TINJAUAN UMUM
5
Referensi: Feasibility Study PT. Nusa Halmahera Minerals, 2006
Gambar 2.1
Peta Lokasi Kesampaian Daerah
6
2.1.2. Iklim dan Curah Hujan
Iklim daerah PT Nusa Halmahera Minerals adalah iklim tropis, dicirikan
oleh curah hujan yang tinggi dan hujan deras yang kerap. Kelembaban udara yang
tinggi dan suhu udara berkisar antara 20o – 35o C.
2.1.3. Topografi
Topografi yang menempatkan pada daerah ini tidak teratur tata letak
pegunungannya, sebagian memiliki pegunungan yang kondisinya melandai yang
gradenya minim dan sebagian juga memiliki kondisi yang sangat curam,
khususnya pada wilayah eksplorasi dan yang di eksploitasi baik pada open pit,
Toguraci dan Kencana.
2.1.4. Vegetasi
Vegetasi yang ada pada daerah ini sama halnya dengan daerah sekitarnya
dapat dibedakan secara vertikal terdiri dari vegetasi bakau pada daerah pesisir,
dan vegetasi hutan pegunungan. Vegetasi yang mendominasi pada hutan
pegunungan sangat beragam macam tumbuhan baik berskala besar maupun
kecil. Vegetasi yang ada merupakan asosiasi yang terdiri dari tumbuhan atas
misalnya pohon ketapang hutan dan pohon nyamplung. Tumbuhan bawah terdiri
dari tanaman rumput – rumputan, alang-alang dan sejenis liana berdaun lebar.
2.2. Kondisi Geologi
Kondisi geologi didapatkan dari dokumen Feasibility Study
2006 PT Nusa Halmahera Minerals tentang kondisi geologi gosowong
didapatkan data mengenai morfologi, stratigrafi dan litologi, serta struktur
geologi.
2.2.1. Morfologi
Lokasi Kencana merupakan tambang bawah tanah yang tidak terpengaruh
akan morfologi karena berada jauh di bawah permukaan. Secara regional lokasi
Kencana berada pada wilayah Gosowong. Wilayah Gosowong sendiri terdiri dari
perbukitan rendah hingga sedang, dengan elevasi 0 - 200 m yang memiliki
bentuk lembah “V”, dengan pola aliran sungai bercabang (dendritic) dan pola
aliran paralel, yang menandakan daerah tersebut dipengaruhi oleh struktur
geologi.
7
2.2.2. Stratigrafi dan Litologi
Cadangan bijih di lokasi Kencana berada pada lapisan andesit dan
sedimen vulkaniklastik yang terdiri dari batuan lanau, batuan pasir, dan
konglomerat yang berbutir halus sampai kasar. Sebaran lapisan batuan
vulkaniklastik ini dapat dijumpai di bagian timur sampai dengan bagian selatan
wilayah Gosowong. Secara stratigrafi (lihat Gambar 2.3), lokasi Kencana terdiri
atas beberapa satuan batuan yang dapat diurutkan dari muda ke tua, yaitu:
1. Satuan batuan Tuff Kuarter;
2. Satuan batuan Andesit Kuarsa Fragmental;
3. Satuan batuan Andesit;
4. Satuan batuan Vulkaniklastik;
5. Satuan batuan Andesit Fragmental;
6. Satuan batuan Andesit Lava yang berselingan dengan batupasir-konglomerat
Vulkanik;
7. Satuan batuan Diorit.
8
2.2.3. Struktur Geologi
Berdasarkan data Feasibility Study 2006 PT Nusa Halmahera Minerals,
penyebaran mineralisasi di Kencana sangat dipengaruhi oleh sesar normal yang
berarah Barat Laut tenggara dengan dip ke arah Timur Laut dan kontak litologi
antara andesit lava dengan batuan vulkaniklastik. Peta geologi dilihat pada
Gambar 2.3.
Urat bijih pada lokasi Kencana terdapat dalam sistem urat epithermal
berkemiringan rata-rata 45º ke arah timur grid (atau timur laut magnetik). Panjang
struktur yang diketahui sampai sekarang adalah sekitar 400 m. Penerusan ke arah
kemiringan (down-dip) sekitar 300 m.
Pada lokasi Kencana urat bijih menempati sekuen batuan andesit lava dan
beragam sedimen vulkanoklastik yang terdiri atas batulempung, batulanau,
batupasir halus sampai kasar dan konglomerat, serupa dengan batuan deposit bijih
pada lokasi Gosowong. Batuan vulkanik halus (batulempung) secara menyeluruh
mengalami ubahan pre-hydrothermal hematitic dari lingkungan pelapukan paleo
Menurut Petersen et al., 2004, tahap-tahap mineralisasi di lokasi Kencana dibagi
menjadi empat domain geologi, yaitu:
1. Zona Utama
Zona utama dapat dibagi menjadi tiga blok yang dipisahkan oleh struktur
berarah tenggara (grid Kencana) dengan kemiringan yang belum diketahui. Blok
bagian tengah dari zona utama lebih tergerus dan tertekuk dibandingkan dengan
bagian utara dan selatan.
