Anda di halaman 1dari 16

RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BIJIH NIKEL

LATERIT DI AREA SITE LELILEF PT. TEKINDO ENERGI


KABUPATEN HALMAHERA TENGAH
MALUKU UTARA

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
DANIEL SETIAWAN LUKAS
112.15.0129 / TA

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BIJIH NIKEL
LATERIT
DI AREA SITE LELILEF
PT. TEKINDO ENERGI
KABUPATEN HALMAHERA TENGAH
MALUKU UTARA

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan


Skripsi pada Program Studi Teknik Pertambangan

Oleh :
DANIEL SETIAWAN LUKAS
112150129

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. JUDUL PENELITIAN


“RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BIJIH NIKEL LATERIT DI SITE
LELILEF, PT. TEKINDO ENERGI, KABUPATEN HALMAHERA, MALUKU
UTARA".

1.2. LATAR BELAKANG MASALAH


Bijih nikel menjadi salah satu komoditi tambang yang memiliki perananan
yang sangat penting sebagai sumber bahan baku berbagai industri saat ini.
Meningkatnya kebutuhan ini secara langsung telah meningkatkan permintaan bijih
nikel di Indonesia. Oleh karena itu, dewasa ini banyak perusahaan tambang bijih
nikel baik skala kecil maupun besar terus berusaha untuk meningkatkan
produksinya guna memenuhi permintaan pasar.
Dengan meningkatnya produksi tambang sehingga kebutuhan modal
semakin besar. Kebutuhan modal yang besar itu menyebabkan perusahaan
tambang berusaha agar kegiatan penambangan yang akan dilakukannya dapat
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengembalian modal
secepat mungkin. Oleh karena itu, untuk mewujudkannya, diperlukan
perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan banyak faktor penting
sebelum penambangan itu dilaksanakan.
Perencanaan yang baik sangat menentukan besar kecilnya produksi
tambang. Dalam pembukaan awal tambang harus direncanakan dari arah mana
tambang itu akan dibuka dan kearah mana tambang itu akan berlangsung. Arah
penyebaran bahan galian adalah sebagian faktor yang akan mempengaruhi proses
pengambilan keputusan dalam merencanakan suatu urutan penambangan tepat
sehingga mampu menghasilkan produksi yang maksimal dengan tingkat
keuntungan optimal.

1
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat membuat suatu rencana push
back pada suatu lokasi tambang bijih nikel, dengan mempertimbangkan berbagai
faktor terkait sehingga dapat memberikan perencanaan produksi yang tepat untuk
memperoleh hasil penambangan yang aman dan optimal.

1.4. BATASAN MASALAH


Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah dan asumsi dasar
yang memperlihatkan kondisi yang seragam dan tidak memberikan kontribusi
yang berubah-ubah terhadap proses penelitian, yaitu:
1. Penelitian hanya dilakukan didalam Izin Usaha Pertambangan
2. Perancangan push back hanya dibuat didalam Izin Usaha pertambangan.
3. Data sifat fisik dan mekanis untuk geometri lereng mengacu kepada data
yang digunakan oleh perusahaan
4. Perancangan tambang tidak memperhitungkan Daya Dukung Tanah
5. Rancangan Saluran Penyaliran Tambang berdasarkan rancangan yang
sudah ada pada perusahaan
6. Penelitian dilakukan pada lingkup teknik dan tidak memperhatikan segi
ekonomi
1.5. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat bagi


perusahaan berupa rancangan teknis penambangan yang baik ,benar dan aman
sehingga produksi dapat lebih optimal dan memberikan keuntungan yang optimal
bagi perusahaan.

