Ilmu Pengetahuan itu Objektif. Namun


keduanya itu tidak bertentangan sama sekali karena keduanya itu sesungguhnya tunggal.
Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh manusia, atau
pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan indrawi.Pengetahuan akan muncul ketika orang menggunakan akal atau
indranya untuk mengenali benda atau peristiwa tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan. Misalnya, saat pertama kali orang makan cabai maka Dia akan tahu bagaimana
rasa cabai itu, bentuknya, warnanya, atau bahkan akan bertanya-tanya apa zat-zat apa
yang dikandungnya.

Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan manusia saat dia merasa cukup
tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Maksudnya adalah
orang akan merasa yakin kalau apa yang mereka ketahui adalah benar. Jadi,
keyakinan adanya suatu kebenaran. Ada dua istilah yang berhubungan dengan
keyakinan dan pengetahuan, yaitu:

1. Magic power (kekuatan magis) = Fenomena kekuatan gaib. Orang yang lebih percaya
pada sesuatu yang aneh (karena tidak tahu sebabnya) sebagai kekuatan magis
2. Naturalisme: Sesuatu yang alami.

Beberapa waktu lalu ada sebuah kejadian yang menggambarkan adanya


kepercayaan orang-orang pada kekuatan magis, yaitu Ponari yang dipercaya sebagai anak
ajaib yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit melalui batu petir yang
dimilikinya. Kekuatan penyembuhan Ponari melalui ‘batu sakti’nya menimbulkan
perdebatan sengit, apakah pantas kita mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal secara
rasionalitas ilmu pengerahuan. Sedangkan bagi mereka yang mempercayai kesembuhan
dari ‘batu sakti’ Ponari, berargumen bahwa itulah kekuatan Tuhan yang hadir melalui
sang bocah kecil atau juga mereka sangat percaya dengan kekuatan “batu sakti tersebut”.
Jika beradu argumen, maka untuk sementara orang sains kalah dengan orang yang
percaya dengan kekuatan ’supranatural’ (kekuatan magic). Mereka yang percaya secara
rasionalitas harus melakukan uji coba atau eksperimen untuk menyanggah pendapat para
penganut magic power, sehingga mereka (rasionalitas) butuh waktu untuk menjelaskan
3|Teori Tentang Pengetahuan - Humaniora
fenomena yang unik ini. Sedangkan para penganut magic power dapat mudah
berargumen dengan landasan iman atau fenomena luar yang dapat terlihat. Para penganut
magic power tidak butuh waktu yang lama untuk menjawab dan berargumen, tinggal
mengeluarkan senjata paling ampuh, “ada kekuatan Tuhan disana”.
Contoh diatas menggambarkan perbedaan pola pikir antara orang yang percaya
pada keyakinan dan pada pengetahuan. Orang-orang yang awam, yang tidak begitu tahu
tentang ilmu pengetahuan biasanya lebih mudah untuk percaya pada hal-hal yang
mengandung kekuatan magis. Namun kalau kita pikir kembali, mengapa pada jaman
yang semodern seperti ini masih ada orang yang percaya pada hal semacam itu. Sebuah
batu yang belum diketahui zat-zat yang terkandung di dalamnya, tapi bisa
menyembuhkan banyak penyakit. Itu hanyalah sebuah sugesti yang sudah mendarah
daging dan menasional. Fenomena ini merupakan gambaran rendahnya tingkat
pengetahuan masyarakat Indonesia.
Ada sebuah cerita tentang seorang pemuka agama yang bertemu dengan seorang
anak. Pemuka agama itu hendak pergi ke Kantor Pos, tapi dia tidak tahu jalan menuju
kesana. Dalam kebingungannya itu Dia bertemu dengan seorang anak, kemudian pemuka
agama itu bertanya” Nak, apakah kamu tahu jalan menuju Kantor Pos?” anak itu
menjawab “ Bapak jalan saja lurus, nanti kalau ada pertigaan Bapak belok kiri. Bapak
jalan terus sampai menemui perempatan , kemudian belok kanan kurang lebih 300 meter
dari perempatan itu pak!” pemuka agama itu berkata “ Kamu memang anak yang baik,
besok di akhirat saya akan menuntun kamu ke jalan Surga.” Anak itu menyaut “ Yaah
Bapak…jalan ke Kantor Pos saja tidak tahu, apalagi jalan ke Surga.”
Cerita diatas adalah contoh yang nyata antara apa yang disebut sebagai
pengetahuan dan keyakinan. Seorang pemuka agama percaya dengan omongan anak
kecil, tapi seorang anak kecil tidak percaya dengan omongan seorang pemuka agama. Ini
dikarenakan informasi yang diberikan oleh anak kecil itu adalah adalah pengetahuan
yang nyata dan bisa dibuktikan kebenarannya. Sementara informasi yang diberikan oleh
pemuka agama itu hanyalah berupa suatu keyakinan yang belum bisa dibuktikan
kebenarannya. Kita yakin bahwa Surga dan Neraka itu ada, tapi kita tidak bisa
membuktikannya sehingga sulit untuk dipercaya.