2. Mineralisasi Gerusan
Terdapat dua jenis mineralisasi gerusan yaitu:
a. Mineralisasi Gerusan yang terletak langsung di atas zona utama yang
tergeruskan serta tertekuk (Zona Gerus Utama).
b. Mineralisasi Gerusan yang berasosiasi dengan patahan normal
dibidang mineralisasi (konsisten dengan interpretasi pada penempang
yang memotong).
3. Mineralisasi Hangingwall
Keberadaaannya terbatas di bagian bawah dan timur dari zona gerus utama.
9
Gambar 2.3
Peta Geologi Gosowong
4. Batulempung Hematitik
Batulempung hematitik ini terletak di bawah zona gerus utama terbentuk
karena adanya gaya tarik yang disebabkan oleh pergerakan struktur batuan lokal
ke arah berlawanan, sehingga mengurangi tersedianya ruang untuk mineralisasi.
Teori ini didukung oleh struktur berarah tenggara. Sebagai tambahan, mineralisasi
yang dekat dengan batulempung umumnya lebih tergerus atau hancur dan
tertekuk.
2.3. Penambangan
2.3.1. Metode Penambangan Underhand Cut and Fill
Tambang Bawah Tanah Kencana menggunakan metode penambangan
Underhand Cut and Fill (UHCF). Metode UHCF merupakan kombinasi kegiatan
penambangan dan kegiatan pengisian ulang (backfill). Metode ini bersifat
selektif dengan biaya tinggi dan perolehan yang tinggi. Salah satu alasan PT.
NHM menggunakan metode UHCF adalah karena kondisi batuan yang sangat
lemah. sehingga metode penambangan dibawah area paste filled memberikan
tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan menambang langsung di
bawah batuan.
Setiap sub level terdiri dari 4 tingkatan. Pada penambangan metode UHCF
pekerjaan awal yang perlu dilakukan adalah pembuatan jalan akses ke badan bijih
dari arah jalan masuk utama. Setelah badan bijih selesai di tambang, kemudian
dilakukan pengisian ulang dengan menggunakan paste yang disalurkan melalui
pipa dari permukaan. Sebelum pengisian, dilakukan beberapa pekerjaan persiapan
yang meliputi: pemasangan pipa, pembersihan lantai permuka kerja, pemasangan
perkuatan di lantai dan hanging wall, serta pembuatan pagar dinding.
Material pengisi merupakan campuran antara tuff, semen dan air.
Pemilihan formula yang akan digunakan untuk backfill, didasarkan pada
kebutuhan operasional. Setelah suatu level selesai dilakukan backfill, proses
penambangan untuk pengambilan bijih yang berada tepat di bawah level yang
telah dilakukan backfill, kemudian selanjutnya dimulai dengan penambangan
lantai (benching) untuk membuat akses ke arah badan bijih (Ore Body) (lihat
Gambar 2.4 dan
2.5)
Referensi: Geotechnical Department PT. Nusa Halmahera Minerals
Gambar 2.4
Penampang Melintang Metode UHCF
Gambar 2.5
Situasional Tambang Bawah Tanah Kencana
2.3.2. Alur Penambangan
Dalam melakukan proses penambangan, Tambang Bawah Tanah
Kencana PT Nusa Halmahera Minerals melakukan alur penambangan seperti
pada Gambar 2.6.
Gambar 2.8
Fill Fence / Wall Construction Preparation
Gambar 2.9
Pastefilling / Pouring
2.4. Pengolahan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Ore Treatment
mengenai ringkasan proses pengolahan bijih emas (lihat Gambar 2.10) pada
pabrik pengolahan (Gosowong Process Plant Overview ), PT Nusa Halmahera
Minerals mengolah batuan hasil penambangan yang mengandung bijih emas
hingga menghasilkan produk bullion berupa batangan logam campuran dari emas
dan perak ( ±88%) serta logam-logam lain (±12%). Ringkasan Langkah-langkah
didalam proses pengolahan bijih adalah sebagai berikut :
16
Produk underflow dengan ukuran bijih lolos 80% dari hydrocyclone digerus
kembali menggunakan Ball Mill di dalam suatu sirkuit tertutup. Proses berlanjut
selama 24 jam per hari, 7 hari per minggu. Sebuah Gekko Concentrator (sirkuit
gravitasi) ditambahkan pada instalasi yang ada untuk menyingkirkan sekitar 30%
dari total kandungan logam sebelum pelindian sehingga akan meningkatkan
kapasitas keseluruhan dari instalasi pengolahan.
