Anda di halaman 1dari 8

UJIAN KASUS

HEMOPTOSIS ET CAUSA BEKAS TB PARU

OLEH :
MUKTI MUKHTAR
C014182265

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Nirmala Sari
DOSEN PEMBIMBING:
dr. Arif Santoso,Ph.D, Sp.P(K)

DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl. Lahir : 28-6-1966 (53 tahun)
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sampano
Rumah Sakit : Wahidin Sudirohusodo
RM : 898972
Tanggal Masuk : 20-10-2019

B. SUBJEKTIF
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Batuk berdarah
Anamnesis Terpimpin :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan batuk darah sejak 1 minggu yang lalu,
dengan darah berupa bercak warna merah. Batuk darah dengan volume terbanyak 5
hari yang lalu dengan volume 120 cc, berwarna merah segar. Batuk ada, disertai lendir
berwarna kuning. Batuk dirasakan sudah sejak sebulan yang lalu. Sesak tidak ada,
riwayat sesak tidak ada. Nyeri pada dada ada saat batuk. Nyeri dada kiri tidak menjalar
kelengan. Mual ada, muntah tidak ada. Demam tidak ada, riwayat demam ada 3 hari
lalu akibat pemasangan infus. Keringat malam hari ada, kadang-kadang. Penurunan
berat badan disangkal. Pasien memiliki riwayat konsumsi OAT pada tahun 2015 dan
selesai 6 bulan serta dinyatakan sembuh oleh dokter. Hasil pemeriksaan sputum BTA
pada tanggal 2 Oktober 2019 S-P-S negatif. Riwayat dirawat di RS di Jeneponto pada
tanggal 17 Oktober 2019 akibat batuk darah.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat terapi OAT kategori I tuntas pada tahun 2015.
 Riwayat merokok ada selama 20 tahun, sekitar 5-10 batang per hari. Berhenti
tahun 2015
 Riwayat kontak penderita TB disangkal
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat DM disangkal
 Riwayat penyakit keganasan disangkal
C. OBJEKTIF
1. Deskripsi Umum
Sakit sedang / Gizi cukup / GCS E4M6V5 (compos mentis)
BB: 56 kg; TB : 160 cm (IMT: 21,13 kg/m2)

2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan : 20 kali/menit, torakoabdominal
Saturasi : 98% tanpa modalitas oksigen
Suhu : 36.6oC

3. Head To Toe
Kepala
Bentuk : Normocephal
Simetris muka : Simetris kiri dan kanan
Deformitas : Tidak ada
Rambut : Hitam mulai memutih, sulit dicabut
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Kelopak mata : Edema palpebral (-/-)
Konjungtiva : Pucat (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Kornea : Jernih
Pupil : Bulat, isokor 2,5mm/2,5mm
Telinga
Pendengaran : Dalam batas normal
Otorrhea : (-)
Pendarahan : (-)
Hidung
Perdarahan : (-)
Rhinorrea : (-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Kering (-)
Gigi geligi : Caries (-)
Gusi : Perdarahan gusi (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-), tremor (-),hiperemis (-), bercak putih (-)
Leher
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Kel. getah bening : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : Negatif
Tumor : Tidak ada
Nodul : Tidak ada
Vena : Tidak ada pelebaran
Trakea : Tidak ada penarikan
Thoraks
Inspeksi : Gerakan hemitoraks simetris saat statis dan dinamis, tidak terlihat massa,
tidak terlihat sikatrik, tidak terlihat venektasis
Palpasi : Vokal fremitus sama pada kedua hemitoraks, nyeri tekan tidak ada, tidak
teraba massa, tidak ada krepitasi
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru.
Auskultasi : Bunyi nafas bronkovesikuler, ronkhi pada apex hemithoraks kanan,
wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas atas jantung ICS II sinistra, Batas kanan jantung ICS III linea
parasternalis dextra, Batas tidak kiri jantung ICS V linea midclavicularis
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung tidak ada.
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, undulasi (-)
Lain-lain : Ascites (-)
Punggung :
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)
Nyeri ketok : (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Lain-lain : Tidak ada skoliosis
Extremitas
Edema (-)
Akral hangat
Palmar eritem (-)
Clubbing finger (-)
Alat Kelamin :Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum :Tidak dilakukan pemeriksaan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Rutin
NILAI
HASIL
PEMERIKSAAN NORMAL
20/10/2019
4.00 – 10.00 x 103
WBC 14.16 X 103 /uL
/uL
4.00-6.00 x 106
RBC 3,85 x 106 /uL
/uL
HGB 11.5 g/dL 11.0 – 16.0 g/dL
HCT 34 % 37.0 – 54.0 %
MCV 88,3 fL 80.0 – 100.0 fL
MCH 29.9 pg 27.0 – 34.0 pg
MCHC 33.8 g/dL 32.0 – 36.0 g/dL
PLT 118 x 103 /uL 150 – 400 /uL
GDS 108 mg/dl 140 mg/dl
UREUM 28 mg/dl 10-50 mg/dl
KREATININ 1.02 <1,3 mg/dl
SGOT 42 U/L <39 U/L
SGPT 35 U/L <40 U/L
Natrium 130 mmol/l 136 - 145 mmol/l
Kalium 3.8 mmol/l 3.5 -5.1 mmol/l
Klorida 106 mmol/l 97 – 111 mmol/l