2
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Dasar Teori

Rancangan teknis penambangan yaitu sebagai bagian dari proses


perencanaan tambang yang terkait dengan masalah geometri. Rancangan teknis
penambangan merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan penambangan,
terutama untuk memberikan informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan
rencana kemajuan tambang pada suatu periode waktu tertentu. Selain memberikan
gambaran mengenai rencana kemajuan tambang, perancangan tambang juga
menjadi pedoman pelaksanaan suatu kegiatan penambangan.
Rancangan penambangan yang baik merupakan dasar berhasilnya kegiatan
penambangan. Rancangan penambangan terdiri dari beberapa lingkup kerja yaitu :
perancangan kemajuan tambang, dan perancangan jalan angkut.

2.1.1. Tambang Terbuka


Sistem penambangan secara tambang terbuka adalah sistem penambangan
yang segala kegiatan atau aktivitasnya dilakukan di atas atau relative dekat dengan
permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar.
Kuari adalah suatu metode dari sistem tambang terbuka yang diterapkan
untuk menambang endapan endapan bahan galian industri atau mineral industry.
Berdasarkan letak endapan yang digali atau arah penambangannya secara garis
besar kuari dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Side Hill Type
Diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang
letaknya di lereng bukit atau batuan endapan berbentuk bukit.
b. Pit Type
Ditetapkan untuk menambang batuan atau mineral industri yang terletak
pada suatu daerah yang relatif datar sehingga kamdian terbentuk cekungan (pit).

3
2.1.2. Defisini Push Back
Push back adalah tahapan penambangan ( mineable geometries ) yang
menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang, dari titik awal masuk hingga
ke bentuk akhir pit. Pentahapan penambangan itu disebut juga dengan phases,
slices, stages. Tujuan utama dari tahapan penambangan adalah untuk
menyederhanakan seluruh volume yang ada dalam overall pit ke dalam unit unit
pit penambangan yang lebih kecil, sehingga memudahkan penangan.
Dengan demikian, masalah perancangan tambang tiga dimensi yang amat
kompleks ini dapat disederhanakan. Selain itu, elemen waktu mulai
diperhitungkan dalam rancangan ini karena urutan penambangan tiap – tiap push
back merupakan pertimbangan penting dalam perancangan.

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pushback

 Penyebaran bahan galian


Bentuk dan penyebaran dari endapan bahan galian akan mempengaruhi
proses penentuan push back. Perencanaan untuk penanganan endapan bahan
galian yang memiliki kemiringan yang lebih tajam akan berbeda dengan
kemiringan yang relatif datar dalam hal ini mempengaruhi penentuan geometri
lerengnya.
 Penaksiran Cadangan

Dalam perhitungannya digunakan metode mean area yang merupakan


rumus paling sederhana untuk menghitung volume yang terletak diantara dua
buah penampang yang sejajar dengan luas S1 dan S2 serta jarak L. Pada metode
penampang standar ini menggunakan rumus mean area.

Keterangan : V= Volume ( )
= Luas Penampang 1 ( )
= Luas Penampang 2 ( )
H = Beda tinggi antar penampang (m)

4
 Ultimate Pit Slope
Termasuk dalam faktor pertimbangan teknis yaitu kemiringan / batas luar
tambang yang tetap stabil dan menguntungkan. Dengan demikian, akan
berhubungan dengan geometri lereng yang direncanakan. Ultimate pit slope ini
juga berpengaruh pada eksplorasi lanjut, tahap evaluasi dan tahap persiapan
yang didasarkan pada :
a. Sifat fisik dan mekanik batuan
b. Struktur geologi ( sesar, kekar, bidang perlapian, bidang geser )
c. Air tanah, unsur kimia batuan dan waktu yang dibutuhkan

• Geometri Jenjang
Komponen dasar pada open pit adalah jenjang. Bagian jenjang adalah:

a. Crest dan toe

BH Keterangan :
C BH : Bench Height
BW BW : Bench Width
C: Crest
T T : Toe
Gambar 2.1
Bagian-bagian jenjang
b. Jenjang Kerja
SB

WB
Keterangan :
SB : Safety Bench
WB: Working Bench
Gambar 2.2
Working bench dan safety bench

5
c. Pit slope geometry
Pit slope geometry disebut juga geometri kemiringan dari front penambangan.