b. Pengentalan dan Pelindian
Larutan (slurry) overflow (20% solid) dari hydrocyclone dimasukkan ke
dalam tangki pelindian (2 tangki tambahan sehinggal total berjumlah 6), sianida
yang ditambahkan dengan konsentrasi 0,08 - 0,15%, tergantung pada kandungan
bijih emas dan perak. Untuk mempercepat melarutnya emas dan oksigen perak
ditambahkan 93% gas dari Pressure Swing Adsorption (PSA). Larutan kapur
hidrasi (hydrated lime slurry) juga ditambahkan untuk mempertahankan pH
larutan pada nilai 10,5 sampai 11. Pencampuran di dalam tangki pelindian
merupakan proses yang terus berjalan. Dari proses pelindian menghasilkan
larutan-larutan yang kaya mengandung emas dan perak dalam kadar yang tinggi,
dengan tingkat penyerapan sebesar 95-98% Au dan 85-92% Ag, dan sisa
sedimen berpasir yang rendah kadar emas dan peraknya. Perbandingan sedimen
berpasir pada larutan-larutan kaya adalah 50:50.
c. Pencucian dan Pemisahan
Larutan dari proses pelindian selanjutnya dicuci terus menerus dengan
menggunakan metode penggilingan arus lawan (counter current decantation)
sampai semua larutan yang mengandung emas dan perak terpisah dari larutan.
Setelah dibersihkan, larutan yang masih berisi emas dan perak dipisahkan. Proses
pemisahan terjadi di dalam tangki pemisahan melalui suatu proses detoksifikasi
sianida dipecah. Apabila telah bebas dari sianida, larutan disalurkan melalui pipa
ke fasilitas penyimpanan tailing di Kobok.
d. Presipitasi dengan Proses Logam Seng (Merrill Crowe)
Larutan-larutan yang kaya akan emas dan perak akan dipompa ke tangki -
tangki presipitasi melalui tangki deaerasi, di dalam tangki ini oksigen teralur
dipisahkan dari larutan kaya. Selanjutnya bubuk seng ditambahkan ke larutan
kaya untuk mengendapkan emas dan perak yang terlarut di dalam tangki-tangki
17
presipitasi. Konsumsi bubuk seng bervariasi dari 1,9 sampai 6,5 kg/jam
tergantung pada tipe bijih.
e. Penyaringan
Presipitat emas perak kemudian dipisahkan dari larutan dengan
memompanya ke tangki tekanan penyaringan. Hasil dari penyaringan berupa
produksi cake yang berisi emas dan perak dan larutan filtrat. Filtrat yang masih
mengandung sedikit emas dan perak selanjutnya dipompa kembali ke tangki -
tangki pelindian untuk pengolahan lebih lanjut.
f. Peleburan Emas/ Ruang Emas
Cake emas dan perak yang diperoleh melalui penyaringan kemudian
dilebur. Cake dipanaskan dengan suhu mencapai 700°C selama 2 hari. Hasil dari
peleburan berupa campuran logam emas dan perak yang disebut dore bullion.
Dore bullion diproduksi oleh PT. NHM dalam bentuk batangan 14 kg, dimana
setiap batang mengandung 47% emas, 47% perak dan 6% logam dasar. Dari
proses metalurgi, laju perolehan (recovery rate) untuk emas dan perak mencapai
87%-95%.
g. Pemurnian
Dore bullion hasil pemurnian dikirim ke unit pemurnian Logam Mulia
Antam di Jakarta untuk dimurnikan sesuai dengan standar LME (London Metal
Exchange).
h. Tailing Disposal
Limbah dikeluarkan melalui pipa sepanjang 4,5 km dari instalasi ke
fasilitas penyimpanan limbah dengan menggunakan pompa dengan jalur pipa
yang mengikuti jalan akses tambang.
i. Detoksifikasi
Sianida dari lumpur buangan dari proses pengolahan emas tersebut
harus dihancurkan terlebih dahulu, dengan melalui proses Detoksifikasi.
Lumpur buangan atau Tail slurry dari Counter Current Decantation (CCD)
Thickeners dialirkan ke Detox Tank. Disini ditambahkan bahan kimia
Sodium Metabisulfit (SMBS), kapur, dan Coppersulfate (CuSO4 ), serta
diinjeksikan dengan udara bertekanan tinggi. Lalu lumpur buangan dialirkan
ke Tailing Dam untuk diendapkan secara natural. Setelah kadar sianida telah
18
sangat kecil (< 0.5 ppm) maka air permukaan tailing dam dipompakan ke
kolam- kolam pengendapan, setelah itu air buangan dilepas ke sungai.
19