4|Teori Tentang Pengetahuan - Humaniora


Ada keanehan yang bisa kita temukan dalam penerapan pengetahuan dan
keyakinan. Kita tahu bahwa kebenaran suatu pengetahuan dapat dibuktikan dan kita dapat
melihatnya dengan indra kita. Namun, kadang-kadang kita masih menjumpai perbedaan
antara apa yang kita ketahui dan yang kita perbuat. Misalnya, merokok adalah tidak baik
untuk kesehatan, tapi pada kenyataanya masih banyak orang yang merokok dan bahkan
seorang dokterpun bisa melakukan hal yang sama.
Disisi lain ada hal yang kebenarannya belum bisa dibuktikan secara nyata, tapi
banyak orang yang berbondong-bondong melakukanya. Misalnya, pada hari raya
Idhul Adha banyak orang yang melakukan kurban. Kepercayaan bahwa hewan kurban
yang mereka potong dapat menolongnya di akherat kelak adalah motivasi utamanya.
Namun, siapakah yang bisa menjamin bahwa hal itu benar. Tidak ada. Ini hanyalah suatu
bentuk keyakinan yang kuat dan sudah menjadi tradisi.
Sesuatu yang erat kaitannya dengan keyakinan adalah agama. Agama adalah
keyakinan yang paling umum dan dianut oleh sebagian besar orang diseluruh
dunia. Banyak orang memandang agama sebagai sesuatu yang sacral dan suci. Tidak ada
orang yang boleh meremehkan kepercayaan yang satu ini. Pencipta akan mengutus
seseorang untuk menyebarkan ajaran kepada seluruh umat manusia. Ajaran yang diyakini
dapat membawa kedamaian bagi umat manusia. Memang benar, kadang-kadang agama
bisa membawa kedamaian bagi manusia, tapi sebaliknya agama juga bisa menjadi sumber
petaka bagi manusia.
Baron d’Holbach mengatakan semua agama adalah monument purba dari
ketkhayulan, kebodohan dan keganasan. Di eropa sekitar tahun 1300 dan 1900, Gereja
menindas penemuan ilmiah seperti yang dilakukan kepada Copernicus dan Galileo karena
penemuannya itu dianggap bertentangan dengan pandangan Gereja.
Hidup di dunia, manusia tidak hanya membutuhkan barang-barang yang bersifat
abstrak(ketenangan, kedamaian, hiburan dll) tapi juga membutuhkan barang yang
konkrit( nasi, sepeda, baju dll). Mungkin sebagian dari barang yang abstrak dapat
dipenuhi oleh keyakinan, tapi jauh perbandingannya dengan barang yang tidak bisa
dipenuhi oleh keyakinan. Baik itu yang abstrak maupun yang konkrit.
Kita melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang di nomorduakan. Namun, pada
kenyataanya pengetahuan itu bisa memberi kontribusi yang besar dalam kehidupan