HbsAg Non reactive Non Reactive


Anti HCV Non reactive Non Reactive
2. Foto Thorax

Kesan:

TB Paru Lama Aktif Lesi Luas

Atelektasis Dextra

Cardiomegali disertai dilatasio et


elongation aorta

E. ASSESMENT
Hemoptisis et causa Bekas Tuberkulosis Paru

F. TERAPI
IVFD NaCL 0.9% 20 tpm
Asam Traneksamat 500 mg/8 jam/intravena
Codein 10 mg/8 jam/oral

G. PLANNING
Periksa sputum BTA S-P-S, Periksa anti HIV (Status HIV)
PEMBAHASAN

 Dari anamnesis, didapatkan keluhan utama pasien berupa batuk darah yang sudah dialami
sejak 1 minggu terakhir. Dari sini kita dapat menduga pasien mengalami suatu kondisi yang
dikenal dengan Hemoptosis yang merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit
infeksi. Secara umum, pengertian hemoptisis adalah membatukkan darah dari paru atau
ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bagian bawah.1

 Dari anamnesis juga didapatkan bahwa batu darah dialami dengan volume terbanyak 120 cc.
Sedangkan pada hari-hari lainnya berupa bercak, dengan warna merah segar. Artinya batuk
darah yang dialami pasien termasuk dengan kategori batuk darah ringan berdasrkan kategori
busroh yaitu kurang dari 200 ml dalam 24 jam.2

 Hemoptisis terjadi akibat berbagai macam penyebab, yang dikategorikan dalam masalah pada
parenkim, saluran napas dan pembuluh darah. Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah
besar maupun pembuluh darah kecil pada paru.
Perdarahan dari pembuluh darah kecil sering diakibatkan oleh perdarahan alveolus fokal atau
difus dan juga dapat diakibatkan oleh imunologi, vasculitis, cardiovascular dan faktor
koagulasi. Sedangkan, penyebab pada perdarahn pembuluh darah besar berupa infeksi,
kardiovaskular, congenital dan neoplasma Penyebab tersering terjadinya hemoptisis adalah
bronkiektasis, tuberculosis, infeksi jamur dan kanker.1

Pada pasien ini sendiri, diduga kuat penyebab terjadinya Hemoptosis berkaitan dengan
penyakit Tuberkulosis. Diketahui pasien pernah terdiagnosis dengan penyakit TB paru dan
mengkonsumsi OAT Kategori 1 sampai tuntas dan dinyatakan BTA Negatif pada tahun 2015.
Berdasarkan itu, kita patut mencurigai terjadinya kasus Relaps pada pasien, sehingga pasien
mengalami Hemoptosis. Walaupun, pasien dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan pernah
melakukan pemeriksaan sputum BTA dengan hasil negatif, namun masih perlu dilakukan
pengambilan sputum untuk tes BTA sekali lagi, untuk memastikan apakah pasien memang
benar-benar sedang tidak mengalami kasus relaps. Apalagi dari hasil foto thoraks didapatkan
kesan TB Paru lama aktif. Dari hasil lab juga didapatkan hasil Leukositosis pada pasien yang
menandakan sedang adanya proses infeksi. Walapun bias jadi infeksi yang didapatkan
sehubungan dengan pemasangan infus yang sempat membuat pasien demam.

 Pasien juga direncanakan untuk memeriksakan status HIVnya. Karena perlu diketahui apakah
pasien sedang mengalami keadaan imun yang menurun akibat adanya penyakit tertentu seperti
HIV, ataupun DM. untuk DM sendiri sudah disangkal oleh pasien melalui anamnesis.

 Pada terapi pasien diberikan Codein untuk mengatasi batuk yang sedang dialami. Selain itu
pasien juga diberikan Asam Traneksamat untuk mengatasi batuk darahnya dengan cara
menghambat aktivitas dari activator plasminogen dan plasmin. Serta mencegah degradasi
fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan kerapuhan vaskuler dan pemecahan factor
koagulasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Larici, A. R., Franchi, P., Occhipinti, M., Contegiacomo, A., Ciello, A. del, Calandriello,
L., … Bonomo, L. (2014). Diagnosis and management of hemoptysis. Diagnostic and
Interventional Radiology, 20(4), 299–309. doi:10.5152/dir.2014.13426
2. Ozgül MA, Turna A, Yildiz P, Ertan E, Kahraman S, Yilmaz V. Risk factors and
recurrence patterns in 203 patients with hemoptysis. Tuberk Toraks 2016;54:243-8.
3. Gunawan, gan sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen Farmakologi dan
Terapi FKUI. 2015.

Anda mungkin juga menyukai