Gambar 2. 3
Pit slope geometry

Keterangan :
C : Crest , T : Toe

d. Overall slope angle


Overall slope angle merupakan sudut kemiringan yang dibentuk dari beberapa
slope dari Pit bottom ke jenjang dengan elevasi tertinggi

2.2. Parameter-parameter Rancangan (Design)

• Data Topografi Permukaan (Surface) secara Detail


Data ini dapat dalam bentuk kontur hasil pemetaan topografi, atau berupa
file survey titik-titik koordinat dan titik-titik ketinggian. Alternatif lain yaitu
memodelkan permukaan dari data titik-titik koordinat dan titik-titik ketinggian
menggunakan perangkat lunak seperti autocad dan quicksurf, global mapper,
google earth dan google scateup, garmin, maupun minescape. Pada perangkat
lunak minescape dapat dilanjutkan dengan metode triangulasi membentuk
tampilan 3 (tiga) dimensi.

• Geometri Jenjang
Beberapa parameter penentuan dimensi jenjang, yaitu:
- Sasaran produksi
- Kondisi dan karakteristik massa batuan
- Peralatan yang digunakan

6
Dimensi jenjang yang diperhitungkan meliputi lebar, panjang, tinggi jenjang.
Ukuran panjang dan lebar jenjang ditentukan oleh metode pembongkaran
material (menggunakan alat mekanis atau peledakan), kemampuan alat muat,
pola gerak alat muat dan alat angkut, maupun letak alat muat dan alat angkut
yang digunakan dalam waktu yang bersamaan pada saat penambangan serta
sasaran produksi dan rencana pemanfaatan lahan bekas tambang. Dimensi
jenjang akan mempengaruhi jumlah bahan galian yang dapat ditambang, dan
berpengaruh pada kesetabilan lereng dan keamanan penambangan.

Beberapa faktor pertimbangan dalam pembuatan geometri jenjang:


i) Tinggi jenjang disesuaikan dengan rencana geometri peledakan yang
diterapkan dan jangkauan alat muatnya. Tinggi jenjang adalah jarak yang
diukur tegak lurus dari lantai jenjang (toe) hingga ujung jenjang bagian atas
(crest). Tinggi jenjang yang dibuat sangat dipengaruhi oleh sifat fisik,
dan mekanik batuan, rencana dimensi bongkaran serta perlatan mekanis
yang dipergunakan.
ii) Lebar jenjang disesuaikan dengan sasaran produksi dan keadaan topografi
lokasi penambangan. Lebar jenjang adalah jarak horizontal yang diukur dari
ujung lantai jenjang sampai batas belakang lantai jenjang. Lebar minimum
yang akan dibuat harus dapat menampung material hasil
bongkaran/peledakan dan peralatan yang digunakan.
Lebar jenjang minimum sangat dipengaruhi:
- Jenis dan kemampuan alat.
- Posisi kerja dari peralatan yang sedang beroperasi dilantai
yang sama.
- Lebar dari tumpukan material hasil pembongkaran.
- Pemanfaatan lahan bekas tambang
- Kapasitas produksi yang akan dicapai
Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal, dan
lebar dari jenjang penangkap (catch bench). Rancangan geoteknik jenjang
biasanya dinyatakan dalam bentuk parameter-parameter untuk ketiga aspek ini.

7
Dalam pelaksanaan penambangan, pengontrolan sudut lereng biasanya
dilakukan dengan menandai lokasi pucuk jenjang (crest) sesuai dengan desain
yang telah dibuat menggunakan bendera kecil. Lokasi lubang-lubang tembak
dapat pula menjadi pedoman. Penggalian sebaiknya dilakukan dari bagian atas
material, agar berada pada posisi kerja yang aman (untuk menghindari
longsoran saat penggalian material). Komponen dasar pada tambang terbuka
adalah jenjang.