5|Teori Tentang Pengetahuan - Humaniora


manusia. Seorang ilmuwan merupakan orang yang berpengaruh secara langsung dalam
kehidupan manusia. Bukan janji-janji yang diberikan, tapi bukti nyata yang dapat
digunakan untuk mempermudah kehidupan manusia.
Era baru ini dikenal sebagai jaman pencerahan. Ilmu pengetahuan juga
melahirkan mekanisasi, instrumentasi baru, obat-obatan, kapal api dan mesin berbahan
bakar minyak, dan alat transportasi modern dari mobil sampai pesawat terbang, sampai
pesawat ulang-alik luar angkasa. Semua ini dapat membuat hidup kita menjadi lebih
mudah.
Penemuan-penemuan dari bidang yang berbeda-beda akan melengkapi satu sama
lain, sehingga dapat diciptakan barang-barang yang berdaya guna tinggi. Namun,
manusia tidak selalu memanfaatkan barang-barang itu secara positif. Mesin industri yang
semula digunakan untuk meringankan pekerjaan manusia, tapi digunakan secara besar-
besaran sehingga mengakibatkan banyak tenaga manusia yang tidak terpakai. Alat-alat
untuk berburu dialihfungsikan sebagai alat untuk membunuh sesama manusia. Lantas,
apakah arti hidup? Membunuh atau moralitas? Pandangan atau wawasan spiritual adalah
suatu keharusan. Agama tidak pernah menjadi akar penderitaan manusia. Problem dengan
manusia adalah manusia itu sendiri. Agama hanya sekedar alat ; manusia adalah
penggunanya. Sama seperti alat-alat lainnya, yang digunakan manusia untuk menuruti
nafsunya tanpa memperhatikan orang lain. Walaupun agama dan keyakinan adalah dua
hal yang berbeda, tapi sebenarnya dua hal itu adalah saling melengkapi. Tanpa
pengetahuan, keyakinan yang kita miliki tidak akan memberi kontribusi yang berarti
dalam hidup kita. Pengetahuan tanpa diimbangi dengan keyakinan juga akan
menimbulkan kekacauan. Penemuan-penemuan ilmuwan tidak akan memberi
kebahagiaan pada manusia jika dalam pemanfaatannya hanya mengandalkan nafsu saja.
Seharusnya dalam pemanfaatan penemuan itu diikuti dengan pemikiran apakah hal yang
dilakukan dengan penemuan itu benar atau tidak.

Pengetahuan dan keyakinan adalah dua hal yang cukup berlawanan. Meskipun
begitu padadasarnya ada keterikatan yang kuat antara pengetahuan dan keyakinan. Baik
pengetahuan maupun keyakinan sama-sama merupakan sikap mental seseorang dalam
hubungan pada objek tertentu yang disadarinya. Dalam keyakinan objek yang disadari

6|Teori Tentang Pengetahuan - Humaniora


sebagai ada tidak perlu harus ada sebagaimana adanya sebaliknya dalam pengetahuan
objek yang disadari ada harus ada sebagaimana adanya.

Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara pengetahuan dan
keyakinan. Keyakinan bisa saja keliru namun tetap sah dianut sebagai keyakinan. Apa
yang disadari bisa saja tidak ada dalam kenyataan. Sebaliknya, pengetahuan tidak bisa
salah atau keliru apabila pengetahuan salah maka tidak dapat dianggap sebagai
pengetahuan. Dalam pengetahuan, objek yang dikaji harus benar-benar ada.

Pendapat yang pertama, ada tidaknya pengetahuan dapat dibuktikan dengan sadar
tidak sadarnya pihak bersangkuta bahwa dia tahu. Pihak bersangkutan harus memiliki
kesadaran bahwa dia sadar akan sesuatu. Misalnya, seseorang sadar bahwa ia sadar
dibelakangnya ada almari. Sebaliknya, sedikit berbeda dengan pendapat pertama.
Pendapat kedua menyebutkan supaya ada pengetahuan tidak ada kesadaran bahwa subjek
itu tahu. Dalam beberapa kasus kita tahu meskipun seringkali kita tidak sadar bahwa kita
tahu.

Pendapat pertama dan kedua sebenarnya tidak saling bertentangan. Pendapat


kedua sebenarnya memperkuat pendapat pertama. Seperti yang disebutkan diatas pada
dasarnya kita tahu namun kita tidak sadar bahwa kita tahu. Pengetahuan baru dapat
disebut baru apabila subjek sadar akan apa yang kita ketahui. Segala sesuatu yang
diketahui tanpa disadari merupakan pengetahuan terselubung.

Dapat disimpulkan dari bahasan diatas, ada keterikatan kuat antara pengetahuan
dan keyakinan. Pengetahuan pada dasarnya selalu mengandung keyakinan, keyakinan
akan pengetahuan itu sendiri.

B. Sumber Pengetahuan

1. Indera
Indera digunakan untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan di sekitar
kita. Indera ada bermacam-macam; yang paling pokok ada lima (panca indera), yakni

7|Teori Tentang Pengetahuan - Humaniora


indera penglihatan (mata) yang memungkinkan kita mengetahui warna, bentuk, dan
ukuran suatu benda; indera pendengaran (telinga) yang membuat kita membedakan
macam-macam suara; indera penciuman (hidung) untuk membedakan bermacam bau-
bauan; indera perasa (lidah) yang membuat kita bisa membedakan makanan enak dan
tidak enak; dan indera peraba (kulit) yang memungkinkan kita mengetahui suhu
lingkungan dan kontur suatu benda.

Pengetahuan lewat indera disebut juga pengalaman, sifatnya empiris dan terukur.
Kecenderungan yang berlebih kepada alat indera sebagai sumber pengetahuan yang
utama, atau bahkan satu-satunya sumber pengetahuan, menghasilkan aliran yang
disebut empirisisme, dengan pelopornya John Locke (1632-1714) dan David Hume
dari Inggris. Mengenai kesahihan pengetahuan jenis ini, seorang empirisis sejati akan
mengatakan indera adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya,
dan pengetahuan inderawi adalah satu-satunya pengetahuan yang benar.

Tetapi mengandalkan pengetahuan semata-mata kepada indera jelas tidak mencukupi.


Dalam banyak kasus, penangkapan indera seringkali tidak sesuai dengan yang
sebenarnya. Misalnya pensil yang dimasukkan ke dalam air terlihat bengkok, padahal
sebelumnya lurus. Benda yang jauh terlihat lebih kecil, padahal ukuran sebenarnya
lebih besar. Bunyi yang terlalu lemah atau terlalu keras tidak bisa kita dengar. Belum
lagi kalau alat indera kita bermasalah, sedang sakit atau sudah rusak, maka kian
sulitlah kita mengandalkan indera untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.

2. Akal
Akal atau rasio merupakan fungsi dari organ yang secara fisik bertempat di dalam
kepala, yakni otak. Akal mampu menambal kekurangan yang ada pada indera. Akallah
yang bisa memastikan bahwa pensil dalam air itu tetap lurus, dan bentuk bulan tetap
bulat walaupun tampaknya sabit. Keunggulan akal yang paling utama adalah
kemampuannya menangkap esensi atau hakikat dari sesuatu, tanpa terikat pada fakta-
fakta khusus. Akal bisa mengetahui hakekat umum dari kucing, tanpa harus
mengaitkannya dengan kucing tertentu yang ada di rumah tetangganya, kucing hitam,
kucing garong, atau kucing-kucingan.

8|Teori Tentang Pengetahuan - Humaniora


Akal mengetahui sesuatu tidak secara langsung, melainkan lewat kategori-kategori
atau ide yang inheren dalam akal dan diyakini bersifat bawaan. Ketika kita
memikirkan sesuatu, penangkapan akal atas sesuatu itu selalu sudah dibingkai oleh
kategori. Kategori-kategori itu antara lain substansi, kuantitas, kualitas, relasi, waktu,
tempat, dan keadaan.

Pengetahuan yang diperoleh dengan akal bersifat rasional, logis, atau masuk akal.
Pengutamaan akal di atas sumber-sumber pengetahuan lainnya, atau keyakinan bahwa
akal adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar, disebut aliran rasionalisme,
dengan pelopornya Rene Descartes (1596-1650) dari Prancis. Seorang rasionalis
umumnya mencela pengetahuan yang diperoleh lewat indera sebagai semu, palsu, dan
menipu.

3.Hati dan Intuisi


Organ fisik yang berkaitan dengan fungsi hati atau intuisi tidak diketahui dengan pasti;
ada yang menyebut jantung, ada juga yang menyebut otak bagian kanan. Pada
praktiknya, intuisi muncul berupa pengetahuan yang tiba-tiba saja hadir dalam
kesadaran, tanpa melalui proses penalaran yang jelas, non-analitis, dan tidak selalu
logis. Intuisi bisa muncul kapan saja tanpa kita rencanakan, baik saat santai maupun
tegang, ketika diam maupun bergerak. Kadang ia datang saat kita tengah jalan-jalan di
trotoar, saat kita sedang mandi, bangun tidur, saat main catur, atau saat kita menikmati
pemandangan alam.

Intuisi disebut juga ilham atau inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi hadir begitu
saja secara tiba-tiba, namun tampaknya ia tidak jatuh ke sembarang orang, melainkan
hanya kepada orang yang sebelumnya sudah berpikir keras mengenai suatu masalah.
Ketika seseorang sudah memaksimalkan daya pikirnya dan mengalami kemacetan,
lalu ia mengistirahatkan pikirannya dengan tidur atau bersantai, pada saat itulah intuisi
berkemungkinan muncul. Oleh karena itu intuisi sering disebut supra-rasional atau
suatu kemampuan yang berada di atas rasio, dan hanya berfungsi jika rasio sudah
digunakan secara maksimal namun menemui jalan buntu.

9|Teori Tentang Pengetahuan - Humaniora


Hati bekerja pada wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh akal, yakni pengalaman
emosional dan spiritual. Kelemahan akal ialah terpagari oleh kategori-kategori
sehingga hal ini, menurut Immanuel Kant (1724-1804), membuat akal tidak pernah
bisa sampai pada pengetahuan langsung tentang sesuatu sebagaimana adanya (das ding
an sich) atau noumena. Akal hanya bisa menangkap yang tampak dari benda itu
(fenoumena), sementara hati bisa mengalami sesuatu secara langsung tanpa terhalang
oleh apapun, tanpa ada jarak antara subjek dan objek.

Kecenderungan akal untuk selalu melakukan generalisasi (meng-umumkan) dan


spatialisasi (meruang-ruangkan) membuatnya tidak akan mengerti keunikan-keunikan
dari kejadian sehari-hari. Hati dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus,
misalnya pengalaman eksistensial, yakni pengalaman riil manusia seperti yang
dirasakan langsung, bukan lewat konsepsi akal. Akal tidak bisa mengetahui rasa cinta,
hatilah yang merasakannya. Bagi akal, satu jam di rutan salemba dan satu jam di
pantai carita adalah sama, tapi bagi orang yang mengalaminya bisa sangat berbeda.
Hati juga bisa merasakan pengalaman religius, berhubungan dengan Tuhan atau
makhluk-makhluk gaib lainnya, dan juga pengalaman menyatu dengan alam.

Pengutamaan hati sebagai sumber pengetahuan yang paling bisa dipercaya dibanding
sumber lainnya disebut intuisionisme. Mayoritas filosof Muslim memercayai
kelebihan hati atas akal. Puncaknya adalah Suhrawardi al-Maqtul (1153-1192) yang
mengembangkan mazhab isyraqi (iluminasionisme), dan diteruskan oleh Mulla Shadra
(w.1631). Di Barat, intuisionisme dikembangkan oleh Henry Bergson.

Selain itu, ada sumber pengetahuan lain yang disebut wahyu. Wahyu adalah
pemberitahuan langsung dari Tuhan kepada manusia dan mewujudkan dirinya dalam
kitab suci agama. Namun sebagian pemikir Muslim ada yang menyamakan wahyu
dengan intuisi, dalam pengertian wahyu sebagai jenis intuisi pada tingkat yang paling
tinggi, dan hanya nabi yang bisa memerolehnya.

Dalam tradisi filsafat Barat, pertentangan keras terjadi antara aliran empirisisme dan
rasionalisme. Hingga awal abad ke-20, empirisisme masih memegang kendali dengan
kuatnya kecenderungan positivisme di kalangan ilmuwan Barat. Sedangkan dalam

10 | T e o r i T e n t a n g P e n g e t a h u a n - H u m a n i o r a
tradisi filsafat Islam, pertentangan kuat terjadi antara aliran rasionalisme dan
intuisionisme (iluminasionisme, ‘irfani), dengan kemenangan pada aliran yang kedua.
Dalam kisah perjalanan Nabi Khidir a.s. dan Musa a.s., penerimaan Musa atas
tindakan-tindakan Khidir yang mulanya ia pertanyakan dianggap sebagai kemenangan
intuisionisme. Penilaian positif umumnya para filosof Muslim atas intuisi ini
kemungkinan besar dimaksudkan untuk memberikan status ontologis yang kuat pada
wahyu, sebagai sumber pengetahuan yang lebih sahih daripada rasio.

4. Logika
Logika adalah cara berpikir atau penalaran menuju kesimpulan yang benar. Aristoteles
(384-322 SM) adalah pembangun logika yang pertama. Logika Aristoteles ini,
menurut Immanuel Kant, 21 abad kemudian, tidak mengalami perubahan sedikit pun,
baik penambahan maupun pengurangan.Aristoteles memerkenalkan dua bentuk logika
yang sekarang kita kenal dengan istilah deduksi dan induksi. Logika deduksi, dikenal
juga dengan nama silogisme, adalah menarik kesimpulan dari pernyataan umum atas
hal yang khusus. Contoh terkenal dari silogisme adalah:
- Semua manusia akan mati (pernyataan umum, premis mayor)
- Isnur manusia (pernyataan antara, premis minor)
- Isnur akan mati (kesimpulan, konklusi)

Logika induksi adalah kebalikan dari deduksi, yaitu menarik kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus menuju pernyataan umum. Contoh:
- Isnur adalah manusia, dan ia mati (pernyataan khusus)
- Muhammad, Asep, dll adalah manusia, dan semuanya mati (pernyataan antara)
- Semua manusia akan mati (kesimpulan)

C. Kebeneran Ilmiah
Salah satu pokok yang fundamental dan senantiasa aktual dalam pergumulan
hidup manusia merupakan upaya mempertanyakan dan membahasakan kebenaran.

11 | T e o r i T e n t a n g P e n g e t a h u a n - H u m a n i o r a
Kebenaran boleh dikata merupakan tema yang tak pernah tuntas untuk diangkat ke ranah
akal (dan batin) manusia. Kebenaran menurut arti leksikalnya adalah keadaan (hal) yang
cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya. Itu berarti kebenaran merupakan tanda
yang dihasilkan oleh pemahaman (kesadaran) yang menyatu dalam bahasa logis, jelas
dan terpilah-pilah. Kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu
sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu
proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah.
Kebenaran dapat dipahami berdasarkan tiga hal yakni, kualitas pengetahuan,
sifat/karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun
pengetahuan itu, dan nilai kebenaran pengetahuan yang dikaitkan atas ketergantungan
terjadinya pengetahuan itu.
Kualitas pengetahuan dapat dibagi dalam empat macam, yaitu:
1. Pengetahuan biasa: sifatnya subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang
mengenal; memiliki sifat selalu benar, sejauh sarana untuk memeperoleh
pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan.
2. Pengetahuan ilmiah: bersifat realtif, artinya kandungan kebenaran ini selalu
mendapatkan revisi atau diperkaya oleh hasil penemuan yang paling mutakhir.
3. Pengetahuan filsafati: bersifat absolut-intersubjektif, artinya selalu merupakan
pendapat yang selalu melekat pada pandangan filsafat seorang pemikir filsafat itu
serta selalu mendapt pembenaran dari filsuf kemudian yang mengunakan metodologi
pemikiran yang sama pula.
4. Pengetahuan agama: bersifat dogmatis, artinya pernyataan dalam agama selalu
dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan-pernyataan dalam
kitab-kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang
digunakan untuk memahaminya itu.

Kebenaran dapat diperoleh melalui pengetahuan indrawi, pengetahuan akal budi,


pengetahuan intuitif, dan pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif. Bagi
positivis, benar substantif menjadi identik dengan benar faktual sesuai dengan empiris.
Bagi realis, benar substantif identik dengan benar riil objektif, benar sesuai dengan
konstruk skema rasional tertentu. Sedangkan benar epistemologik berbeda, terkait pada

12 | T e o r i T e n t a n g P e n g e t a h u a n - H u m a n i o r a
pendekatan yang digunakan dalam mencari kebenaran. Kebenaran positivistik
dilandaskan pada diketemukannya frekuensi tinggi atau variansi besar, sedangkan pada
fenomenologik kebenaran dibuktikan berdasar diketemukan yang esensial, pilah dari
yang non-esensial atau eksemplar, dan sesuai dengan skema moral tertentu. Dengan
demikian, benar epistemologik menjadi berbeda dengan benar substantif. Benar
positivistik berbeda dengan benar fenomenologik, berbeda dengan benar realisme
metafisik. Bagi positivisme sesuatu itu benar bila ada korespondensi antara fakta yang
satu dengan fakta yang lain. Bagi fenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji
korespondensinya dengan yang dipercayainya (belief). Pragmatisme mengakui
kebenaran, bila faktual berfungsi.

