A. LATAR BELAKANG
Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk
penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap gangguan
biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit (Sustrani, 2006).
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak
terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Akibatnya bisa
fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke (perdarahan otak), penyakit jantung
koroner, dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi
(HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya
kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas
normal (isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk
hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia.Pada suatu penelitian, hipertensi menempati
87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST
maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas
untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal
jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada
orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007)
Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta
itu kehilangan daya penyesuaian diri.Dinding, yang kini tidak elastis, tidak dapat lagi
mengubah darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah
gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah yang
dalam (diastolik) (Wolff , 2008).
Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25% pada kelompok
umur 60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90 tahun. HST lebih sering ditemukan pada perempuan
dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam, Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk
berusia diatas 55 tahun, prevalensi hipertensi (160/95mmHg) meningkat sesuai dengan umur,
lebih tinggi pada perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia, penelitian di kota
Tainan, Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas tahun dengan
kriteria hipertensi berdasarkan The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VI),ditemukan prevalensi hipertensi
sebesar 60,4% (laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis
hipertensi adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru
terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kclompok ini,
adanya riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh merupakan
faktor risiko hipertensi (Kuswardhani, 2007).
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil
pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga
jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikiuti dengan
meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini.
Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok
lansia (Abdullah.2005).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau
26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1%
wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang
berkembang, temasuk Indonesia (Andra,2007).
Umur Harapan Hidup (UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas
pada tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat menjadi
9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi 12%, serta
UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur
penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua (ageing
population). Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan
berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit
degenerasi. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak
menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat
digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama (common
underlying risk faktor) seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru
obstruktif kronik, dan kanker tertentu. Faktor risiko tersebut antara lain mengkonsumsi
tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang serat, kurang olah raga, alkohol, hipertensi,
obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan latihan senam lansia dengan hipertensi, klien dapat mempraktekkan secara
mandiri untuk mencegah peningkatan tekanan darah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan latihan senam lansia dengan hipertensi selama 15 menit di Panti Werdha
Budi Mulia II Ciracas bagian atas, maka klien mampu :
a. Mamahami tentang penyakit hipertensi
b. Mampu mempraktekkan latihan senam lansia dengan hipertensi secara mandiri.
C. LANDASAN TEORI
1. PENGERTIAN
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan batasan
tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani,
2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
2. ETIOLOGI
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
3. JENIS HIPERTENSI
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih sering dijumpai
terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes melitus. Berdasarkan penyebabnya,
hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak 90-95 persen
kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk
stress sebagai tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar juga
menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk
juga menderita penyakit ini. Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab
hipertensi jenis ini adalah lingkungan,dan faktor yang meningkatkan resikonya seperti obesitas,
konsumsi alkohol, dan merokok.
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001).Pada 5-10 persen kasus
sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes,
ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan
memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.
4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
5. KLASIFIKASI HIPERTENSI
a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam Rohaendi (2008):
1) Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2) Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan
diastoliknya 90-94 mmHg.
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
b. Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:
Tekanan sistolik:
Tekanan diastolik
6. GEJALA HIPERTENSI
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus.Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
H. KONTRAINDIKASI
a. Klien dengan fraktur ekstremitas bawah atau bawah
b. Klien dengan bedrest total
I. LANGKAH-LANGKAH SENAM LANSIA DENGAN HIPERTENSI
a. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan
turunkan. Lakukan sebanyak 2x
b. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
c. Ayunkan kaki kiri kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
d. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 2x kemudian kaki kiri sebanyak 2x
e. Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
f. Letakkan tangan diperut tangan kanan ayunkan kesamping kanan dan kanan ayunkan
ke kanan. Lakukan secara bersamaan 8 kali. Lakukan 2x
g. Letakkan tangan kanan diperut tangan kiri ayunkan ke samping kiri dan kaki kiri
ayunkan ke kiri. Lakukan secara bersamaan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
h. Letakkan tangan diperut ayunkan kedua tangan kesamping dan kedua kaki kesamping
sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
i. Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
j. Letakkan tangan di perut ayunkan ke atas bersamaan dengan kaki ayunkan
kesampingsebanyak 8 kali. Lakukan 2x
k. Jalan di tempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
l. Pada hitungan satu, ujung jari kaki menyentuh tanah pada hitungan ke dua tumit
menyentuh tanah, lakukan pada kaki kiri dan kanan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
m. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan
turunkan. Lakukan sebanyak 3x
J. PENGORGANISASIAN
Susunan kepanitiaan dan uraian tugas
Moderator + instruktur : Endang Susilawati
Penyaji + instruktur : Nurbaiti
fasilitator : Erzulita
Observer + dokumentasi : Dewi Herawati
Notulen : Susilawati
K. PROSES PELAKSANAAN
1. Kriteria Klien
Semua lansia di poli penyakit dalam yang menderita hipertensi.
2. Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Kamis, 07 November 2019
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Lapangan Apel RSUD Bengkalis
3. Rencana Kegiatan
a. Kegiatan : Latihan senam untuk lansia dengan hipertensi
b. Materi : Teknik senam lansia dengan hipertensi; pengertian, tujuan,
indikasi,dan kontra indikasi.
c. Media :
1) Laptop
2) LCD
3) Video senam lansia
4) Kursi
leader
notulen
Co. Leader
Observer Lansia Fasilitator Lansia
L. TAHAP KERJA
1. Persiapan
a. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
c. Memberi kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (BAK, BAK,
minum)
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan ibu-ibu hari ini?
c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan
- Menjelaskan rencana kegiatan
Waktu : Kamis, 07 November 2019 / Pukul 09.30 WIB s/d
- Tempat: Lapangan Apel RSUD Bengkalis
- Setting: peserta dengan posisi berdiri membentuk persegi.
3. Tahap kerja
a. Mengumpulkan peserta TAK dan berdiri membentuk barisan persegi.
b. Memberi salam.
c. Menanyakan perasaan klien hari ini.
d. Menjelaskan tujuan, bentuk, cara, dan aturan permainan.
e. Menjelaskan kegiatan, yaitu mencontohkan gerakan senam hipertensi.
f. Melakukan senam hipertensi bersama oma/ klien.
g. Berikan pujian kepada tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberikan
tepuk tangan.
4. Terminasi
a. Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
- Klien mampu mengingat melakukan senam hipertensi secara sederhana.
c. Kontrak
Menyepakati kegiatan (focus group of discussion) untuk hari topik pengkajian
askep kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://sembilannam.wordpress.com/2011/04/13/senam-untuk-
hipertensi/
2. http://artikelpenjas.blogspot.com/2011/12/pengertian-senam.html
3. http://intan.staff.fkip.uns.ac.id/files/2010/05/Olahraga-penyakit-
hipertensi-DM.pdf
4. http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/12/senam-lansia.html
PROPOSAL
Disusun oleh:
1. ERZULITA
2. ENDANG SUSILAWATI
3. NURBAITI
4. SUSILAWATI
5. DEWI HERAWATI