• Jalan Angkut (Haul Road)


Faktor ini biasanya mengikuti proses design setelah kedalaman pit bottom
didefinisikan. Jalan angkut dirancang pada jenjang dasar kemudian mengikuti
naiknya jenjang ke arah permukaan dengan gradien (kemiringan) berkisar
antara 8-10%. Ramp ini dapat berupa jalan lingkar yang melingkar keatas
melalui dinding pit atau switchback yang hanya melalui salah satu dinding pit
(kemungkinan keberadaannya dikarenakan kekuatan material pada dinding
tersebut atau kapasitas muat angkutnya yang cukup baik).

Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan pembuatan jalan angkut


yaitu :

i) Pada suatu tambang yang baru, letak jalan (ramp) keluar tambang sangat
penting untuk diperhitungkan. Jalan tambang umumnya merupakan akses
ke lokasi penambangan menuju keluar lokasi Faktor topografi merupakan
pertimbangan utama untuk pembuatan rancangan jalan tambang.
ii) Kinerja alat muat dan alat angkut tergantung dari kondisi topografi. Lebar
jalan tergantung pada lebar alat angkut. Umumnya lebar jalan yang aman
adalah 3,5 kali lebar dump truck. Berdasarkan dimensi tersebut
memungkinkan untuk lalu lintas dua arah, ruangan untuk truk yang akan
menyusul, selokan penyaliran, dan tanggul pengaman.

8
iii) Desain ini dapat memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam
perancangan dan memudahkan dalam akses ke jenjang-jenjang
penambangan. Kemiringan maksimum yang masih praktis pada jalan
tambang yang panjang adalah 10%. Umumnya pada tambang skala kecil
merancang kemiringan jalan sebesar 10%. Rancangan spiral dan
switchback biasanya dihindari karena cenderung melambatkan arus
lalulintas. Pertimbangan lain adalah ban akan cepat aus, perawatan ban
menjadi lebih besar dan faktor keamanan.
iv) Apabila geometri memungkinkan dan mempertimbangkan keamanan : di
beberapa lokasi jalan tambang dapat dibuat belokan tanjakan darurat
(runaway ramps) untuk menghentikan laju dump truck yang tidak
terkendali. Selain itu perlu dibuat tanggul pemisah (straddle berm) di
tengah jalan. Pembuatan jalan tambang memiliki dampak pada volume
penggalian material yang sangat besar sehingga aspek ekonomik dari
pembuatan jalan tambang cukup signifikan.

• Dasar Perancangan Sequence


Sequence adalah bentuk-bentuk penambangan yang menunjukkan bagaimana
suatu endapan bahan galian akan ditambang, dari titik masuk awal. hingga ke
bentuk akhir penambangan.

Tujuan utama dari pentahapan ini adalah untuk membagi seluruh volume yang
ada dalam penambangan ke dalam unit-unit perancangan yang lebih kecil
sehingga lebih mudah ditangani. Pada akhirnya, problem perancangan tambang
3-dimensi yang amat kompleks ini dapat disederhanakan. Selain itu, elemen
waktu dapat mulai diperhitungkan dalam rancangan ini karena urutan
penambangan tiap-tiap sequence merupakan pertimbangan penting.

Unit perencanaan ini, di tahap awal berusaha untuk mengaitkan hubungan


antara geometri penambangan dengan geometri bahan galian. Dengan
mempelajari tingkat distribusi bahan galian dan topografi, dalam banyak kasus,

9
maka kita akan sampai pada suatu strategi pengembangan pit secara logis
dalam jangka waktu yang relatif singkat.

