Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam membuat suatu rancangan penambangan diperlukan suatu


perencanaan yang baik. Parameter-parameter yang harus diperhatikan agar
rancangan yang dibuat sesuai yang diharapkan yaitu kondisi dan situasi daerah
penambangan, keadaan topografi dan geologi, target produksi, jam kerja efektif,
metode penambangan, dan rencana peralatan mekanis yang akan digunakan. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa topografi P1B5 dan
data sekunder berupa curah hujan,peta geologi,data bor,peta topografi akhir P1B4
Karakteristik setiap area penambangan tentunya mempunyai kondisi yang
berbeda. Kondisi ini akan berpengaruh pada cara penambangan suatu endapan
bahan galian . Penentuan teknik pengambilan komoditas bergantung pada kondisi
morfologi, kondisi topografi, kondisi geologi, kondisi iklim, dan sebagainya.
Berikut adalah kondisi daerah penelitian P1B5
1. Kondisi Morfologi dan Topografi
Kondisi Morfologi P1B5 berbentuk perbukitan dan dataran dengan vegetasi
pohon berukuran kecil sehingaa pembersihan lahan P1B5 cukup dengan
menggunakan bulldozer.Berdasarkan kondisi topografi, ketinggian daerah
penelitian berada pada elevasi 63 mdpl sampai dengan 86 mdpl.
2. Kondisi Endapan
Pada P1B5 terdapat 2 seam ( Lapisan batubara) yang dinamai Seam 1 dan Seam
2 dengan seam 2 sebagai seam key. Seam 1 memiliki ketebalan sekitar 0,6 m-1 m
dan seam 2 memiliki ketebalan sekitar 1,3 m-2 m.
3. Kondisi Iklim
Berdasarkan data curah hujan tahun 2009-2019, daerah penelitian beriklim
tropis dengan dua musim dalam setahun, yaitu musim kemarau dan penghujan.
Musim kemarau terjadi pada bulan April sampai dengan bulan September, dan
musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret. Meskipun
kedua musim tersebut tidak selalu datang tepat pada waktunya.

38
4.1. Permodelan Cadangan Batubara
Permodelan cadangan merupakan suatu pekerjaan yang penting dalam
evaluasi suatu proyek pertambangan minerba (mineral dan batubara). Seluruh
keputusan teknis sangat bergantung pada pekerjaan tersebut. Dalam penelitian ini
permodelan cadangan batubara dilakukan untuk mengetahui volume lapisan tanah
penutup yang harus dibongkar pada P1B5.
Pada penelitian ini, pembuatan rancangan pembongkaran P1B5 dilakukan
dengan menggunakan software minescape. Tahapan pertama permodelan adalah
menyiapkan basis data komputer yang bersih. Pengecekan data dimulai setelah
semua data dimasukan kedalam komputer.dalam penelitian ini menggunakan
software minescape, data masukan yang diperlukan adalah peta topografi, data
collar,data litologi dan data kualitas batubara.

4.1.1. Peta Topografi


Pemetaan topografi pada PT. Dewa Ruci Mandiri akan dilakukan saat
dibutuhkan perluasan lahan sehingga banyak area pada peta topografi yang belum
memiliki data (blank topo).
Peta topografi kemudian digunakan dalam software minescape untuk membuat
model topografi. Model topografi ini diperlukan untuk membatasi ekstrapolasi
kadar (dalam batubara digunkana untuk perhitungan SR) kearah vertical. Dapat
dilihat pada Lampiran T.

4.1.2. data bor


Data bor pada PT.Dewa Ruci Mandiri sangat terbatas karena keterbatasan unit
yang tersedia. Data bor dari perusahaan dapat dilihat pada Lampiran L, terdiri dari
nama lubang bor, koordinat lubang bor, top depth (kedalaman minimum dari bahan
galian) dan bottom depth (kedalaman maksimum dari bahan galian) dan data
kualitas batubara. Dalam software minescape ,data bor masukan yang diperlukan
adalah data survey ,data lithologi,dan data qualitas batubara.maka perlu dilakukan
identifikasi data bor agar dapat digunakan sebagai data masukan pada software
minescape. Peta persebaran lubang bor dapat dilihat pada Lampiran T

39
a) Data Collar
Data collar yang dimaksud adalah data yang menunjukan koordinat
(easting,northing,dan elevasi surface) dari suatu lubang bor. Data ini digunakan
untuk menujukan posisi lubang bor pada model topografi. Data ini dapat dilihat
pada Lampiran P

b) Data Litologi
Data litologi yang dimaksud adalah data yang menunjukan hasil dari core dari
lubang bor. Data litologi terdiri dari nama lubang bor,kode bahan galian,kode
litologi,top depth dan bottom depth. Data Litologi terlampir pada lampiran O

c) Data Quality
Data quality yang dimaksud adalah data kualitas batubara dari tiap lapisan yang
ada pada core. Data quality Memberikan informasi tentang kualitas batubara berupa
relative density, index moisture, kadar debu, kadar mineral pengotor, kadar carbon,
kadar sulfur, nilai kalori. Data Quality terdapat pada Lampiran Q

4.1.3. Hasil Permodelan Cadangan


setelah membuat basis data computer yang bersih,kemudian dapat dilakukan
permodelan cadangan batubara. Pada software minescape hasil dari permodelan
cadangan batubara adalah kontur struktur batubara, kontur Stripping ratio
batubara,dan reserve graphics.

4.1.4. kontur struktur batubara


Peta kontur struktur merupakan peta yang menggambarkan kenampakan
persebaran horison (formasi bagian atas) dan atau patahan. Kemiringan horison atau
batuan digambarkan tegak lurus terhadap garis kontur dan jarak antar kontur akan
menunjukkan kemiringan dari horison yang digambarkan. Semakin rapat jarak
kontur maka kemringan horison dalam peta kontur struktur akan semakin terjal.
Peta kontur struktur adalah metode paling efektif dalam menggambarkan bentukan
tiga dimensi dari permukaan horison ke dalam bentuk dua dimensi . Peta kontur
struktur dapat dilihat pada Lampiran U

40
4.1.5. Kontur Striping Ratio
Kontur striping ratio adalah kontur yang menyatakan batasan area dengan
striping ratio tertentu. Kontur stripping ratio di dapatkan dengan cara membuat
suatu fungsi expression pada minescape yang merumuskan semua volume material
bukan batubara dibagikan dengan tonase batubara. Peta kontur stripping ratio
terlampir pada lampiran V

4.1.6. Reservegraphic
Resgraphic adalah suatu menu dalam minescape untuk mengambarkan
nilai-nilai yang berada dalam table menjadi sebuah bentuk grafis gradual-gradasi
warna, resgraphic dapat kita lakukan untuk nilai-nilai SR dan Qualitas.
Sebelum dapat membuat resgraphic,area dibagi menjadi beberapa block
dengan ukuran yang sama,dalam penelitian ini ukuran blok adalah 10m x 10 m. area
reserve graphic ditentukan dengan cara membuat area yang dibatasi oleh kontur
struktur dan kontur striping ratio.
Hasil dari reserve graphic adalah tonase batubara disetiap blok dan nilai
striping ratio di tiap blok dan nilai striping ratio komulatif dinyatakan dengan
warna,sehingga kita dapat menentukan batas area penambangan (Pit limit)
berdasarkan nilai stripping ratio yang dinyatakan pada peta. Peta reservegraphic
terdapat pada Lampiran W

4.1.7. Volume tanah penutup P1B5


Berdasarkan hasil permodelan cadangan batubara dan batasan Stripping
ratio 6, didapatkan batas area penambangan untuk P1B5 dengan luasan 1.71 Ha
mengandung batubara dengan tonase 44.800 ton dan volume tanah penutup yang
harus dibongkar sebesar 275.900 BCM.

41
Gambar 4.1
Luas area Pit 1 Blok 5

Gambar 4.2
Total Tonase batubara dan Volume tanah penutup

4.2. Geometri Jenjang


Pada penelitian ini geometri penambangan dibuat berdasarkan rekomendasi
geoteknik dari perusahaan. Berdasarkan rekomendasi perusahaan jenjang hanya
dibuat pada bagian highwall dan sidewall. Pada bagian lowwall tidak dibuat
jenjang.

42
4.2.1. Dimensi Jenjang Tunggal ( BFA)
Berdasarkan rekomendasi geoteknik tersebut maka dibuat jenjang tunggal dengan
dimensi sebagai berikut
. Geometri jenjang yang direkomendasi kan adalah :
a) Tinggi jenjang : 10 m
b) Lebar jenjang :5m
c) Kemiringan jenjang tunggal ( BFA) : 65o

Gambar 4.1
Dimensi jenjang Tunggal

4.2.2. Dimensi Jenjang Keseluruhan ( OSA )


Pada bagian highwall dan sidewall dibuat 4 jenjang mulai dari elevasi paling atas
sampai pit bottom. maka dimensi jenjang keseluruhan sebagai berikut

Gambar 4.2
Dimensi jenjang keseluruhan

43
4.2.3. Jalan Tambang
Peran jalan tambang dalam suatu kegiatan penambangan sangat penting.
Pembuatan jalan tambang diperlukan untuk transportasi pengangkutan perlatan
maupun hasil penambangan sehingga proses penambangan dapat berjalan dengan
lancar. Merancang jalan angkut di dalam tambang dilakukan dengan
mempertimbangkan lokasi front penambangan dan lokasi crushing plant. Jalan
angkut yang berada di dalam front penambangan akan mengikuti tahapan
penambangan yang ada karena nantinya akan berubah sesuai dengan tahapan
penambangan.
1. Lebar Jalan Angkut pada Jalan Lurus
Jalan tambang dirancang untuk dua jalur pengangkutan NISSAN CWE450HD
dengan dimensi lebar jalan angkut direkomendasi adalah minimal 8.75m (lihat
Lampiran H).
2. Lebar Jalan Angkut pada Tikungan
Lebar jalan minimum untuk dua jalur pada tikungan didasarkan pada lebar atau
jarak antar jejak roda kendaraan, lebar tonjolan atau juntai truk bagian depan dan
bagian belakang pada saat menikung. Diperhitungkan pula jarak antar truk pada
saat bersimpangan serta jarak sisi luar truk dari tepi jalan. Dari hasil perhitungan
didapatkan lebar jalan pada tikungan sebesar 11m. Perhitungan lebar jalan angkut
terdapat pada Lampiran H.
3. Super elevasi.
Superelevasi adalah kemiringan melintang permukaan pada lengkung
horizontal. Superelevasi bertujuan untuk memperoleh komponen berat kendaraan
mekanis untuk mengimbangi gaya sentrifugal. Nilai superelevasi pada tikungan
ialah 0,04 m/m dan lebar jalan angkut pada tikungan dengan asumsi kecepatan
kendaraan pada saat melintas pada tikungan sebesar 25 km/jam, maka didapat beda
tinggi antara tepi jalan bagian luar dengan tepi jalan bagian dalam sebesar 0,44 m .
Lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran H
4. Kemiringan Permukaan Jalan Angkut (Cross Slope)
Untuk mengatasi terjadi genangan air pada jalan angkut lurus saat hujan, maka
dilakukan pembuatan cross slope dengan cara membuat bagian tengah jalan lebih
tinggi dari bagian tepi jalan. Besarnya kemiringan jalan dipengaruhi oleh lebar

44
badan jalan, dimana besarnya 1/4 sampai ½ inchi per feet lebar jalan angkut (20-40
mm/m). Harga Cross Slope yang diambil adalah 20 mm/m berdasarkan buku
Hustrulid, 2013 karena material permukaan jalan yang dipakai adalah tanah
Lempung. Maka, kemiringan melintang adalah :
P = ½ x 9 m (lebar jalan angkut)
= 4.5 m
Sehingga beda tinggi dibuat :
Q = 4.5 m X 40 mm/m
= 180 mm
= 0,18 m
5. Kemiringan (Grade) Jalan
Kemiringan jalan yang digunakan pada PT.DRM agar dapat dilalui alat
angkut dengan baik adalah 8%

4.3.Kebutuhan alat angkut dan alat muat


4.3.1. Waktu Edar (Cycle Time)
Pengamatan waktu edar alat gali-muat dilakukan pada saat alat muat
berproduksi melayani alat angkut pada front penambangan, waktu yang diperoleh
merupakan waktu edar rata-rata alat dalam melakukan kerja. Waktu edar alat muat
adalah waktu edar rata-rata yang ditempuh oleh alat muat mulai dari waktu untuk
menggali (digging time), waktu berputar dengan muatan (swing load), waktu
menumpahkan muatan ke vessel truck (dumping time), dan waktu berputar tanpa
muatan (swing empty). Waktu edar alat muat untuk overburden dengan jenis alat
muat Komatsu PC400LC adalah 16,84 detik (Lampiran F).
Sedangkan pengamatan waktu edar (cycle time) alat angkut meliputi waktu
mengatur posisi untuk diisi, waktu diisi muatan, waktu travel isi, waktu dumping
material, dan waktu kembali travel kosong. Waktu edar dari alat angkut dengan
jenis alat angkut Nissan CWB450HD adalah; 280,98 detik. (Lampiran G).

4.3.2. Faktor Isian Mangkuk (Bucket Fill Factor)


Faktor pengisian (fill factor) merupakan suatu faktor yang
menunjukkan besarnya kapasitas nyata dengan kapasitas baku dari mangkuk

45
(bucket) alat muat. Besarnya faktor pengisian untuk alat muat Komatsu
PC400LC adalah 80,84% (Lampiran E).

4.3.3. Efisiensi Kerja


Waktu kerja efektif adalah waktu kerja sesungguhnya untuk melakukan
kegiatan penambangan, karena pada nyatanya tidak semua waktu kerja yang sudah
disediakan oleh perusahaan benar - benar digunakan secara optimal oleh para
operator dan alat yang digunakan untuk beroperasi. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya hambatan–hambatan yang berpotensi mengurangi waktu kerja yang
tersedia. Maka harus dilakukan optimasi terhadap waktu kerja efektif tersebut.
Waktu kerja di PT. Dewa Ruci Mandiri menggunakan sistem long shift. Waktu
kerja dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 18.00 dengan waktu istirahat
1 jam pada pukul 12.00 – 13.00. Waktu kerja efektif yang digunakan alat muat dari
total jam kerja yang disediakan adalah 374,48 menit/hari sedangkan alat angkut
379,28 menit/hari. Dari waktu kerja efektif yang digunakan, dapat dihitung efisiensi
kerja alat muat adalah 63,30% dan alat angkut 64,28%. Lebih Lengkap terlampir
pada Lampiran B.
Tabel 4.1
Jadwal Waktu Kerja PT. Dewa Ruci Mandiri
Selain hari jum’at Hari jum’at

Shift Kegiatan Waktu Waktu kerja Waktu Waktu kerja


(jam) (jam) jam (jam)

07.00 - 07.00 -
Kerja produktif 5 5
12.00 12.00

12.00 - 12.00 -
Istirahat 1 1.5
13.00 13.30

13.00 - 13.30-
Kerja produktif 5 4.5
18.00 18.00

Jumlah (jam) 11 11

4.3.3. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut


Kemampuan produksi alat muat dan alat angkut pada kegiatan
penambangan ini dapat diketahui dengan melakukan perhitungan dari masing-

46
masing rangkaian kerja yang telah ditetapkan. Data kemampuan produksi alat muat
dan alat angkut dalam kegiatan pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan saat
ini diperoleh dari pengamatan seperti waktu edar alat, kapasitas bucket alat muat
dan kapasitas bak alat angkut, bucket fill factor dan efisiensi kerja.
a) Produksi Alat Muat Aktual
Kegiatan pembongkaran dan pemuatan overburden dilakukan dengan
menggunakan alat muat Komatsu PC400LC. Produksi alat muat aktual Komatsu
PC400LC sebesar 251,16 BCM/jam. Perhitungan produktifitas alat muat dapat
dilihat pada Lampiran K
b) Produksi Alat Angkut Aktual
Kegiatan pengangkutan material overburden dilakukan dengan
menggunakan alat angkut Nissan CWB450HD. Produksi alat angkut Nissan
CWB450HD ( 5 Unit ) sebesar 229,28 BCM/jam. Pada Lampiran L dapat dilihat
perhitungan Produktifitas alat angkut

4.3.4. Keserasian Kerja (Match Factor)


Match factor merupakan keserasian kerja antara alat muat dengan alat
angkut. Nilai keserasian kerja setiap rangkaian kerja peralatan mekanis yang
digunakan ditentukan berdasarkan data waktu edar dan jumlah peralatan mekanis
yang digunakan dalam setiap rangkaian kerja tersebut.
Berdasarkan data hasil pengamatan waktu edar dan jumlah alat yang
digunakan, maka besarnya harga faktor keserasian kerja alat muat dan alat
angkut adalah 0,89 dengan waktu edar backhoe Komatsu PC400LC sebesar
16,84 detik dan banyak curah 3 kali, serta waktu edar dump truck Komatsu
HD785-7 sebesar 280,98 detik. Perhitungan rinci dapat dilihat pada Lampiran I.

4.4. Penjadwalan produksi lapisan tanah penutup


Penjadwalan produksi untuk pembongkaran lapisan tanah penutup pada
P1B5 dijadwalkan dimulai tanggal 15 mei 2019 dengan target produksi 150.000
BCM. Dengan kapasitas alat angkut yang tersedia, maka kegiatan pembongkaran
dikerjakan oleh 3 alat muat dan setiap alat muat dilayani 5 unit alat angkut.

47
Berdasarkan kapasitas produksi alat muat dan alat angkut, kegiatan
penambangan belum mencapai target produksi 150.000 BCM/bulan. Penyebabnya
adalah banyaknya hari libur yang menghambat kegiatan penambangan pada P1B5.
Dapat dilihat pada Lampiran B, maka untuk memenuhi target produksi lapisan
tanah penutup perlu ditambahkan jam kerja atau lembur.
Jam lembur dimulai pada jam 19.30 sampai jam 23.30 dan disesuaikan dengan
kegiatan bulan puasa. Setelah adanya tambahan jam lembur maka target produksi
dapat dipenuhi. Dapat dilihat pada lampiran X

4.4.1. Kemajuan penambangan


Rencana kemajuan penambangan dibuat berdasarkan penjadwalan
produksi yang berfungsi sebagai kontrol kegiatan penambangan agar sesuai
dengan rencana awal. Maka dibuat peta rencana kemajuan penambangan dibuat
perperiode yang telah ditentukan yaitu 30 hari. Peta Kemajuan penambagan dapat
dilihat pada lampiran Y

48

Anda mungkin juga menyukai