Terdapat 7 teori kebenaran, yaitu:


1. Teori kebenaran korespondensi: Menurut teori ini, kebenaran adalah soal kesesuaian
antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya (Keraf
dan Dua M, 2001: 66). Suatu pernyataan dapat dikatakan benar jika mengandung
pernyataan yang sesuai dengan kenyataan yang ada. Dengan kata lain, kebenaran
korespondensi terletak pada kesesuaian antara subjek dan objek. Teori kebenaran
korespondensi ini adalah teori yang dapat diterima secara luas oleh kaum realis
karena pernyataan yang ada selalu berkait dengan realita.

2. Teori kebenaran koherensi: Kebenaran ditemukan dalam relasi antara proposisi baru
dengan proposisi yang sudah ada. Suatu pengetahuan, teori, pernyataan, proposisi
atau hipotesis dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi atau
hipotesis lainnya, yaitu kalau proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan
proposisi sebelumnya yang dianggap benar (Keraf dan Dua M, 2001: 88). Dengan
kata lain pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu bersifat konsisten dengan
pernyataan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut
logika. Sebagai contoh, pernyataan “semua manusia pasti akan mati” adalah
pernyataan yang benar, maka jika ada pernyataan bahwa saya pasti akan mati adalah
pernyataan benar karena saya adalah manusia.

13 | T e o r i T e n t a n g P e n g e t a h u a n - H u m a n i o r a
3. Teori kebenaran pragmatis: Teori pragmatis dicetuskan oleh filsuf pragmatis dari
Amerika Serikat Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit
pada tahun 1878 yang berjudul “How to Make our Ideals Clear”. Teori ini kemudian
dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan
Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika.
Ahli-ahli filsafat ini di antaranya adalah William James (1842-1910), John Dewey
(1859-1952), George Herbert Mead (1863-1931) dan C.I. Lewis (Suriasumantri,
1984:57). Bagi kaum pragmatis kebenaran adalah sama artinya dengan kegunaan.
Ide, konsep, pengetahuan, atau hipotesis yang benar adalah ide yang berguna. Ide
yang benar adalah ide yang paling mampu memungkinkan seseorang (berdasarkan
ide itu) melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat guna. Berhasil dan
berguna adalah kriteria utama untuk menentukan apakah suatu ide itu benar atau
tidak.

4. Teori kebenaran sintaksis: Teori ini berpangkal pada keteraturan gramatika yang
dipakai oleh suatu pernyataan tata-bahasa yang melekat. Jadi suatu pernyataan
bernilai benar jika mengikutu aturan gramatika yang baku. Teori ini berkembang
diantara para filsuf bahasa, terutama yang ketat terhadap pemakaian gramatika
seperti Friederich Schleiermacher.

5. Teori kebenaran semantic: Teori ini dianut oleh faham filsafat analitika bahasa yang
dikembangkan pasca filsafat Bertrand Russel sebagai tokoh pemula filsafat Analitika
Bahasa. Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar ditinjau dari segi arti
atau makna. Hal ini hendak menekankan bahwa suatu pernyataan benar jika
pernyataan tersebut memiliki arti.

6. Teori kebenaran non-deskripsi: Teori kebenaran non-deskripsi dikembangkan oleh


penganut filsafat fungsionalisme. Suatu pernyataan dianggap benar tergantung peran
dan fungsi pernyataan itu sendiri. Pengetahuan akan memiliki nilai kebenaran sejauh
pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari

14 | T e o r i T e n t a n g P e n g e t a h u a n - H u m a n i o r a
7. Teori kebenaran logis yang berlebihan: Teori ini mempunyai pemahaman bahwa
masalah kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa dan hal ini mengakibatkan
adanya suatu pemborosan karena pada dasarnya pernyataaan yang hendak dibuktikan
kebenarannya memiliki derajat logik yang sama dari masing-masing yang
melingkupinya.

Sifat memiliki tiga sifat dasar, yakni:


1. Struktur yang rasional-logis. Kebenaran dapat dicapai berdasarkan kesimpulan logis atau
rasional dari proposisi atau premis tertentu. Karena kebenaran ilmiah bersifat rasional,
maka semua orang yang rasional (yaitu yang dapat menggunakan akal budinya secara
baik), dapat memahami kebenaran ilmiah. Oleh sebab itu kebenaran ilmiah kemudian
dianggap sebagai kebenaran universal. Dalam memahami pernyataan di depan, perlu
membedakan sifat rasional (rationality) dan sifat masuk akal (reasonable). Sifat rasional
terutama berlaku untuk kebenaran ilmiah, sedangkan masuk akal biasanya berlaku bagi
kebenaran tertentu di luar lingkup pengetahuan. Sebagai contoh: tindakan marah dan
menangis atau semacamnya, dapat dikatakan masuk akal sekalipun tindakan tersebut
mungkin tidak rasional.
2. Isi empiris. Kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada, bahkan sebagian
besar pengetahuan dan kebenaran ilmiah, berkaitan dengan kenyataan empiris di alam ini.
Hal ini tidak berarti bahwa dalam kebenaran ilmiah, spekulasi tetap ada namun sampai
tingkat tertentu spekulasi itu bisa dibayangkan sebagai nyata atau tidak karena sekalipun
suatu pernyataan dianggap benar secara logis, perlu dicek apakah pernyataan tersebut
juga benar secara empiris.
3. Dapat diterapkan (pragmatis). Sifat pragmatis, berusaha menggabungkan kedua sifat
kebenaran sebelumnya (logis dan empiris). Maksudnya, jika suatu “pernyataan benar”
dinyatakan “benar” secara logis dan empiris, maka pernyataan tersebut juga harus
berguna bagi kehidupan manusia. Berguna, berarti dapat untuk membantu manusia
memecahkan berbagai persoalan dalam hidupnya.

15 | T e o r i T e n t a n g P e n g e t a h u a n - H u m a n i o r a
Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang sesuai dengan fakta dan mengandung isi
pengetahuan. Pada saat pembuktiannya kebenaran ilmiah harus kembali pada status
ontologis objek dan sikap epistemologis (dengan cara dan sikap bagaimana pengetahuan
tejadi) yang disesuaikan dengan metodologisnya. Hal yang penting dan perlu mendapat
perhatian dalam hal kebenaran ilmiah yaitu bahwa kebenaran dalam ilmu harus selalu
merupakan hasil persetujuan atau konvensi dari para ilmuwan pada bidangnya masing-
masing. Kebenaran ditemukan dalam pernyataan-pertanyaan yang sah, dalam ketidak-
tersembunyian (aleteia). Kebenaran adalah kesatuan dari pengetahuan dengan yag
diketahui, kesatuan subjek dengan objek, dan kesatuan kehendak dan tindakan.
Kebenaran sering dianggap sebagai sesuatu yang harus “ditemukan” atau direbut melalui
pembedaan antara kebenaran dengan ketidakbenaran.

BAB III

16 | T e o r i T e n t a n g P e n g e t a h u a n - H u m a n i o r a
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sangat jelas seperti yang dijelaskan diatas bahwa bahwa ada perbedaan antara
pengetahuan dan keyakinan. Keyakinan bisa saja keliru namun tetap sah dianut sebagai
keyakinan. Apa yang disadari bisa saja tidak ada dalam kenyataan. Sebaliknya, pengetahuan
tidak bisa salah atau keliru apabila pengetahuan salah maka tidak dapat dianggap sebagai
pengetahuan. Dalam pengetahuan, objek yang dikaji harus benar-benar ada dan ada
keterikatan kuat antara pengetahuan dan keyakinan. Pengetahuan pada dasarnya selalu
mengandung keyakinan, keyakinan akan pengetahuan itu sendiri. Sumber pengetahuan itu
sendiri diperoleh dari indera, akal, hati intuisi dan logika. Kebenaran boleh dikata
merupakan tema yang tak pernah tuntas untuk diangkat ke ranah akal (dan batin) manusia.
Kebenaran menurut arti leksikalnya adalah keadaan (hal) yang cocok dengan keadaan (hal)
yang sesungguhnya. Itu berarti kebenaran merupakan tanda yang dihasilkan oleh
pemahaman (kesadaran) yang menyatu dalam bahasa logis, jelas dan terpilah-pilah.
Kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana
dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk
mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswi kebidanan kita harus mengetahui teori tentang pengetahuan agar
bisa mengetahui tentang pengetahuan dan keyakinan, sumber pengetahuan dan kebenaran
ilmiah.

17 | T e o r i T e n t a n g P e n g e t a h u a n - H u m a n i o r a

Anda mungkin juga menyukai