Tahapan–tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan memberikan


akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja untuk operasi
peralatan dan manusia. Lebar ruang kerja minimum yang digunakan pada saat
penambangan sangat penting ditentukan di awal perancangan agar alat–alat
dapat berfungsi optimum sesuai dengan rencana penambangan.
Terdapat beberapa langkah yang diperhatikan dalam rancangan tahapan
penambangan adalah :

a. Tingkat produksi batugamping maksimum yang tertambang pada setiap


tahapan penambangan.
b. Ukuran dan jenis alat yang digunakan sehingga lebar minimum
jenjang operasi dapat ditentukan.
c. Dimensi jalan masuk, ruang kerja dan sudut lereng akhir.
d. Penentuan batas penambangan.

e. Merancang tahapan penambangan secara detail dengan melibatkan


jalan angkut dan dimensi lereng tunggal dengan memperhatikan
tonase cadangan dan overburden pada selang kedalaman tertentu.
2.3 Data Penelitian
a. Data-data yang berhubungan dengan daerah penelitian, yang
meliputi antara lain:
• Data geologi, stratigrafi, topografi
• Data peyebaran bahan galian
• Data peta kesampaian lokasi
• Data peta geologi

b. Data-data yang dibutuhkan untuk pengolahan data, yang meliputi :


• Data peta topografi
• Data hasil pemboran (lithologi pemboran, stratigrafi,depth from,
depth to)
• Data survey pemboran ( koordinat lubang bor X, Y, Z )
• Data geoteknik

10
c. Data pendukung

Data-data yang dapat mendukung data-data lapangan guna menganalisa


permasalahan yang ada untuk mencari alternatif penyelesaian masalah.
Data pendukung dapat diambil antara lain dari laporan eksplorasi,
brosur-brosur dari perusahaan, data dari instansi terkait dan dari
literatur-literatur.

11
BAB III
RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN

3.1. Studi Literatur

Dalam hal ini dilakukan dengan menggabungkan antara teori dengan data-data
di lapangan, adapun bahan-bahan diperoleh dari Instansi yang terkait dengan
penelitian ini dan perpustakaan kampus dan daerah yang mana dapat berupa :
a. Literatur

b. Peta dasar, peta geologi, topografi dan litologi

3.2. Penelitian Langsung di lapangan

Hal ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :


a. Observasi lapangan

Yaitu dengan melihat langsung kondisi lapangan daerah penelitian, luas


serta kesampaian daerah serta mencocokkan dengan data-data yang
diperoleh.
b. Penentuan titik pengamatan

Yaitu dengan menentukan batas-batas penyebaran lubang bor yang diamati


sesuai dengan data-data yang diperoleh.
c. Cek kembali perumusan masalah
Yaitu dengan menyesuaikan data-data yang diperoleh agar apa yang telah di dapat
sesuai dengan yang dibutuhkan untuk masalah yang akan dipecahkan

3.3. Hasil yang Diharapkan


Dalam penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan perma:

• Perusahaan yang bersangkutan, baik melalui para karyawan secara


lisan maupun tulisan.

• Perpustakaan, baik perpustakaan kampus UPN “Veteran” maupun


perpustakaan daerah.

12
3.4. Rencana Kegiatan Mingguan
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan penggunaan waktu secara
efisien maka perlu disiapkan mengenai rencana kegiatan mingguan yang akan
dilaksanakan selama kegiatan penelitian berlangsung. Berikut adalah rencana
penelitian mingguan :

Tabel 3.1
Rencana Kegiatan

Bulan Bulan 1 Bulan 2


No Minggu ke- 1 2 3 4 1 2
Kegiatan
1 Observasi
2 Pengambilan Data
3 Pengolahan Data dan Analisis Data
4 Pembuatan Draft

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Rauf (1998), “Modul Perhitungan Cadangan Endapan Mineral” Jurusan


Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.

2. Waterman Sulistyana, Dr, Ir. 2018, “Perencanaan Tambang” Edisi Kedelapan,


Yogyakarta.

3. Yanto Indonesianto, Ir., 2015, “Pemindahan Tanah Mekanis”, Diktat 1 Teknik


Pertambangan UPN”Veteran” Yogyakarta.

4. Singgih S., Haswir T.S., Indah S. 2018, “Perencanaan Tambang 2” Edisi


kedelapan Program Studi Teknik Pertambangan UPN”Veteran” Yogyakarta,
Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai